Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

HUBUNGAN SARANA SANITASI AIR BERSIH DAN PERILAKU IBU
TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA UMUR 10-59 BULAN
DI WILAYAH PUSKESMAS KERANGGAN KECAMATAN SETU
KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

Skripsi

Disusun Oleh:
ROYA SELARAS CITA
109101000049

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Juli 2014

Roya Selaras Cita, NIM: 109101000049
HUBUNGAN SARANA SANITASI AIR BERSIH DAN PERILAKU IBU
TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA UMUR 10-59 BULAN DI
WILAYAH PUSKESMAS KERANGGAN KECAMATAN SETU KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2013
(xxi + 106 halaman, 4 bagan, 2 gambar, 18 tabel, 5 lampiran)
ABSTRAK
Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama
kesakitan dan kematian, terutama pada balita. Beberapa faktor yang paling dominan
menyebabkan diare adalah sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, dimana
kedua faktor ini dapat berinteraksi dengan perilaku manusia. Dari rekapan data
mengenai 30 besar penyakit per puskesmas se-Tangerang Selatan, wilayah Puskesmas
Keranggan merupakan wilayah yang memiliki kasus diare tertinggi sepanjang tahun
2012 dengan jumlah kasus sebanyak 2.298 kasus diare. Dari hal ini peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu terhadap kejadian
diare pada balita di Wilayah Puskesmas Keranggan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan studi cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah balita umur 10-59 bulan yang berjumlah
90 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari
instansi terkait dan data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Dari hasil penelitian diperoleh sebesar 35,6% mengalami diare dan 64,4% tidak
mengalami diare. Kemudian dari hasil bivariat dengan α 5% diperoleh dua variabel yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita, yaitu penggunaan jamban dengan pvalue 0,024 dan kebiasaan cuci tangan p-value 0,050. Sedangkan variabel sarana sanitasi
air bersih (pv 0,082) dan memasak air (pv 1,000) tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan diare.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare dengan cara melakukan
penyuluhan terkait diare dan PHBS, serta meningkatkan kerjasama dan komunikasi
antara pihak puskesmas dengan masyarakat sehingga masyarakat lebih mudah
mendapatkan informasi mengenai pentingnya kesehatan.
Kata Kunci

: Sarana Sanitasi Air Bersih, Perilaku Ibu, Diare, Balita, Cross Sectional

Daftar Bacaan : 65 (1993-2013)
ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Paper, July 2014
Roya Selaras Cita, NIM: 109101000049
THE RELATIONSHIP BETWEEN CLEAN WATER SANITATION AND
MATERNAL BEHAVIOR WITH DIARRHEA IN CHILDREN AGED 10 UNTIL
59 MONTHS IN THE REGION OF KERANGGAN HEALTH CENTER SETU
SUBDISTRICT SOUTH TANGERANG CITY IN 2013
ABSTRACT
Diarrheal disease is still one of the leading causes of morbidity and mortality,
especially in children under five years. The most dominant factors that cause diarrhea
are clean water sanitation and fecal disposal. Both of these factors will interact with
human behavior. From database about 30 major of diseases in all of health center in
South Tangerang, the region of Keranggan health center has the highest incidence of
diarrhea during the year of 2012 with the number of cases is 2.298 cases of diarrhea.
From that, the researcher interested to know about the relationship between clean water
sanitation and maternal behavior with diarrhea in children aged 10 until 59 months in the
region of Keranggan health center.
The type of research is quantitative approach with cross sectional study design.
Samples in this research were all children aged 10 until 59 months amount of 90
respondents. The data used in this research is secondary data from relevant instation and
primary data from interviews and observations.

The results were obtained by 35,6% have diarrhea and 64,4% haven’t diarrhea.
Then from bivariate results with α 5% obtained two variables associated with incidence
of diarrhea in child under five years old are fecal disposal with p-value 0,024 and hand
washing habit with p-value 0,050. While clean water sanitation (pv 0,082) and boiling
water (pv 1,000) variables doesn’t have a significant relation with diarrhea.
Based on results of these research, the advice that can be given is to increase
public knowledge about diarrheal disease with giving counseling about diarrhea and
PHBS, as well as increase cooperation and communication between health center and
public, so the people easily find information about the importance of health.
Keyword

: Clean Water Sanitation, Maternal Behavior, Diarrhea, Child Under
Five Years, Cross Sectional

