Efek Antipiretik Infusa Cacing Tanah (Lumbrofebrin Lumbricus terrestris) Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Vaksin Campak.

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

EFEK ANTIPIRETIK INFUSA CACING TANAH (Lumbrofebrin

Lumbricus terrestris) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI VAKSIN CAMPAK

Daniel Saputra, 2007; Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II: Lusiana Darsono, dr., M.Kes Demam merupakan rangkaian respon tubuh yang kompleks yang melibatkan respon perilaku, neurologis, dan endokrin (hormonal) untuk mengatasi gangguan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor pirogenik dan dapat juga disebabkan oleh stress fisiologik. Demam punya arti penting karena merupakan indikator dari suatu penyakit. Hal ini dapat diatasi dengan self medication (obat-obatan baik dari dokter atau sendiri), kemudian dilanjutkan dengan herbal medication (obat tradisional). Salah satu obat tradisional yang dapat digunakan adalah Cacing tanah (Lumbricus terrestris).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik infusa Cacing tanah dan dosisnya.

Penelitian ini dilakukan terhadap 30 mencit jantan galur Swiss Webster dengan berat badan sekitar 28 gram. Mencit dikelompokkan secara acak dalam lima kelompok masing-masing terdiri dari enam ekor mencit sebelum diinduksi dengan vaksin Campak yang memberikan efek demam terhadap mencit. Setelah 24 jam diinduksi suhu diukur kembali. Kelompok I adalah kelompok kontrol positif menggunakan aspirin 1.82 g, kelompok II adalah kelompok kontrol negatif menggunakan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1%. Sedangkan kelompok III, IV, dan V adalah kelompok bahan uji infusa Cacing tanah (ICT) dosis 4.4%, 8.8%, dan 17.6%. Data diperoleh dari pengukuran suhu tubuh mencit menggunakan termometer digital 1 digit secara per rektal selama 2.5 jam interval 30 menit. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dan uji beda tukey HSD dengan = 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ICT dosis 4.4% menunjukkan hasil yang signifikan (p=0.034) dibandingkan dengan kontrol negatif. ICT dosis 8.8% menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p=.000) dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan ICT dosis 17.6% menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p=.000) dibandingkan dengan kontrol negatif.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa infusa Cacing tanah memiliki efek antipiretik pada dosis 4.4%, 8.8%, dan 17.6%.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

ANTIPYRETIC EFFECT OF EARTHWORM INFUSION TO MALE MICE STRAIN Swiss Webster INDUCTED BY MEASLES VACCINE

Daniel Saputra, 2007 ; Tutor I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Tutor II:Lusiana Darsono, dr., M.Kes Fever is a complex body response affecting behaviour, neurologic, and hormonal response to overwhelm disturbances that are affected by pyrogenic factors and physiological stress. Fever has a significant meaning because it can be an indicator of diseases. This problem can be cured by self medication (medicine from doctor or alone), then followed by herbal medication (traditional medicine). One of traditional medicines that can be used is Earthworm (Lumbricus terrestris).

The purpose of this research is to test the antipyretic effect of earthworm infusion and the dose.

This research was conducted to 30 male mice strain Swiss Webster with average weight 28 gram. The mice were divided by five groups randomly with containing six mice each group. The grouping was done before inducted by Measles vaccine that gave fever effect to the mice. After 24 hours induction, the temperature was measured again. Group I was the positive control using aspirin 1.82 g, group II was the negative control using Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1%. While Group III, IV, and V were the tested groups that were given ICT 4.4%, 8.8%, and 17.6%. The data were collected from measuring the body temperature of mice using digital thermometer 1 digit through rectal for 2.5 hours interval 30 minutes. The data were analyzed with oneway ANAVA and Tukey HSD differences test with = 0.05.

The result shows that ICT 4.4% has a significant result (p=0.034) compared with the negative control. ICT 8.8% has a very significant result (p=0.000) compared with the negative control. While ICT 17.6% has a very significant result compared with the negative control.

The conclusion is that Earthworm infusion has an antipyretic effect in dose 4.4%, 8.8%, and 17.6%.


