BAB 13 PERSEPSI MASA KANAK-KANAK DAN PERKEMBANGAN PERSEPTUAL
BAB 13
PERSEPSI MASA KANAK-KANAK DAN PERKEMBANGAN PERSEPTUALMOTORIK
KONSEP UTAMA.
Semua gerakan disengaja melibatkan elemen persepsi;
dengan demikian, perkembangan motorik masa kanak-kanak erat berhubungan
dengan pemungsian perseptual-motorik.
Studi mengenai proses perseptual dan perkembangan perseptual-motorik berusaha
untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita mulai mengetahui dunia kita.
Sifat
proses perseptual dan dampaknya terhadap gerakan dan kognisi telah menjadi topik
yang sangat menarik bagi peneliti dan pendidik selama bertahun-tahun. Dari saat
lahir, anak-anak mulai belajar bagaimana untuk berinteraksi dengan lingkungan
mereka.
Interaksi ini adalah proses perseptual dan juga motorik.
Bab ini
memfokuskan pada aspek-aspek perkembangan dari persepsi visual dan prilaku
perseptual-motorik selama masa kanak-kanak.
Pentingnya mengembangkan
kemampuan-kemampuan perseptual dan perseptual-motorik dibahas bersama dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculannya.
PERKEMBANGAN PERSEPTUAL DALAM MASA KANAK-KANAK
Pada saat anak-anak mencapai usia 2 tahun, alat penglihatan sudah matang. Bola
mata memilikiki ukuran dan berat mendekati orang dewasa. Semua aspek anatomi
dan fisiologis dari mata telah lengkap, tetapi kemampuan-kemampuan perseptual dari
anak-anak kecil masih belum lengkap. Walaupun anak-anak dapat berfiksasi pada
objek-objek, mengikutinya, dan membuat penilain-penilaian yang akurat terhadap
ukuran dan bentuk, banyak penghalusan masih perlu dibuat. Seorang anak kecil tidak
dapat mencegat bola yang dilemparkan dengan beberapa tingkat kontrol. Kesulitan
dengan pembalikan huruf dan angka adalah umum, dan persepsi anak terhadap objekobjek yang bergerak berkembang dengan buruk, sepertihalnya kemampuankemampuan perseptual bentuk-dasar, persepsi jarak, dan penentuan waktu antisipasi.
KONSEP 13.1. Kemampuan-kemampuan perseptual dan motorik anak-anak
saling dipengaruhi oleh satu sama lainnya walaupun
kecepatan yang berbeda-beda.
59
berkembang pada
Sejauhmana gerakan memainkan peran dalam perkembangan perseptual visual masih
diperdebatkan. Held dkk (1963, 1965), Smith dan Smith (1966), dan Riesen dan Aaros
(1959) berspekulasi mengenai pentingnya gerakan dalam perkembangan dan
penghalusan kemampuan-kemampuan perseptual visual.
Mereka melakukan
investigasi-investigasi berdasarkan pada hipotesa bahwa gerakan yang dihasilkan
sendiri adalah penting dan cukup untuk terjadinya penyesuaian-penyesuaian visualmotorik dalam lingkungan yang berubah secara visual. Mereka berpendapat bahwa
tanpa gerakan, penyesuaian-penyesuaian perseptual visual tidak akan terjadi dan
bahwa otot-otot dan aspek motorik dari sistem syaraf erat terlibat dengan persepsi dan
tergantung pada satu sama lainnya. Konsep hubungan antara aktifitas gerakan dan
perkembangan perseptual telah juga secara tidak langsung didukung oleh penurunan
dalam kinerja pada eksperimen-eksperimen perseptual dan motorik, dan eksperimeneksperimen yang mengujikan penyesuaian-penyesuaian perseptual visual dengan
lingkungan yang diatur secara optik. Intisari dari penelitian ini telah menuntun pada
apa yang diistilahkan Payne dan Issacs (1995) dengan hipotesa gerakan, yang
berpendapat bahwa untuk mengembangkan kumpulan keterampilan visual-spatial
normal, kita harus memberikan perhatian pada objek-objek yang bergerak.
KONSEP 13.2. Gerakan telah terbukti menjadi kondisi yang cukup untuk
pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual visual yang dipilih, tetapi
tidak terbukti menjadi kondisi yang penting.
Namun, fakta tetap ada bahwa hasil-hasil dari setiap eksperimen bersifat spekulatif
ketika diterapkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual pada
anak-anak.
Kita masih tidak mengetahui sejauhmana gerakan memainkan peran
dalam perkembangan perseptual.
Namun, kemungkinan tidaklah salah untuk
mengatakan bahwa gerakan adalah suatu kondisi “yang cukup” untuk mendorong
perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual.
Apakah ini adalah kondisi
“penting masih diragukan (Gallahue, 1982).
Walaupun diragukan bahwa gerakan yang dihasilkan sendiri adalah kondisikondisi yang penting untuk pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual
visual anak, ada sedikit keraguan bahwa tingkat perkembangan dari kemampuankemampuan perseptual visualnya akan mempengaruhi tingkat-tingkat perkembangan
dari keterampilan-keterampilan gerakan.
Penting untuk menjadi familiar dengan
kemampuan-kemampuan perseptual yang sedang berkembang dari anak dan
memahami dampak dari persepsi terhadap pembelajaran dan penghalusan
60
keterampilan gerakan. Ketajaman visual, persepsi objek-latar, persepsi kedalaman,
dan koordinasi visual-motorik adalah kualitas-kualitas visual yang penting yang
berbasis perkembangan dan mempengaruhi kinerja gerakan. Tabel 13.1 memberikan
ringkasan kualitas-kualitas tersebut dan runtunan perkembangan yang dihipotesa.
TABEL 13.1. Aspek-Aspek Perkembangan Yang Dipilih dari Persepsi Visual AnakAnak
KUALITAS VISUAL
KEMAMPUANUSIA PERKIRAAN
KEMAMPUAN YANG
DIPILIH
KETAJAMAN VISUAL
Peningkatan cepat
5–7
Kemampuan
untuk Datar
7–8
membedakan detil dalam Peningkatan cepat
9 – 10
latar-latar
statis
dan Matang (statis)
10 – 11
dinamis.
Datar (dinamis)
10 – 11
Matang (dinamis)
11 – 12
PERSEPSI
OBJEKLATAR
Peningkatan lambat
3–4
Kemampuan
untuk Peningkatan cepat
4–6
memisahkan objek dari Luncuran sedikit
7–8
sekelilingnya
Matang
8 – 12
PERSEPSI
KEDALAMAN
Kemampuan untuk menilai
jarak sehubungan dengan
diri sendiri.
Seringnya
kesalahankesalahan penilaian
Sedikit kesalahan penilaian
Peningkatan cepat
Matang
KOORDINASI VISUALMOTORIK
Peningkatan cepat
Kemampuan
untuk Peningkatan lamban
menyatukan penggunaan Matang
mata dan tangan
3–4
5–6
7 – 11
Pada usia 12
3–7
7–9
10 – 12
Ketajaman Visual
Ketajaman visual adalah kemampuan untuk membedakan detil dalam objek. Semakin
halus detil yang dapat dibedakan, maka semakin baik ketajaman visual seseorang, dan
sebaliknya. Ketajaman visual mungkin diukur dalam hal latar-latar statis dan dinamis.
Ketajaman visual statis adalah tingkat detil yang dapat dibedakan yang dapat
dideteksi oleh seseorang ketika individu dan objek visual tidak bergerak. Ketajaman
visual statis paling umum diukur oleh penggunaan diagram mata Snellen. Asesmen
Snellen dinyatakan dalam pecahan. Seseorang dengan penilaian 20/20 dapat
membedakan objek-objek pada jarak 20 kaki (6.1 m) dalam cara yang sama dengan
61
orang lain yang memiliki penglihatan normal pada jarak yang sama yaitu 20 kaki.
Seseorang dengan penilaian 20/200 dapat membedakan pada jarak 20 kaki apa yang
dapat dibedakan oleh orang lain dengan penglihatan normal pada jarak 200 kaki (60.9
m).
Ketajaman visual dinamis adalah kemampuan untuk membedakan detil pada
benda-benda yang bergerak.
Ketajaman ini seringkali kurang dinilai daripada
ketajaman visual statis untuk beragam alasan, tetapi menarik bagi siapa saja yang
diharuskan untuk membuat penilaian-penilaian yang pasti berdasarkan pada
pengikutan yang dituntun secara visual. Pemain baseball yang sedang bersiap untuk
memukul atau menangkap bola perlu memiliki ketajaman visual dinamis yang baik,
sepertihalnya pemain bola voli.
Williams (1983) melaporkan bahwa ketajaman visual statis menjadi matang
pada usia 10 tahun dan umumnya kurang berkembang dengan baik pada usia 5 dan 6
tahun. Perkembangan yang cepat terjadi antara usia 5 dan 7 tahun, dengan sedikit
perubahan terlihat dari usia 7 hingga 9 tahun, diikuti oleh peningkatan yang cepat
antara usia 9 dan 10 tahun. Pada usia 12 tahun, ketajaman visual statis umumnya
menyerupai orang dewasa (Whiting, 1974).
Ketajaman visual dinamis tampaknya matang lebih lambat daripada ketajaman
visual statis. Morris (1977) menemukan peningkatan pada individu-individu diatas
usia 20 tahun. Williams (1983) melaporkan bahwa ketajaman visual dinamis menjadi
semakin halus selama tiga periode waktu terpisah: 5 hingga 7 tahun, 9 hingga 10
tahun, dan 11 hingga 12 tahun. Lebih jauh, anak laki-laki memperlihatkan ketajaman
visual yang lebih baik (baik dinamis dan statis) daripada anak perempuan pada semua
usia. Informasi ini mungkin membantu kita untuk memahami lebih baik mengapa
penting untuk menyesuaikan kebutuhan keterampilan dalam olahraga seperti baseball
jika kita berharap anak-anak mempertahankan ketertarikan mereka setiap saat. Fakta
bahwa anak perempuan seringkali tertinggal dari anak laki-laki kemungkinan dapat
dikaitkan dengan faktor-faktor sosialisasi (lebih sedikit kesempatan untuk praktek dan
lebih sedikit dorongan aktif).
Ini juga mungkin menjelaskan mengapa anak
perempuan cenderung kurang bagus dalam tugas intersepsi objek dan cenderung
untuk tidak memainkan olahraga-olahraga ini lebih dini.
Orang dewasa harus
memodifikasi aturan-aturan untuk meningkatkan potensi akan keberhasilan dan
partisipasi baik untuk anak perempuan dan juga anak laki-laki pada beragam tingkat
perkembangan.
62
KONSEP 13.3. Penglihatan adalah modalitas sensorik utama dan memainkan
peran penting dalam proses perkembangan motorik.
Persepsi Objek-Latar
Persepsi objek-latar adalah kemampuan untuk memisahkan suatu objek visual dari
sekelilingnya.
Gallahue (1968) memperlihatkan bahwa beragam gabungan
percampuran dan latar belakang yang mengganggu mempengaruhi kemampuan anak
usia 6 tahun untuk membedakan objek-objek visuall dari sekelilingnya. Gabungangabungan yang menyebabkan jumlah maksimum percampuran dan gangguan paling
mengganggu kemampuan anak-anak untuk membedakan bentuk dari latar
belakangnya dalamm kinerja tes melangkah yang sederhana. Kondisi-kondisi dimana
hanya ada pencampuran warna atau gangguan-gangguan visual tidaklah terlalu
mengganggu. Menyangkut sifat perkembangan dari persepsi objek-latar, Williams
(1983) yang menafsirkan data dari Frostig dkk (1966), melaporkan persepsi objeklatar
yang stabil antara usia 8 hingga 10 tahun. Namun, sebelum itu peningkatan
lamban terjadi antara usia 3 hingga 4 tahun, dengan peningkatan besar terlihat dari
usia 4 hingga 6 tahun. Perubahan-perubahan yang lebih kecil dilaporkan dari usia 6
hingga 7 tahun diikuti antara 7 dan 8 tahun.
Persepsi ini menjadi semakin halus dari
usia 8 hingga 13 tahun dan mungkin terus meningkat hingga usia 17 atau 18 tahun.
Kita dapat menyimpulkan bahwa persepsi objek-latar melibatkan elemen-elemen
perhatian dan juga kematangan visual-motorik.
Pentingnya persepsi objek-latar visual cukup jelas.
Bersama dengan
ketajaman visual dinamis yang baik, persepsi ini memungkinkan seseorang tidak
hanya secara jelas membedakan suatu objek tetapi juga memisahkannya dari latar
belakangnya. Keterampilan yang sangat halus tersebut penting untuk pemain luar
lapangan dalam baseball, pemain belakang dalam football. Kemampuan untuk secara
jelas mengeluarkan objek (figure) dari latar belakangnya (ground) penting untuk
keberhasilan.
Penting untuk mengetahui bahwa kualitas perseptual ini masih
berkembang pada anak-anak.
Modifikasi-modifikasi kebutuhan tugas atau
memanipulasi latar terhadap tugas-tugas gerakan tertentu yang dilakukan mungkin
dapat banyak meningkatkan kinerja motorik.
Persepsi Kedalaman
Persepsi kedalaman adalah salah satu dari aspek paling menarik dari persepsi visual.
Persepsi kedalaman memungkinkan kita untuk melihat secara tiga-dimensi. Retina
63
kita berfungsi secara dua dimensi tetapi ketika digabung memberikan bayangan visual
yang lengkap dengan petunjuk kedalaman. Petunjuk-petunjuk untuk kedalaman ini
adalah monokular dan binokular.
Petunjuk kedalaman monokular adalah petunjuk-petunjuk yang dapat diambil
oleh satu mata. Hal-hal seperti ukuran, kemiringna tekstur, konvergensi, tumpang
tindih, proporsionalitas, dan perspektif linear adalah petunjuk-petunjuk monokular
untuk kedalaman. Masing-masing digunakan oleh seniman untuk memberikan “ilusi”
kedalaman pada kanvas. Petunjuk-petunjuk ini juga adalah petunjuk visual tigadimensi untuk kedalaman.