References

: 65 (1993-2013)

iii


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama

: Roya Selaras Cita

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir

: Jakarta, 14 Juni 1991

Agama

: Islam

Golongan Darah

:O


Alamat

: JL. Dayung IV E No. 44 RT.004 RW.05 Kelapa Dua,
Tangerang, 15810

Hp

: 085694871959

E-mail

: aticsayor@gmail.com

Pendidikan
Tahun
1996 – 1997
1997 – 2003
2003 – 2006
2006 – 2009

2009 – sekarang

Pendidikan
TK Nurul Islam Tangerang
SDSI Nurul Islam Tangerang
SMP Negeri 9 Tangerang
SMA Negeri 8 Tangerang
S1 – Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Organisasi
2011 – 2013

: Anggota ENVIHSA (Environmental Health Student
Association) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Kerja
Oktober 2011


: PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) I di Puskesmas
Pamulang, Tangerang Selatan

Februari 2012

: PBL (Pengalaman Belajar Lapangan) II di Puskesmas
Pamulang, Tangerang Selatan

Februari – Maret 2013

: Kerja Praktek di OE/HES PT. Chevron Pacific Indonesia,
Riau
vi

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
nikmat-Nya yang tak terbatas bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita mendapat
syafa’at nya.

Skripsi dengan judul “Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013” ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan yang dihadapi, tapi
dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari
itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga
penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Untuk Papa dan Mama serta adik-adikku, Reva dan Echa yang selalu mendoakan,
selalu sabar dalam memberikan semangat serta dukungan moril dan materi kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vii

4. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, selaku dosen penasehat akademik. Terima kasih
atas bimbingan dan nasehat serta ilmu yang ibu berikan kepada saya.
6. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing pertama
sekaligus penanggung jawab peminatan kesehatan lingkungan. Terima kasih atas
bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, serta doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, terima kasih juga atas kesempatan dan
pengalaman yang penulis dapatkan bersama teman-teman di luar kompetensi
akademik melalui kegiatan yang bapak berikan.
7. Ibu Ela Laelasari, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih atas
bimbingan, dorongan semangat yang tiada henti, saran-saran, arahan serta doa yang
selalu ada selama penyusunan skripsi ini.
8. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Terima kasih atas perizinan untuk
melakukan penelitian di daerah Keranggan.
9. Kepala Puskesmas Keranggan beserta para staf, Ibu Fitri, Bidan Wiwi, Bidan Lia,
dan staf lainnya. Terima kasih atas perizinan untuk melakukan penelitian dan
kesediannya dalam memberikan informasi dan data yang penulis butuhkan.
10. Ibu-ibu Kader dari Posyandu Dahlia, Cempaka, Beringin, Anggrek, Mawar, dan
Kenanga. Terima kasih atas kesediaannya untuk membantu penulis dalam
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini.


viii

11. Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan, Reni, Maya, Dilla, dan Ami
yang selalu mendukung, memotivasi, memberikan semangat yang tiada henti,
memberikan arahan, dan bantuannya untuk turun lapangan. Terima kasih untuk
kerjasama kalian dan sukses untuk kita kedepannya.
12. Untuk Keslingers 2009, The First ENVIHSA UIN (Maya, Reni, Dilla, Ami, Ziah,
Imah, Risma, Nita, Yeni, Ratna, Nisa, Tari, Yudhi, Aan, Ersa, Morrys, Udin, Rudi,
dan Agung) yang sama-sama berjuang dari awal masuk kesling sampai selesai,
terima kasih untuk perjuangannya, kekompakannya, kebersamaannya, canda tawa,
dan semangatnya saat di dalam maupun di luar kelas.
13. Untuk Dio dan Arifah, terima kasih juga atas kebersamaannya, dorongan semangat,
doa, dan canda tawanya selama kuliah sampai saat ini.
14. Teman-teman Kesmas angkatan 2009 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih untuk semuanya dan sukses kedepannya untuk kalian.
15. Untuk sepupu tersayang, Icha dan tanteku yang paling baik, Tante Eli. Terima kasih
untuk dukungan, doa, canda tawa, kebersamaan, dan motivasinya selama ini.
16. Untuk sahabat-sahabat seperjuangan dari SMA, Ical, Nuny, Madha, Hani, Ace, Afni,
Jajul, Bella, Babel, Idha, Dhea, Bani, Macum, Muty, Buchan, dan Bekep. Terima
kasih untuk kebersamaannya selama ini, semangat, canda tawa, serta dukungannya.
17. Kepada PT. Mudamas Intan Samudera dan CV. Gaees Indonesia, Pak Darmawan,
Ibu Yetti, Pak Ayok, Mba Rini, Pak Nur, Bu Suadah, Pak Sobirin, Pak Katiman, Mas
Bryan, Pak Udin, Eda, dan karyawan lainnya. Terima kasih untuk kesediaannya
menerima saya, mengajarkan hal-hal baru di dunia kerja, berbagi ilmu, pengalaman,
dan kebersamaannya selama ini.
ix