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GRAFIK... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 2

1.4.1 Manfaat Akademis... 2

1.4.2 Manfaat Praktis... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 3

1.7 Lokasi dan Waktu ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam ... 5

2.1.1 Definisi... 5

2.1.2 Patofisiologi Demam ... 5

2.1.3 Macam-macam Demam ... 5

2.1.4 Dampak Demam ... 6


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

2.1.4.2 Dampak Negatif ... 7

2.2 Suhu Tubuh... 7

2.1.5 Pengukuran Suhu Tubuh... 7

2.1.6 Pengaturan Suhu Tubuh ... 8

2.3 Antipiretik... 9

2.3.1 Obat Anti- Inflamasi Non-Steroid(AINS)... 10

2.3.1.1 Klasifikasi Obat AINS... 10

2.3.1.2 Mekanisme Kerja ... 11

2.3.2 Asam Asetil Salisilat/Asetosal/Aspirin... 11

2.3.2.1Struktur Kimia ... 12

2.3.2.2Farmakodinamik ... 12

2.3.2.3Farmakokinetik ... 14

2.3.2.4Sedian dan Dosis... 15

2.3.2.5Toksisitas ... 15

2.3.2.6Kontraindikasi... 16

2.3.2.7Terapi Intoksikasi... 16

2.4Vaksin Campak ... 16

2.4.1 Deskripsi ... 17

2.4.2 Indikasi dan Penggunaan Klinis ... 17

2.4.3 Kontraindikasi ... 17

2.4.4 Efek Samping ... 18

2.4.5 Penyimpanan dan Kemasan ... 18

2.5 Cacing Tanah ... 19

2.5.1 Taksonomi... 19

2.5.2 Nama Lain ... 20

2.5.3 Deskripsi ... 20

2.5.4 Kandungan ... 21

2.5.5 Manfaat ... 22

2.5.6 Toksisitas ... 22

2.5.7 Dosis ... 22


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan... 24

3.2 Hewan Coba... 24

3.3 Pembuatan Infusa Cacing Tanah... 25

3.4 Metode Penelitian... 25

3.4.1 Desain Penelitian ... 25

3.4.2 Variabel Penelitian ... 25

3.4.3 Metode Penarikan Sampel ... 26

3.4.4 Prosedur Kerja... 26

3.4.5 Metode Analisis... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Data Suhu Mencit Sebelum dan Sesudah Induksi... 29

4.1.2 Pengaruh Infusa Cacing Tanah Terhadap Suhu Mencit ... 31

4.2 Uji Hipotesis ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK


(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Suhu Tubuh Mencit Sebelum dan Sesudah Induksi Vaksin Campak ... 30 Tabel 4.2Rerata Suhu Tubuh Mencit Sesudah Pengamatan 2.5 Jam ... 31 Tabel 4.3 Uji Beda Suhu Rerata Tukey HSD antar Kelompok Perlakuan... 31 Tabel 4.4 Hasil ANAVA Perbedaan Suhu Selama Pengamatan 2.5 Jam... 32


(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sturktur Kimia Asetosal... 12

Gambar 2.2 Vaksin Campak Kering dan Pelarut ... 16

Gambar 2.3 Lumbricus Terrestris... 19


(9)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Perhitungan Dosis ... 38

Lampiran 2 Prosedur Pembuatan Infusa Cacing Tanah... 39

Lampiran 3 Hasil Pengamatan Mencit Selama 2.5 Jam ... 40

Lampiran 4 Hasil ANAVA Satu Arah Suhu Rerata Selama 2.5 Jam... 41

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Uji t Berpasangan Suhu Sesudah Induksi Vaksin Campak ... 43


(10)

38

Universitas Kristen Maranatha

Lampiran 1

Perhitungan Dosis

Dosis Vaksin Campak

Dosis manusia = 0.5 ml

Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.0026

Dosis untuk mencit 20 g = 0.5x 0.0026 = 0.0013 ml

Dosis untuk mencit 28.24 g = 28.24/ 20 x 0.0013 = 0.00182 ml

Pengenceran = 0.5/ 0.00182 = 270 X

Dosis Aspirin

Dosis Manusia = 500 mg

Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.0026

Dosis untuk mencit 20 g = 500 x 0.0026 = 1.3 mg

Dosis untuk mencit 28.24 g = 28.24/20 x 1.3 = 1.8356 mg / 0.5 ml

Dosis Infusa Cacing Tanah

Dosis untuk manusia = 6 g

Konversi dosis untuk mencit 20 g = 0.0026

Dosis untuk mencit 20 g = 6 x 0.0026 = 0.0156 g

Dosis untuk mencit 28.24 g = 28.24/20 x 0.0156 = 0.022 g

Dosis mencit = 0.022 g/ 0.5 ml

= 0.044 g/ ml

= 4.4 g/ 100 ml

= 4.4%

Dosis yang digunakan dalam percobaan adalah

Dosis 1 = 4.4%

Dosis 2 = 8.8%

Dosis 3 = 17.6%


(11)

Universitas Kristen Maranatha

39

Lampiran 2

Prosedur Pembuatan Infusa Cacing Tanah

1.

Haluskan cacing tanah yang telah dikeringkan menggunakan blender.