Petunjuk-petunjuk kedalaman binokular mengharuskan kedua mata untuk
bekerja secara selaras. Perbedaan retinal, yaitu komponen penting dari persepsis
mendalam, mengacu pada fakta bahwa suatu objek visual dilihat dari sudut yang
cukup berbeda oleh setiap mata. Oleh karena itu, imej yang diproyeksikan pada setiap
retina cukup berbeda, dan informasi yang dilewatkan pada area visual lapisan luar
berakibat pada perbedaan binokular. Oleh karena itu, bayangan-bayangan yang kita
terima memiliki kedalaman.
Sedikit yang diketahui tentang aspek-aspek perkembangan dari persepsi
kedalaman. Namun, William (1983) melaporkan bahwa binokularitas dan persepsi
kedalaman meningkat dari usia 2 hingga 5 tahun. Dia juga menunjukan bahwa pada
usia 7 tahun, anak-anak dapat secara akurat menilai kedalaman dengan petunjukpetunjuk monokular. Berdasarkan pada literatur mengenai persepsi kedalaman bayi,
kemungkinan tidaklah salah untuk menyimpulkan bahwa persepsi kedalaman mulai
berkembang dalam cara yang paling dasar selama bulan-bulan pertama masa bayi,
tetapi terus meningkat sepanjang usia dini.
Namun diragukan apakah persepsi
kedalaman secara umum dapat meningkat melalui latihan khusus. Namun, mungkin
bahwa persepsi kedalaman dalam situasi-situasi khusus dapat meningkat (Sage, 1984).
Guru, orangtua dan pelatih perlu mempertimbangkan persepsi-persepsi visual
dari kedalaman ketika sedang mengajarkan keterampilan-keterampilan dasar. Ukuran
bola, warna dan tekstur dan juga jarak, lintasan, dan kecepatan memainkan peranperan penting dalam memberikan petunjuk-petunjuk kedalaman untuk intersepsiintersepsi objek yang berhasil (Issacks, 1980). Kita hanya perlu mengamati anak
yang memalingkan kepalanya untuk menghindari bola yang mendekat untuk melihat
mengapa petunjuk-petunjuk kedalaman penting untuk gerakan menangkap yang
berhasil. Memalingkan kepala ke satu sisi meniadakan penglihatan binokular dan
64
mendorong anak untuk tergantung pada petunjuk-petunjuk monokular. Terlalu sering
petunjuk-petunjuk monokular ini tidak cukup untuk membuat penyesuaianpenyesuaian yang akurat yang dibutuhkan untuk gerakan menangkap yang matang.
Akibatnya bola mengenai wajah atau dada si anak sebelum berhenti atau jatuh.
Pencegatan objek yang berhasil mengharuskan untuk menggnakan semua petunjuk
kedalaman yang tersedia, terutama selama tahap-tahap awal perkembangan
keterampilan.
Koordinasi Visual-Motorik
Koordinasi visual-motorik mengacu pada kemampuan untuk mengikuti dan membuat
penilaian-penilaian pencegatan pada objek yang sedang bergerak.
Perkembangan
kemampuan-kemampuan visual dimulai pada awal masa bayi dan terus meningkat
seiring usia. Morris (1980) menunjukan bahwa pada usia 5 atau 6 tahun, anak-anak
dapat secara akurat mengikuti objek-objek yang bergerak dalam bidang horizontal,
dan pada usia 8 atau 9 tahun mereka dapat mengikuti bola-bola yang bergerak secara
melengkung. Payne dan Isaacs (1995) mencatat bahwa “ketika ketajaman visual
dinamis meningkat, begitu juga kemampuan untuk mengikuti objek-objek yang
bergerak cepat karena kapan saja suatu objek sedang bergerak pada velositas sudut
dimana gerakan-gerakan mata yang lancar tidak lagi mungkin, maka melakukan tugas
menjadi suatu fungsi dari ketajaman visual dinamis”. Williams (1983) melaporkan
bahwa persepsi akurat dari gerakan terus berkembang pada usia sekitar 10 hingga 12
tahun.
Pencegatan objek adalah aspek kedua dari koordinasi visual-motorik.
Pencegatan objek seringkali disebut dalam literatur pembelajaran motorik, melibatkan
kemampuan untuk mencocokan perkiraan-perkiraan lokasi objek dengan respon
motorik tertentu. Kemampuan-kemampuan pencegatan objek sangat meningkat
seiring usia dan praktek (Dorfman, 1977). Pada saat ini sulit untuk mengajukan suatu
model perkembangan untuk kemampuan pencegatan objek karena jumlah yang besar
dari variabel-variabel campuran. Namun, pengamatan terhadap banyak anak ang
berusaha untuk memukul bola-bola menuntun kita untuk menyimpulkan bahwa anakanak yang lebih kecil dan individu-individu yang kurang berpengalaman membuat
banyak kesalahan penilaian, tetapi anak-anak yang lebih besar dan orang-orang yang
lebih berpengalaman membuat lebih sedikit kesalahan. Pengalaman secara jelasa
tampaknya menjadi elemen penting dalam membuat perkiraan-perkiraan akurat
65
terhadap pencegatan objek. Pertanyaan apakah pengalaman saja atau kematangan alat
visual-motorik dalam hubungannya dengan pengalaman bertanggung jawab untuk
penilaian-penilaian yang meningkat membutuhkan studi lebih jauh.
LATIHAN PERSEPTUAL
Karena kecanggihan perseptual visual seseorsang erat berhubungan dengan
keberhasilan dalam kinerja beragam keterampilan gerakan, maka penting bagi guru
atau pelatih untuk mengetahui sifat perkembangan dari kemampuana-kemampuan
visual anak-anak.
Kebutuhan-kebutuhan perseptual dari keterampilan-keterampilan
manipulatif fundamental yang memberikan gaya pada objek atau menerima gaya dari
suatu objek terutama banyak. Ketika sedang menghadapi anak-anak kecil, kita harus
membuat
penyesuaian-penyesuaian
yang
tepat
dalam
peralatan
untuk
mengakomodasikan tingkat-tingkat perkembangan dari kemampuan-kemampuan
perseptual mereka.
Dengan hanya merubah berat atau ukuran dari bola dengan
menggunakan busa, plastik, atau karet lunak kemungkinan memiliki pengaruh
dramatis terhadap tingkat keberhasilan yang dialami. Membuat modifikasi-modifikasi
dalam warna dan ukuran objek akan juga memiliki dampak.
KONSEP 13.4. Praktek dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik, tetapi ada cukup
bukti untuk menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan perseptual-motorik
yang meningkat akan meningkatkan prestasi akademik.
Memodifikasi aturan-aturan permainan untuk memungkinkan kejelasan yang lebih
besar
dan konsistensi persepsi, waktu untuk reaksi, atau kemudahan mengikuti
(tracking) juga direkomendasikan. Misalnya, dalam baseball, menggunakan mesin
pelempar yang ditentukan pada kecepatan yang ditentukan sebelumnya dan lintasan
akan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan mereka
dalam tracking.
Pertimbangan ketiga dalam latihan perseptual adalah mengenali bahwa
mekanika gerakan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat-tingkat persepsi yang
dibutuhkan untuk kinerja yang berhasil.
Jika kebutuhan-kebutuhan visual cukup
besar, maka mekanika kemungkinan besar akan menjadi rumit. Mekanika dari servis
tenis lebih sulit daripada mekanika untuk berenang atau melompat.
Akhirnya, orang-orang yang menghadapi anak-anak harus mengenali
perkembangan perseptual anak dan perkembangan motorik sangat penting untuk
66
kinerja gerakan yang berhasil. Kita harus menyesuaikan tingkat harapan kita dengan
kematangan perseptual dan juga fisik dari setiap orang.
PERKEMBANGAN PERSEPTUAL-MOTORIK PADA ANAK-ANAK
Kemampuan-kemampuan perseptual visual dari anak-anak kecil tidak sama dengan
kemampuan perseptual visual dari orang dewasa. Dunia visual anak berada dalam
tahap-tahap perkembangan dan oleh karena itu terbatas. Perkembangan kemampuankemampuan perseptual secara signifikan menghambat atau meningkatkan kinerja
gerakan anak. Dari bagian sebelumnya kita telah melihat bahwa kebalikannya
mungkin benar; yaitu, kinerja gerakan mungkin secara signifikan menghambat atau
meningkatkan perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual anak-anak. Anak
yang dibatasi dalam perkembangan perseptualnya seringkali menemui kesulitankesulitan dalam melakukan tugas-tugas perseptual-motorik.
Kesadaran bahwa proses persepsi tidak seluruhnya bersifat bawaan
mendorong kita untuk menghipotesa bahwa kualitas dan kuantitas pengalamanpengalaman gerakan yang diberikan kepada anak-anak berhubungan dengan
perkembangan dari kemampuan-kemampuan perseptual mereka. Respon-respon awal
dari anak-anak adalah respon-respon motorik, dan semua data perseptual dan
konseptual di masa mendatang berdasarkan sebagian pada respon-respons awal ini.
Anak-anak harus membangun dasar yang luas dari pengalaman-pengalaman motorik
agar pembelajaran tingkat tinggi berkembang secara tepat. Makna diberikan pada
stimulasi perseptual melalui gerakan.
Pencocokan data perseptual dan motorik
dianggap penting bagi anak untuk membangun dunia spatial yang stabil (Barsh,
1965). Semakin banyak pengalaman belajar motorik dan perseptual yang dimiliki
oleh anak-anak, maka semakin besar kesempatan untuk membuat “kecocokan
perseptual-motorik” ini dan untuk mengembangkan fleksibilitas respon terhadap
beragam situasi gerakan.
Sayangnya, kekomplekan masyarakat modern kita seringkali mencegah
perkembangan dari banyak kemampuan perseptual-motorik.
Lingkungan dimana
anak-anak zaman sekarang ini dibesarkan begitu komplek dan berbahaya sehingga
mereka terus menerus diperingatkan untuk tidak menyentuh atau menghindari situasisituasi yang memberikan banyak informasi motorik dan perseptual. Lingkungan dari
anak-anak zaman sekarang juga begitu pasif dan tidak menggunakan aktifitas fisik.
Banyak anak tumbuh di kota-kota besar, bangunan-bangunan apartemen, dan
lingkungan-lingkungan
sekolah
yang
tidak
67
mendorong
atau
meningkatkan
pembelajaran melalui gerakan. Terlalu sedikit anak dalam masyarakat kontemporer
yang memanjat pohon, melompati arus, atau mengendarai kuda. Mereka kehilangan
banyak pengalaman yang harus dimiliki oleh anak-anak untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan gerakan mereka.
Anak-anak yang menghabiskan waktu
untuk menonton televisi atau bermain game-game komputer mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan pasif. Tidak adanya pengalaman gerakan yang bervariasi dan
adaptasi-adaptasi yang muncul dengan praktek dan pengulangan dapat menghambat
perkembangan motorik.
KONSEP 13.5. Anak-anak seringkali tertinggal dalam pembelajaran perseptualmotorik karena pembatasan-pembatasan lingkungan.
Alat-alat buatan harus dibuat untuk memberikan pengalaman tambahan dan praktek
dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik
kepada anak-anak yang tidak dapat
diberikan oleh masyarakat modern secara natural. Pengalaman-pengalaman pengganti
mungkin memiliki efek-efek positif terhadap perkembangan kemampuan-kemampuan
perseptual visual dalam anak-anak. Guru pendidikan jasmani harus menjadi orang
yang penting dalam kurikulum pendidikan.
Program pendidikan jasmani yang
berbasis perkembangan akan mendorong keterampilan-keterampilan perseptualmotorik dari anak-anak dan meningkatkan banyak keterampilan kesiapan dasar yang
dibutuhkan untuk keberhasilan di sekolah.
Apakah “Perseptual-Motorik” Itu?
Tanda garis pisah dalam istilah perseptual-motorik memiliki arti.
Pertama,
menandakan ketergantungan dari aktifitas gerakan disengaja pada beberapa bentuk
informasi perseptual.
Semua gerakan disengaja melibatkan elemen kesadaran
perseptual yang dihasilkan dari beberapa jenis stimulasi sensorik. Kedua, garis pisah
ini menunjukan bahwa perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual seseorang
tergantung sebagian pada aktifitas motorik.
motorik dipelajari.
Kemampuan-kemampuan perseptual-
Dengan demikian, kemampuan-kemampuan ini menggunakan
gerakan sebagai medium penting dimana pembelajaran terjadi.
Kualitas kinerja
gerakan tergantung pada keakuratan persepsi individu dan kemampuannya untuk
menafsirkan persepsi-persepsi ini kedalam serangkaian tindakan gerakan yang
terkoordinasi.
Istilah koordinasi mata-tangan dan koordinasi mata-kaki telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk mengungkapkan ketergantungan dari gerakan
efisien pada keakuran informasi sensorik.
Semua gerakan disengaja melibatkan
penggunaan satu atau lebih modalitas sensorik untuk tingkat yang lebih besar atau
68
lebih kecil. Hingga saat ini kita tidak sepenuhnya memahami kontribusi-kontribusi
penting dari pengalaman gerakan terhadap perkembangan kemampuan-kemampuan
perseptual-motorik.
Istilah persepsi berarti “untuk mengetahui” atau “menafsirkan informasi”.
Persepsi adalah proses menghimpun informasi yang datang dengan informasi yang
disimpan, yang menuntun pada pola respon yang dimodifikasi.
Perkembangan
motorik perseptual mungkin digambarkan sebagai proses memperoleh keterampilan
yang meningkat dan kemampuan fungsional dengan menggunakan input sensorik,
integrasi sensorik, penafsiran motorik, aktivasi gerakan dan umpan balik. Elemenelemen ini digambarkan dibawah ini:
1. Input Sensorik: meneriam beragam bentuk stimulasi dengan cara reseptorreseptor
sensorik
yang
dikhususkan
(reseptor-reseptoe
penglihatan,
pendengaran, sentuh dan kinestetis) dan menyampaikan stimulasi ini kepada
otak dalam bentuk pola energi syaraf.
2. Integrasi
sensorik:
menghimpun
stimuli
sensorik
yang
datang
dan
mengintegrasikannay dengan informasi masa lalu atau yang disimpan
(memori).
3. Penafsiran
motorik:
membuat
keputusan-keputusan
motorik
internal
(rekalibrasi) berdasarkan pada gabungan sensorik (saat ini) dan informasi
memori jangka panjang (masa lalu).
4. Aktivasi gerakan: melakukan gerakan sesungguhnya (tindakan yang dapat
diamati).
