Profil Keluarga Dampingan Permasalahan Keluarga

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Bab ini akan dijabarkan tentang profil keluarga dampingan termasuk perekonomian keluarga dampingan berupa pendapatan dan pengeluaran keuangan dari keluarga Bapak I Made Windia. Identitas keluarga dampingan merupakan hal primer dalam pendataan keluarga dampingan. Dalam hal ini, mahasiswa selaku peneliti melakukan pendataan dan pendampingan terhadap keluarga miskin dengan koordinasi serta pembagian oleh Kepala Desa bersangkutan khususnya untuk Desa Kuwum, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung sebagai tempat penelitian mahasiswa bersangkutan.

1.1 Profil Keluarga Dampingan

Identitas dari keluarga Bapak I Made Windia bersama dengan istri dan 1 orang anak sebagai objek keluarga dampingan adalah seperti tabel 1.1. Tabel 1.1 Identitas Keluarga Bapak I MADE WINDIA No. Nama Status Umur Th Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. I Made Windia Kawin 40 TAMAT SD SEDERAJAT Petani Borongan Kepala Keluarga 2. Ni Wayan Wirati Kawin 37 SLTASederajat Ibu Rumah Tangga Istri 3. Ni Putu Dian Putri Lestari Belum Kawin 11 SD Belum Bekerja Anak 4. Ni Kadek Ocha Widia Oki Aviani Belum Kawin 3 Belum Sekolah Belum Bekerja Anak Bapak I Made Windia merupakan salah satu keluarga yang masuk dalam kriteria keluarga Kurang Sejahtera KS dan merupakan penerima bantuan Beras Miskin Raskin dari pemerintah. Bapak I Made Windia memiliki keluarga yang terdiri dari 2 anggota keluarga, yaitu Bapak I Made Windia sendiri sebagai kepala keluarga, seorang istri, dan 2 orang anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan. Keluarga dari Bapak I Made Windia ini dapat dikatakan sebagai salah satu keluarga pra-sejahtera karena dilihat dari segi perekonomian keluarga yang masih “pas-pas’an” untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tapi syukurnya tidak sampai berhutang jika ada keperluan mendesak. Rumah yang ditempati bapak I Made Windia sudah dapat dikatakan layak. Rumah seluas 3 are itu terdiri dari teras dan kamar tidur. Sementara untuk dapur dan kamar mandi berada diluar rumah.

1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan

Ekonomi keluarga dampingan merupakan salah satu indikator dari standar tingkat kesejahteraan keluarga yang bersangkutan. Pengukuran tingkat kesejahteraan bertujuan untuk melihat dan mengidentifikasi sumber penghasilan keluarga dampingan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pada aspek ekonomi keluarga dampingan akan dibahas beberapa indikator utama sirkulasi dana dari keluarga dampingan yakni pendapatan keluarga sebagai sumber pemasukan serta pengeluaran sebagai hasil atas penggunaan dana yang didapatkan oleh keluarga dampingan yang bersangkutan yang dalam hal ini adalah keluarga Bapak I Made Windia.

1.2.1 Pendapatan Keluarga

Keluarga Bapak I Made Windia merupakan salah satu keluarga pra-sejahtera yang bertempat tinggal di Banjar Balangan Kangin. Bapak I Made Windia sempat mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar, sedangkan istri Bapak I Made Windia sampai Sekolah Menengah Atas. Saat ini Bapak I Made Windia bekerja sebagai petani dengan penghasilan kira-kira Rp 50.000hari. Sekarang Bapak I Made Windia tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bapak I Made Windia bekerja serabutan dengan pendapatan yang tidak menentu. Terkadang beliau mendapat penghasilan kira-kira Rp 50.000hari tergantung pekerjaan yang diambil. Waktu kerja yang dibutuhkan pun tidak menentu sesuai dengan pekerjaan yang diambil.

1.2.2 Pengeluaran Keluarga

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah tentu Bapak I Made Windia harus mengatur pengeluaran rumah tangga seperti untuk konsumsi, kesehatan, sosial dan lain – lain. Adapun rincian dari berbagai keperluan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Kebutuhan Sehari – hari Konsumsi Perincian untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak I Made Windia dalam sebulan adalah sebagai berikut : Belanja per-hari : Rp 50.000 x 30 hari = Rp 1.500.000 Untuk biaya MCK tidak dianggarkan tergantung keperluan. b. Kesehatan Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting karena sangat mempengaruhi produktivitas seseorang. Hal ini juga sangat diperhatikan oleh keluarga Bapak I Made Windia. Namun, untuk biaya kesehatan Bapak I Made Windia tidak menganggarkan biaya tertentu karena disesuaikan dengan kondisi kesehatan. c. Sosial Dalam kehidupan bermasyarakat tentu banyak pengeluaran yang harus ditanggung oleh Bapak I Made Windia. Hal ini ditambah lagi dengan adat-istiadat yang ada di Banjar yang menuntut pengeluaran tambahan selain kebutuhan pokok. Keperluan sosial yang harus dikeluarkan oleh Bapak I Made Windia seperti iuran banjar, uang suka duka ngaben, pawiwahan, upacara yadnya, dan berbagai kegiatan adat-istiadat lainnya. Untuk berbagai pengeluaran sosial seperti itu, Bapak I Made Windia tidak menganggarkan secara khusus. Hal ini disesuaikan dengan kondisi keuangan saat itu. Namun, apabila beliau tidak memiliki uang disaat yang mendesak, maka Bapak I Made Windia terpaksa untuk berhutang terlebih dahulu. Namun, umumnya jumlah yang dikeluarkan untuk iuran banjar, uang suka duka ngaben, pawiwahan, upacara yadnya, dan berbagai kegiatan adat-istiadat lainnya mencapai Rp 200.000. d. Lain – lain Selain biaya untuk kebutuhan sehari-hari, ada berbagai kebutuhan yang harus dikeluarkan oleh Bapak I Made Windia selama sebulan seperti biaya listrik dan biaya air. Adapun dana untuk lisrik per bulan yang harus dikeluarkan oleh beliau per bulan adalah sebesar Rp 50.000 per bulan. Sedangkan untuk biaya air per bulan sebesar Rp 30.000. BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH Bab II ini merupakan bab penjelasan mengenai masalah-masalah yang dianggap sebagai permasalahan utama sehingga harus diprioritaskan untuk dibahas dan ditanggapi agar dapat menentukan solusi yang sekiranya tepat. Permasalahan tersebut bisa meliputi masalah keuangan, pendidikan, hingga masalah kesehatan. Berikut adalah beberapa prioritas permasalahan yang dialami Bapak I Made Windia :

2.1 Permasalahan Keluarga

Untuk mengidentifikasi suatu permasalahan, maka dibutuhkan suatu pendekatan secara langsung terhadap keluarga dampingan. Pendekatan tersebut dapat dilakukan melalui wawancara secara langsung dan observasi tempat lingkungan rumah dengan mengunjungi keluarga dampingan. Setelah mengunjungi rumah keluarga dampingan yang dalam hal ini rumah Bapak I Made Windia, didapatkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh beliau. Adapun permasalahn tersebut meliputi masalah keuangan, pendidikan, maupun permasalahan keluarga. Bapak I Made Windia yang hanya berpendidikan SD sudah tentu sangat susah untuk mencari pekerjaan yang layak. Hal ini membuat beliau bekerja serabutan dengan pendapatan minim bahkan tidak menentu.

2.2 Masalah Prioritas