2.

Timbang cacing tanah sebanyak 17.6 g.

3.

Campurkan cacing tanah yang telah ditimbang dengan 100 ml aqudest

dalam panci infusa.

4.

Panaskan panci infusa, tunggu sampai keluar asap dari pinggiran panci

infusa, lalu mulai hitung waktu selama 15 menit.

5.

Saring campuran infusa cacing tanah tersebut, sampai 100 ml.

6.

Infusa cacing tanah siap digunakan untuk dosis 3, sedangkan dosis 1 dan

2 perlu diencerkan dahulu.


(12)

Universitas Kristen Maranatha

40

Lampiran 3

Hasil Pengamatan Mencit Selama 2.5 Jam

Suhu basal

vaksin

campak 30' 60' 90' 120' 150'

35.3 38.7 38 37.1 36.3 35.9 35.9

35.2 37.7 37 37.5 36.5 36 35.9

Kontrol + 35.7 38.3 37.6 37.4 36.5 35.9 35.9

36.1 38.8 38.1 37.6 36.9 35.9 36

36.4 39.4 38.5 37.2 36.4 36 36

36.4 37.9 37 37 36.3 36.3 36.3

35.85 38.46666667 37.7 37.3 36.48333 36 36

34 38.1 38.1 38.3 38.2 38.3 38.4

33 37.9 38 38.2 38.2 38.2 38.2

Kontrol - 35.3 38 38 38.1 38.1 38.2 38.1

35.1 38.1 38.3 38.8 38.8 38.8 38.9

36 38 38.3 38.6 38.5 38.4 38.5

35.1 38.5 38.7 39 39 39 39

34.75 38.1 38.23333 38.5 38.46667 38.48333 38.51667

35 38.5 38.4 37.9 37.5 37 36.8

34.3 37.5 37.5 37.2 37.2 37.4 37

Dosis 1 36.2 38.5 38.3 37.8 37.4 37.1 36.7

36.1 37.9 37.9 37.6 37.3 37 36.5

36.5 38.2 37.9 37.7 37.1 37.2 36.7

37 38.5 38.5 38.1 37.4 37 37

35.85 38.18333333 38.08333 37.71667 37.31667 37.11667 36.78333

33.8 38.6 38.3 37.6 37 36.8 36.2

34.7 37.8 37.7 37.1 36.7 36.3 35.9

Dosis 2 34.3 37.7 37.6 37.3 37.2 36.9 36.3

35.5 38.5 38.2 37.4 36.9 36.5 36

35.6 38.7 38.6 37.5 37.2 36.7 36

34.8 38.1 38.2 37.9 37.1 37 36.3

34.783333 38.23333333 38.1 37.46667 37.01667 36.7 36.11667

34.3 38.2 37.7 36.8 36.4 36 36

35.1 39.2 38.8 38 36.4 36 36

Dosis 3 35.2 37.9 37.4 37 35.9 35.9 35.9

35.5 38.8 38.1 37.3 36.4 35.6 35.7

36.1 38.2 38 37.3 35.9 36.2 36.2

35 39.1 38.5 37.7 36 36 36


(13)

Universitas Kristen Maranatha

41

Lampiran 4

Hasil ANAVA Satu Arah Suhu Rerata Selama 2.5 Jam

Oneway

Descriptives

Hasil

6 36.8287 .22080 .09014 36.5970 37.0604 36.54 37.13

6 37.8645 .35388 .14447 37.4931 38.2359 37.39 38.33

6 37.4263 .13871 .05663 37.2808 37.5719 37.29 37.64

6 36.9167 .21224 .08665 36.6939 37.1394 36.60 37.19

6 36.7547 .24085 .09833 36.5019 37.0074 36.46 37.07

30 37.1582 .48724 .08896 36.9762 37.3401 36.46 38.33 kontrol +

kontrol -dosis 1 dosis 2 dosis3 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Hasil

2.256 4 25 .092

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

Hasil

5.403 4 1.351 22.796 .000

1.481 25 .059

6.885 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(14)

