Mekanisme Antipiretik Tipe- tipe demam

b. Berkeringat Efek dari peningkatan suhu yang menyebabkan berkeringat, dimana peningkatan kecepatan kehilangan panas melalui evaporasi yang dihasilkan dari berkeringat ketika suhu inti tubuh meningkat di atas suhu kritis 37 o C 98,6 o F. Di samping itu, peningkatan suhu tubuh 1 o C menyebabkan berkeringat cukup banyak untuk membuang sepuluh kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh. c. Penurunan pembentukan panas Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia, dihambat dengan kuat Guyton, 1997.

4. Mekanisme Antipiretik

Antipiretik adalah obat yang dapat menekan suhu tubuh pada keadaan demam Djamhuri, 1995. Suhu tubuh normal adalah 36 o -37 o C, kebanyakan analgetik juga memberi efek antipiretik. Sebaliknya, antipiretik juga dapat mengurangi rasa sakit yang diderita. Masing-masing obat tergantung pada nama efeknya paling dominan. Asetaminofen parasetamol, asetosal aspirin mempunyai efek antipiretik lebih besar daripada analgetiknya Anief, 1996. Aspirin menurunkan demam, tetapi hanya sedikit mempengaruhi suhu badan normal. Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan pengeluaran panas karena pelebaran pembuluh darah superfisial. Antipiretik mungkin disertai dengan pembentukan banyak keringat. Aspirin menghambat pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun respons susunan saraf pusat terhadap interleukin dan dapat mengatur kembali “pengontrol suhu” di PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com hipotalamus, sehingga memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi Katzung, 2002. Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik Wilmana, 1995. Parasetamol atau asetaminofen, merupakan derivat anilin yang masih berkaitan dengan fenasetin. Suatu analgetik dan antipiretik, namun tidak memiliki kerja antiinflamasi dan diberikan pada individu yang tidak mampu mentoleransi antiinflamasi nonsteroid dispepsia, hipersensitivitas. Obat ini hanya menghambat sintetis prostaglandin di jaringan saraf, dan merupakan suatu antipiretik yang paling selektif. Dibandingkan dengan aspirin, parasetamol diabsorpsi dengan baik di usus, memiliki efek samping gastrointestinal yang lebih sedikit, dan tidak menimbulkan masalah perdarahan ataupun toksisitas pada ginjal. Obat ini ditoleransi dengan baik. Berbeda dengan aspirin yang ditemukan dalam ASI, maka asetaminofen aman diberikan pada kehamilan. Obat ini bersifat hepatotoksik pada dosis umum lebih dari 10 g dosis tunggal Walsh, 1997. Obat yang menginhibisi siklooksigenase otak adalah efektif untuk menurunkan demam. Obat yang paling sering digunakan adalah asetaminofen, aspirin dan AINS lain. Senyawa-senyawa ini menghambat sistem siklooksigenase PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com yang menyebabkan asam arakhidonat dan asam-asam C 20 tak jenuh lain menjadi endoperoksida siklik. Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin serta prazat dari tromboksan A 2 dan prostasiklin Mustchler, 1986. Prostaglandin, tromboksan dan leukotrien adalah derivat asam lemak yang dihasilkan lipid membran sel, zat-zat ini berperan penting dalam respon jaringan normal ataupun abnormal terhadap stimulasi otonom, hormon dan trauma Katzung, 2000.

5. Parasetamol

Dokumen yang terkait

UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA BATANG BROTOWALI (Tinospora Uji Efek Antipiretik Infusa Batang Brotowali (Tinospora Crispa (L.) Miers) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Vaksin Dpt.

1 6 22

UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA BATANG BROTOWALI (Tinospora Uji Efek Antipiretik Infusa Batang Brotowali (Tinospora Crispa (L.) Miers) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Vaksin Dpt.

0 2 15

UJI DAYA ANTIPIRETIK INFUSA HERBA PEGAGAN (Centella asiatica L.) PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS.

1 17 20

UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 0 8

DAFTAR ISI UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 0 7

UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L) D.C) UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L) D.C) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 1 14

PENDAHULUAN UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L) D.C) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 3 16

PENDAHULUAN UJI EFEK TONIKUM INFUSA DAUN LANDEP (Barleria prionitis L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN GALUR SWISS WEBSTER.

5 43 15

UJI FETOTOKSISITAS EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum Sanctum L.) PADA MENCIT PUTIH.

0 1 6

Efek Antipiretik Infusa Cacing Tanah (Lumbrofebrin Lumbricus terrestris) Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Vaksin Campak.

2 6 26