PENGAWASAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA UNTUK INDUSTRI TAHU DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

PENGAWASAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PENGGUNAAN

BAHAN KIMIA BERBAHAYA UNTUK INDUSTRI TAHU

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

M. Ferdian Syahputra

Bahan kimia berbahaya misalnya formalin, masih digunakan untuk campuran

dalam pembuatan tahu, padahal telah ada larangan bagi pelaku usaha atau

produsen makanan menggunakan bahan kimia berbahaya dalam produknya,

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Berdasarkan

hal ini, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan permasalahan

sebagai berikut: a) Bagaimanakah pengawasan dan pembinaan terhadap

penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung?

b) Apakah faktor penghambat dalam pengawasan dan pembinaan terhadap

penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif

dan pendekatan empiris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan dan pengawasan terhadap

penggunaan bahan berbahaya untuk industri tahu di Bandar Lampung merupakan

kewenangan dari Balai Besar POM, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah,

Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Kesehatan. Balai Besar POM

melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya pada

industri tahu dengan cara pemantauan di pasar-pasar dan pedagang yang menjual

tahu. Pengawasan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan

Perdagangan dilakukan dengan pemantauan di lokasi pembuatan tahu dan di

pasar, sedangkan pembinaan yang dilakukan ialah pembinaan produksi tahu

berstandar. Pengawasan oleh Dinas Kesehatan adalah melakukan pemeriksaan

terhadap sejumlah apotek yang mendistribusikan bahan kimia dan menerbitkan

pula Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), namun untuk

industri tahu tidak diwajibkan untuk mempunyai sertifikat PIRT. Hambatan dalam

pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk

industri tahu di Kota Bandar Lampung adalah ketersediaan dana operasional dan

pemuktahiran data produsen tahu yang tidak dilakukan secara berkala.


(2)

HAZARDOUS CHEMICAL MATERIAL FOR TOFU INDUSTRY IN

BANDAR LAMPUNG

By

M. Ferdian Syahputra

The hazardous chemical material such as formalin is still used for producing tofu,

even though there is a restriction for food producers who use hazardous materials

in their products as regulated in Law number 8 in 1999 about consumer

protection, Law number 36 in 2009 about health, and Law number 7 in 1996

about food. Based on this background, the researcher is interested to conduct a

research with the following problems: a) how do the monitoring and coaching to

the use of hazardous chemical material in tofu industry in Bandar Lampung? b)

what are inhibiting factors in monitoring and coaching to the use of hazardous

chemical material in tofu industry in Bandar Lampung? This research uses

normative and empirical approaches.

The results show that the monitoring and coaching to the use of hazardous

material in tofu industry in Bandar Lampung is the authority of Drug and Food

Monitoring Office; Cooperative, Small and Middle Business, Industry and

Trading Office; and Health Office. The Drug and Food Monitoring Office

conducts monitoring to the use of hazardous chemical material in tofu industry by

observing markets and vendors selling tofu. The monitoring from Cooperative,

Small and Middle Business, Industry and Trading Office is conducted by

observing the tofu production sites and in markets, while coaching is conducted

by giving standardized tofu coaching. The monitoring of Health Office is

conducted by examining some apothecaries distributing chemical materials and

issuing Certificate of Home Industry Food Product (or PIRT), but the tofu

industry is not obliged to have PIRT certificate. Inhibiting factors in monitoring

and coaching the use of hazardous chemical material in tofu industry in Bandar

Lampung is the availability of operational budget and updates of tofu producers

that is not updated periodically.


(3)

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga. Perkembangan industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga inipun terjadi di Kota Bandar Lampung. Sektor industri menengah dan industri kecil atau industri rumah tangga ini diantaranya industri bahan makan seperti tahu.

Tahu merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tahu menjadi bahan baku lauk dan juga sebagai bahan pelengkap untuk aneka menu makanan seperti bakso dan aneka makanan tradisional Indonesia. Permintaan tahu oleh konsumen yang hampir tidak terputus setiap harinya menjadi faktor pendorong produsen tahu yang curang menggunakan bahan kimia berbahaya formalin dalam proses pembuatan tahunya dengan tujuan untuk mengawetkan tahu sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.

Pada umumnya, alasan para produsen tahu menggunakan bahan kimia berbahaya misalnya formalin sebagai bahan pengawet makanan karena bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat karena harganya relatif murah dibandingkan bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, formalin


(4)

merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya tahu, bakso dan kerupuk.

Formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat dan mudah larut dalam air maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala dan dapat menyebabkan kanker dan paru-paru;

b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar;

c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan;

d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.

e. Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf (http://radmarssy.wordpress.com/2007/02/06/bahaya-kandungan-formalin-pada-makanan, diakses tanggal 4 Januari 2012, pukul 19.30 WIB).


(5)

Bahan kimia berbahaya formalin yang sering digunakan untuk campuran dalam pembuatan tahu merupakan bahan kimia berbahaya yang perdagangan dan penggunaannya diawasi oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pengawasan dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri. Dengan adanya peraturan perundang-undangan tersebut pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengawasi penggunaan bahan kimia berbahaya.

Larangan bagi pelaku usaha atau produsen pengunaan bahan kimia berbahaya tersebut untuk bahan makanan diatur dalam peraturan perundangan-undangan antara lain, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan. Larangan ini juga terdapat dalam Pasal 111 ayat (1) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan:

ayat (1):

“Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan.”