Universitas Kristen Maranatha

42

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Hasil Tukey HSD

-1.03583* .14054 .000 -1.4486 -.6231

-.59767* .14054 .002 -1.0104 -.1849

-.08800 .14054 .969 -.5008 .3248

.07400 .14054 .984 -.3388 .4868

1.03583* .14054 .000 .6231 1.4486

.43817* .14054 .034 .0254 .8509

.94783* .14054 .000 .5351 1.3606

1.10983* .14054 .000 .6971 1.5226

.59767* .14054 .002 .1849 1.0104

-.43817* .14054 .034 -.8509 -.0254

.50967* .14054 .010 .0969 .9224

.67167* .14054 .001 .2589 1.0844

.08800 .14054 .969 -.3248 .5008

-.94783* .14054 .000 -1.3606 -.5351

-.50967* .14054 .010 -.9224 -.0969

.16200 .14054 .777 -.2508 .5748

-.07400 .14054 .984 -.4868 .3388

-1.10983* .14054 .000 -1.5226 -.6971

-.67167* .14054 .001 -1.0844 -.2589

-.16200 .14054 .777 -.5748 .2508

(J) Kelompok kontrol -dosis 1 dosis 2 dosis3 kontrol + dosis 1 dosis 2 dosis3 kontrol + kontrol -dosis 2 dosis3 kontrol + kontrol -dosis 1 dosis3 kontrol + kontrol -dosis 1 dosis 2 (I) Kelompok kontrol + kontrol -dosis 1 dosis 2 dosis3 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Hasil

Tukey HSDa

6 36.7547 6 36.8287 6 36.9167

6 37.4263

6 37.8645

.777 1.000 1.000

Kelompok dosis3 kontrol + dosis 2 dosis 1 kontrol -Sig.

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.


(15)

Universitas Kristen Maranatha

43

Lampiran 5

Hasil Perhitungan Uji t Berpasangan Suhu Sesudah Induksi Vaksin Campak

Paired Samples Test

-3.023 .8877 .1621 -3.355 -2.692 -18.654 29 .000 SBLM - SSDH

Pair 1

Mean

SD

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Paired Samples Correlations

30 .285 .127

SEBELUM & SESUDAH Pair 1

N Correlation Sig. Paired Samples Statistics

35.287 30 .8993 .1642

38.310 30 .4678 .0854

SEBELUM SESUDAH Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean


(16)

Universitas Kristen Maranatha

44

Lampiran 6

Hasil Analisis Suhu Dengan Interval 30 Menit Selama 2.5 Jam

Hasil Analisis Suhu Mencit Pada Pengamatan menit ke-30

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Descriptives

HASIL

6 37.700 .6132 .2503 37.056 38.344 37.0 38.5

6 38.233 .2658 .1085 37.954 38.512 38.0 38.7

6 38.083 .3817 .1558 37.683 38.484 37.5 38.5

6 38.100 .3795 .1549 37.702 38.498 37.6 38.6

6 38.083 .5115 .2088 37.547 38.620 37.4 38.8

30 38.040 .4530 .0827 37.871 38.209 37.0 38.8

kontrol (+) kontrol (-) Dos 1 Dos 2 Dos 3 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

HASIL

1.505 4 25 .231

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

HASIL

.962 4 .241 1.205 .333

4.990 25 .200

5.952 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

HASIL

Tukey Ba

6 37.700 6 38.083 6 38.083 6 38.100 6 38.233 KELOMPOK kontrol (+) Dos 1 Dos 3 Dos 2 kontrol (-) N 1 Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a.


(17)

Universitas Kristen Maranatha

45

Hasil Analisis Suhu Mencit Pada Pengamatan menit ke-60

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Descriptives

HASIL

6 37.300 .2366 .0966 37.052 37.548 37.0 37.6

6 38.500 .3578 .1461 38.125 38.875 38.1 39.0

6 37.717 .3061 .1249 37.395 38.038 37.2 38.1

6 37.467 .2733 .1116 37.180 37.753 37.1 37.9

6 37.350 .4416 .1803 36.887 37.813 36.8 38.0

30 37.667 .5435 .0992 37.464 37.870 36.8 39.0

kontrol (+) kontrol (-) Dos 1 Dos 2 Dos 3 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

HASIL

.759 4 25 .562

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

HASIL

5.830 4 1.457 13.315 .000

2.737 25 .109

8.567 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

HASIL

Tukey Ba

6 37.300 6 37.350 6 37.467 6 37.717 6 38.500 KELOMPOK kontrol (+) Dos 3 Dos 2 Dos 1 kontrol (-)

N 1 2

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.


(18)

Universitas Kristen Maranatha

46

Hasil Analisis Suhu Mencit Pada Pengamatan menit ke-90

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Descriptives

HASIL

6 36.483 .2229 .0910 36.249 36.717 36.3 36.9

6 38.467 .3670 .1498 38.082 38.852 38.1 39.0

6 37.317 .1472 .0601 37.162 37.471 37.1 37.5

6 37.017 .1941 .0792 36.813 37.220 36.7 37.2

6 36.167 .2582 .1054 35.896 36.438 35.9 36.4

30 37.090 .8426 .1538 36.775 37.405 35.9 39.0

kontrol (+) kontrol (-) Dos 1 Dos 2 Dos 3 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

HASIL

2.537 4 25 .065

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

HASIL

19.035 4 4.759 76.673 .000

1.552 25 .062

20.587 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

HASIL

Tukey Ba

6 36.167 6 36.483 6 37.017 6 37.317 6 38.467 KELOMPOK Dos 3 kontrol (+) Dos 2 Dos 1 kontrol (-)

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.


