2. Mengetahui kekuatan impak batu gerinda spesimen sendiri dan batu gerinda pabrikan merk lippro dengan standar pengujian
ASTM E23.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 1. KAJIAN PUSTAKA
Gorgulu dan Ceylanoglu 2008 menyatakan sebuah metode tentang pengujian gerinda pada marmer dengan silicon carbide
SiC dan diamond sebagai serbuk abrasifnya. Hal ini untuk mengetahui kekasaran permukaan benda yang digerinda dan
pemakanannya. Langkah eksperimen dimulai dari menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari batu gerinda yang batu asahnya
dari SiC dan diamond, dua mesin pemutar gerinda, dan marmer. Kemudian gerinda dipasang pada dua mesin pemutar dan diberi
tekanan 1 bar dengan sudut kemiringan gerinda 60
o
. Gerinda digesekkan ke marmer dengan putaran 420 rpm dan panjang
lintasan 45 cm. Dari hasil eksperimen diketahui bahwa gerinda dengan batu asah SiC menghasilkan permukaan yang lebih halus
dibandingkan dengan diamond, akan tetapi pemakannya pada gerinda diamond lebih besar dibandingkan pada batu gerinda yg
terbuat dari SiC.
Tanaka dan Isono 2001 menyampaikan sebuah metode untuk mengembangkan roda gerinda dengan sinar ultraviolet untuk
pengeringan campuran antara resin dan butiran asah. Metode ini menggunakan resin Aronix M series dan hardener Irgacure 651.
Langkah eksperimen ini dengan mencampur butiran asah dengan resin di dalam kotak bersih kemudian diaduk. Campuran
selanjutnya dituangkan dalam cetakan silinder kecil yang ditutupi dengan plat kaca. Sinar ultraviolet diarahkan ke campuran melalui
lubang berdiameter 3 mm dengan jarak 450 mm dari cetakan. Karakteristik pengeringan diketahui berdasarkan tebal dan lebar
resin pada plat kaca. Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa pengeringan campuran antara resin dan butiran asah untuk
membuat gerinda dengan sinar ultraviolet membutuhkan waktu hanya 5-10 detik.
Susanto 2009 menyampaikan tentang pembuatan batu gerinda dengan batu koril dari silicon carbide dengan ukuran mesh
10, 12, dan 14 dicampur dengan daur ulang gerinda bekas mesh 40. Eksperimen ini menggunakan metode metalurgi serbuk dimana
campuran bahan perekat dan batu koril yang dicetak diberi
penekanan sejuk sebesar 100 kN dengan mesin penekan hidrolik serta temperatur sintering awal 70
o
C selama 3 jam dan dilanjutkan pada suhu 250
o
C selama 24 jam. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semakin kecil ukuran mesh maka keausan gerinda semakin
kecil. Pada ukuran mesh 14 didapat nilai keausan rata-rata paling rendah yaitu 1,066 grmenit sedangkan nilai keausan rata-ratanya
yang paling tinggi terdapat pada batu gerinda dengan mesh 10 yaitu 2,53 grmenit.
2. LANDASAN TEORI a. Gerinda
Gerinda merupakan sebuah alat yang digunakan untuk proses penghilangan material dengan pengikisan material
removal. Proses ini terjadi diakibatkan oleh terkikisnya material oleh butiran asah yang berbentuk iregular yang ujungnya tajam
dan berfungsi sebagai bagian yang akan mengikis material. Prinsip kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar
bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan. Pada pemutaran
roda gerinda dengan kecepatan tinggi dan diberi gaya penekanan yang akan membuat batu gerinda mempunyai
kemampuan yang kuat untuk mengikis material Marinescu, 2004.
b. Komposit
Kata komposit composite merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite ini berasal dari kata
kerja to composite yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi definisi komposit dalam lingkup ilmu material adalah
gabungan dua buah material atau lebih yang digabung pada skala makroskopis untuk membentuk material baru yang lebih
bermanfaat, ini berbeda dengan alloy paduan yang digabung secara mikroskopis. Pada material komposit sifat unsur
pendukungnya masih terlihat dengan jelas, sedangkan pada alloy paduan sudah tidak kelihatan lagi unsur-unsur
pendukungnya Gibson, R.F, 1994.