18. Segenap pihak yang telah berperan aktif membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan dalam laporan ini.
Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahan datangnya dari
penulis selaku manusia biasa, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang.

Tangerang, September 2014

Penulis

x

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN…………………...…………………………..…….…..i
ABSTRAK………………………………….……………………………..………...ii
LEMBAR PERSETUJUAN………..………………………………………………iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………..vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..vii
DAFTAR ISI……………………………...…………………………………………xi
DAFTAR BAGAN………………………...…………………………………….…xvi
DAFTAR GAMBAR…………………………...…………………………………xvii
DAFTAR TABEL……………………………...……………………..…………..xviii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………...…....xx
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
1.3 Pertanyaan Penelitian………………………………………………………….4
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………...…5
1.4.1

Umum………………………………………………………………....5

1.4.2

Khusus……………………………………………………………..….6

1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………….…...…....7
1.5.1

Bagi Peneliti………………………………………………….…….…7

1.5.2

Bagi Masyarakat………………………………………………………7

1.5.3

Bagi Instansi Terkait………………………………………….……....7

1.5.4

Bagi Peneliti Lain………………………………………..….…..…….7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...….………….8

xi

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare…………………………………………………………………...……..9
A. Pengertian…………………………………………………………...……9
B. Klasifikasi……………………………………………………………….10
C. Etiologi………………………………………………………………….11
D. Gejala…………………………………………………………………...12
E. Epidemiologi…………………………………………………………....13
F. Distribusi…………………………………………………………...…...14
G. Penularan………………………………………………………………..14
H. Penanggulangan…………..…………………………………………..…16
I. Pencegahan……………………………………………………………...17
J. Pemberantasan Penyakit Diare (P2D)………………………………..…20
2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita...…23
a) Sarana Air Bersih…….………………………………………………....23
 Sumur Gali…………………………………………………………..24
 Sumur Pompa Tangan……………………………………………….25
 Perpipaan…………………………………………………………….25
 Penampungan Air Hujan…………………………………………….27
b) Perilaku Ibu……………………………………………………….….....28
1. Memasak Air………………………………………………………..29
2. Penggunaan Jamban………………………………………………...30
3. Kebiasaan Cuci Tangan……………………………………………..33
4. Pemberian ASI Eksklusif……………………………………………34
5. Pemberian Imunisasi Campak……………………………………….35
6. Penggunaan Botol Susu……………………………………………..36
2.3 Kerangka Teori……………………………………………………….……..37

xii

BAB

III:

KERANGKA

KONSEP,

DEFINISI

OPERASIONAL,

DAN

HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep……………………………………………………………38
3.2 Definisi Operasional…………………………………………………………40
3.3 Hipotesis Penelitian………………………………………………………….43
BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian………………………..……………………………….44
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………..44
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………………..….44
4.3.1

Populasi……………………………………………………………...44

4.3.2

Sampel………………………………………………………….……45

4.3.3

Teknik Sampling…………………………………………………….46

4.4 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data………………………….…….48
4.4.1

Instrumen Penelitian…………………………………………………48
a. Uji Coba Kuesioner……………………………………………...48
b. Kuesioner………………………………………………………...49

4.4.2

Pengumpulan Data………………………………………………...…49
a. Data Primer………………………………………………………49
b. Data Sekunder……………………………………………………49

4.5 Pengolahan Data……………………………………………………………..50
1. Editing…………………………………………………………………...50
2. Coding…………………………………………………………………...50
3. Processing……………………………………………………………….51
4. Cleaning…………………………………………………………………51
5. Manajemen Data………………………………………………………...51
6. Analisis Data…………………………………………………………….51
4.6 Analisis Data…………………………………………………………………51
1. Analisis Univariat………………………………………………………..51

xiii

2. Analisis Bivariat…………………………………………………………52
BAB V: HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian………………………………………..53
5.2 Analisis Univariat……………………………………………………………54
5.2.1