(6)

ayat (6):

“Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Berdasarkan kententuan undang-undang di atas, pemerintah berwenang dan bertanggung jawab mengatur dan mengawasi produksi, pengolahan, pendistribusian makanan dan minuman yang beredar di masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha atau produsen makanan serta melakukan pengawasan terhadap peredaran dan perdagangan makanan yang beredar di pasar.

Khusus pada industri tahu, pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha atau produsen tahu dilakukan untuk menjamin tidak digunakannya bahan kimia berbahaya dalam pembuatan tahu. Pengawasan dan pembinaan ini yang harus dilakukan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung. Pengawasan dan pembinaan terhadap para pelaku usaha, terutama berkenaan dengan perlindungan terhadap konsumen dalam hal ini masyarakat Kota Bandar Lampung merupakan tugas dari pemerintah Kota Bandar Lampung. Pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan bahan berbahaya untuk industri tahu di Bandar Lampung merupakan kewenangan beberapa instansi pemerintahan, yaitu Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Kesehatan. Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh ketiga instansi ini dilakukan secara preventif dan juga secara represif.


(7)

Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung belum terlihat maksimal, karena penggunaan bahan kimia berbahaya contohnya formalin terutama untuk produk makanan khususnya tahu masih terjadi. Pada tahun 2010 dan atahun 2011 jumlah penggunaan bahan kimia berbahaya khususnya formalin dalam pembuatan tahu di Kota Bandar Lampung masih ada, walaupun menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (Buku Laporan Tahun 2010 dan Tahun 2011 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Bandar Lampung).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengawasan Dan Pembinaan Terhadap Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Untuk Industri Tahu Di Kota Bandar Lampung”.

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. 2. 1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung?

b. Apakah faktor penghambat pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung?

1. 2. 2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Administrasi Daerah mengenai pengawasan dan


(8)

pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung.

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. 3. 1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dan menganalisis mengenai pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung

b. Mengetahui dan menganalisis faktor penghambat pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung.

1. 3. 2 Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, kegunaan penelitian ini adalah: a. Kegunaan teoretis, yaitu sebagai upaya pengembangan wawasan pemahaman

di bidang ilmu Hukum Administrasi Negara khususnya Hukum Administrasi Daerah mengenai pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung

b. Kegunaan praktis, yaitu memberikan masukan dan saran kepada pemerintah Kota Bandar Lampung dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu serta sebagai


(9)

sumber informasi bagi para pengaji ilmu hukum ataupun rekan-rekan mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengawasan

2. 1. 1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nurmayani, 2009: 81). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian yang menyatakan pengawasan adalah suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian, 1980: 135).

Menurut Sujamto, pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Sujamto, 1983: 17). Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno K. yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana (Nurmayani, 2009: 82). Hal ini dipertegas kembali oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa


(11)

pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984: 354).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, peneliti sepaham dengan pengertian pengawasan yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian karena pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Berdasarkan ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Aapabila ditinjau dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang


(12)

sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Sementara itu, apabila ditinjau dari segi Hukum Administrasi Negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperintahkan.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan terjadinya kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.

Apabila dikaitkan dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control) serta mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control). Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pengawasan adalah:


(13)

a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

2. 1. 2 Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dijalankan oleh pimpinan ataupun suatu badan dalam mengamati, membandingkan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang telah ditetapkan guna mempertebal rasa tanggung jawab untuk mencegah penyimpangan dan memperbaiki kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan (Nurmayani, 2009: 82).

Hakekatnya setiap kebijaksanaan yang dilakukan oleh pimpinan suatu badan mempunyai fungsi tertentu yang diharapkan dapat terlaksana, sejalan dengan tujuan kebijaksaan tersebut. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pengawasan pada suatu lingkungan kerja atau suatu organisasi tertentu. Pengawasan yang dilaksanakan mempunyai fungsi sesuai dengan tujuannya. Mengenai hal ini, Soerwarno Handayanigrat menyatakan empat hal yang terkait dengan fungsi pengawasan, yaitu:

a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaannya;

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan;

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan;

d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan (dalam Nurmayani, 2009: 82).


(14)

2. 1. 3 Tujuan Pengawasan

Pengawasan yang dilakukan adalah bermaksud untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan sehingga dapat terwujud daya guna, hasil guna, dan tepat guna sesuai rencana dan sejalan dengan itu, untuk mencegah secara dini kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan. Dengan demikian pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud sebagai berikut:

a. mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan;

b. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru;

c. Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan rencana atau terarah pada sasaran;

d. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula;

e. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar.

Tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana kegiatan rutin dan rencana berikutnya.


(15)

Menurut Sujamto, pengawasan diadakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan pekerjaan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak (Sujamto, 1986: 115). Suatu pengawasan yang dilakukan oleh suatu pimpinan dari suatu lingkungan kerja tertentu mempunyai tujuan yang diharapkan tercapai. Soekarno K. mengungkapkan beberapa hal pokok mengenai tujuan pengawasan, yaitu:

a. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan telah sesuai dengan rencana; b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang dilaksanakan sesuai dengan

instruksi-instruksi dan asas-asas yang telah ditetapkan;

c. Untuk mengetahui mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan yang mungkin timbul dalam pelaksaan pekerjaan;

d. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan secara efisien;

e. Untuk mengetahui jalan keluar, jika ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan ke arah perbaikan (Soekarno, 1989: 146).