5. Umpan balik: mengevaluasi tindakan gerakan dengan cara beragam modalitas
sensorik (penglihatan, penglihatan, sentuh dan kinestetis), yang nantinya
memberikan informasi kembali kedalam aspek input sensorik dari proses, oleh
karena itu memulai lingkaran sekali lagi.
Komponen-Komponen Perseptual-Motorik
Walaupun pengalaman-pengalaman gerakan dalam program-program pendidikan fisik
reguler berdasarkan definisi umum adalah aktifitas-aktifitas perseptual-motorik,
program-program yang memfokuskan pada penguatan kualitas perseptual-motorik
secara signifikan berbeda dalam penekanannnya dari yang memfokuskan
kualitas
motorik
kasar.
Dalam
program-program
remedial
dan
pada
kesiapan,
penekanannya adalah pada peningkatan komponen-komponen perseptual-motorik
69
spesifik, sehingga aktifitas-aktifitas gerakan dikelompokan menurut kualitas-kualitas
perseptual-motorik yang ditingkatkannya, yaitu, kesadaran tubuh, kesadaran spatial,
kesadaran arah, dan kesadaran temporal. Aktifitas-aktifitas yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut digunakan dalam program-program
pendidikan jasmani reguler, tetapi sasaran utamanya adalah perolehan keterampilan
gerakan daripada perolehan perseptual-motorik.
Perkembangan dan penghalusan dunia spatial anak-anak dan dunia temporal
anak-anak adalah dua kontribusi utama dari program-program pelatihan perseptualmotorik.
KONSEP
13.6.
Program-program
pendidikan
jasmani
yang
berbasis
perkembangan memiliki potensi untuk meningkatkan pemungsian perseptualmotorik.
Kesadaran Tubuh
Istilah kesadaran tubuh seringkali digunakan dalam hubungannya dengan istilahistilah imej tubuh dan skema tubuh. Setiap istilah mengacu pada pengembangan
kapasitas seorang anak untuk secara akurat mendiskriminasikan bagian-bagian
tubuhya. Kemampuan untuk membedakan bagian-bagian tubuh dan memperoleh
pemahaman yang lebih baik akan sifat tubuh terjadi dalam tiga area. Yang pertama
adalah pengetahuan mengenai bagian-bagian tubuh, yaitu mampu untuk secara akurat
menemukan bagian-bagian tubuh pada diri sendiri dan orang lain. Yang kedua adalah
pengetahuan mengenai apakah yang dapat dilakukan oleh bagian-bagian tubuh. Ini
mengacu pada pengenalan anak mengenai bagaimana tubuh melakukan suatu tindakan
tertentu. Yang ketiga adalah pengetahuan tentang bagaimana untuk membuat bagianbagian tubuh bergerak secara efisien. Ini mengacu pada kemampuan untuk mengatur
kembali bagian-bagian tubuh untuk tindakan motorik tertentu dan untuk melakukan
suatu tugas gerakan.
Imej tubuh berhubungan dengan gambaran yang diinternalisasi bahwa seorang
anak memiliki tubuhnya, dan sejauhmana imej tersebut sesuai dengan realitas.
Persepsi-persepsi diri akan tinggi, berat, bentuk dan bagian-bagian individu
mempengaruhi bagaimana kita membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain.
Membangun imej tubuh yang realistis adalah penting pada masa kanak-kanak dan
setelah itu. Anoreksia dan bulimia telah secara jelas berkaitan dengan imej-imej
tubuh tidak realistis dan sekarang ini berkenaan dengan anak-anak.
70
Selain itu,
tampaknya ada hubungan erat antara imej tubuh dan harga diri (Marsh dan Peart,
1988).
Kesadaran Spatial
Kesadaran spatial adalah komponen dasar dari perkembangan perseptual-motorik
yang mungkin terbagi menjadi dua subkategori: (1) pengetahuan seberapa banyak
ruang yang diduduki oleh tubuh dan (2) kemampuan untuk memproyeksikan tubuh
secara efektif kedalam ruang luar. Pengetahuan berapa banyak ruang yang diduduki
oleh tubuh dan hubungan tubuh dengan objek-objek luar mungkin berkembang
melalui beragam aktifitas gerakan. Dengan praktek dan pengalaman, anak bergerak
dari dunia egosentrisnya untuk mnemukan segala sesuatu dalam ruang luar
sehubungan dengan dirinya sendiri (lokalisasi subjektif) untuk membangun kerangka
acuan objektif (lokalisasi objektif). Anak juga belajar untuk menghadapi konsepkonsep ruang diri dan ruang umum. Ruang-diri mengacu pada area yang dengan
cepat mengitari seseorang yang dibatasi oleh seberapa jauh dia dapat meluaskan
tubuhnya dari titik yang ditentukan diatas tanah. Ruang umum mengacu pada area
yang berada diluar ruang diri seseorang. Misalnya, seorang anak prasekolah
cenderung menentukan lokalisasi objek yang sehubungan dengan dimana mereka
sedang berdiri (lokalisasi subjektif dalam ruang diri seseorang). Namun, anak-anak
lain dapat menemukan objek-objek yang sehubungan dengan kedekatan mereka
dengan objek-objek didekatnya tanpa mempertimbangkan lokasi dari tubuh-tubuh
mereka (yaitu lokalisasi objektif dalam ruang umum). Konsep-konsep lokalisasi
subjektif dan ruang diri erat berhubungan dengan fase perkembangan berpikir
praoperasional Piaget. Konsep-konsep lokalisasi objektif dan ruang umum
diidentifikasikan dengan struktur-struktur kognitif yang lebih tinggi dalam fase
operasi konkretnya.
Kesadaran spatial dari orang dewasa umumnya memadai, walaupun ada
kesulitan-kesulitan dalam menemukan posisi-posisi relatif dari beragam objek.
Misalnya, ketika sedang membaca sebuah peta jalan ketika menempuh perjalanan
melalui wilayah yang tidak dikenal, banyak orang menjadi bingung dengan apakah
mereka sedang bergerak ke arah utara, selatan, timur atau barat. Dapat menjadi sulit
untuk berbelok sembari melihat pada peta, tanpa secara literal meletakan diri sendiri
pada peta.
Tidak adanya area yang dikenal dan tidak personalnya peta jalan
menyulitkan untuk secara objektif menemukan diri sendiri dalam ruang yang relatif
dengan tugas tertentu. Anak-anak kecil menemukan banyak kesulitan pada skala yang
71
lebih besar. Mereka harus pertama-tama belajar untuk mengorientasikan diri mereka
sendiri dalam ruang dan kemudian berproses secara cermat untuk masuk kedalam
lingkungan yang tidak dikenal dimana petunjuk-petunjuk subjektif tidak berguna.
Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan kesadaran spatial
adalah sifat yang penting dari program pendidikan jasmani yang berdasarkan
perkembangan yang mengenali pentingnya perkembangan perseptual-motorik.
Kesadaran Arah
Area yang menjadi banyak pertimbangan dari para guru kelas adalah area kesadaran
arah. Melalui kesadaran arah, anak-anak dapat memberikan dimensi kepada objekobjek dalam ruang luar.
Konsep kanan-kiri, atas-bawah, dalam-luar, dan depan-
belakang ditingkatkan melalui aktifitas-aktifitas gerakan yang melekatan tekanan pada
arah. Kesadaran arah umumnya terbagi kedalam dua sub kategori: lateralitas dan
arah.
Lateralitas mengacu pada kesadaran atau perasaan internal untuk beragam
dimensi tubuh menyangkut lokasi dan arah mereka. Seorang anak yang telah cukup
mengembangkan konsep lateralitas tidak perlu bergantung pada petunjuk-petunjuk
luar untuk menentukan arah. Dia tidak perlu, misalnya, memiliki pita yang terikat
pada pergelangan tangannya sebagai pengingat manakah yang kanan atau kiri.
Konsep ini tampaknya begitu dasar sehingga kebanyakan orang dewasa yang sulit
untuk mengonsepkan bagaimana siapa saja dapat gagal untuk mengembangkan
lateralitas. Namun, kita hanya perlu melihat kedalam cermin spion sebuah mobil
untuk membalikan arah dan terkadang menjadi bingung. Pilot, astronot dan penyelam
laut dalam harus memiliki tingkat tinggi lateralitas atau “perasaan” untuk menentukan
atas dari bawah dan kiri dari kanan.
Arah adalah proyeksi luar dari lateralitas. Arah memberikan dimensi kepada
objek-objek dalam ruang. Arah sesungguhnya tergantung pada lateralitas yang dibuat
secara memadai.
Arah penting bagi orangtua dan guru karena ini merupakan
komponen dasar dari pembelajaran bagaimana untuk membaca. anak-anak yang tidak
memiliki arah yang dibangun akan sering menemukan kesulitan-kesulitan untuk
membedakan beragam huruf darsi abjad. Misalnya, huruf-huruf b, d, p dan q
semuanya sama. Satu-satunya perbedaan terletak pada arah dari “ball” dan “stick”
yang membentuk huruf-huruf tersebut. Anak tanpa arah yang dibangun secara penuh
menemukan banyak kesulitan untuk membedakan antara beberapa hurif abjad.
72
Seluruh kata mungkin terbalik.
Kata cat mungkin dibaca sebagai tac, atau bad
mungkin dibaca sebagai dah karena ketidakmampuan anak untuk memproyeksikan
arah kedalam ruang luar. Beberapa anak menemui kesulitan dalam dimensi atas
bawah, yang lebih dasar daripada dimensi kanan-kiri. Mereka mungkin menulis dan
melihat kata-kata menjadi terbalik dan keseluruhannya bingung ketika mulai
membaca.
Membangun kesadaran arah adalah suatu proses perkembangan yang
bergantung pada kematangan dan pengalaman. Secara sempurna normal pada anak
usia 4 dan 5 tahun untuk mengalami kebingungan dalam arah. Namun, kita harus
mempertimbangkan anak usia 6 dan 7 tahun yang secara konsisten mengalami
masalah-masalah ini karena ini saatnya ketika kebanyakan sekolah secara tradisional
memulai instruksi dalam membaca.
Kesadaran arah yang cukup dikembangkan
adalah keterampilan yang penting untuk keberhasilan dalam membaca, dan gerakan
adalah satu cara dimana konsep perseptual-motorik mungkin dikembangkan.
Kesadaran Temporal
Pembahasan sebelumnya mengenai beragam aspek perkembangan perseptual-motorik
berhubungan dengan dunia spatial anak. Kesadaran tubuh, kesadaran spatial, dan
kesadaran arah erat berhubungan dengan dan bergabung untuk membantu memahami
dimensi-dimensi spatial mereka. Kesadaran temporal sebaliknya, berkenaan dengan
perolehan struktur waktu yang cukup pada anak-anak.
Kesadaran temporal erat berhubungan dengan interaksi yang terkoordinasi dari
beragam sistem otot dan modalitas sensorik. Istilah koordinasi mata-tangan dan
koordinasi mata-kaki mencerminkan interelasi dari proses-proses ini. Seseorang yang
belum sepenuhnya membangun dimensi ini seringkali dianggap sebagai seseorang
canggung. Segala sesuatu yang kita lakukan memiliki elemen waktu.
Ada titik
permulaan dan titik akhir, dan ada rentang waktu yang dapat diukur antara kedua titik
tersebut. Penting bahwa anak-anak belajar bagaimana untuk berfungsi secara efisien
dalam dimensi waktu ini dan juga dalam dimensi ruang. Tanpa salah satu darinya,
yang lainnya tidak dapat berkembang pada potensi penuhnya.
Irama adalah aspek paling penting dan dasar dari mengembangkan dunia
temporal yang stabil. Istilah ini memiliki banyak makna tetapi digambarkan disini
sebagai pengulangan sinkron dari peristiwa-peristiwa yang berhubungan dalam cara
sehingga membentuk pola-pola yang dapat dikenali. Gerakan berirama melibatkan
73
peruntunan sinkron peristiwa-peristiwa dalam waktu. Irama sangat penting dalam
kinerja beberapa tindakan dalam cara yang terkoordinasi. Cooper (1982) merekam
bunyi-bunyi dari pelaku yang sedang menyelesaikan pola-pola gerakan dari
keterampilan-keterampilan olahraga yang dipilih.
Bunyi-bunyi ini ditranskripkan
kedalam notasi-notasi musik, yang mengilustrasikan bahwa elemen-elemen yang
berirama itu ada.
H. Smith (1970) menunjukan bahwa anak-anak mulai membuat diskriminasidiskriminasi temporal melalui modalitas pendengaran sebelum penglihatan dan bahwa
ada pemindahan dari pendengaran ke penglihatan tetapi bukan sebaliknya. Aktifitasaktifitas yang mengharuskan anak-anak untuk melakukan tugas-tugas gerakan ke
pola-pola berirama pendengaran harus dimulai ketika mereka masih kecil dan tetap
menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Kemungkinan-kemungkinan
aktifitas tidaklah berakhir. Bergerak ke beragam bentuk dari pengiring musik, mulai
dari ketukan drum hingga pemilihan alat, berkontribusi pada kesadaran temporal.
PELATIHAN PERSEPTUAL-MOTORIK
Selama tahun 1960an dan 1970an, beberapa program pelatihan perseptual-motorik
dibuat disepanjang Amerika Utara. Berdasarkan pada artikel-artikel dan pernyataanpernyataan, banyak orang membentuk kesan bahwa program-program perseptualmotorik adalah obat yang mujarab untuk pengembangan kemampuan kognitif dan
kemampuan motorik.
Banyak kebingungan dan spekulasi berkembang mengenai
nilai-nilai dan tujuan-tujuan dari program-program pelatihan perseptual-motorik.
Seringkali, orang-orang tidak cukup terlatih, kurang terinformasi dan tidak jelas
dengan apa yang sedang mereka coba capai.
Sekarang ini para pendidik telah
mengambil pandangan yang lebih objektif terhadap program-program pelatihan
perseptual-motorik dan perannya dalam seluruh spektrum pendidikan.
Daripada
menyatakan bahwa program-program itu adalah obat mujarab, banyak yang
memandang program-program perseptual-motorik sebagai fasilitator yang penting
dari perkembangan kesiapan. Aktifitas-aktifitas perseptual-motorik sedang diakui
sebagai kontributor penting untuk kesiapan umum dari anak-anak untuk belajar.
