Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pengguna Pil KB Di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara diminum pil Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah, menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan yang memang tidak diinginkan. Untuk itu kepatuhan mengkonsumsi pil KB secara teratur sesuai dengan dengan petunjuk tenaga kesehatan harus dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB bertujuan agar manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan menjarangkan terjadinya kehamilan bisa dirasakan. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi pil KB tidak bisa menjamin bahwa akseptor pil KB terhindar dari kehamilan. Hal ini dikarenakan pengkonsumsian yang tidak teratur emnjadikan pil KB tidak bisa bekerja secara optimal. Akan tetapi fenomena di lapangan menunjukkan bahwa sering kali akseptor pil KB tidak patuh dalam melakukan keteraturan mengkonsumsi pil KB. Ketidakpatuhan ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pil KB. Mereka cenderung menghemat pengkonsumsian dengan meminum pil KB dibawah ukuran yang disarankan. Kebiasaan ini menyebabkan masih mungkin akseptor pil KB mengalami kehamilan yang tidak diinginkan Depkes RI, 2001. Menurut WHO, tahun 2009 hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 65-75 juta diantaranya terutama di negeri berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu pil KB. Akan tetapi 5 dari jumlah tersebut penggunanya adalah tidak melakukan pengkonsumsian secara teratur sehingga beresiko terjadinya kehamilan Depkes RI, 2001. Data akseptor kontrasepsi di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 sebesar 5.386 orang dari keseluruhan pasangan usia subur, dengan perincian yang dipakai adalah suntikan 48,5, pil 21,5, dan implant atau susuk alat kontrasepsi 30. Dari jumlah pengguna pil KB yang patuh mengkonsumsi pil KB sesuai dengan petunjuk tenaga kesehatan hanya 54. Dari jumlah tersebut yang masih mengeluh menemukan tanda-tanda kehamilan sebanyak 56. Hal ini dikarenakan kebiasaan mengkonsumsi pil KB yang tidak teratur. Studi pendahuluan didapatkan data dari 10 akseptor pil KB yang patuh dan rutin mengkonsumsi pil KB sebanyak 4 orang 40 sedangkan yang tidak patuh dan tidak rutin mengkonsumsi pil KB sebanyak 6 orang 60 Havitia, 2009. Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah ovulasi pelepasan telur selama siklus bulanan. Seorang wanita tidak bisa hamil jika dia tidak berovulasi karena tidak ada telur untuk dibuahi. Pil KB juga bekerja dengan menebalkan lendir di sekitar leher rahim, yang membuatnya sulit bagi sperma untuk memasuki rahim dan mencapai setiap telur yang telah muncul. Hormon-hormon dalam pil KB terkadang juga dapat mempengaruhi lapisan rahim, sehingga sulit bagi telur untuk menempel ke dinding rahim.Pada jenis pil yang lain dapat mengubah periode menstruasi adalah pil progesteron berdosis rendah, atau kadang-kadang disebut juga pil mini. Jenis pil KB ini berbeda dari pil lain yang hanya berisi satu jenis hormon progesterone. Pil mini bekerja dengan mengubah lendir serviks dan dinding rahim, dan terkadang juga mempengaruhi ovulasi juga . Arum, D dan Sujiyatini, 2009 Ketidakteraturan pengkonsumsian pil KB menyebabkan hormon yang terkandung dalam pil KB tidak bisa bekerja dengan maksimal. Sehingga memungkinkan akseptor pil KB terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa membuat akseptor pil KB panik hingga sehingga melakukan tindakan aborsi yang beresiko tinggi Depkes, 2002. Pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang pil KB yang mereka ketahui berdasarkan kebutuhan dan kepentingan keluarga. Kodyat 1999. Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita yang berpendidikan rendah mencapai 4,1, sedangkan kelompok berpendidikan tinggi hanya 2,7 per keluarga. Hal itu dikarenakan wanita berpendidikan rendah cenderung mempunyai pola fikir yang tidak ingin mencari informasi dan memahami tentang pentingnya melakukan keteraturan pengkonsumsian pil KB Ruslan, 2010. Pada wanita berpendidikan rendah, angka kematian ibu tinggi yaitu 228 kasus per seratus ribu kelahiran sedangkan kematian bayi 34 kasus dari seribu kelahiran. Penduduk Indonesia 60 hanya tamatan SMA atau lebih rendah. Pengaruh antara wanita berpendidikan tinggi dengan wanita berpendidikan rendah dalam melaksanakan program KB yaitu dengan tingginya angka kelahiran pada wanita yang berpendidikan rendah Wibowo, 2010. Wanita yang mempunyai pengetahuan lebih baik tentang pil KB dan manfaatnya akan lebih mentaati aturan penggunaan pil KB. Untuk menambah pengetahuan menjadi lebih baik bisa dilakukan dengan kunjungan ke posyandu, baik dari buku atau media cetak lainnya atau melakukan konseling dengan bidan desa tentang pil KB . Arum, D dan Sujiyatini, 2009. Permasalahan tentang rendahnya pendidikan wanita Indonesia mengakibatkan rasa tidak ingin tahu tentang penggunaan pil KB sehingga dapat menyebabkan mayarakat tidak teratur mengkonsumsi pil KB, hal ini mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan dan tingkat kelahiran yang cukup tinggi. Berdasarkan uraian tentang pil KB, pendidikan dan pengetahuan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengguna pil KB di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

20 157 94

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN, DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN JADWAL MENGIKUTI Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Dan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Jadwal Mengikuti Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Weru Sukoharjo.

0 2 17

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN JADWAL MENGIKUTI Hubungan Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Dan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Jadwal Mengikuti Imunisasi Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Weru Sukoharjo.

0 2 11

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNA Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pengguna Pil KB Di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013.

0 2 10

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNA PIL KB DI KECAMATAN WERU Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pengguna Pil KB Di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013.

1 2 17

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN KARANGANYA

0 0 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 4

PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN IBU DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA KARANG TENGAH KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO.

0 1 4

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL AKSEPTOR KB AKTIF DENGAN KEMANDIRIAN KB DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

0 0 30

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DI DESA WERU WERU SUKOHARJO TAHUN 2009

0 0 7