2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan

Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Pengawasan dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis apabila ditinjau dari beberapa segi, antara lain:


(16)

Pengawasan apabila ditinjau dari segi cara pelaksanaanya dibedakan atas pengawasan langsung dan Pengawasan tidak langsung.

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan langsung adalah pangawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi atau melakukan pemeriksaan di tempat terhadap objek yang diawasi. Pemeriksaan setempat ini dapat berupa pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan. Kegiatan secara langsung melihat pelaksanaan kegiatan ini bukan saja dilakukan oleh perangkat pengawas akan tetapi perlu lagi dilakukan oleh pimpinan yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Dengan demikian dapat melihat bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan dan bila dianggap perlu dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan instruksi maupun keputusan-keputusan yang secara langsung menyangkut dan mempengaruhi jalannya pekerjaan.

b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung adalah kebalikan dari pengawasan langsung, yang dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau objek yang diawasi. Pengawasan ini dilakukan dengan mempelajari dan menganalisa dokumen yang menyangkut objek yang diawasi yang disampaikan oleh pelaksana atau pun sumber lain. Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa:

a) Laporan pelaksanaan pekerjaan, baik laporan berkala maupun laporan insidental;

b) Laporan hasil pemeriksaan yang diperoleh dari perangkat pengawas lainnya;


(17)

c) Surat pengaduan dari masyarakat; d) Berita atau artikel dari media massa; e) Dokumen-dokumen lainnya.

Pengawasan tidak langsung selain dilakukan melalui laporan tertulis tersebut di atas, juga dapat dilakukan dengan mempergunakan bahan yang berupa laporan lisan.

2. Pengawasan ditinjau dari segi hubungan antara subjek pengawasan dan objek yang diawasi.

Pengawasan apabila ditinjau dari segi hubungan antara subjek pengawasan dan objek yang diawasi dibagi atas pengawasan intern dan pengawasan ekstern.

a. Pengawasan intern.

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Artinya bahwa subjek pengawas yaitu pengawas berasal dari dalam susunan organisasi objek yang diawasi. Pada dasarnya pengawasan ini harus dilakukan oleh setiap pimpinan akan tetapi dapat saja dibantu oleh setiap pimpinan unit sesuai dengan tugas masing-masing. b. Pengawasan ekstern.

Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri, artinya bahan subjek pengawas berasal dari luar susunan organisasi yang diawasi dan mempunyai sistim tanggung jawab tersendiri.


(18)

3. Pengawasan ditinjau dari segi kewenangan

Pengawasan ditinjau dari segi kewenangan terdiri atas pengawasan formal dan pengawasan informal.

a. Pengawasan formal

Pengawasan formal adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi/ pejabat yang berwenang (resmi), baik yang bersifat intern maupun ekstern. Pengawasan jenis ini hanya dapat dilakukan oleh instansi pemerintah. b. Pengawasan informal

Pengawasan informal adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Pengawasan ini sering juga disebut sosial kontrol (social control) misalnya pengawasan melalui surat pengaduan masyarakat melalui berita atau artikel di media massa.

4. Pengawasan ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan

Pengawasan yang ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan dibagi atas pengawasan preventif dan pengawasan respresif.

a. Pengawasan preventif

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lainnya.

b. Pengawasan refresif

Pengawasan refresif adalah pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan tersebut dilaksanakan, hal ini diketahui melalui audit dengan


(19)

pemerikasaaan terhadap pelaksanaan pekerjaan di tempat dan meminta laporan pelaksanaan kegiatan.

2. 2 Pembinaan

2. 2. 1 Pengertian Pembinaan

Pengertian pembinaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu: 1. proses, cara, perbuatan membina (negara dsb); 2. pembaharuan; penyempurnaan; 3. usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Widjaja (1988) pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, yang diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya. Pembinaan tersebut menyangkut kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal.

Menurut Miftah Thoha, pembinaan adalah adalah tindakan, proses, hasil atau pernyataan menjadi lebih baik (Miftah Thoha, 2008: 207). Ada dua unsur dalam pengertian ini, pertama yaitu pembinaan itu dapat berupa suatu tindakan, proses dan pernyataan tujuan dan kedua yaitu pembinaan dapat menunjuk kepada perbaikan atas sesuatu.

Dari beberapa definisi pembinaan di atas, pembinaan bermuara pada adanya perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan


(20)

perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik. Pembinaan merupakan segala usaha dan tujuan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan dan pemeliharaan dengan tujuan untuk mampu melaksanakan tugas organisasi dengan efektif dan efisien. Pembinaan dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermutu dan berkualitas yang berdaya guna dan berhasil guna, yang dilakukan secara sistematis dan pemanfaatan potensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Sementara itu, ciri-ciri pembinaan menurut Mappa (1984: 24) adalah:

a. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan pembinaan.

b. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak dicapai terarah.

c. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih peristiwa yang sesuai dengan anak binaan.

d. Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk menata kondisi yang pantas.