Kontribusi aktifitas perseptual-motorik untuk keterampilan-keterampilan kesiapan
perseptual tertentu secara cermat diamati kembali.
KONSEP 13.7. Program-program pelatihan perseptual-motorik dapat menjadi
efektif ketika dipandang sebagai program-program kesiapan yang membantu
anak-anak kecil belajar untuk belajar.
74
Program-program kesiapan mungkin diklasifikasikan sebagai pengembangan konsep
dan penguatan konsep.
Program-program pengembangan konsep umumnya
dirancang untuk anak-anak yang telah terbatas dalam latar belakang pengalaman
mereka (misalnya kelas sosial ekonomi, sakit berkepanjangan, latar belakang etnis,
atau televisi berlebihan). Program-program Head Start dan program pengembangan
Frostig (1969) adalah contoh-contoh dari program pengembangan konsep, dimana
beragam pengalaman multisensorik termasuk aktifitas-aktifitas perseptual-motorik
digunakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kesiapan dasar.
Program-program penguatan konsep adalah program-program dimana
gerakan digunakan dalam hubungannya dengan teknik-teknik kelas tradisional untuk
mengembangkan pemahaman kognitif dasar.
Daam jenis program ini, gerakan
digunakan sebagai alat bantu atau alat untuk menguatkan konsep-konsep kognitif
yang disajikan dalam taman kanak-kanak atau kelas sekolah dasar.
KONSEP 13.8. Ada bukti yang tidak cukup untuk mendukung keberhasilan dari
program-program
pelatihan
perseptual-motorik
yang
dirancang
untuk
memperbaiki disabilitas-disabilitas belajar anak-anak.
Program-program pelatihan remedial adalah jenis ketiga dan yang paling kontroversi
dari program pelatihan perseptual-motorik. Program-program ini telah dibuat sebagai
alat untuk meniadakan kekurangan perseptual dan meningkatkan prestasi akademik.
Program-program telah dikembangkan oleh Delacato (1959), Getman (1952), Kephart
(1971), dkk untuk membantu perkembangan kognitif melalui teknik-teknik remediasi
perseptual-motorik.
Tujuan
dari
program-program
tersebut
adalah
untuk
meningkatkan prestasi akademik. Namun, hanya sedikit dukungan yang kuat untuk
pernyataan ini, walaupun banyak testimoni dan opini yang ada. Pada kenyataannya,
suatu analisa terhadap lebih dari 180 studi penelitian dirancang untuk mengukur
keberhasilan dari pelatihan perseptual-motorik pada prestasi akademik dan kognisi
secara jelas mengungkapkan bahwa program-program tersebut membuat sedkit atau
tidak ada kontribusi “langsung” untuk area-area tersebut (Kavale dan Mattson, 1983).
Selain itu, Dewan untuk Disabilitas Belajar (1987) mempublikasikan sebuah
pernyataan posisi yang berhubungan dengan pengukuran dan pelatihan dari fungsifungsi perseptual dan perseptual-motorik. Pernyataan ini mengatakan, sebagian:]
Hanya ada sedikit dukungan empiris untuk klaim-klaim bahwa latihan
perseptual dan fungsi-fungsi perseptual-motorik meningkatkan kinerja
akademik dan juga fungsi-fungsi perseptual-motorik dari individu-individu
75
yang memiliki disabilitas belajar. Oleh karena itu, pelatihan haruslah dicirikan
sebagai eksperimental dan tidak divalidasikan.
Gambar 13.1 menyajikan ulasan mengenai beragam jenis program pelatihan
perseptual-motorik.
Kesiapan dan Remediasi
Penelitian menunjukan bahwa ketika anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan
normal, kemampuan-kemampuan perseptual mereka menjadi lebih akut dan halus.
Hal ini sebagian disebabkan karena kekomplekan yang meningkat dari alat
neuromuskular dan reseptor-reseptor sensorik dan sebagian karena kemampuan yang
bertambah dari anak-anak untuk mengeksplorasi dan bergerak melalui lingkungan.
Piaget (1954) berusaha untuk menelusuri perkembangan berangsur-angsur dari
persepsi melalui sensasi-sensasi kasar dan tak bermakna terhadap kesan-kesan dunia
spatial yang stabil. Tahap-tahap perkembangannya sangat bergantung pada informasi
motorik sebagai alat pengumpulan informasi utama.
Ketika dunia perseptual
terungkap, anak-anak mencari stabilitas dan mengurangi variabilitas sejauh mungkin.
Mereka belajar untuk membedakan hal-hal yang dapat diabaikan, hal-hal yang dengan
mudah diprediksikan, atau hal-hal yang secara keseluruhan tak terduga dan harus
diamati serta diperiksa untuk dipahami, menurut Piaget dkk. Gerakan memainkan
peran penting dalam proses mengembangkan kesiapan perseptual ini untuk tugastugas kognisi.
Kebanyakan dari persepsi kita dan persepsi visual khususnya, dihasilkan dari
penjelasan dan modifikasi reaksi-reaksi dasar ini berdasarkan pengalaman dan
76
pembelajaran. Ketika kita berbicara tentang anak-anak yang secara perseptual siap
untuk belajar, pada kenyataannya kita sedang mengacu pada titik waktu dimana
mereka telah cukup mengembangkan kapasitas-kapasitas belajar perseptual dan
konseptual dasar mereka. Mencapai kesiapan perseptual untuk belajar adalah suatu
proses
perkembangan
dimana
kemampuan-kemampuan
perseptual-motorik
memainkan bagian penting. Keterampilan-keterampilan kesiapan perseptual tertentu,
seperti kesiapan perseptual visual untuk membaca, mungkin dipengaruhi oleh kualitas
dan kuantitas dari pengalaman-pengalaman perseptual-motorik anak, tetapi hal ini
belum secara konklusif diperlihatkan dalam studi-studi penelitian yang dikontrol.
Proses mampu membaca (dan mencapai tugas-tugas penting lainnya)
melibatkan sejumlah kemampuan termasuk kemampuan perseptual visual. Proses
membaca
mungkin
dipertimbangkan
keterampilan dan persepsi.
menyangkut
tiga
area
dasar:
bahasa,
Banyak penelitian telah dilakukan dalam dua area
pertama, tetapi para ahli baru mulai mengeksplorasi area ketiga. Fase perseptual dari
membaca melibatkan identifikasi dan pengenalan kata-kata pada halaman yang
dicetak. Bentuk dan persepsi bentuk mungkin ditingkatkan melalui gerakan dan juga
kesadaran arah atas, bawah, kiri dan kanan. Semua faktor penting ini berhubungan
dengan identifikasi dan pengenalan kata. Jumlah paling besar dari perkembangan
perseptual-motorik terjadi antara usia 3 dan 7 tahun. Ini adalah tahun-tahun penting
dimana kebanyakan anak mulai belajar untuk membaca.
seorang anak secara
perseptua siap untuk membaca ketika dia telah memperoleh cukup banyak informasi
untuk mengodekan dan menguraikan kesan-kesan sensorik pada titik waktu tertentu.
Idealnya, pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya dari anak cukup banyak dan
berkualitas tinggi.
Sejumlah anak memasuki kelas satu yang tertinggal dalam
kemampuan perseptual mereka membutuhkan program-program dalam pelatihan
kesiapan yang menggunakan aktifitas-aktifitas perkembangan perseptual-motorik
sebagai salah satu dari banyak cara untuk intervensi. Bagian pendidikan jasmani
sekolah dapat memainkan peran penting dalam membantu banyak anak tersebut untuk
mengejar teman-teman sebayanya.
Temuan-Temuan Penelitian Perseptual-Motorik
Usaha-usaha penelitian terus mendokumentasikan kebaikan-kebaikan dari programprogram pelatihan perseptual-motorik pada aspek-aspek persiapan dan remedial dari
perkembangan perseptual dan kognitif. Setiap usaha penelitian baru menstimulasi
77
pertanyaan dan masalah baru. Hasil-hasil yang tersedia tidaklah konklusif, tetapi ada
cukup bukti yang memperlihatkan bahwa program-program pelatihan perseptualmotorik sedang membuat kontribusi-kontribusi positif terhadap perkembangan
perseptual dan motorik dari anak-anak.
Ketika mengulas literatur, kita mungkin
menemukan beberapa generalisasi yang memberikan dukungan dan memiliki
implikasi-implikasi yang spesifik untuk pendidik dan orangtua yang peduli dengan
pencegahan dan remediasi disabilitas-disabilitas pembelajaran perseptual-motorik.
Beberapa temuan yang muncul dari penelitian ini diringkas sebagai berikut:
1. Tidak semua disabilitas belajar bersifat perseptual-motorik.
Beberapa
mungkin disebabkan oleh masalah-masalah dalam pemungsian perseptual;
yang lainnya mungkin disebabkan oleh masalah-masalah dalam perumusan
konsep.
2. Kekurangan-kekurangan perseptual-motorik dapat atau tidak dapat menuntun
pada disabilitas-disabilitas belajar pada seorang anak. Walau begitu, diagnosa
dan remediasi terhadap masalah-masalah perseptual penting jika hanya untuk
kompetensi-kompetensi yang diperluas, baik fisik dan emosional (konsep diri),
yang mungkin dihasilkan dari intervensi tersebut.
3. Alat-alat diagnosa untuk asesmen saat ini baru dibuat. Elemen-elemen yang
khusus dalam spektrum perseptual-motorik belum diidentifikasikan. Tes-tes
diagnosa tidak dapat dengan valid memisahkan faktor-faktor terpisah.
4. Kekurangan-kekurangan fungsional tingkat-rendah (tugas-tugas perseptualmotorik) tampaknya berhubungan dengan kekurangan-kekurangan fungsional
tingkat-tinggi (tugas-tugas perseptual-kognitif). Yaitu, anak-anak yang
berkinerja secara buruk pada tugas-tugas dengan kekomplekan tinggi
(membaca dan aritmatika) juga cenderung untuk berkinerja buruk pada tugastugas dengan kekomplekan rendah (lateralitas, arah, garis tengah). Namun,
keterkaitan ini belum terbukti menjadi penyebab, dan oleh karena itu harus
dianggap menjadi penyebab.
5. Kemampuan-kemampuan intramodal berkembang sebelum kemampuankemampuan intermodal.
menggunakan
setiap
Ini berarti bahwa anak-anak belajar untuk
indera
secara
terpisah
sebelum
mereka
menghubungkannya dan menggunakan lebih dari satu mode sekaligus.
6. Mode pembelajaran yang paling efisien tampaknya menjadi visual walaupun
pembelajaran meningkat ketika informasi disajikan atau diproses oleh dua atau
78
lebih mode pada waktu yang sama. Yaitu, anak-anak kemungkinan akan
belajar lebih banyak jika informasi diberikan secara kinestetis, secara visual
dan secara audio pada saat yang sama daripada jika diberikan hanya melalui
satu mode sekaligus.
7. Tidak semua anak berada pada tingkat perseptual yang sama ketika memasuki
kelas satu. Perkembangan perseptual adalah suatu proses kematangan dan
pengalaman, dan oleh karena itu anak-anak berkembang pada kecepatan
individunya.
8. Persepsi yang memadai (audio, visual, sentuh-kinestetis) adalah prasyarat
untuk berhasil di sekolah.
Persepsi-persepsi yang tidak akurat dapat
menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam pembentukan konsep akademik.
Kesiapan perseptual adalah aspek penting dari kesiapan keseluruhan untuk
belajar.
9. Kemampuan-kemampuan perseptual mungkin meningkat melalui pelatihan
khusus.
10. Penilaian sebelumnya terhadap keterampilan-keterampilan perseptual-motorik
mungkin berguna pada tingkat pra sekolah atau taman kanak-kanak sebagai
cara untuk memberikan petunjuk-petunjuk subjektif untuk ketertinggalan
kesiapan pada anak-anak.
11. Program-program aktifitas fisik berbasis perkembangan memberikan banyak
pengalaman gerakan yang meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptualmotorik anak.
Kesimpulannya, ketika kita mengatakan bahwa seorang anak itu “siap” untuk
belajar, kita pada kenyataannya mengacu pada suatu titik waktu ketika anak, melalui
kematangan dan pembelajaran, telah mengembangkan kemampuan-kemampuan
perseptual dan motorik untuk diuntungkan dari tugas-tugas perseptual dan kognitif
tingkat tinggi.
RINGKASAN
Program-program pelatihan perseptual-motorik memiliki banyak elemen yang sama
dengan program-program pendidikan jasmani berbasis perkembangan. Banyak dari
keterampilan gerakan ini yang diajarkan dalam kurikulum perseptual-motorik, baik
kesiapan atau remedial, paralel dengan yang diajarkan dalam kelas-kelas pendidikan
79
jasmani perkembangan reguler.
berbeda.
Tujuan-tujuan dari setiap program secara jelas
Tujuan utama dari program aktifitas fisik perkembangan adalah untuk
meningkatkan kontrol gerakan melalui praktek dan instruksi dalam beragam
keterampilan gerakan, sementara tujuan dari program perseptual-motorik adalah untuk
meningkatkan kualitas-kualitas perseptual-motorik melalui praktek dan instrksi daam
beragam aktifitas gerakan.
Program-program pelatihan perseptual-motorik yang
berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik atau meningkatkan kesiapan khusus
untuk tugas sekolah berada di tengah-tengah kontroversi dan kurang akan dukungan
penelitian. Testimoni dan opini publik telah berfungsi selama bertahun-tahun sebagai
dasar dukungan untuk program-program pelatihan perseptual-motorik.
Hal ini
tidaklah cukup. Namun, nilai dari pengalaman-pengalaman perseptual-motorik untuk
keadaan umum kesiapan tidak seharusnya ditiadakan. Peningkatan kesadaran tubuh,
spatial, arah dan temporal sebagai alat untuk menuntun anak terhadap kontrol gerakan
yang meningkat dan efisiensi dalam gerakan penting adalah berguna. Praktek dalam
aktifitas-aktifitas perseptual-motorik mungkin dibawah kondisi-kondisi tertentu,
meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik.
Apakah kemampuan-
kemampuan tersebut memiliki efek langsung terhadap kinerja akademik sangatlah
dipertanyakan. Namun, kita dapat menjadi yakin bahwa kemampuan-kemampuan
tersebut memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memperhal
PERSEPSI MASA KANAK-KANAK DAN PERKEMBANGAN PERSEPTUALMOTORIK
KONSEP UTAMA.