Gambaran Karakteristik Responden…………………………………54
a. Distribusi Umur Responden……………………………………..54
b. Distribusi Pendidikan Responden……………………………….54
c. Distribusi Pekerjaan Responden………………………………...55

5.2.2

Gambaran Kejadian Diare Pada Balita……………………………...55

5.2.3

Gambaran Sarana Sanitasi Air Bersih………………………………56

5.2.4

Gambaran Memasak Air………………………………….…………57

5.2.5

Gambaran Penggunaan Jamban…………………………….……….59

5.2.6

Gambaran Kebiasaan Cuci Tangan……………………………….…60

5.3 Analisis Bivariat……………………………………………………………..60
5.3.1

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dengan Kejadian Diare pada
Balita………………………………………………………………...61

5.3.2

Hubungan Memasak Air dengan Kejadian Diare pada Balita………62

5.3.3

Hubungan Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita.62

5.3.4

Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Balita
…………………………………………………………………….…63

BAB VI: PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian……………………………………………………...65
6.2 Kejadian Diare………………….……………………………………………66
6.3 Hubungan antara Sarana Sanitasi Air Bersih yang Digunakan dengan
Kejadian Diare pada Balita. ……………………………………………........68
6.4 Hubungan antara Memasak Air dengan Kejadian Diare pada Balita……..…70
6.5 Hubungan antara Penggunaan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita...72

xiv

6.6 Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan dengan Kejadian Diare pada
Balita……………………………………………………………………...….75
BAB VII: KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan……………………………………………………………….….78
7.2 Saran…………………………………………………………………………80
A. Bagi Pihak Puskesmas Keranggan………………………………………80
B. Bagi Penelitian Selanjutnya……………………………………………..80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori………………………………………………………...…37
Bagan 3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………...39
Bagan 4.1 Sampling Frame Posyandu Dalam Penentuan Posyandu Sebagai Lokasi
Penelitian…………………………………………………………………………….48
Bagan 4.2 Sampling Frame Sampel Dalam Penentuan Sampel Penelitian…...…….48

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Penularan Penyakit Diare I……………………………………...15
Gambar 2.2 Proses Penularan Penyakit Diare II…………………………………….16

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional………………………………………………………40
Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Sampel Berdasarkan Uji Hipotesis Beda Dua Proporsi
Terhadap Hasil Penelitian Terdahulu………………………………………………..46
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Puskesmas Keranggan
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013……………………………...54
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013…………………54
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013…………………55
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di
Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun
2013………………………………………………………………………………….56
Tabel 5.5 Distribusi Balita Menurut Sarana Sanitasi Air Bersih yang Digunakan di
Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun
2013………………………………………………………………………………….56
Tabel 5.6 Distribusi Balita Menurut Kondisi Sarana Sanitasi Air Bersih di Wilayah
Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013…….57
Tabel 5.7 Distribusi Balita Menurut Sumber Air Minum di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013…………………57
Tabel 5.8 Distribusi Sumber Air Minum Sumur Pompa dan Air Isi Ulang (Galon) di
Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun
2013…………………………………………………………………………………58

xviii

Tabel 5.9 Distribusi Balita Menurut Pengolahan Memasak Air di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013………………….58
Tabel 5.10 Distribusi Jenis Jamban yang Digunakan Responden di Wilayah
Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013……..59
Tabel 5.11 Distribusi Balita Menurut Penggunaan Jamban di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013………………….59
Tabel 5.12 Distribusi Balita Menurut Kebiasaan Cuci Tangan di Wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013………………….60
Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Sarana Sanitasi Air Bersih dengan Kejadian
Diare Pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013……………………………………………………...61
Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Perilaku Memasak Air dengan Kejadian Diare
Pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan Tahun 2013……………………………………………………………….…62
Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Perilaku Penggunaan Jamban dengan Kejadian
Diare Pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013………………………………………………..…….63
Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Perilaku Kebiasaan Cuci Tangan dengan
Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013……………………………………………………...64

xix

DAFTAR SINGKATAN

ASI

: Air Susu Ibu

CFR

: Case Fatality Rate / Angka Kefatalan Kasus

Depkes RI

: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes

: Dinas Kesehatan

KepMenKes RI

: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

MDGs

: Millenium Development Goals

OR

: Odd Ratio

PHBS

: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PPM & PLP

: Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Puskesmas

: Pusat Kesehatan Masyarakat

PVC

: Polyvinyl chloride

P2PL

: Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

UNICEF

: United Nations International Children’s Emergency Fund
Lingkungan Pemukiman

WHO

: World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Lembar Kesediaan Menjadi Responden