2. 2. 2 Pembinaan Organisasi

Istilah pembinaan organisasi menunjukkan kepada sesuatu mengenai organisasi dan cara-cara membinanya. Pembinaan organisasi adalah suatu usaha yang berencana yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan dikelola dari pucuk pimpinan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi melalui intervensi yang berencana di dalam proses organisasi dengan menggunakan pengetahuan ilmu prilaku (Miftah Thoha, 2008: 209).

Pembinaan organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu usaha terencana untuk melaksanakan proses perubahan yang terencana. Pembinaan organisasi tidak hanya sesuatu hal yang dikerjakan untuk pencapaian keadaan organisasi yang


(21)

lebih baik, melainkan merupakan suatu jenis proses perubahan yang khusus dirancang untuk menghasilkan suatu hasil yang khusus pula.

2. 3 Industri

2. 3. 1 Pengertian Industri

Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan (http://id.shvoong.com/economics/2143292-pengertian-industridiakses tanggal 15 Desember 2011, pukul 9. 30 WIB).

Kegiatan industri sebenarnya sudah lama ada, yaitu sejak manusia berada di muka bumi ribuan tahun yang lalu dalam tingkat yang sangat sederhana. Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia, kegiatan industri pun tumbuh dan berkembang semakin kompleks.

Dalam pengertian yang sempit, industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri dalam pengertian yang lebih luas adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.


(22)

Pengertian industri adalah suatu sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi dan atau barang setengah jadi.

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Dari pengertian diatas dan perkembangan industri saat ini terlihat bahwa industri hanya menekankan pada kegiatan pengolahan saja, padahal kegiatan industri tidak hanya kegiatan mengolah, namun kegiatan yang terkait langsung dengan produktivitas dan komersial. Dengan kata lain, industri tidak terlepas dari aspek untung-rugi yang tentunya terkait pula dengan pengelolaan yang berbasis pada efisiensi dan efektivitas.

2. 3. 2 Klasifikasi Industri

Industri dapat Pengklasifikasian kegiatan industri berbeda antara satu negara dengan Negara lain tergantung dari tingkat kemajuan industrinya. Negara maju merupakan negara dengan klasifikasi yang lebih beragam dibandingkan dengan negara berkembang. Hal ini disebabkan oleh semakin kompleksnya suatu negara yang telah maju di bidang industri.

Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah sebagai berikut.


(23)

a. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku

Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam, misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan dan industri hasil kehutanan.

2. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain, misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan dan industri kain. 3. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tersier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain, misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan dan pariwisata.

b. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya, misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu dan industri makanan ringan. 2. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara, misalnya: industri genteng, industri batu bata dan industri pengolahan rotan.


(24)

3. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu, misalnya: industri konveksi, industri bordir dan industri keramik.

4. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test), misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja dan industri pesawat terbang.

c. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung, misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.

2. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan, misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja dan industri tekstil.

3. Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau


(25)

membantu kebutuhan masyarakat, misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan dan industri pariwisata.

d. Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentah

Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: 1. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian, misalnya: industri minyak goreng, industri gula, industri kopi, industri teh dan industri makanan.

2. Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan, misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi) dan industri serat sintetis.

3. Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan, misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.

e. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

2. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.


(26)

3. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan, misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon, industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak) dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

4. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku, misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut dan industri gula berdekatan lahan tebu.

5. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja, misalnya: industri elektronik, industri otomotif dan industri transportasi.

f. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi

Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain, misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan dan industri baja.

2. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen, misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif dan industri meubeler.


(27)

g. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan

Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya, misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan. 2. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi, misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.

h. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan

Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri), misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, industri makanan dan minuman.

2. Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing, misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan dan industri pertambangan.

3. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA, misalnya: industri otomotif, industri transportasi dan industri kertas.

i. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola

Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan dan industri kerajinan.


(28)

2. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan dan industri transportasi.

j. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian

Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:

1. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal), misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan.

2. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relatif lebih luas (berskala regional), misalnya: industri bordir, industri sepatu dan industri mainan anak-anak.

3. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri, yaitu modal sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional, misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi dan industri persenjataan.

k. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986


(29)

yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

1. Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal yang besar, keahlian yang tinggi dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:

a) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.

b) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat dan industri kaca

c) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida. d) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp dan

industri ban.

2. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

a) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.

b) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer, excavator, dan motor grader.

c) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.

d) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.

e) Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator. f) Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.

g) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.

h) Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

i) Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri alumunium, dan industri tembaga.

j) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.

k) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.


(30)

3. Aneka Industri (AI)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

a) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

b) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es dan mesin jahit, televisi dan radio.

c) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-obatan dan pipa.

d) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan kemasan.

e) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis dan marmer.

4. Industri Kecil (IK)

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga dan perabotan dari tanah (gerabah).

5. Industri pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam dan museum geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel dan tempat hiburan).


(31)

2. 2. 3 Proses Dalam Kegiatan Industri

Pada dasarnya kegiatan industri terkait dengan 3 (tiga) tahap yaitu: input, proses dan output yang mengolah dari bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Tahap input adalah tahap yang terkait dengan bahan baku, modal, peralatan dan sebagainya. Proses adalah tahapan pengolahan suatu barang. Tahap output adalah tahap hasil dari proses pengolahan tersebut menjadi barang yang siap dijual. Proses ini tidak terlepas dari aspek ekonomi dan manajerial. Aspek ekonomi terkait dengan mendapatkan keuntungan dari pengolahan tersebut yang berupa produk yang akan dijual.

