Ekonomi Kelas 10
129
Berdasarkan tabel di atas pada tahun 1997 laju pertumbuhan PDB Indonesia meskipun tidak terlalu tinggi menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 4,7 . Angka tersebut
lebih tinggi dibanding Pakistan, Thailand dan Jepang. Akan tetapi coba kita lihat pada tahun 1998 laju pertumbuhan PDB Indonesia turun drastis mencapai -13,1 . Sebenarnya
tidak hanya Indonesia yang mengalami penurunan tersebut, tetapi secara umum semua negara mengalami penurunan hanya persentasenya kecil. Ada beberapa istilah dalam
menganalisa kenaikan PDB antara lain: a.
Pertumbuhan nyata, keadaan di mana pertumbuhan ekonomi menyebabkan kenaikan PDB.
b. Stagnasi, keadaan di mana pertumbuhan PDB tidak mengalami kenaikan.
c. Resesi, keadaan di mana pertumbuhan PDB mengalami penurunan yang tidak terlalu
besar. d. Depresi, keadaan di mana pertumbuhan PDB mengalami penurunan yang signifikan.
Melihat dan kemudian membandingkan tingkat pendapatan nasional maupun pendapatan per kapita dalam angka-angka bukan merupakan gambaran nyata dari
kesejahteraan masyarakat di suatu negara, karena masih ada hal-hal atau tolok ukur lain yang harus diperhatikan misalnya angka harapan hidup, rasio jumlah dokter dengan jumlah
penduduk, indeks mutu kehidupan secara fisik dan tolok ukur sosial lainnya.
D. MENDESKRIPSIKAN INDEKS HARGA DAN INFLASI
1. Indeks Harga Konsumen IHK
Dalam menganalisis tingkatlaju inflasi digunakan persentase, lalu apakah yang dijadikan acuan untuk mengukur persentase perubahan harga, bacalah baik-baik berita
di harian Kompas tanggal 7 November 2005 di bawah ini. Carilah data di internet, koran dan majalah mengenai laju pertumbuhan PDB
negara Indonesia dengan negara lain di dunia tahun 2006
Tugas
Inflasi Landa Semua Kota
Tertinggi 12,87 Persen di Bandar Lampung JAKARTA, KOMPAS - Seluruh 45 kota yang menjadi tempat
penghitungan indeks harga konsumen bulan Oktober mencatat inflasi sangat signifikan. Tingkat inflasi tertinggi
terjadi di Bandar Lampung mencapai 12,87 persen, terendah 3,84 persen di Palu. Adapun tingkat inflasi nasional Oktober
2006 sebesar 8,7 persen.
Dari data Badan Pusat Statistik BPS yang disampaikan pada bulan 1 November 2005 lalu terlihat bahwa 14 kota di
Sumatera, 14 kota di Jawa, dan 17 kota di luar Sumatera dan Jawa yang menjadi lokasi penghitungan indeks harga
konsumen IHK mengalami inflasi yang sangat signifikan. Jadi praktis seluruh 45 kota yang merupakan lokasi
penghitungan IHK mencatat inflasi signifikan. Di Sumatera, inflasi signifikan tertinggi terjadi di
Bandar Lampung, Provinsi Lampung, yakni sebesar 12,87 persen. Inflasi terendah terjadi di Pangkal Pinang, yakni
sebesar 7,23 persen. Namun, dari data inflasi di 14 kota di Sumatera ini, terlihat sebagian besar mencatat angka inflasi
cukup tinggi, yakni di atas level 10 persen.
Selain Bandar Lampung yang tertinggi, Banda Aceh mencatat inflasi 12,45 persen, Pematang Siantar 10,61
persen, Medan 11,89 persen, Padang 10,74 persen, Jambi 10,47 persen, Palembang 12,11 persen, dan Bengkulu
12,50 persen. Sementara beberapa kota mencatat inflasi di atas rata-rata inflasi nasional 8,7 persen, yakni Padang
Sidempuan 9,07 persen, Sibolga 9,21 persen, dan Pekan Baru 8,73 persen.