Lampiran 2

: Kuesioner Penelitian

Lampiran 3

: Lembar Observasi

Lampiran 4

: Dokumentasi Foto

Lampiran 5

: Output Analisis Data

xxi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama
kesakitan dan kematian. Hampir di seluruh daerah di dunia dan semua kelompok usia
diserang oleh diare, tetapi kebanyakan yang menjadi sasaran penyakit ini adalah bayi
dan anak balita, dimana mereka mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun,
akan tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau
hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), tidak kurang dari satu milyar
episode diare terjadi setiap tahun di seluruh dunia, 25-35 juta diantaranya terjadi di
Indonesia (Zein, 2001). Di Indonesia, penyakit diare merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita.
Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Hal ini dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga
secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta
setahun dengan kematian sebanyak 200.000 - 400.000 balita (Soebagyo, 2008).
Menurut Widoyono (2008), pada tahun 2008 jumlah penderita diare pun
meningkat menjadi 8.443 kasus dengan kematian 184 orang dengan CFR sebesar 2,94%.
Lebih tinggi dengan target CFR saat Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diharapkan < 1%.

1

Penyakit diare bisa diakibatkan dari beberapa faktor. Menurut Sander (2005),
penyebab terjadinya diare bisa dari kurang memadainya ketersediaan air bersih, airnya
tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak
higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
Dari beberapa faktor yang ada, penyakit ini berhubungan langsung dengan
lingkungan dan perilaku perorangan, dimana keduanya saling berinteraksi. Apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat
terjadi (Depkes RI, 2005).
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu dari 8 kota atau kabupaten di
Provinsi Banten. Penderita diare di Kota Tangerang Selatan sampai pada pertengahan
tahun 2012 mengalami peningkatan 30% dari tahun sebelumnya dengan jumlah yang
tercatat sebanyak 1.861 penderita sepanjang tahun tersebut (Dinkes Tangsel, 2013).
Hal ini dibuktikan dengan adanya rekapan data mengenai 30 besar penyakit per
puskesmas se-Tangerang Selatan tahun 2012 (Dinkes Tangsel, 2013). Dari data tersebut
didapatkan kasus penyakit diare tertinggi terdapat di wilayah Puskesmas Keranggan
dengan jumlah kasus sebesar 2.298 kasus diare sepanjang tahun 2012.
Puskesmas Keranggan merupakan salah satu puskesmas yang ada di wilayah
Muncul, Tangerang Selatan. Wilayah puskesmas ini mencakup 2 kelurahan, yaitu
Kelurahan Keranggan dan Kademangan. Berdasarkan data Puskesmas Keranggan, kasus
diare pada balita sepanjang tahun 2012 sebanyak 206 penderita, sedangkan di tahun
2013, mulai dari bulan Januari sampai Maret, sudah terdapat 33 balita yang terkena
2

diare. Daerah dengan penderita diare paling banyak adalah Kelurahan Keranggan
dengan jumlah kasus diare pada balita pada tahun 2012 sebanyak 143 penderita. (Profil
Puskesmas Kranggan, 2012)
Sementara dari hasil pemeriksaan kepemilikan sarana sanitasi dasar dan laporan
PHBS Puskesmas Keranggan tahun 2012 mengenai akses penggunaan air bersih
sebanyak 84,2% (belum diketahui apakah sudah sesuai dengan syarat yang telah
ditetapkan) dan untuk penggunaan jamban, dari 20 kepala keluarga (kk) yang diperiksa,
hanya 15 kepala keluarga yang memiliki jamban dan hanya 5 kepala keluarga yang
memiliki jamban yang sehat. Hal ini menggambarkan bahwa masih banyak penduduk di
wilayah Puskesmas Keranggan yang belum memiliki sarana jamban yang sehat dan
penggunaan air bersih yang memenuhi syarat.
Padahal berdasarkan hasil penelitian Ratnawati, dkk (2009), penggunaan sarana
air bersih yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko balitanya untuk
terkena diare akut 1,310 lebih besar dibandingkan dengan penggunaan sarana air bersih
yang memenuhi syarat.
Kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2006 juga
mengeluarkan data yang menunjukkan bahwa berbagai intervensi perilaku melalui
modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka kejadian diare sampai dengan 94%.
Pengolahan air yang aman dan penyimpanannya di tingkat rumah tangga dapat
mengurangi angka kejadian diare sebesar 32% dan upaya meningkatkan penyediaan air
bersih dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 25%. Selain itu, melakukan
praktek mencuci tangan yang efektif dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar
45%.
3