Semua gerakan disengaja melibatkan elemen persepsi;
dengan demikian, perkembangan motorik masa kanak-kanak erat berhubungan
dengan pemungsian perseptual-motorik.
Studi mengenai proses perseptual dan perkembangan perseptual-motorik berusaha
untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita mulai mengetahui dunia kita.
Sifat
proses perseptual dan dampaknya terhadap gerakan dan kognisi telah menjadi topik
yang sangat menarik bagi peneliti dan pendidik selama bertahun-tahun. Dari saat
lahir, anak-anak mulai belajar bagaimana untuk berinteraksi dengan lingkungan
mereka.
Interaksi ini adalah proses perseptual dan juga motorik.
Bab ini
memfokuskan pada aspek-aspek perkembangan dari persepsi visual dan prilaku
perseptual-motorik selama masa kanak-kanak.
Pentingnya mengembangkan
kemampuan-kemampuan perseptual dan perseptual-motorik dibahas bersama dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculannya.
PERKEMBANGAN PERSEPTUAL DALAM MASA KANAK-KANAK
Pada saat anak-anak mencapai usia 2 tahun, alat penglihatan sudah matang. Bola
mata memilikiki ukuran dan berat mendekati orang dewasa. Semua aspek anatomi
dan fisiologis dari mata telah lengkap, tetapi kemampuan-kemampuan perseptual dari
anak-anak kecil masih belum lengkap. Walaupun anak-anak dapat berfiksasi pada
objek-objek, mengikutinya, dan membuat penilain-penilaian yang akurat terhadap
ukuran dan bentuk, banyak penghalusan masih perlu dibuat. Seorang anak kecil tidak
dapat mencegat bola yang dilemparkan dengan beberapa tingkat kontrol. Kesulitan
dengan pembalikan huruf dan angka adalah umum, dan persepsi anak terhadap objekobjek yang bergerak berkembang dengan buruk, sepertihalnya kemampuankemampuan perseptual bentuk-dasar, persepsi jarak, dan penentuan waktu antisipasi.
KONSEP 13.1. Kemampuan-kemampuan perseptual dan motorik anak-anak
saling dipengaruhi oleh satu sama lainnya walaupun
kecepatan yang berbeda-beda.
59
berkembang pada
Sejauhmana gerakan memainkan peran dalam perkembangan perseptual visual masih
diperdebatkan. Held dkk (1963, 1965), Smith dan Smith (1966), dan Riesen dan Aaros
(1959) berspekulasi mengenai pentingnya gerakan dalam perkembangan dan
penghalusan kemampuan-kemampuan perseptual visual.
Mereka melakukan
investigasi-investigasi berdasarkan pada hipotesa bahwa gerakan yang dihasilkan
sendiri adalah penting dan cukup untuk terjadinya penyesuaian-penyesuaian visualmotorik dalam lingkungan yang berubah secara visual. Mereka berpendapat bahwa
tanpa gerakan, penyesuaian-penyesuaian perseptual visual tidak akan terjadi dan
bahwa otot-otot dan aspek motorik dari sistem syaraf erat terlibat dengan persepsi dan
tergantung pada satu sama lainnya. Konsep hubungan antara aktifitas gerakan dan
perkembangan perseptual telah juga secara tidak langsung didukung oleh penurunan
dalam kinerja pada eksperimen-eksperimen perseptual dan motorik, dan eksperimeneksperimen yang mengujikan penyesuaian-penyesuaian perseptual visual dengan
lingkungan yang diatur secara optik. Intisari dari penelitian ini telah menuntun pada
apa yang diistilahkan Payne dan Issacs (1995) dengan hipotesa gerakan, yang
berpendapat bahwa untuk mengembangkan kumpulan keterampilan visual-spatial
normal, kita harus memberikan perhatian pada objek-objek yang bergerak.
KONSEP 13.2. Gerakan telah terbukti menjadi kondisi yang cukup untuk
pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual visual yang dipilih, tetapi
tidak terbukti menjadi kondisi yang penting.
Namun, fakta tetap ada bahwa hasil-hasil dari setiap eksperimen bersifat spekulatif
ketika diterapkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual pada
anak-anak.
Kita masih tidak mengetahui sejauhmana gerakan memainkan peran
dalam perkembangan perseptual.
Namun, kemungkinan tidaklah salah untuk
mengatakan bahwa gerakan adalah suatu kondisi “yang cukup” untuk mendorong
perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual.
Apakah ini adalah kondisi
“penting masih diragukan (Gallahue, 1982).
Walaupun diragukan bahwa gerakan yang dihasilkan sendiri adalah kondisikondisi yang penting untuk pengembangan kemampuan-kemampuan perseptual
visual anak, ada sedikit keraguan bahwa tingkat perkembangan dari kemampuankemampuan perseptual visualnya akan mempengaruhi tingkat-tingkat perkembangan
dari keterampilan-keterampilan gerakan.
Penting untuk menjadi familiar dengan
kemampuan-kemampuan perseptual yang sedang berkembang dari anak dan
memahami dampak dari persepsi terhadap pembelajaran dan penghalusan
60
keterampilan gerakan. Ketajaman visual, persepsi objek-latar, persepsi kedalaman,
dan koordinasi visual-motorik adalah kualitas-kualitas visual yang penting yang
berbasis perkembangan dan mempengaruhi kinerja gerakan. Tabel 13.1 memberikan
ringkasan kualitas-kualitas tersebut dan runtunan perkembangan yang dihipotesa.
TABEL 13.1. Aspek-Aspek Perkembangan Yang Dipilih dari Persepsi Visual AnakAnak
KUALITAS VISUAL
KEMAMPUANUSIA PERKIRAAN
KEMAMPUAN YANG
DIPILIH
KETAJAMAN VISUAL
Peningkatan cepat
5–7
Kemampuan
untuk Datar
7–8
membedakan detil dalam Peningkatan cepat
9 – 10
latar-latar
statis
dan Matang (statis)
10 – 11
dinamis.
Datar (dinamis)
10 – 11
Matang (dinamis)
11 – 12
PERSEPSI
OBJEKLATAR
Peningkatan lambat
3–4
Kemampuan
untuk Peningkatan cepat
4–6
memisahkan objek dari Luncuran sedikit
7–8
sekelilingnya
Matang
8 – 12
PERSEPSI
KEDALAMAN
Kemampuan untuk menilai
jarak sehubungan dengan
diri sendiri.
Seringnya
kesalahankesalahan penilaian
Sedikit kesalahan penilaian
Peningkatan cepat
Matang
KOORDINASI VISUALMOTORIK
Peningkatan cepat
Kemampuan
untuk Peningkatan lamban
menyatukan penggunaan Matang
mata dan tangan
3–4
5–6
7 – 11
Pada usia 12
3–7
7–9
10 – 12
Ketajaman Visual
Ketajaman visual adalah kemampuan untuk membedakan detil dalam objek. Semakin
halus detil yang dapat dibedakan, maka semakin baik ketajaman visual seseorang, dan
sebaliknya. Ketajaman visual mungkin diukur dalam hal latar-latar statis dan dinamis.
Ketajaman visual statis adalah tingkat detil yang dapat dibedakan yang dapat
dideteksi oleh seseorang ketika individu dan objek visual tidak bergerak. Ketajaman
visual statis paling umum diukur oleh penggunaan diagram mata Snellen. Asesmen
Snellen dinyatakan dalam pecahan. Seseorang dengan penilaian 20/20 dapat
membedakan objek-objek pada jarak 20 kaki (6.1 m) dalam cara yang sama dengan
61
orang lain yang memiliki penglihatan normal pada jarak yang sama yaitu 20 kaki.
Seseorang dengan penilaian 20/200 dapat membedakan pada jarak 20 kaki apa yang
dapat dibedakan oleh orang lain dengan penglihatan normal pada jarak 200 kaki (60.9
m).
Ketajaman visual dinamis adalah kemampuan untuk membedakan detil pada
benda-benda yang bergerak.
Ketajaman ini seringkali kurang dinilai daripada
ketajaman visual statis untuk beragam alasan, tetapi menarik bagi siapa saja yang
diharuskan untuk membuat penilaian-penilaian yang pasti berdasarkan pada
pengikutan yang dituntun secara visual. Pemain baseball yang sedang bersiap untuk
memukul atau menangkap bola perlu memiliki ketajaman visual dinamis yang baik,
sepertihalnya pemain bola voli.
Williams (1983) melaporkan bahwa ketajaman visual statis menjadi matang
pada usia 10 tahun dan umumnya kurang berkembang dengan baik pada usia 5 dan 6
tahun. Perkembangan yang cepat terjadi antara usia 5 dan 7 tahun, dengan sedikit
perubahan terlihat dari usia 7 hingga 9 tahun, diikuti oleh peningkatan yang cepat
antara usia 9 dan 10 tahun. Pada usia 12 tahun, ketajaman visual statis umumnya
menyerupai orang dewasa (Whiting, 1974).
Ketajaman visual dinamis tampaknya matang lebih lambat daripada ketajaman
visual statis. Morris (1977) menemukan peningkatan pada individu-individu diatas
usia 20 tahun. Williams (1983) melaporkan bahwa ketajaman visual dinamis menjadi
semakin halus selama tiga periode waktu terpisah: 5 hingga 7 tahun, 9 hingga 10
tahun, dan 11 hingga 12 tahun. Lebih jauh, anak laki-laki memperlihatkan ketajaman
visual yang lebih baik (baik dinamis dan statis) daripada anak perempuan pada semua
usia. Informasi ini mungkin membantu kita untuk memahami lebih baik mengapa
penting untuk menyesuaikan kebutuhan keterampilan dalam olahraga seperti baseball
jika kita berharap anak-anak mempertahankan ketertarikan mereka setiap saat. Fakta
bahwa anak perempuan seringkali tertinggal dari anak laki-laki kemungkinan dapat
dikaitkan dengan faktor-faktor sosialisasi (lebih sedikit kesempatan untuk praktek dan
lebih sedikit dorongan aktif).
Ini juga mungkin menjelaskan mengapa anak
perempuan cenderung kurang bagus dalam tugas intersepsi objek dan cenderung
untuk tidak memainkan olahraga-olahraga ini lebih dini.
Orang dewasa harus
memodifikasi aturan-aturan untuk meningkatkan potensi akan keberhasilan dan
partisipasi baik untuk anak perempuan dan juga anak laki-laki pada beragam tingkat
perkembangan.
62
KONSEP 13.3. Penglihatan adalah modalitas sensorik utama dan memainkan
peran penting dalam proses perkembangan motorik.
Persepsi Objek-Latar
Persepsi objek-latar adalah kemampuan untuk memisahkan suatu objek visual dari
sekelilingnya.
Gallahue (1968) memperlihatkan bahwa beragam gabungan
percampuran dan latar belakang yang mengganggu mempengaruhi kemampuan anak
usia 6 tahun untuk membedakan objek-objek visuall dari sekelilingnya. Gabungangabungan yang menyebabkan jumlah maksimum percampuran dan gangguan paling
mengganggu kemampuan anak-anak untuk membedakan bentuk dari latar
belakangnya dalamm kinerja tes melangkah yang sederhana. Kondisi-kondisi dimana
hanya ada pencampuran warna atau gangguan-gangguan visual tidaklah terlalu
mengganggu. Menyangkut sifat perkembangan dari persepsi objek-latar, Williams
(1983) yang menafsirkan data dari Frostig dkk (1966), melaporkan persepsi objeklatar
yang stabil antara usia 8 hingga 10 tahun. Namun, sebelum itu peningkatan
lamban terjadi antara usia 3 hingga 4 tahun, dengan peningkatan besar terlihat dari
usia 4 hingga 6 tahun. Perubahan-perubahan yang lebih kecil dilaporkan dari usia 6
hingga 7 tahun diikuti antara 7 dan 8 tahun.
Persepsi ini menjadi semakin halus dari
usia 8 hingga 13 tahun dan mungkin terus meningkat hingga usia 17 atau 18 tahun.
Kita dapat menyimpulkan bahwa persepsi objek-latar melibatkan elemen-elemen
perhatian dan juga kematangan visual-motorik.
Pentingnya persepsi objek-latar visual cukup jelas.
Bersama dengan
ketajaman visual dinamis yang baik, persepsi ini memungkinkan seseorang tidak
hanya secara jelas membedakan suatu objek tetapi juga memisahkannya dari latar
belakangnya. Keterampilan yang sangat halus tersebut penting untuk pemain luar
lapangan dalam baseball, pemain belakang dalam football. Kemampuan untuk secara
jelas mengeluarkan objek (figure) dari latar belakangnya (ground) penting untuk
keberhasilan.
Penting untuk mengetahui bahwa kualitas perseptual ini masih
berkembang pada anak-anak.
Modifikasi-modifikasi kebutuhan tugas atau
memanipulasi latar terhadap tugas-tugas gerakan tertentu yang dilakukan mungkin
dapat banyak meningkatkan kinerja motorik.
Persepsi Kedalaman
Persepsi kedalaman adalah salah satu dari aspek paling menarik dari persepsi visual.
Persepsi kedalaman memungkinkan kita untuk melihat secara tiga-dimensi. Retina
63
kita berfungsi secara dua dimensi tetapi ketika digabung memberikan bayangan visual
yang lengkap dengan petunjuk kedalaman. Petunjuk-petunjuk untuk kedalaman ini
adalah monokular dan binokular.
Petunjuk kedalaman monokular adalah petunjuk-petunjuk yang dapat diambil
oleh satu mata. Hal-hal seperti ukuran, kemiringna tekstur, konvergensi, tumpang
tindih, proporsionalitas, dan perspektif linear adalah petunjuk-petunjuk monokular
untuk kedalaman. Masing-masing digunakan oleh seniman untuk memberikan “ilusi”
kedalaman pada kanvas. Petunjuk-petunjuk ini juga adalah petunjuk visual tigadimensi untuk kedalaman.
Petunjuk-petunjuk kedalaman binokular mengharuskan kedua mata untuk
bekerja secara selaras. Perbedaan retinal, yaitu komponen penting dari persepsis
mendalam, mengacu pada fakta bahwa suatu objek visual dilihat dari sudut yang
cukup berbeda oleh setiap mata. Oleh karena itu, imej yang diproyeksikan pada setiap
retina cukup berbeda, dan informasi yang dilewatkan pada area visual lapisan luar
berakibat pada perbedaan binokular. Oleh karena itu, bayangan-bayangan yang kita
terima memiliki kedalaman.