Keuntungan atau benefit selalu dihitung dari pendapatan dikurangi pengeluaran. Pendapatan diterima dari hasil penjualan produk, sedangkan pengeluaran adalah segala kegiatan dan barang yang dibiayai untuk memperlancar proses produksi tersebut. Aspek yang dibiayai adalah bahan baku, peralatan/teknologi dan pekerja, pengepakan dan promosi. Hal tersebut perlu diperhitungkan didalam proses produksi agar tidak terjadi kerugian. Aspek lain yang harus diperhitungkan adalah aspek persaingan usaha yang terkait dengan daya saing. Persaingan usaha yang semakin ketat dituntut untuk meningkatkan kualitas sekaligus mempunyai harga jual yang terjangkau. Hal ini yang menjadi persoalan dalam proses produksi didalam industri yang menghadapi ketidakpastian di masa depan.

Tantangan dalam kegiatan industri berbeda dengan kegiatan perdagangan dan jasa. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menghubungkan antara distributor dengan pembeli. Harga barang telah ditetapkan oleh produsen, sedangkan pedagang berfungsi untuk menghubungkan penjual dan pembeli.


(32)

2. 4 Bahan Berbahaya

2. 4. 1 Pengertian Bahan Berbahaya

Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 24/M-Ind/Per/5/2006 tentang Pengawasan Produksi dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri, bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal dan atau campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi.

2. 4. 2 Penggunaan Bahan Kimia

Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar (Ridwan, 1995: 35), yaitu:

1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat, deterjen dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.

2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.

3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh


(33)

industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

2. 4. 3 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya

Jenis bahan berbahaya berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 24/M-Ind/Per/5/2006 tentang Pengawasan Produksi dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri, yaitu meliputi:

a. Larutan Formaldehyde / Formalin (No CAS: 50-00-0); b. Borax (No CAS: 303-96-4);

c. Kuning Metanil (No CAS: 587-98-4); d. Rodamin-B (No CAS: 81-88-9);

e. Paraformaldehyde (No CAS: 30525-89-4); f. Trioksan (No CAS: 110-88-3).


(34)

III. METODE PENELITIAN

3. 1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Pendekatan normatif dimaksudkan sebagai usaha mengadakan pembahasan dengan bertitik tolak kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan empiris dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap kenyataan yang ada di lapangan dalam rangka pelaksanaan peraturan-peraturan yang berlaku, khususnya mengenai pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung.

3. 2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara dengan

pihak-pihak yang terkait dalam pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang berhubungan dan terlibat dalam pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung, yaitu:


(35)

a) Hartadi selaku Kepala Bidang SEKLIK (Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen) pada Balai Besar POM di Kota Bandar Lampung; b) Husnal Yazid selaku kepala bidang perkoperasian usaha mikro, kecil dan

menengah Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung;

c) Yuliana staf Seksi Alat Kesehatan dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri dari:

a) Bahan hukum primer, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pengawasan dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang bersumber dari kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah, surat kabar dan jurnal penelitian hukum serta bersumber dari bahan-bahan yang didapat melalui internet.


(36)

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data

3. 3. 1 Pengumpulan Data

Penulis dalam upaya memperoleh data yang diperlukan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Studi pustaka

Studi kepustakaan (library research) atau studi dokumen, untuk memperoleh data sekunder dipergunakan studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengutip dan merangkum data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan teknik wawancara secara langsung dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilakukan secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan dan jawaban yang bebas sehingga data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

3. 3. 2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data yang dibutuhkan terkumpul, baik berupa dari primer maupun data sekunder. Adapun prosedur pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa dan mengoreksi data yang masuk, apakah berguna atau tidak, sehingga data yang terkumpul benar-benar bermanfaat untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.


(37)

b. Sistematisasi, yaitu proses penyusunan data menurut sistem yang telah ditetapkan.

c. Klasifikasi data, yaitu menyusun dan mengelompokkan data berdasarkan jenis data.

3. 4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan secara terperinci hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dari jawaban permasalahan yang dibahas dan kesimpulan atas permasalahan tersebut. Penarikan kesimpulan dari analisis menggunakan cara berfikir deduktif dan induktif.


(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan bahan berbahaya untuk industri tahu di Bandar Lampung merupakan kewenangan beberapa instansi pemerintahan, yaitu Balai Besar POM, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Kesehatan. Balai Besar POM dalam melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya pada industri tahu yang dilakukan dengan cara melakukan pemantauan di pasar-pasar dan pedagang yang menjual tahu. Pemantuan dilaksanakan dengan cara menguji sampel tahu dari setiap pasar yang dipantau. Pengawasan dan pembinaan dilakukan terhadap produsen dan penjual tahu yaitu mulai dari tahap produksi sampai pada saat tahu diedarkan atau dijual di pasar atau swalayan yang ada di Kota Bandar Lampung. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan, yaitu dengan melakukan pemantauan di lokasi pembuatan tahu dan di pasar, sedangkan pembinaan yang dilakukan ialah pembinaan produksi yang berhubungan dengan pemberian pengetahuan


(39)

tata cara pembuatan tahu yang berstandar dan higienis. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah apotek yang mendistribusikan bahan kimia. Selain itu, menerbitkan pula Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), namun untuk industri tahu tidak diwajibkan untuk mempunyai PIRT.

b. Hambatan yang dialami dalam pengawasan dan pembinaan terhadap penggunaan bahan kimia berbahaya untuk industri tahu di Kota Bandar Lampung adalah ketersediaan dana operasional yang dimiliki oleh Balai Besar POM di Kota Bandar Lampung dan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan. Selain itu, pemuktahiran data produsen tahu di Kota Bandar Lampung belum dilakukan secara berkala, sehingga tidak semua produsen tahu terdata oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung.

5. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan:

a. Sebaiknya produsen tahu melaksanakan tanggung jawab sosialnya atas mutu dan kualitas produk tahunya kepada konsumen. Tanggung jawab tersebut dilakukan dengan memproduksi tahu berdasarkan standar kesehatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.

b. Balai Besar POM, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Kesehatan harus dapat mengoptimalkan dana operasional yang tersedia untuk melakukan pengawasan dan pembinaan,


(40)

karena walaupun dengan dana operasional yang terbatas apabila dikelola dengan baik dan benar akan menghasilkan hasil yang maksimal. Selain itu, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan melakukan pemuktahiran data produsen tahun secara berkala dengan melibatkan peran serta dari Koperasi Produsen Tahu Tempe (Kopti) yang ada di Kota Bandar Lampung.


(41)

(Skripsi)

Oleh

M. Ferdian Syahputra

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(42)

Oleh

M. Ferdian Syahputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(43)

LAMPUNG

Nama Mahasiswa

: M. Ferdian Syahputra

NPM

: 0812 011 210

Program Studi

: Hukum Administrasi Negara

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H.

Sri Sulastuti, S.H., M. H.

NIP 19630916 198703 1 005

NIP 19620727 198703 2 004

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S. H., M. H.

NIP 19611219 198803 2 002


(44)

1. Tim Penguji

Ketua

: Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H.

...

Sekretaris/Anggota: Sri Sulastuti, S.H., M. H.

...

Penguji Utama

: Syamsir Syamsu, S. H., M.Hum.

...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S. H., M. S.

NIP 19621109 198703 1 003


(45)

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang pada tanggal 10 Oktober 1988,

yang merupakan putra kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak

Husin dan Ibu Suryati. Penulis menyelesaikan studi di TK Islam

Alina Bandar Lampung pada tahun 1995, SDN 1 Langkapura Bandar Lampung

lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 14 Bandar

Lampung lulus pada tahun 2004, kemudian SMA Negeri 3 Bandar Lampung lulus

pada tahun 2007.

Penulis pada tahun 2008 diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung. Penulis pada tahun 2011 mengikuti kegiatan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Muara Baru, Kecamatan Kebun Tebu,

Kabupaten Lampung Barat.


(46)

Makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu

dan syukurilah nikmat Allah.

(Al-Quran Surat An Nahl ayat 114)

“Dia (Allah) telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan memerintahkan

kalian memakmurkannya (mengurusnya)”.

(Al-Quran surat Hud ayat 61)

“Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)

memperbaikinya”.


(47)

Puji syukur ku ucapkan ke hadirat Allah SWT, serta sholawat dan salam tak

hentinya kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Ku

persembahkan karya skripsi ini untuk:

Bapak dan Ibu, serta kakak dan adikku tercinta yang dengan penuh pengorbanan

memberikan dorongan moril dan kasih sayang, sehingga penulis berhasil

menyelesaikan perkuliahan ini.

Semua pamanku, saudara, terimakasih untuk bantuan moril dan materi.

Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah yang telah

banyak membantu, baik dalam suka maupun duka.

Para dosen pembimbingku, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya

dalam pembuatan skripsi ini.


(48)

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-

Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul ”

Pengawasan

Dan Pembinaan Terhadap Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Untuk Industri

Tahu Di Kota Bandar Lampung

” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah sabar

memberi saran dan masukan yang bermanfaat guna perbaikan skripsi ini dan

penyelesaian studi;

2. Sri Sulastuti S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah membantu

memberikan saran dan masukan sehingga penulisan skripsi ini lebih baik dan

bermanfaat;

3. Syamsir Syamsu, S.H., M.Hum. Pembahas I yang telah memberikan saran

dan masukan yang bermanfaat di dalam perkuliahan di Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

4. Ati Yuniati, S.H, M.H. selaku Pembahas II yang yang telah memberi

masukan guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini;

5. Hartadi selaku Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen

pada Balai Besar POM di Kota Bandar Lampung dan Husnal Yazid selaku


(49)

Bandar Lampung yang telah membantu dan memberikan informasi yang

berguna dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

7. Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

yang telah memberikan masukan dan saran, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini;

8. Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi

Negara yang telah membantu dari proses awal penulisan skripsi ini.