Untuk itulah peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan sarana
sanitasi air bersih dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan
di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah
Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak balita, khusunya di
negara berkembang seperti Indonesia. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kejadiannya, dimana salah satunya adalah faktor lingkungan dan perilaku. Faktor
lingkungan yang berperan penting salah satunya adalah sarana sanitasi air bersih. Air
bersih merupakan salah satu media penularan diare, dimana jika sanitasi yang tersedia
dan metode pengolahan yang tidak tepat maka potensi menularkan penyakit diare
sangatlah besar. Tidak terkecuali di wilayah Puskesmas Keranggan yang memiliki kasus
diare tertinggi tahun 2012 di Kota Tangerang Selatan.
Maka dari uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana hubungan antara sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu terhadap
kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi pertanyaan penelitian
diantaranya adalah:
1. Bagaimana gambaran kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah
Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013
4

2. Bagaimana gambaran sarana sanitasi air bersih di wilayah Puskesmas Keranggan
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013
3. Bagaimana gambaran perilaku ibu (memasak air, penggunaan jamban, dan perilaku
cuci tangan) di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan tahun 2013
4. Apakah ada hubungan antara sarana sanitasi air bersih dengan kejadian diare pada
balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan tahun 2013
5. Apakah ada hubungan antara perilaku memasak air dengan kejadian diare pada balita
umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan tahun 2013
6. Apakah ada hubungan antara perilaku penggunaan jamban dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan tahun 2013
7. Apakah ada hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada balita
umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan tahun 2013

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Umum
Untuk mengetahui hubungan antara sarana sanitasi air bersih dan perilaku
ibu terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah
Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
5

1.4.2 Khusus
a. Mengetahui gambaran kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di
wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan
tahun 2013
b. Mengetahui gambaran sarana sanitasi air bersih di wilayah Puskesmas
Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013
c. Mengetahui gambaran perilaku ibu (memasak air, penggunaan jamban, dan
perilaku cuci tangan) di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan tahun 2013
d. Mengetahui hubungan antara sarana sanitasi air bersih dengan kejadian
diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013
e. Mengetahui hubungan antara perilaku memasak air dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013
f. Mengetahui hubungan antara perilaku penggunaan jamban dengan kejadian
diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan
Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013
g. Mengetahui hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian diare
pada balita umur 10-59 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013

6

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam melaksanakan penelitian di masyarakat
umum dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai penyakit diare,
terutama pada balita mengenai hubungan antara sarana sanitasi air bersih dan
perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di wilayah
Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
1.5.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kepada orang tua
mengenai sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu yang dapat mempengaruhi
kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan, sehingga masyarakat, terutama
orang tua dapat melakukan tindakan preventif/pencegahan dan adanya upaya
perlindungan anak dari serangan penyakit diare.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan penanganan terhadap
penyakit diare pada balita, khususnya mengenai hubungan antara sarana
sanitasi air bersih dan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita umur 1059 bulan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang
Selatan.
1.5.4 Bagi Peneliti Lain
Menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat
memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.
7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Februari 2014
dengan populasi penelitian adalah balita umur 10-59 bulan yang tinggal di wilayah
Puskesmas Kranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana membahas
hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu (memasak air, penggunaan jamban,
dan perilaku cuci tangan) terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan yang
diukur secara bersamaan. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan data primer
dari hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan
lembar observasi, serta melakukan observasi lapangan.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare
A. Pengertian
Diarrhea berasal dari bahasa Greek, yaitu Dia berarti melalui dan rhien
berarti mengalir, istilah diarrhea digunakan untuk menyatakan buang kotoran yang
frekuensi dan jumlah cairannya abnormal. Untuk pengertian diare sendiri adalah
penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah
atau lendir (Suraatmaja, 2007).
Menurut Depkes RI (2000), diare adalah buang air besar lembek atau cair
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali
atau lebih dalam sehari). Berdasarkan waktu serangannya terbagi menjadi dua, yaitu
diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥ 2 minggu) (Widoyono, 2008).
Sedangkan menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih
dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak.
Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak)
peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik
balita, anak-anak, dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).