Sedikit yang diketahui tentang aspek-aspek perkembangan dari persepsi
kedalaman. Namun, William (1983) melaporkan bahwa binokularitas dan persepsi
kedalaman meningkat dari usia 2 hingga 5 tahun. Dia juga menunjukan bahwa pada
usia 7 tahun, anak-anak dapat secara akurat menilai kedalaman dengan petunjukpetunjuk monokular. Berdasarkan pada literatur mengenai persepsi kedalaman bayi,
kemungkinan tidaklah salah untuk menyimpulkan bahwa persepsi kedalaman mulai
berkembang dalam cara yang paling dasar selama bulan-bulan pertama masa bayi,
tetapi terus meningkat sepanjang usia dini.
Namun diragukan apakah persepsi
kedalaman secara umum dapat meningkat melalui latihan khusus. Namun, mungkin
bahwa persepsi kedalaman dalam situasi-situasi khusus dapat meningkat (Sage, 1984).
Guru, orangtua dan pelatih perlu mempertimbangkan persepsi-persepsi visual
dari kedalaman ketika sedang mengajarkan keterampilan-keterampilan dasar. Ukuran
bola, warna dan tekstur dan juga jarak, lintasan, dan kecepatan memainkan peranperan penting dalam memberikan petunjuk-petunjuk kedalaman untuk intersepsiintersepsi objek yang berhasil (Issacks, 1980). Kita hanya perlu mengamati anak
yang memalingkan kepalanya untuk menghindari bola yang mendekat untuk melihat
mengapa petunjuk-petunjuk kedalaman penting untuk gerakan menangkap yang
berhasil. Memalingkan kepala ke satu sisi meniadakan penglihatan binokular dan
64
mendorong anak untuk tergantung pada petunjuk-petunjuk monokular. Terlalu sering
petunjuk-petunjuk monokular ini tidak cukup untuk membuat penyesuaianpenyesuaian yang akurat yang dibutuhkan untuk gerakan menangkap yang matang.
Akibatnya bola mengenai wajah atau dada si anak sebelum berhenti atau jatuh.
Pencegatan objek yang berhasil mengharuskan untuk menggnakan semua petunjuk
kedalaman yang tersedia, terutama selama tahap-tahap awal perkembangan
keterampilan.
Koordinasi Visual-Motorik
Koordinasi visual-motorik mengacu pada kemampuan untuk mengikuti dan membuat
penilaian-penilaian pencegatan pada objek yang sedang bergerak.
Perkembangan
kemampuan-kemampuan visual dimulai pada awal masa bayi dan terus meningkat
seiring usia. Morris (1980) menunjukan bahwa pada usia 5 atau 6 tahun, anak-anak
dapat secara akurat mengikuti objek-objek yang bergerak dalam bidang horizontal,
dan pada usia 8 atau 9 tahun mereka dapat mengikuti bola-bola yang bergerak secara
melengkung. Payne dan Isaacs (1995) mencatat bahwa “ketika ketajaman visual
dinamis meningkat, begitu juga kemampuan untuk mengikuti objek-objek yang
bergerak cepat karena kapan saja suatu objek sedang bergerak pada velositas sudut
dimana gerakan-gerakan mata yang lancar tidak lagi mungkin, maka melakukan tugas
menjadi suatu fungsi dari ketajaman visual dinamis”. Williams (1983) melaporkan
bahwa persepsi akurat dari gerakan terus berkembang pada usia sekitar 10 hingga 12
tahun.
Pencegatan objek adalah aspek kedua dari koordinasi visual-motorik.
Pencegatan objek seringkali disebut dalam literatur pembelajaran motorik, melibatkan
kemampuan untuk mencocokan perkiraan-perkiraan lokasi objek dengan respon
motorik tertentu. Kemampuan-kemampuan pencegatan objek sangat meningkat
seiring usia dan praktek (Dorfman, 1977). Pada saat ini sulit untuk mengajukan suatu
model perkembangan untuk kemampuan pencegatan objek karena jumlah yang besar
dari variabel-variabel campuran. Namun, pengamatan terhadap banyak anak ang
berusaha untuk memukul bola-bola menuntun kita untuk menyimpulkan bahwa anakanak yang lebih kecil dan individu-individu yang kurang berpengalaman membuat
banyak kesalahan penilaian, tetapi anak-anak yang lebih besar dan orang-orang yang
lebih berpengalaman membuat lebih sedikit kesalahan. Pengalaman secara jelasa
tampaknya menjadi elemen penting dalam membuat perkiraan-perkiraan akurat
65
terhadap pencegatan objek. Pertanyaan apakah pengalaman saja atau kematangan alat
visual-motorik dalam hubungannya dengan pengalaman bertanggung jawab untuk
penilaian-penilaian yang meningkat membutuhkan studi lebih jauh.
LATIHAN PERSEPTUAL
Karena kecanggihan perseptual visual seseorsang erat berhubungan dengan
keberhasilan dalam kinerja beragam keterampilan gerakan, maka penting bagi guru
atau pelatih untuk mengetahui sifat perkembangan dari kemampuana-kemampuan
visual anak-anak.
Kebutuhan-kebutuhan perseptual dari keterampilan-keterampilan
manipulatif fundamental yang memberikan gaya pada objek atau menerima gaya dari
suatu objek terutama banyak. Ketika sedang menghadapi anak-anak kecil, kita harus
membuat
penyesuaian-penyesuaian
yang
tepat
dalam
peralatan
untuk
mengakomodasikan tingkat-tingkat perkembangan dari kemampuan-kemampuan
perseptual mereka.
Dengan hanya merubah berat atau ukuran dari bola dengan
menggunakan busa, plastik, atau karet lunak kemungkinan memiliki pengaruh
dramatis terhadap tingkat keberhasilan yang dialami. Membuat modifikasi-modifikasi
dalam warna dan ukuran objek akan juga memiliki dampak.
KONSEP 13.4. Praktek dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik, tetapi ada cukup
bukti untuk menyatakan bahwa kemampuan-kemampuan perseptual-motorik
yang meningkat akan meningkatkan prestasi akademik.
Memodifikasi aturan-aturan permainan untuk memungkinkan kejelasan yang lebih
besar
dan konsistensi persepsi, waktu untuk reaksi, atau kemudahan mengikuti
(tracking) juga direkomendasikan. Misalnya, dalam baseball, menggunakan mesin
pelempar yang ditentukan pada kecepatan yang ditentukan sebelumnya dan lintasan
akan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan-keterampilan mereka
dalam tracking.
Pertimbangan ketiga dalam latihan perseptual adalah mengenali bahwa
mekanika gerakan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat-tingkat persepsi yang
dibutuhkan untuk kinerja yang berhasil.
Jika kebutuhan-kebutuhan visual cukup
besar, maka mekanika kemungkinan besar akan menjadi rumit. Mekanika dari servis
tenis lebih sulit daripada mekanika untuk berenang atau melompat.
Akhirnya, orang-orang yang menghadapi anak-anak harus mengenali
perkembangan perseptual anak dan perkembangan motorik sangat penting untuk
66
kinerja gerakan yang berhasil. Kita harus menyesuaikan tingkat harapan kita dengan
kematangan perseptual dan juga fisik dari setiap orang.
PERKEMBANGAN PERSEPTUAL-MOTORIK PADA ANAK-ANAK
Kemampuan-kemampuan perseptual visual dari anak-anak kecil tidak sama dengan
kemampuan perseptual visual dari orang dewasa. Dunia visual anak berada dalam
tahap-tahap perkembangan dan oleh karena itu terbatas. Perkembangan kemampuankemampuan perseptual secara signifikan menghambat atau meningkatkan kinerja
gerakan anak. Dari bagian sebelumnya kita telah melihat bahwa kebalikannya
mungkin benar; yaitu, kinerja gerakan mungkin secara signifikan menghambat atau
meningkatkan perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual anak-anak. Anak
yang dibatasi dalam perkembangan perseptualnya seringkali menemui kesulitankesulitan dalam melakukan tugas-tugas perseptual-motorik.
Kesadaran bahwa proses persepsi tidak seluruhnya bersifat bawaan
mendorong kita untuk menghipotesa bahwa kualitas dan kuantitas pengalamanpengalaman gerakan yang diberikan kepada anak-anak berhubungan dengan
perkembangan dari kemampuan-kemampuan perseptual mereka. Respon-respon awal
dari anak-anak adalah respon-respon motorik, dan semua data perseptual dan
konseptual di masa mendatang berdasarkan sebagian pada respon-respons awal ini.
Anak-anak harus membangun dasar yang luas dari pengalaman-pengalaman motorik
agar pembelajaran tingkat tinggi berkembang secara tepat. Makna diberikan pada
stimulasi perseptual melalui gerakan.
Pencocokan data perseptual dan motorik
dianggap penting bagi anak untuk membangun dunia spatial yang stabil (Barsh,
1965). Semakin banyak pengalaman belajar motorik dan perseptual yang dimiliki
oleh anak-anak, maka semakin besar kesempatan untuk membuat “kecocokan
perseptual-motorik” ini dan untuk mengembangkan fleksibilitas respon terhadap
beragam situasi gerakan.
Sayangnya, kekomplekan masyarakat modern kita seringkali mencegah
perkembangan dari banyak kemampuan perseptual-motorik.
Lingkungan dimana
anak-anak zaman sekarang ini dibesarkan begitu komplek dan berbahaya sehingga
mereka terus menerus diperingatkan untuk tidak menyentuh atau menghindari situasisituasi yang memberikan banyak informasi motorik dan perseptual. Lingkungan dari
anak-anak zaman sekarang juga begitu pasif dan tidak menggunakan aktifitas fisik.
Banyak anak tumbuh di kota-kota besar, bangunan-bangunan apartemen, dan
lingkungan-lingkungan
sekolah
yang
tidak
67
mendorong
atau
meningkatkan
pembelajaran melalui gerakan. Terlalu sedikit anak dalam masyarakat kontemporer
yang memanjat pohon, melompati arus, atau mengendarai kuda. Mereka kehilangan
banyak pengalaman yang harus dimiliki oleh anak-anak untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan gerakan mereka.
Anak-anak yang menghabiskan waktu
untuk menonton televisi atau bermain game-game komputer mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan pasif. Tidak adanya pengalaman gerakan yang bervariasi dan
adaptasi-adaptasi yang muncul dengan praktek dan pengulangan dapat menghambat
perkembangan motorik.
KONSEP 13.5. Anak-anak seringkali tertinggal dalam pembelajaran perseptualmotorik karena pembatasan-pembatasan lingkungan.
Alat-alat buatan harus dibuat untuk memberikan pengalaman tambahan dan praktek
dalam aktifitas-aktifitas perseptual-motorik
kepada anak-anak yang tidak dapat
diberikan oleh masyarakat modern secara natural. Pengalaman-pengalaman pengganti
mungkin memiliki efek-efek positif terhadap perkembangan kemampuan-kemampuan
perseptual visual dalam anak-anak. Guru pendidikan jasmani harus menjadi orang
yang penting dalam kurikulum pendidikan.
Program pendidikan jasmani yang
berbasis perkembangan akan mendorong keterampilan-keterampilan perseptualmotorik dari anak-anak dan meningkatkan banyak keterampilan kesiapan dasar yang
dibutuhkan untuk keberhasilan di sekolah.
Apakah “Perseptual-Motorik” Itu?
Tanda garis pisah dalam istilah perseptual-motorik memiliki arti.
Pertama,
menandakan ketergantungan dari aktifitas gerakan disengaja pada beberapa bentuk
informasi perseptual.
Semua gerakan disengaja melibatkan elemen kesadaran
perseptual yang dihasilkan dari beberapa jenis stimulasi sensorik. Kedua, garis pisah
ini menunjukan bahwa perkembangan kemampuan-kemampuan perseptual seseorang
tergantung sebagian pada aktifitas motorik.
motorik dipelajari.
Kemampuan-kemampuan perseptual-
Dengan demikian, kemampuan-kemampuan ini menggunakan
gerakan sebagai medium penting dimana pembelajaran terjadi.
Kualitas kinerja
gerakan tergantung pada keakuratan persepsi individu dan kemampuannya untuk
menafsirkan persepsi-persepsi ini kedalam serangkaian tindakan gerakan yang
terkoordinasi.
Istilah koordinasi mata-tangan dan koordinasi mata-kaki telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk mengungkapkan ketergantungan dari gerakan
efisien pada keakuran informasi sensorik.
Semua gerakan disengaja melibatkan
penggunaan satu atau lebih modalitas sensorik untuk tingkat yang lebih besar atau
68
lebih kecil. Hingga saat ini kita tidak sepenuhnya memahami kontribusi-kontribusi
penting dari pengalaman gerakan terhadap perkembangan kemampuan-kemampuan
perseptual-motorik.
Istilah persepsi berarti “untuk mengetahui” atau “menafsirkan informasi”.
Persepsi adalah proses menghimpun informasi yang datang dengan informasi yang
disimpan, yang menuntun pada pola respon yang dimodifikasi.
Perkembangan
motorik perseptual mungkin digambarkan sebagai proses memperoleh keterampilan
yang meningkat dan kemampuan fungsional dengan menggunakan input sensorik,
integrasi sensorik, penafsiran motorik, aktivasi gerakan dan umpan balik. Elemenelemen ini digambarkan dibawah ini:
1. Input Sensorik: meneriam beragam bentuk stimulasi dengan cara reseptorreseptor
sensorik
yang
dikhususkan
(reseptor-reseptoe
penglihatan,
pendengaran, sentuh dan kinestetis) dan menyampaikan stimulasi ini kepada
otak dalam bentuk pola energi syaraf.
2. Integrasi
sensorik:
menghimpun
stimuli
sensorik
yang
datang
dan
mengintegrasikannay dengan informasi masa lalu atau yang disimpan
(memori).
3. Penafsiran
motorik:
membuat
keputusan-keputusan
motorik
internal
(rekalibrasi) berdasarkan pada gabungan sensorik (saat ini) dan informasi
memori jangka panjang (masa lalu).
4. Aktivasi gerakan: melakukan gerakan sesungguhnya (tindakan yang dapat
diamati).