(19)

Universitas Kristen Maranatha

47

Hasil Analisis Suhu Mencit Pada Pengamatan menit ke-120

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Descriptives

HASIL

6 36.000 .1549 .0632 35.837 36.163 35.9 36.3

6 38.483 .3371 .1376 38.130 38.837 38.2 39.0

6 37.117 .1602 .0654 36.949 37.285 37.0 37.4

6 36.700 .2608 .1065 36.426 36.974 36.3 37.0

6 35.950 .1975 .0806 35.743 36.157 35.6 36.2

30 36.850 .9670 .1765 36.489 37.211 35.6 39.0

kontrol (+) kontrol (-) Dos 1 Dos 2 Dos 3 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

HASIL

2.006 4 25 .124

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

HASIL

25.763 4 6.441 119.128 .000

1.352 25 .054

27.115 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

HASIL

Tukey Ba

6 35.950 6 36.000 6 36.700 6 37.117 6 38.483 KELOMPOK Dos 3 kontrol (+) Dos 2 Dos 1 kontrol (-)

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.


(20)

Universitas Kristen Maranatha

48

Hasil Analisis Suhu Mencit Pada Pengamatan menit ke-150

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Descriptives

HASIL

6 36.000 .1549 .0632 35.837 36.163 35.9 36.3

6 38.517 .3656 .1493 38.133 38.900 38.1 39.0

6 36.717 .2787 .1138 36.424 37.009 36.3 37.0

6 36.117 .1722 .0703 35.936 36.297 35.9 36.3

6 35.967 .1633 .0667 35.795 36.138 35.7 36.2

30 36.663 1.0074 .1839 36.287 37.039 35.7 39.0

kontrol (+) kontrol (-) Dos 1 Dos 2 Dos 3 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

HASIL

2.307 4 25 .086

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

HASIL

27.971 4 6.993 119.877 .000

1.458 25 .058

29.430 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

HASIL

Tukey Ba

6 35.967 6 36.000 6 36.117 6 36.717 6 38.517 KELOMPOK Dos 3 kontrol (+) Dos 2 Dos 1 kontrol (-)

N 1 2 3

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.


(21)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui

sebagai pertanda penyakit (Nelwan, 2006). Demam merupakan rangkaian

respon tubuh yang kompleks yang melibatkan respon perilaku,

neurologis, dan endokrin (hormonal) untuk mengatasi gangguan yang

ditimbulkan oleh faktor-faktor pirogenik dan dapat juga disebabkan oleh

stress fisiologik (Dorland, 1997 ; Valentinus Yudy, 2007).

Demam punya

arti penting bagi dokter maupun penderita karena merupakan indikator

dari suatu penyakit (Soeroso, 1989).

Penanganan demam sebaiknya dimulai saat mulai didapatkan

gejala demam dan

p

enggunaan obat-obatan yang digunakan harus

dipertimbangkan sebaik-baiknya (http//: www.kaltimpost.web.id, 2007).

Usaha-usaha untuk mengatasi demam diawali dengan

self medication

(penggunaan obat-obatan baik dari dokter atau sendiri), kemudian

dilanjutkan dengan

herbal medication

(penyembuhan dengan obat

tradisional

)

. Pengobatan ini dilakukan dalam rangka memperoleh derajat

kesehatan yang optimal dengan memanfaatkan tanaman obat yang

dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional. Obat tradisional adalah

obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan,

mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang

secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. (Katno dkk, 2006).

Cacing tanah termasuk dalam golongan obat tradisional. Daya

tariknya berasal dari komponen kimia cacing tanah yang tidak

menimbulkan efek toksik bagi manusia dan aman dikonsumsi. Selain

untuk penyakit demam, cacing tanah secara empiris juga diketahui dapat


(22)

Universitas Kristen Maranatha

2

mengobati berbagai penyakit. Pengaruh cacing tanah (Lumbrofebrin

Lumbricus terrestris

) sebagai antipiretik telah terbukti pada hewan coba

mencit di Magelang, Jawa Tengah (Hendra Priantono, 2006)

Penelitian tentang khasiat obat tradisional dilakukan untuk

menunjang penggunaan secara empiris dengan data ilmiah, sehingga

penggunaannya data lebih dipertangggungjawabkan. Oleh karena itu,

penelitian ini penting dalam upaya pengembangan di bidang kesehatan,

dimana penggunaannya sebagai obat tradisional memerlukan penelitian

untuk mengetahui kebenaran khasiatnya. Peneliti tertarik meneliti khasiat

infusa cacing tanah untuk menurunkan demam.