9

B. Klasifikasi
Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang
dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan
penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya
komplikasi pada mukosa.
3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan
diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,
gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Menurut Suraatmaja (2007), jenis diare dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare
tersebut.

10

C. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan, dan faktor psikologis.
 Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang, antara lain:
1) Infeksi oleh bakteri: Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio cholerae
(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik,
seperti pseudomonas.
2) Infeksi basil (disentri)
3) Infeksi virus rotavirus
4) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides)
5) Infeksi jamur (Candida albicans)
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan, dan
7) Keracunan makanan.
 Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi 2, yaitu malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorpsi karbohidrat, biasanya pada bayi memiliki kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula sehingga dapat menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut.
Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang
disebut triglyserida. Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase mengubah
11

lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan
terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap
dengan baik.
 Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (seperti sayuran), dan kurang matang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anakanak dan balita.
 Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak
yang lebih besar.

D. Gejala
Menurut Widjaja (2002), gejala diare pada balita, yaitu:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi
2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
4) Anusnya lecet
5) Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang
6) Muntah sebelum atau sesudah diare
7) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
8) Dehidrasi
12

Dehidarsi dibagi menjadi 3 macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang
dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika
cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat,
volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah,
tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun, dan penderita sangat
pucat.

E. Epidemiologi
Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
1) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fecal
oral, antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat
menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4 atau 6 bulan pada
pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada
suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau
sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
2) Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor
pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare,
yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak,
immunodefisiensi, dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada
golongan balita.
13

3) Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit
yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

F. Distribusi
Distribusi penyakit diare berdasarkan orang (umur) sekitar 80% kematian
diare tersebut terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun. Data tahun 2004
menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan dan 450 juta anak
usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang, total episode diare pada balita
sekitar 1,4 milyar kali per tahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi
usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta dan anakusia 1-4 tahun sekitar 925 juta
kali per tahun (Amiruddin, 2007).

G. Penularan
Penularan penyakit diare disebabkan oleh infeksi dari agen penyebab dimana
akan terjadi bila memakan makanan/air minum yang terkontaminasi tinja/muntahan
penderita diare. Akan tetapi, penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja
yang terinfeksi secara langsung, seperti:
 Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor.
14

 Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/mainan apapun ke dalam mulut. Hal ini dikarenakan virus ini
dapat bertahan di permukaan udara sampai beberapa hari.
 Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
 Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
 Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan
dan alat-alat yang dipegang. Seperti gambar yang ada di bawah ini:

Gambar 2.1 Proses Penularan Penyakit Diare I
(WHO, 2006)

15

Gambar 2.2 Proses Penularan Penyakit Diare II
(WHO, 2006)

H. Penanggulangan
Menurut Depkes RI (2005), penanggulangan diare, antara lain:
1) Pengamatan intensif dan pelaksanaan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini)
Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita
dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan
pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah sekitarnya yang
diperkirakan mempunyai risiko tinggi terjangkitnya penyakit diare. Sedangkan
pelaksanaan SKD merupakan salah satu kegiatan dari surveilance epidemiologi
yang kegunaanya untuk mewaspadai gejala akan timbulnya KLB (Kejadian Luar
Biasa) diare.
2) Penemuan kasus secara aktif
Tindakan untuk menghindari terjadinya kematian di lapangan karena diare pada
saat KLB di mana sebagian besar penderita berada di masyarakat.
3) Pembentukan pusat rehidrasi

16

Tempat untuk menampung penderita diare yang memerlukan perawatan dan
pengobatan pada keadaan tertentu misalnya lokasi KLB jauh dari puskesmas atau
rumah sakit.
4) Penyediaan logistik saat KLB
Tersedianya segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penderita pada saat terjadinya
KLB diare.
5) Penyelidikan terjadinya KLB
Kegiatan yang bertujuan untuk pemutusan mata rantai penularan dan pengamatan
intensif baik terhadap penderita maupun terhadap faktor risiko.
6) Pemutusan rantai penularan penyebab KLB
Upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB diare meliputi
peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.