5. Umpan balik: mengevaluasi tindakan gerakan dengan cara beragam modalitas
sensorik (penglihatan, penglihatan, sentuh dan kinestetis), yang nantinya
memberikan informasi kembali kedalam aspek input sensorik dari proses, oleh
karena itu memulai lingkaran sekali lagi.
Komponen-Komponen Perseptual-Motorik
Walaupun pengalaman-pengalaman gerakan dalam program-program pendidikan fisik
reguler berdasarkan definisi umum adalah aktifitas-aktifitas perseptual-motorik,
program-program yang memfokuskan pada penguatan kualitas perseptual-motorik
secara signifikan berbeda dalam penekanannnya dari yang memfokuskan
kualitas
motorik
kasar.
Dalam
program-program
remedial
dan
pada
kesiapan,
penekanannya adalah pada peningkatan komponen-komponen perseptual-motorik
69
spesifik, sehingga aktifitas-aktifitas gerakan dikelompokan menurut kualitas-kualitas
perseptual-motorik yang ditingkatkannya, yaitu, kesadaran tubuh, kesadaran spatial,
kesadaran arah, dan kesadaran temporal. Aktifitas-aktifitas yang dirancang untuk
meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut digunakan dalam program-program
pendidikan jasmani reguler, tetapi sasaran utamanya adalah perolehan keterampilan
gerakan daripada perolehan perseptual-motorik.
Perkembangan dan penghalusan dunia spatial anak-anak dan dunia temporal
anak-anak adalah dua kontribusi utama dari program-program pelatihan perseptualmotorik.
KONSEP
13.6.
Program-program
pendidikan
jasmani
yang
berbasis
perkembangan memiliki potensi untuk meningkatkan pemungsian perseptualmotorik.
Kesadaran Tubuh
Istilah kesadaran tubuh seringkali digunakan dalam hubungannya dengan istilahistilah imej tubuh dan skema tubuh. Setiap istilah mengacu pada pengembangan
kapasitas seorang anak untuk secara akurat mendiskriminasikan bagian-bagian
tubuhya. Kemampuan untuk membedakan bagian-bagian tubuh dan memperoleh
pemahaman yang lebih baik akan sifat tubuh terjadi dalam tiga area. Yang pertama
adalah pengetahuan mengenai bagian-bagian tubuh, yaitu mampu untuk secara akurat
menemukan bagian-bagian tubuh pada diri sendiri dan orang lain. Yang kedua adalah
pengetahuan mengenai apakah yang dapat dilakukan oleh bagian-bagian tubuh. Ini
mengacu pada pengenalan anak mengenai bagaimana tubuh melakukan suatu tindakan
tertentu. Yang ketiga adalah pengetahuan tentang bagaimana untuk membuat bagianbagian tubuh bergerak secara efisien. Ini mengacu pada kemampuan untuk mengatur
kembali bagian-bagian tubuh untuk tindakan motorik tertentu dan untuk melakukan
suatu tugas gerakan.
Imej tubuh berhubungan dengan gambaran yang diinternalisasi bahwa seorang
anak memiliki tubuhnya, dan sejauhmana imej tersebut sesuai dengan realitas.
Persepsi-persepsi diri akan tinggi, berat, bentuk dan bagian-bagian individu
mempengaruhi bagaimana kita membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain.
Membangun imej tubuh yang realistis adalah penting pada masa kanak-kanak dan
setelah itu. Anoreksia dan bulimia telah secara jelas berkaitan dengan imej-imej
tubuh tidak realistis dan sekarang ini berkenaan dengan anak-anak.
70
Selain itu,
tampaknya ada hubungan erat antara imej tubuh dan harga diri (Marsh dan Peart,
1988).
Kesadaran Spatial
Kesadaran spatial adalah komponen dasar dari perkembangan perseptual-motorik
yang mungkin terbagi menjadi dua subkategori: (1) pengetahuan seberapa banyak
ruang yang diduduki oleh tubuh dan (2) kemampuan untuk memproyeksikan tubuh
secara efektif kedalam ruang luar. Pengetahuan berapa banyak ruang yang diduduki
oleh tubuh dan hubungan tubuh dengan objek-objek luar mungkin berkembang
melalui beragam aktifitas gerakan. Dengan praktek dan pengalaman, anak bergerak
dari dunia egosentrisnya untuk mnemukan segala sesuatu dalam ruang luar
sehubungan dengan dirinya sendiri (lokalisasi subjektif) untuk membangun kerangka
acuan objektif (lokalisasi objektif). Anak juga belajar untuk menghadapi konsepkonsep ruang diri dan ruang umum. Ruang-diri mengacu pada area yang dengan
cepat mengitari seseorang yang dibatasi oleh seberapa jauh dia dapat meluaskan
tubuhnya dari titik yang ditentukan diatas tanah. Ruang umum mengacu pada area
yang berada diluar ruang diri seseorang. Misalnya, seorang anak prasekolah
cenderung menentukan lokalisasi objek yang sehubungan dengan dimana mereka
sedang berdiri (lokalisasi subjektif dalam ruang diri seseorang). Namun, anak-anak
lain dapat menemukan objek-objek yang sehubungan dengan kedekatan mereka
dengan objek-objek didekatnya tanpa mempertimbangkan lokasi dari tubuh-tubuh
mereka (yaitu lokalisasi objektif dalam ruang umum). Konsep-konsep lokalisasi
subjektif dan ruang diri erat berhubungan dengan fase perkembangan berpikir
praoperasional Piaget. Konsep-konsep lokalisasi objektif dan ruang umum
diidentifikasikan dengan struktur-struktur kognitif yang lebih tinggi dalam fase
operasi konkretnya.
Kesadaran spatial dari orang dewasa umumnya memadai, walaupun ada
kesulitan-kesulitan dalam menemukan posisi-posisi relatif dari beragam objek.
Misalnya, ketika sedang membaca sebuah peta jalan ketika menempuh perjalanan
melalui wilayah yang tidak dikenal, banyak orang menjadi bingung dengan apakah
mereka sedang bergerak ke arah utara, selatan, timur atau barat. Dapat menjadi sulit
untuk berbelok sembari melihat pada peta, tanpa secara literal meletakan diri sendiri
pada peta.
Tidak adanya area yang dikenal dan tidak personalnya peta jalan
menyulitkan untuk secara objektif menemukan diri sendiri dalam ruang yang relatif
dengan tugas tertentu. Anak-anak kecil menemukan banyak kesulitan pada skala yang
71
lebih besar. Mereka harus pertama-tama belajar untuk mengorientasikan diri mereka
sendiri dalam ruang dan kemudian berproses secara cermat untuk masuk kedalam
lingkungan yang tidak dikenal dimana petunjuk-petunjuk subjektif tidak berguna.
Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan kesadaran spatial
adalah sifat yang penting dari program pendidikan jasmani yang berdasarkan
perkembangan yang mengenali pentingnya perkembangan perseptual-motorik.
Kesadaran Arah
Area yang menjadi banyak pertimbangan dari para guru kelas adalah area kesadaran
arah. Melalui kesadaran arah, anak-anak dapat memberikan dimensi kepada objekobjek dalam ruang luar.
Konsep kanan-kiri, atas-bawah, dalam-luar, dan depan-
belakang ditingkatkan melalui aktifitas-aktifitas gerakan yang melekatan tekanan pada
arah. Kesadaran arah umumnya terbagi kedalam dua sub kategori: lateralitas dan
arah.
Lateralitas mengacu pada kesadaran atau perasaan internal untuk beragam
dimensi tubuh menyangkut lokasi dan arah mereka. Seorang anak yang telah cukup
mengembangkan konsep lateralitas tidak perlu bergantung pada petunjuk-petunjuk
luar untuk menentukan arah. Dia tidak perlu, misalnya, memiliki pita yang terikat
pada pergelangan tangannya sebagai pengingat manakah yang kanan atau kiri.
Konsep ini tampaknya begitu dasar sehingga kebanyakan orang dewasa yang sulit
untuk mengonsepkan bagaimana siapa saja dapat gagal untuk mengembangkan
lateralitas. Namun, kita hanya perlu melihat kedalam cermin spion sebuah mobil
untuk membalikan arah dan terkadang menjadi bingung. Pilot, astronot dan penyelam
laut dalam harus memiliki tingkat tinggi lateralitas atau “perasaan” untuk menentukan
atas dari bawah dan kiri dari kanan.
Arah adalah proyeksi luar dari lateralitas. Arah memberikan dimensi kepada
objek-objek dalam ruang. Arah sesungguhnya tergantung pada lateralitas yang dibuat
secara memadai.
Arah penting bagi orangtua dan guru karena ini merupakan
komponen dasar dari pembelajaran bagaimana untuk membaca. anak-anak yang tidak
memiliki arah yang dibangun akan sering menemukan kesulitan-kesulitan untuk
membedakan beragam huruf darsi abjad. Misalnya, huruf-huruf b, d, p dan q
semuanya sama. Satu-satunya perbedaan terletak pada arah dari “ball” dan “stick”
yang membentuk huruf-huruf tersebut. Anak tanpa arah yang dibangun secara penuh
menemukan banyak kesulitan untuk membedakan antara beberapa hurif abjad.
72
Seluruh kata mungkin terbalik.
Kata cat mungkin dibaca sebagai tac, atau bad
mungkin dibaca sebagai dah karena ketidakmampuan anak untuk memproyeksikan
arah kedalam ruang luar. Beberapa anak menemui kesulitan dalam dimensi atas
bawah, yang lebih dasar daripada dimensi kanan-kiri. Mereka mungkin menulis dan
melihat kata-kata menjadi terbalik dan keseluruhannya bingung ketika mulai
membaca.
Membangun kesadaran arah adalah suatu proses perkembangan yang
bergantung pada kematangan dan pengalaman. Secara sempurna normal pada anak
usia 4 dan 5 tahun untuk mengalami kebingungan dalam arah. Namun, kita harus
mempertimbangkan anak usia 6 dan 7 tahun yang secara konsisten mengalami
masalah-masalah ini karena ini saatnya ketika kebanyakan sekolah secara tradisional
memulai instruksi dalam membaca.
Kesadaran arah yang cukup dikembangkan
adalah keterampilan yang penting untuk keberhasilan dalam membaca, dan gerakan
adalah satu cara dimana konsep perseptual-motorik mungkin dikembangkan.
Kesadaran Temporal
Pembahasan sebelumnya mengenai beragam aspek perkembangan perseptual-motorik
berhubungan dengan dunia spatial anak. Kesadaran tubuh, kesadaran spatial, dan
kesadaran arah erat berhubungan dengan dan bergabung untuk membantu memahami
dimensi-dimensi spatial mereka. Kesadaran temporal sebaliknya, berkenaan dengan
perolehan struktur waktu yang cukup pada anak-anak.
Kesadaran temporal erat berhubungan dengan interaksi yang terkoordinasi dari
beragam sistem otot dan modalitas sensorik. Istilah koordinasi mata-tangan dan
koordinasi mata-kaki mencerminkan interelasi dari proses-proses ini. Seseorang yang
belum sepenuhnya membangun dimensi ini seringkali dianggap sebagai seseorang
canggung. Segala sesuatu yang kita lakukan memiliki elemen waktu.
Ada titik
permulaan dan titik akhir, dan ada rentang waktu yang dapat diukur antara kedua titik
tersebut. Penting bahwa anak-anak belajar bagaimana untuk berfungsi secara efisien
dalam dimensi waktu ini dan juga dalam dimensi ruang. Tanpa salah satu darinya,
yang lainnya tidak dapat berkembang pada potensi penuhnya.
Irama adalah aspek paling penting dan dasar dari mengembangkan dunia
temporal yang stabil. Istilah ini memiliki banyak makna tetapi digambarkan disini
sebagai pengulangan sinkron dari peristiwa-peristiwa yang berhubungan dalam cara
sehingga membentuk pola-pola yang dapat dikenali. Gerakan berirama melibatkan
73
peruntunan sinkron peristiwa-peristiwa dalam waktu. Irama sangat penting dalam
kinerja beberapa tindakan dalam cara yang terkoordinasi. Cooper (1982) merekam
bunyi-bunyi dari pelaku yang sedang menyelesaikan pola-pola gerakan dari
keterampilan-keterampilan olahraga yang dipilih.
Bunyi-bunyi ini ditranskripkan
kedalam notasi-notasi musik, yang mengilustrasikan bahwa elemen-elemen yang
berirama itu ada.
H. Smith (1970) menunjukan bahwa anak-anak mulai membuat diskriminasidiskriminasi temporal melalui modalitas pendengaran sebelum penglihatan dan bahwa
ada pemindahan dari pendengaran ke penglihatan tetapi bukan sebaliknya. Aktifitasaktifitas yang mengharuskan anak-anak untuk melakukan tugas-tugas gerakan ke
pola-pola berirama pendengaran harus dimulai ketika mereka masih kecil dan tetap
menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.
Kemungkinan-kemungkinan
aktifitas tidaklah berakhir. Bergerak ke beragam bentuk dari pengiring musik, mulai
dari ketukan drum hingga pemilihan alat, berkontribusi pada kesadaran temporal.
PELATIHAN PERSEPTUAL-MOTORIK
Selama tahun 1960an dan 1970an, beberapa program pelatihan perseptual-motorik
dibuat disepanjang Amerika Utara. Berdasarkan pada artikel-artikel dan pernyataanpernyataan, banyak orang membentuk kesan bahwa program-program perseptualmotorik adalah obat yang mujarab untuk pengembangan kemampuan kognitif dan
kemampuan motorik.
Banyak kebingungan dan spekulasi berkembang mengenai
nilai-nilai dan tujuan-tujuan dari program-program pelatihan perseptual-motorik.
Seringkali, orang-orang tidak cukup terlatih, kurang terinformasi dan tidak jelas
dengan apa yang sedang mereka coba capai.
Sekarang ini para pendidik telah
mengambil pandangan yang lebih objektif terhadap program-program pelatihan
perseptual-motorik dan perannya dalam seluruh spektrum pendidikan.
Daripada
menyatakan bahwa program-program itu adalah obat mujarab, banyak yang
memandang program-program perseptual-motorik sebagai fasilitator yang penting
dari perkembangan kesiapan. Aktifitas-aktifitas perseptual-motorik sedang diakui
sebagai kontributor penting untuk kesiapan umum dari anak-anak untuk belajar.