1.2

Identifikasi Masalah

Apakah infusa cacing tanah (Lumbrofebrin

)

mempunyai efek

antipiretik dan berapa dosisnya.

1.3

Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk menambah perbendaharaan

obat alternatif yang berguna sebagai penurun demam bila terbukti cacing

tanah berefek antipiretik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik

infusa Cacing tanah

(

Lumbrofebrin

Lumbricus terrestris

).

1.4

Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1

Manfaat akademis

Penelitian ini dilakukan untuk memperluas dan menambah ilmu

pengetahuan di bidang farmakologi obat tradisional, khususnya cacing

tanah yang mempunyai efek antipiretik.


(23)

Universitas Kristen Maranatha

3

1.4.2

Manfaat Praktis

Cacing tanah diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat

sebagai obat alternatif untuk menurunkan demam.

1.5

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Obat antipiretik menurunkan demam dengan menghambat proses

inflamasi / radang. Mekanisme kerja obat antipiretik adalah dengan

penghambatan biosintesis prostaglandin, yang akan dilepaskan bilamana

sel

mengalami

kerusakan

dengan

cara

menghambat

enzim

siklooksigenase sehingga konversi asam arachidonat menjadi PGE2

terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang

berbeda (Mycek M.J. et all, 2001; Wilmana, 2003).

Cacing tanah mempunyai kandungan bahan aktif antara lain

lumbrofebrin, lumbritin, terre strolumbrolysin, xanthine, adenine dan

hypoxanthine (Chu, 2006). Selain itu, binatang ini mengandung mineral

dan sejumlah asam anorganik. Bahan aktif cacing tanah yang mempunyai

efek antipiretik adalah Lumbrofebrin (Hendra Priantono, 2006).

Lumbrofebrin berfungsi menghambat sintesa prostaglandin yang

menghambat terjadinya demam. Cara kerja Lumbrofebrin ini menyerupai

aktivitas obat antipiretik sintesis.

Hipotesis penelitian : infusa cacing tanah mempunyai efek

antipiretik.

1.6

Metodologi Penelitian

Metode

penelitian

ini

bersifat

prospektif

eksperimental

sunggguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian infusa

cacing tanah terhadap penurunan suhu tubuh mencit setelah diinduksi


(24)

Universitas Kristen Maranatha

4

dengan vaksin Campak secara subcutan. Pengukuran suhu dilakukan

secara per rektal. Data yang diukur adalah suhu dalam

o

C.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan

dengan uji beda tukey HSD dengan = 0.05. Kemaknaan ditentukan

berdasarkan nilai

p

< 0.05 menggunakan komputer dengan program

SPSS 15.0.

1.7

Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi,

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Waktu penelitian berlangsung mulai bulan April 2007 sampai

dengan bulan Juni 2007.


(25)

36

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2007

.

Common

Ayurvedic

Herbs

&Minerals

http://www.

unaniherbalist. com. 21 April 2007

---. 2007.

Earthworm. http:// e2121.com. 21 April 2007

---. 2007. Earthworm. http:// www.answers.com. 6 Mei 2007

---. 2007. Earthworm. http:// en.wikipedia.org. 3 Mei 2007

---. 2007. Picture of Earthworm. http:// kentdimmons.uwinnipeg.ca. 3 Mei

2007

---. 2007. Penanganan Demam. http:// www.kaltimpost.web.id. 26 April

2007

---. 2007. Vaksin Campak Kering. http:// www.biofarma.co.id. 24 Mei 2007

Arifianto, Nurul Itqiyah Hariadi. 2007. Demam. http:// www.sehatgroup.web.id.

25 April 2007

Chu J.H.K., 2006. Di Long. http:// www. .chu.users2.50megs.com. 1 April 2007

Guyton, Arthur C. Hall, John E. 1997.

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

. Edisi 9.

Editor Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. hal 1141-1155

Hendra

Priantono.

2006.

Cacing

Tanah

Penghalau

Penyakit

.

http//:

terussehat.com. 1 April 2007

Kamus Kedokteran Dorland

. Edisi 26. 2001. Editor tim editor EGC. Jakarta:

EGC. hal 694-649

Kanto dkk. 2006. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat Tradisional.

http:// www.litbang.depkes.go.id. 26 April 2007

Kemas Ali Hanifah. 2006.