I. Pencegahan
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting
disease). Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa.
Dua pembunuh terbesar anak-anak balita adalah diare dan radang paru-paru. Diare
umumnya ditularkan melalui 4F, yaitu Food, Feces, Fly, dan Finger. Oleh karena
itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan
tersebut. Beberapa upaya pencegahan yang mudah diterapkan adalah:
1) Penyiapan makanan yang higienis dan air minum yang bersih
Penyebab utama diare pada manusia adalah bakteri yang mengkontaminasi
makanan dan minuman, sehingga mencegah diare adalah dengan memperhatikan
17

kebersihan makanan dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang tetap dalam
keadaan baik dan meminum air yang bersih dan matang.
2) Kesadaran pada perorangan akan pentingnya kebersihan
Berkembangnya perilaku pencegahan ini sangat tergantung pada kondisi pribadi
masing-masing individu, termasuk persepsi individu bersangkutan dalam
memandang diare. Dengan kata lain, jika seseorang mempersepsikan diare
adalah penyakit yang membahayakan maka yang bersangkutan dapat
diproyeksikan akan semakin berusaha keras untuk melakukan pencegahan agar
tidak terserang diare. Sebab, upaya pencegahan penyakit ini bersumber pada
seluruh aktivitas manusia yang berkaitan dengan upaya preventif.
3) Biasakan cuci tangan
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare, yaitu mencuci tangan
dengan sabun. Kebiasaan sederhana mencuci tangan dengan sabun, jika
diterapkan secara luas akan menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh
dunia, khususnya balita.
4) Pemberian ASI eksklusif
Tak kalah penting adalah pemberian ASI minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI
terdapat antirotavirus, yaitu imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum
ASI eksklusif jarang menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa
mencegah diare.
5) Buang air besar pada tempatnya (WC atau toilet)
Apabila penderita diare buang air besar tidak pada tempatnya atau di sembarang
tempat, maka kuman-kuman diare akan masuk ke dalam tubuh orang yang
18

kebetulan lewat dan menghirup udara sekitarnya ataupun membuang kotoran di
jamban-jamban di tepi sungai, dimana orang sekitarnya akan menggunakan air
tersebut untuk keperluan rumah tangganya.
6) Tempat buang sampah yang memadai
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal
dari rumah tangga atau hasil proses industri. Sampah-sampah itu dapat
menularkan berbagai penyakit, jika tempatnya tidak diatur dengan baik.
7) Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
Makanan hendaknya ditutup agar serangga seperti lalat, kecoa atau vektor
pembawa penyakit lainnya tidak hinggap di makanan kita.
8) Lingkungan hidup yang sehat
Pemukiman kumuh merupakan kawasan yang menjadi tempat berkembangnya
diare. Padahal di perkotaan seperti Jakarta, kawasan kumuh terus berkembang,
karena semakin mahal dan terbatasnya lahan yang tersedia untuk pemukiman.
Kerapatan, bangunannya sangat tinggi (walaupun bangunannya permanen), tidak
teratur, kondisi ventilasinya buruk, dan sanitasi lingkungan tidak terlalu baik
merupakan ciri pemukiman kumuh. Lingkungan yang buruk disertai rendahnya
tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan
kumuh sebagai kawasan yang rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan
yang buruk menjadi penyebab berkembangbiaknya berbagai virus penyakit
menular. Karena itu, berbagai infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni
kawasan kumuh.
9) Mencuci botol susu anak hingga bersih
19

Pada anak dan bayi yang menggunakan susu botol, diare dapat disebabkan
karena botol susu yang kurang bersih dan mengandung bakteri yang
menyebabkan sakit perut dan diare atau karena air susu yang sudah tidak layak
lagi dikonsumsi (basi) diberikan oleh ibu atau pengasuh yang kurang teliti.
Maka, hendaklah berhati-hati dalam memberikan makanan kepada bayi dan anak
balita, karena pada bayi dan anak balita keadaan fisiknya belum begitu kuat
untuk mempertahankan keadaan penyakit, sehingga mereka masih sangat rentan
terhadap berbagai penyakit.

J. Pemberantasan Penyakit Diare (P2D)
Ada 3 tahapan dalam program pembe

Dokumen yang terkait

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 9 128

Hubungan faktor individu dan karakteristik sanitasi air dengan kejadian diare pada BALITA umur 10 – 59 Bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013

0 49 163

HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Boloh Kecamatan Toroh Kabu

0 1 18

HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Boloh Kecamatan Toro

0 1 12

PENDAHULUAN Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

0 3 4

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Boloh Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

0 6 4

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Usia 2 Bulan-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas

0 2 13

HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I PERIODE BULAN NOVEMBER TAHUN 2013.

0 0 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, SOSIAL EKONOMI DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE DENGAN DEHIDRASI SEDANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGKANG KOTA SEMARANG TAHUN 2015.

0 4 166