9. Dosen Fakultas Hukum Universitas lampung yang telah memberikan

wawasan dan cakrawala pengetahuan ilmu hukum yang sangat berguna bagi

pengembangan wawasan penulis;

10. Kedua orang tuaku yang sabar mengasuh, mendidik dan membesarkan

penulis sampai kelak menjadi seorang Sarjana Hukum. Semoga Allah SWT

memberikan rahmat-Nya kepada kalian hingga akhir kelak;

11. Kakakku Desti Husnaini, adikku Doni Andika dan M. Rollyan Syahputra

yang tak henti hentinya

memberikan semangat, terima kasih atas

dukungannya selama ini, serta semua paman, bibi dan saudara-saudaraku,

terimakasih untuk bantuan moril dan materi;

12. St. Gerdina Iklelidaniesty yang telah memberikan semangat dan dukungan;

13. Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah James Ganda T. Napitu,


(50)

Tanaka, Fery Purnomo, Rio Nico Fernando Ahra, Ghea Risalia, Rio Ceasar,

Melisa Safitri, Gath Iqbal, Jossy May Sandi, Sandi Togas Sanjaya, Inez,

Susiana, Raden Hidayatullah, Ira Familia,

Irmayuli Frestia,

Raydo

Deagustama, Deky Dian, M. Zikri, Mona S. Primayani Y., Yulianti, Angga

dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang

telah banyak membantu baik dalam suka maupun duka.

14. Teman-teman seperjuanganku di SMA, Tri Agustiawan, Ricky Septiawan,

Radityo Y., Taufan T. Pramudia, Tegaryan Suryane, Asev Kurniawan, Firsa

Hadi Rispati, Elsa Wulan Sari, Sarah Ayu Putri Novaria, Meliza Ade Puspita,

Della Ardiyantika, Irine N., Rooshinta A. dan Artelia Rosti;

15. Teman-temanku semasa SMP, Yessy, Jhonatan Aditya dan Deni Setiawan.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Bandar Lampung,

Mei 2012

Penulis


(51)

Halaman

I. PENDAHULUAN ...

1

1. 1 Latar Belakang ...

1

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ...

5

1. 2. 1 Permasalahan ...

5

1. 2. 2 Ruang Lingkup...

5

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...

6

1. 3. 1 Tujuan ...

6

1. 3. 2 Kegunaan ...

6

II. TINJAUAN PUSTAKA...

8

2. 1 Pengawasan ...

8

2. 1. 1 Pengertian Pengawasan ...

8

2. 1. 2 Fungsi Pengawasan ...

11

2. 1. 3 Tujuan Pengawasan...

12

2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan...

13

2. 2 Pembinaan ...

17

2. 2. 1 Pengertian Pembinaan ...

17

2. 2. 2 Pembinaan Organisasi ...

18

2. 3 Industri ...

19

2. 3. 1 Pengertian Industri ...

19

2. 3. 2 Klasifikasi Industri ...

20

2. 3. 3 Proses Dalam Kegiatan Industri ...

29

2. 4 Bahan Berbahaya...

30

2. 4. 1 Pengertian Bahan Berbahaya ...

30

2. 4. 2 Penggunaan Bahan Kimia ...

30

2. 4. 3 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya ...

31

III. METODE PENELITIAN ...

32

3. 1 Pendekatan Masalah...

32

3. 2 Sumber Data...

32

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data...

34


(52)

Berbahaya Untuk Industri Tahu di Kota Bandar Lampung ...

36

4. 1. 1 Pengawasan dan Pembinaan Oleh Balai Besar Pengawas Obat

dan Makanan di Kota Bandar Lampung ...

39

4. 1. 2 Pengawasan dan Pembinaan Oleh Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung ...

44

4. 1. 3 Pengawasan dan Pembinaan Oleh Dinas Kesehatan Kota

Bandar Lampung ...

49

4. 2 Faktor Penghambat Pengawasan dan Pembinaan Terhadap

Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Untuk Industri Tahu

di Kota Bandar Lampung ...

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

53

5. 1 Kesimpulan ...

54

5. 2 Saran ...

55


(53)

a. Buku:

Hadjon, Philipus M. 2005.

Pengantar Hukum Administrasi Indonesia

. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta

Ridwan, H. R. 2002.

Hukum Administrasi Negara

. UII Press, Yogyakarta.

Handoko, T.Hani. 1997.

Manajemen.

BPFE, Yogyakarta

Muhammad, Abdulkadir. 2008.

Metode Penelitian Hukum

. PT Citra Aditya Bakti.

Bandung

Musa, Hubeis. 2005.

Kajian Pembinaan, Pengembangan dan Pengawasan UKM.

Binaan PT. Sucofindo

Nurmayani. 2009.

Hukum Administrasi Daerah

. Universitas Lampung, Bandar

Lampung

Rosyid, Abdul. 2007.

Manajemen Usaha Kecil Menengah dan Koperasi

. Pusat

Pengembangan Bahan Ajar, UMB

Siagian, Sondang P. 2000.

Administrasi Pembangunan

. Gunung Agung, Jakarta

Sujamto. 1986.

Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan

. Ghalia Indonesia,

Jakarta

Sunarno, Siswanto. 2006.

Hukum Pemerintahan Daerah

. Sinar Grafika, Jakarta

Shidarta, 2000.

Hukum Perlindungan Konsumen

. Penerbit Grasindo, Jakarta

Thoha, Miftah. 2008.

Ilmu Administrasi Publik Kontemporer

. Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

b. Peraturan perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan


(54)

Pengawasan dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri

c. Internet:

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2143292-pengertian

industri/#ixzz1b5YuQ8Kg

http://radmarssy.wordpress.com/2007/02/06/bahaya-kandungan-formalin-padamakanan


(1)

kepala bidang perkoperasian usaha mikro, kecil dan menengah Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung yang telah membantu dan memberikan informasi yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

7. Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan masukan dan saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

8. Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah membantu dari proses awal penulisan skripsi ini.