Dasar-dasar Statistika

. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada. hal 257-262

Mycek M.J., Harvey R.A., Champe P.C.2001.Obat-obat Antiinflamasi dan

Autakoid. Lippincott’s Illustrated Review :

Pharmacology

. Terjemahan

Azwar Agoes.1

st

ed. Jakarta: Widya Medika. p 404-408


(26)

Universitas Kristen Maranatha

37

Nelwan R.H.H.,2006. Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam:

Ilmu Penyakit

Dalam

. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI. hal 1719-1721

Roberts II, L. Jackson, Morrow, Jason D. 2001. Analgesic-Antipyretic and

Antiinflamatory Agents and Drugs Employed in The Treatment of Gout.

In Goodman & Gillman:

Pharmacology and Therapy

. 10

th

ed. United

States of America: McGraw Hill. p 687-689

Santoso Soeroso. 1989. Demam Pada Praktek Dokter Swasta.

Dexa Media

1(2):

21-23

Wilmana P.F., 2001. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid

dan Obat Pirai. Dalam:

Farmakologi dan Terapi

. Edisi 4. Jakarta: Gaya

Baru. hal 207-222

Valentinus Yudy. 2007. Dok, saya panas!. http:// tanyadokteranda.com. 26 April

2007


(1)

1.1Latar Belakang

Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit (Nelwan, 2006). Demam merupakan rangkaian respon tubuh yang kompleks yang melibatkan respon perilaku, neurologis, dan endokrin (hormonal) untuk mengatasi gangguan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor pirogenik dan dapat juga disebabkan oleh stress fisiologik (Dorland, 1997 ; Valentinus Yudy, 2007). Demam punya arti penting bagi dokter maupun penderita karena merupakan indikator dari suatu penyakit (Soeroso, 1989).

Penanganan demam sebaiknya dimulai saat mulai didapatkan gejala demam dan penggunaan obat-obatan yang digunakan harus dipertimbangkan sebaik-baiknya (http//: www.kaltimpost.web.id, 2007). Usaha-usaha untuk mengatasi demam diawali dengan self medication (penggunaan obat-obatan baik dari dokter atau sendiri), kemudian dilanjutkan dengan herbal medication (penyembuhan dengan obat tradisional). Pengobatan ini dilakukan dalam rangka memperoleh derajat kesehatan yang optimal dengan memanfaatkan tanaman obat yang dikemas dalam bentuk jamu atau obat tradisional. Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. (Katno dkk, 2006).

Cacing tanah termasuk dalam golongan obat tradisional. Daya tariknya berasal dari komponen kimia cacing tanah yang tidak menimbulkan efek toksik bagi manusia dan aman dikonsumsi. Selain untuk penyakit demam, cacing tanah secara empiris juga diketahui dapat


(2)

Universitas Kristen Maranatha

2

mengobati berbagai penyakit. Pengaruh cacing tanah (Lumbrofebrin Lumbricus terrestris) sebagai antipiretik telah terbukti pada hewan coba mencit di Magelang, Jawa Tengah (Hendra Priantono, 2006)

Penelitian tentang khasiat obat tradisional dilakukan untuk menunjang penggunaan secara empiris dengan data ilmiah, sehingga penggunaannya data lebih dipertangggungjawabkan. Oleh karena itu, penelitian ini penting dalam upaya pengembangan di bidang kesehatan, dimana penggunaannya sebagai obat tradisional memerlukan penelitian untuk mengetahui kebenaran khasiatnya. Peneliti tertarik meneliti khasiat infusa cacing tanah untuk menurunkan demam.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah infusa cacing tanah (Lumbrofebrin) mempunyai efek antipiretik dan berapa dosisnya.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk menambah perbendaharaan obat alternatif yang berguna sebagai penurun demam bila terbukti cacing tanah berefek antipiretik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik infusa Cacing tanah (Lumbrofebrin Lumbricus terrestris).

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat akademis

Penelitian ini dilakukan untuk memperluas dan menambah ilmu pengetahuan di bidang farmakologi obat tradisional, khususnya cacing tanah yang mempunyai efek antipiretik.


(3)

1.4.2 Manfaat Praktis

Cacing tanah diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai obat alternatif untuk menurunkan demam.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Obat antipiretik menurunkan demam dengan menghambat proses inflamasi / radang. Mekanisme kerja obat antipiretik adalah dengan penghambatan biosintesis prostaglandin, yang akan dilepaskan bilamana sel mengalami kerusakan dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arachidonat menjadi PGE2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda (Mycek M.J. et all, 2001; Wilmana, 2003).