Ekonomi Kelas 10
130
Dari berita tersebut bahwa untuk menghitung tingkat inflasi Badan Pusat Statistik BPS menggunakan Indeks Harga Konsumen IHK. Jadi jelas bahwa untuk mengetahui
tingkat inflasi digunakan Indeks Harga Konsumen yang sekaligus merupakan indikator inflasi di Indonesia. Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah:
Di mana, Pn = Harga sekarang
Po = Harga pada tahun dasar
Contoh: Harga untuk jenis barang tertentu pada tahun 2005 Rp10.000,00 per unit, sedangkan
harga pada tahun dasar Rp8.000,00 per unit maka indeks harga pada tahun 2005 dapat dihitung sebagai berikut.
IHK = Rp. 10.000,00 x 100
Rp. 8.000,00 = 125
Ini berarti pada tahun 2005 telah terjadi kenaikan IHK sebesar 25 dari harga dasar yaitu 125-100 sebagai tahun dasar. Sedangkan untuk menghitung tingkat inflasi
digunakan rumus sebagai berikut.
Dimana, IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini
IHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu
Di Jawa inflasi tertinggi terjadi di Kediri, yakni 11,90 persen dan terendah di Yogyakarta, yakni 6,53 persen.
Namun, rata-rata inflasi di 14 kota di Pulau Jawa ini berada di bawah level 10 persen, bahkan sebagian besar berada di
bawah rata-rata inflasi nasional bulan Oktober 8,7 persen. Ibu kota Jakarta, misalnya, mencatat inflasi hanya 7,93
persen, Bandung 8,22 persen, Semarang 8,35 persen, Surakarta atau Solo 8,08 persen, dan Surabaya 7,71 persen.
Inflasi di atas rata-rata nasional hanya terlihat di Tasikmalaya 9,44 persen dan Cirebon 9,30 persen.
Sementara di luar Sumatera dan Jawa, inflasi signifikan tertinggi terjadi di Kendari, Sulawesi Tenggara,
yakni 11,90 persen dan inflasi terendah di Palu, Sulawesi Tengah, yakni sekitar 3,84 persen. Tidak banyak dari 17
kota yang ada ini mencatat inflasi di atas rata-rata 8,7 persen. Hanya Mataram 10,80 persen, Makassar 9,44 persen,
Gorontalo 10,16 persen, Ambon 8,95 persen, dan Ternate 9,32 persen.
Tak terhindarkan
Inflasi signifikan di semua kota ini tak terhindarkan karena penyumbang utama inflasi tinggi ini adalah biaya
transportasi. Dan ini erat berkaitan dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak BBM
yang cukup signifikan pada 1 Oktober lalu. Kepala BPS Choiril Maksum mengemukakan, kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan pada Oktober 2005 mencatat inflasi 28,57 persen. Terjadi kenaikan indeks dari
127,91 pada September 2005 menjadi 164,45 pada Oktober 2005. Secara keseluruhan, ujar Choiril, kelompok ini pada
Oktober 2005 memberikan kontribusi pada inflasi sebesar 4,17 persen.
Berkaitan langsung dengan kenaikan harga BBM, maka harga bensin melambung tajam dan menyumbang inflasi
1,88 persen, solar 0,11 persen, angkutan dalam kota 1,81 persen, angkutan antarkota 0,19 persen, tarif taksi 0,03
persen, dan masing-masing 0,01 persen untuk tarif angkutan udara, bahan pelumas, mobil, tarif sewa motor, tarif travel
dan lain-lain. oinppg
Ekonomi Kelas 10
131
Contoh: Pada guntingan berita di atas Kepala BPS Choiril Maksum mengemukakan kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan Oktober 2005 mencatat inflasi 28,57. Terjadi kenaikan indeks dari 127,91 pada September 2005 menjadi 164,45
pada bulan Oktober 2005. Dikatakan pada berita tersebut terjadi inflasi sebesar 28,57 dari bulan September 2005 sampai Oktober 2005. Bagaimana kita menghitung angka
28,57?
IHKn - IHKo Inflasi =
x 100 IHKo
Inflasi = 164,45 - 127,91 x 100 = 28,57
Jadi jelas bahwa angka 28,57 tersebut dihitung dengan rumus di atas. Ingat : Inflasi selalu dinyatakan dengan tetapi indeks tidak dinyatakan dengan .
2. Pengertian Inflasi