9. Dosen Fakultas Hukum Universitas lampung yang telah memberikan wawasan dan cakrawala pengetahuan ilmu hukum yang sangat berguna bagi pengembangan wawasan penulis;

10. Kedua orang tuaku yang sabar mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis sampai kelak menjadi seorang Sarjana Hukum. Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada kalian hingga akhir kelak;

11. Kakakku Desti Husnaini, adikku Doni Andika dan M. Rollyan Syahputra yang tak henti hentinya memberikan semangat, terima kasih atas dukungannya selama ini, serta semua paman, bibi dan saudara-saudaraku, terimakasih untuk bantuan moril dan materi;

12. St. Gerdina Iklelidaniesty yang telah memberikan semangat dan dukungan; 13. Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah James Ganda T. Napitu,


(2)

Wicaksono, Jelly Rosado, Novrendi Zadiatama, Ade Yuriza, M. Aulia Akbar, Doni Saputra, Iqbal Ade Basrie, Adelia Rizki Andari, Harbili Ardy, Roy Tanaka, Fery Purnomo, Rio Nico Fernando Ahra, Ghea Risalia, Rio Ceasar, Melisa Safitri, Gath Iqbal, Jossy May Sandi, Sandi Togas Sanjaya, Inez, Susiana, Raden Hidayatullah, Ira Familia, Irmayuli Frestia, Raydo Deagustama, Deky Dian, M. Zikri, Mona S. Primayani Y., Yulianti, Angga dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu baik dalam suka maupun duka.

14. Teman-teman seperjuanganku di SMA, Tri Agustiawan, Ricky Septiawan, Radityo Y., Taufan T. Pramudia, Tegaryan Suryane, Asev Kurniawan, Firsa Hadi Rispati, Elsa Wulan Sari, Sarah Ayu Putri Novaria, Meliza Ade Puspita, Della Ardiyantika, Irine N., Rooshinta A. dan Artelia Rosti;

15. Teman-temanku semasa SMP, Yessy, Jhonatan Aditya dan Deni Setiawan.

Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1. 2. 1 Permasalahan ... 5

1. 2. 2 Ruang Lingkup... 5

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

1. 3. 1 Tujuan ... 6

1. 3. 2 Kegunaan ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2. 1 Pengawasan ... 8

2. 1. 1 Pengertian Pengawasan ... 8

2. 1. 2 Fungsi Pengawasan ... 11

2. 1. 3 Tujuan Pengawasan... 12

2. 1. 4 Jenis-Jenis Pengawasan... 13

2. 2 Pembinaan ... 17

2. 2. 1 Pengertian Pembinaan ... 17

2. 2. 2 Pembinaan Organisasi ... 18

2. 3 Industri ... 19

2. 3. 1 Pengertian Industri ... 19

2. 3. 2 Klasifikasi Industri ... 20

2. 3. 3 Proses Dalam Kegiatan Industri ... 29

2. 4 Bahan Berbahaya... 30

2. 4. 1 Pengertian Bahan Berbahaya ... 30

2. 4. 2 Penggunaan Bahan Kimia ... 30

2. 4. 3 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya ... 31

III. METODE PENELITIAN ... 32

3. 1 Pendekatan Masalah... 32

3. 2 Sumber Data... 32

3. 3 Pengumpulan dan Pengolahan Data... 34


(4)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

4. 1 Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Untuk Industri Tahu di Kota Bandar Lampung ... 36

4. 1. 1 Pengawasan dan Pembinaan Oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Kota Bandar Lampung ... 39

4. 1. 2 Pengawasan dan Pembinaan Oleh Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung ... 44

4. 1. 3 Pengawasan dan Pembinaan Oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 49

4. 2 Faktor Penghambat Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Untuk Industri Tahu di Kota Bandar Lampung ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5. 1 Kesimpulan ... 54

5. 2 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA...


(5)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku:

Hadjon, Philipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Ridwan, H. R. 2002.Hukum Administrasi Negara. UII Press, Yogyakarta. Handoko, T.Hani. 1997.Manajemen. BPFE, Yogyakarta

Muhammad, Abdulkadir. 2008.Metode Penelitian Hukum. PT Citra Aditya Bakti. Bandung

Musa, Hubeis. 2005.Kajian Pembinaan, Pengembangan dan Pengawasan UKM.

Binaan PT. Sucofindo

Nurmayani. 2009.Hukum Administrasi Daerah. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Rosyid, Abdul. 2007.Manajemen Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Pusat Pengembangan Bahan Ajar, UMB

Siagian, Sondang P. 2000.Administrasi Pembangunan. Gunung Agung, Jakarta Sujamto. 1986.Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia,

Jakarta

Sunarno, Siswanto. 2006.Hukum Pemerintahan Daerah. Sinar Grafika, Jakarta Shidarta, 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Penerbit Grasindo, Jakarta Thoha, Miftah. 2008.Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

b. Peraturan perundang-undangan:

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan


(6)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pengawasan dan Penggunaan Bahan Berbahaya Untuk Industri

c. Internet:

http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2143292-pengertian industri/#ixzz1b5YuQ8Kg

http://radmarssy.wordpress.com/2007/02/06/bahaya-kandungan-formalin-padamakanan