Cacing tanah mempunyai kandungan bahan aktif antara lain lumbrofebrin, lumbritin, terre strolumbrolysin, xanthine, adenine dan hypoxanthine (Chu, 2006). Selain itu, binatang ini mengandung mineral dan sejumlah asam anorganik. Bahan aktif cacing tanah yang mempunyai efek antipiretik adalah Lumbrofebrin (Hendra Priantono, 2006). Lumbrofebrin berfungsi menghambat sintesa prostaglandin yang menghambat terjadinya demam. Cara kerja Lumbrofebrin ini menyerupai aktivitas obat antipiretik sintesis.

Hipotesis penelitian : infusa cacing tanah mempunyai efek antipiretik.

1.6Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sunggguhan, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian infusa cacing tanah terhadap penurunan suhu tubuh mencit setelah diinduksi


(4)

Universitas Kristen Maranatha

4

dengan vaksin Campak secara subcutan. Pengukuran suhu dilakukan secara per rektal. Data yang diukur adalah suhu dalam o C.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda tukey HSD dengan = 0.05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05 menggunakan komputer dengan program SPSS 15.0.

1.7Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Waktu penelitian berlangsung mulai bulan April 2007 sampai dengan bulan Juni 2007.


(5)

Anonim. 2007. Common Ayurvedic Herbs &Minerals http://www.

unaniherbalist. com. 21 April 2007

---. 2007.Earthworm. http:// e2121.com. 21 April 2007 ---. 2007. Earthworm. http:// www.answers.com. 6 Mei 2007 ---. 2007. Earthworm. http:// en.wikipedia.org. 3 Mei 2007

---. 2007. Picture of Earthworm. http:// kentdimmons.uwinnipeg.ca. 3 Mei 2007

---. 2007. Penanganan Demam. http:// www.kaltimpost.web.id. 26 April 2007

---. 2007. Vaksin Campak Kering. http:// www.biofarma.co.id. 24 Mei 2007 Arifianto, Nurul Itqiyah Hariadi. 2007. Demam. http:// www.sehatgroup.web.id.

25 April 2007

Chu J.H.K., 2006. Di Long. http:// www. .chu.users2.50megs.com. 1 April 2007 Guyton, Arthur C. Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

Editor Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. hal 1141-1155

Hendra Priantono. 2006. Cacing Tanah Penghalau Penyakit. http//:

terussehat.com. 1 April 2007

Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. 2001. Editor tim editor EGC. Jakarta:

EGC. hal 694-649

Kanto dkk. 2006. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat Tradisional. http:// www.litbang.depkes.go.id. 26 April 2007

Kemas Ali Hanifah. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. hal 257-262

Mycek M.J., Harvey R.A., Champe P.C.2001.Obat-obat Antiinflamasi dan Autakoid. Lippincott’s Illustrated Review : Pharmacology. Terjemahan Azwar Agoes.1st ed. Jakarta: Widya Medika. p 404-408


(6)

Universitas Kristen Maranatha

37

Nelwan R.H.H.,2006. Demam : Tipe dan Pendekatan. Dalam: Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Balai penerbit FKUI. hal 1719-1721

Roberts II, L. Jackson, Morrow, Jason D. 2001. Analgesic-Antipyretic and Antiinflamatory Agents and Drugs Employed in The Treatment of Gout. In Goodman & Gillman: Pharmacology and Therapy. 10th ed. United States of America: McGraw Hill. p 687-689

Santoso Soeroso. 1989. Demam Pada Praktek Dokter Swasta. Dexa Media 1(2): 21-23

Wilmana P.F., 2001. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru. hal 207-222

Valentinus Yudy. 2007. Dok, saya panas!. http:// tanyadokteranda.com. 26 April 2007


Dokumen yang terkait

UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 0 8

PENDAHULUAN UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

3 13 18

DAFTAR ISI UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 0 7

UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L) D.C) UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L) D.C) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 1 14

PENDAHULUAN UJI ANTIPIRETIK INFUSA DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L) D.C) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss YANG DIINDUKSI VAKSIN TETANUS TOKSOID.

0 3 16

Efek Antipiretik Infusa Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster.

3 16 22

Efek Infusa Buah Mahkota Dewa (Phaleria Papuana) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss-Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 4 25

Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiberis Rhizoma) terhadap Mencit Jantan Galur Swiss-Webster.

11 55 20

Uji efek antipiretik seduhan serbuk cacing tanah Lumbricus rubellus pada marmut jantan demam akibat vaksin campak - Ubaya Repository

0 0 2

Uji efek antipiretik seduhan serbuk cacing tanah Lumbricus rubellus pada marmut jantan demam akibat vaksin campak - Ubaya Repository

0 0 2