Kontribusi aktifitas perseptual-motorik untuk keterampilan-keterampilan kesiapan
perseptual tertentu secara cermat diamati kembali.
KONSEP 13.7. Program-program pelatihan perseptual-motorik dapat menjadi
efektif ketika dipandang sebagai program-program kesiapan yang membantu
anak-anak kecil belajar untuk belajar.
74
Program-program kesiapan mungkin diklasifikasikan sebagai pengembangan konsep
dan penguatan konsep.
Program-program pengembangan konsep umumnya
dirancang untuk anak-anak yang telah terbatas dalam latar belakang pengalaman
mereka (misalnya kelas sosial ekonomi, sakit berkepanjangan, latar belakang etnis,
atau televisi berlebihan). Program-program Head Start dan program pengembangan
Frostig (1969) adalah contoh-contoh dari program pengembangan konsep, dimana
beragam pengalaman multisensorik termasuk aktifitas-aktifitas perseptual-motorik
digunakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan kesiapan dasar.
Program-program penguatan konsep adalah program-program dimana
gerakan digunakan dalam hubungannya dengan teknik-teknik kelas tradisional untuk
mengembangkan pemahaman kognitif dasar.
Daam jenis program ini, gerakan
digunakan sebagai alat bantu atau alat untuk menguatkan konsep-konsep kognitif
yang disajikan dalam taman kanak-kanak atau kelas sekolah dasar.
KONSEP 13.8. Ada bukti yang tidak cukup untuk mendukung keberhasilan dari
program-program
pelatihan
perseptual-motorik
yang
dirancang
untuk
memperbaiki disabilitas-disabilitas belajar anak-anak.
Program-program pelatihan remedial adalah jenis ketiga dan yang paling kontroversi
dari program pelatihan perseptual-motorik. Program-program ini telah dibuat sebagai
alat untuk meniadakan kekurangan perseptual dan meningkatkan prestasi akademik.
Program-program telah dikembangkan oleh Delacato (1959), Getman (1952), Kephart
(1971), dkk untuk membantu perkembangan kognitif melalui teknik-teknik remediasi
perseptual-motorik.
Tujuan
dari
program-program
tersebut
adalah
untuk
meningkatkan prestasi akademik. Namun, hanya sedikit dukungan yang kuat untuk
pernyataan ini, walaupun banyak testimoni dan opini yang ada. Pada kenyataannya,
suatu analisa terhadap lebih dari 180 studi penelitian dirancang untuk mengukur
keberhasilan dari pelatihan perseptual-motorik pada prestasi akademik dan kognisi
secara jelas mengungkapkan bahwa program-program tersebut membuat sedkit atau
tidak ada kontribusi “langsung” untuk area-area tersebut (Kavale dan Mattson, 1983).
Selain itu, Dewan untuk Disabilitas Belajar (1987) mempublikasikan sebuah
pernyataan posisi yang berhubungan dengan pengukuran dan pelatihan dari fungsifungsi perseptual dan perseptual-motorik. Pernyataan ini mengatakan, sebagian:]
Hanya ada sedikit dukungan empiris untuk klaim-klaim bahwa latihan
perseptual dan fungsi-fungsi perseptual-motorik meningkatkan kinerja
akademik dan juga fungsi-fungsi perseptual-motorik dari individu-individu
75
yang memiliki disabilitas belajar. Oleh karena itu, pelatihan haruslah dicirikan
sebagai eksperimental dan tidak divalidasikan.
Gambar 13.1 menyajikan ulasan mengenai beragam jenis program pelatihan
perseptual-motorik.
Kesiapan dan Remediasi
Penelitian menunjukan bahwa ketika anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan
normal, kemampuan-kemampuan perseptual mereka menjadi lebih akut dan halus.
Hal ini sebagian disebabkan karena kekomplekan yang meningkat dari alat
neuromuskular dan reseptor-reseptor sensorik dan sebagian karena kemampuan yang
bertambah dari anak-anak untuk mengeksplorasi dan bergerak melalui lingkungan.
Piaget (1954) berusaha untuk menelusuri perkembangan berangsur-angsur dari
persepsi melalui sensasi-sensasi kasar dan tak bermakna terhadap kesan-kesan dunia
spatial yang stabil. Tahap-tahap perkembangannya sangat bergantung pada informasi
motorik sebagai alat pengumpulan informasi utama.
Ketika dunia perseptual
terungkap, anak-anak mencari stabilitas dan mengurangi variabilitas sejauh mungkin.
Mereka belajar untuk membedakan hal-hal yang dapat diabaikan, hal-hal yang dengan
mudah diprediksikan, atau hal-hal yang secara keseluruhan tak terduga dan harus
diamati serta diperiksa untuk dipahami, menurut Piaget dkk. Gerakan memainkan
peran penting dalam proses mengembangkan kesiapan perseptual ini untuk tugastugas kognisi.
Kebanyakan dari persepsi kita dan persepsi visual khususnya, dihasilkan dari
penjelasan dan modifikasi reaksi-reaksi dasar ini berdasarkan pengalaman dan
76
pembelajaran. Ketika kita berbicara tentang anak-anak yang secara perseptual siap
untuk belajar, pada kenyataannya kita sedang mengacu pada titik waktu dimana
mereka telah cukup mengembangkan kapasitas-kapasitas belajar perseptual dan
konseptual dasar mereka. Mencapai kesiapan perseptual untuk belajar adalah suatu
proses
perkembangan
dimana
kemampuan-kemampuan
perseptual-motorik
memainkan bagian penting. Keterampilan-keterampilan kesiapan perseptual tertentu,
seperti kesiapan perseptual visual untuk membaca, mungkin dipengaruhi oleh kualitas
dan kuantitas dari pengalaman-pengalaman perseptual-motorik anak, tetapi hal ini
belum secara konklusif diperlihatkan dalam studi-studi penelitian yang dikontrol.
Proses mampu membaca (dan mencapai tugas-tugas penting lainnya)
melibatkan sejumlah kemampuan termasuk kemampuan perseptual visual. Proses
membaca
mungkin
dipertimbangkan
keterampilan dan persepsi.
menyangkut
tiga
area
dasar:
bahasa,
Banyak penelitian telah dilakukan dalam dua area
pertama, tetapi para ahli baru mulai mengeksplorasi area ketiga. Fase perseptual dari
membaca melibatkan identifikasi dan pengenalan kata-kata pada halaman yang
dicetak. Bentuk dan persepsi bentuk mungkin ditingkatkan melalui gerakan dan juga
kesadaran arah atas, bawah, kiri dan kanan. Semua faktor penting ini berhubungan
dengan identifikasi dan pengenalan kata. Jumlah paling besar dari perkembangan
perseptual-motorik terjadi antara usia 3 dan 7 tahun. Ini adalah tahun-tahun penting
dimana kebanyakan anak mulai belajar untuk membaca.
seorang anak secara
perseptua siap untuk membaca ketika dia telah memperoleh cukup banyak informasi
untuk mengodekan dan menguraikan kesan-kesan sensorik pada titik waktu tertentu.
Idealnya, pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya dari anak cukup banyak dan
berkualitas tinggi.
Sejumlah anak memasuki kelas satu yang tertinggal dalam
kemampuan perseptual mereka membutuhkan program-program dalam pelatihan
kesiapan yang menggunakan aktifitas-aktifitas perkembangan perseptual-motorik
sebagai salah satu dari banyak cara untuk intervensi. Bagian pendidikan jasmani
sekolah dapat memainkan peran penting dalam membantu banyak anak tersebut untuk
mengejar teman-teman sebayanya.
Temuan-Temuan Penelitian Perseptual-Motorik
Usaha-usaha penelitian terus mendokumentasikan kebaikan-kebaikan dari programprogram pelatihan perseptual-motorik pada aspek-aspek persiapan dan remedial dari
perkembangan perseptual dan kognitif. Setiap usaha penelitian baru menstimulasi
77
pertanyaan dan masalah baru. Hasil-hasil yang tersedia tidaklah konklusif, tetapi ada
cukup bukti yang memperlihatkan bahwa program-program pelatihan perseptualmotorik sedang membuat kontribusi-kontribusi positif terhadap perkembangan
perseptual dan motorik dari anak-anak.
Ketika mengulas literatur, kita mungkin
menemukan beberapa generalisasi yang memberikan dukungan dan memiliki
implikasi-implikasi yang spesifik untuk pendidik dan orangtua yang peduli dengan
pencegahan dan remediasi disabilitas-disabilitas pembelajaran perseptual-motorik.
Beberapa temuan yang muncul dari penelitian ini diringkas sebagai berikut:
1. Tidak semua disabilitas belajar bersifat perseptual-motorik.
Beberapa
mungkin disebabkan oleh masalah-masalah dalam pemungsian perseptual;
yang lainnya mungkin disebabkan oleh masalah-masalah dalam perumusan
konsep.
2. Kekurangan-kekurangan perseptual-motorik dapat atau tidak dapat menuntun
pada disabilitas-disabilitas belajar pada seorang anak. Walau begitu, diagnosa
dan remediasi terhadap masalah-masalah perseptual penting jika hanya untuk
kompetensi-kompetensi yang diperluas, baik fisik dan emosional (konsep diri),
yang mungkin dihasilkan dari intervensi tersebut.
3. Alat-alat diagnosa untuk asesmen saat ini baru dibuat. Elemen-elemen yang
khusus dalam spektrum perseptual-motorik belum diidentifikasikan. Tes-tes
diagnosa tidak dapat dengan valid memisahkan faktor-faktor terpisah.
4. Kekurangan-kekurangan fungsional tingkat-rendah (tugas-tugas perseptualmotorik) tampaknya berhubungan dengan kekurangan-kekurangan fungsional
tingkat-tinggi (tugas-tugas perseptual-kognitif). Yaitu, anak-anak yang
berkinerja secara buruk pada tugas-tugas dengan kekomplekan tinggi
(membaca dan aritmatika) juga cenderung untuk berkinerja buruk pada tugastugas dengan kekomplekan rendah (lateralitas, arah, garis tengah). Namun,
keterkaitan ini belum terbukti menjadi penyebab, dan oleh karena itu harus
dianggap menjadi penyebab.
5. Kemampuan-kemampuan intramodal berkembang sebelum kemampuankemampuan intermodal.
menggunakan
setiap
Ini berarti bahwa anak-anak belajar untuk
indera
secara
terpisah
sebelum
mereka
menghubungkannya dan menggunakan lebih dari satu mode sekaligus.
6. Mode pembelajaran yang paling efisien tampaknya menjadi visual walaupun
pembelajaran meningkat ketika informasi disajikan atau diproses oleh dua atau
78
lebih mode pada waktu yang sama. Yaitu, anak-anak kemungkinan akan
belajar lebih banyak jika informasi diberikan secara kinestetis, secara visual
dan secara audio pada saat yang sama daripada jika diberikan hanya melalui
satu mode sekaligus.
7. Tidak semua anak berada pada tingkat perseptual yang sama ketika memasuki
kelas satu. Perkembangan perseptual adalah suatu proses kematangan dan
pengalaman, dan oleh karena itu anak-anak berkembang pada kecepatan
individunya.
8. Persepsi yang memadai (audio, visual, sentuh-kinestetis) adalah prasyarat
untuk berhasil di sekolah.
Persepsi-persepsi yang tidak akurat dapat
menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam pembentukan konsep akademik.
Kesiapan perseptual adalah aspek penting dari kesiapan keseluruhan untuk
belajar.
9. Kemampuan-kemampuan perseptual mungkin meningkat melalui pelatihan
khusus.
10. Penilaian sebelumnya terhadap keterampilan-keterampilan perseptual-motorik
mungkin berguna pada tingkat pra sekolah atau taman kanak-kanak sebagai
cara untuk memberikan petunjuk-petunjuk subjektif untuk ketertinggalan
kesiapan pada anak-anak.
11. Program-program aktifitas fisik berbasis perkembangan memberikan banyak
pengalaman gerakan yang meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptualmotorik anak.
Kesimpulannya, ketika kita mengatakan bahwa seorang anak itu “siap” untuk
belajar, kita pada kenyataannya mengacu pada suatu titik waktu ketika anak, melalui
kematangan dan pembelajaran, telah mengembangkan kemampuan-kemampuan
perseptual dan motorik untuk diuntungkan dari tugas-tugas perseptual dan kognitif
tingkat tinggi.
RINGKASAN
Program-program pelatihan perseptual-motorik memiliki banyak elemen yang sama
dengan program-program pendidikan jasmani berbasis perkembangan. Banyak dari
keterampilan gerakan ini yang diajarkan dalam kurikulum perseptual-motorik, baik
kesiapan atau remedial, paralel dengan yang diajarkan dalam kelas-kelas pendidikan
79
jasmani perkembangan reguler.
berbeda.
Tujuan-tujuan dari setiap program secara jelas
Tujuan utama dari program aktifitas fisik perkembangan adalah untuk
meningkatkan kontrol gerakan melalui praktek dan instruksi dalam beragam
keterampilan gerakan, sementara tujuan dari program perseptual-motorik adalah untuk
meningkatkan kualitas-kualitas perseptual-motorik melalui praktek dan instrksi daam
beragam aktifitas gerakan.
Program-program pelatihan perseptual-motorik yang
berusaha untuk meningkatkan prestasi akademik atau meningkatkan kesiapan khusus
untuk tugas sekolah berada di tengah-tengah kontroversi dan kurang akan dukungan
penelitian. Testimoni dan opini publik telah berfungsi selama bertahun-tahun sebagai
dasar dukungan untuk program-program pelatihan perseptual-motorik.
Hal ini
tidaklah cukup. Namun, nilai dari pengalaman-pengalaman perseptual-motorik untuk
keadaan umum kesiapan tidak seharusnya ditiadakan. Peningkatan kesadaran tubuh,
spatial, arah dan temporal sebagai alat untuk menuntun anak terhadap kontrol gerakan
yang meningkat dan efisiensi dalam gerakan penting adalah berguna. Praktek dalam
aktifitas-aktifitas perseptual-motorik mungkin dibawah kondisi-kondisi tertentu,
meningkatkan kemampuan-kemampuan perseptual-motorik.
Apakah kemampuan-
kemampuan tersebut memiliki efek langsung terhadap kinerja akademik sangatlah
dipertanyakan. Namun, kita dapat menjadi yakin bahwa kemampuan-kemampuan
tersebut memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memperhal