BAHASA MADURA TGS KELOMPOK

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bahasa Madura adalah salah satu bahasa daerah asli pulau Jawa karena posisinya terletak
di bagian utara pulau Jawa. Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia
sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa daerah lainnya di Indonesia dan juga merupakan
bahasa ibu masyarakat suku Madura. Hal ini dikarenakan Bahasa Madura merupakan bahasa
sehari–hari yang digunakan masyarakat Madura dalam berkomunikasi, baik yang bertempat
tinggal di pulau Madura maupun di daerah perantauan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan
bahasa Madura di daerah luar Madura oleh sesama penutur asli bahasa Madura. Misalnya
seorang penutur bahasa Madura yang tinggal di daerah Probolinggo akan tetap menggunakan
bahasa Madura dengan keluarga ataupun kerabat yang berasal dari Madura.
Sebagai bahasa yang memiliki kekerabatan yang erat dengan bahasa Indonesia, karena
sama-sama dalam rumput bahasa Auostronesia, tidak heran jika bahasa Madura memiliki sistem
bunyi yang hampir mirip dengan bahasa Indonesia. Walaupun memiliki beberapa persamaan
dalam sistem fonologinya, bahasa Madura dan bahasa Indonesia juga memiliki beberapa
perbedaan dalam sistem gramatikal maupun fonologinya (Crowley, 1987 dalam Sofyan,
Akhmad: 2010). Sistem fonologi merupakan salah satu unsur bahasa yang penting karena dengan
menganalisis sistem dua bahasa yang berbeda akan memperlihatkan perbedaannya.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakuan untuk mengetahui sistem bunyi dari bahasa
Madura yang dari segi fonologi memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia.


1.2 Rumusun Masalah
1. Fonem-fonem apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Madura ?
2. Fonem-fonem mencurigakan apa sajakah yang ditemukan dalam bahasa Madura ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui fonem-fonem baik vokal, konsonan, dan semi vokal yang terdapat dalam
bahasa Madura.
2. Mengidentifikasi fonem-fonem mencurigakan yang muncul dalam bahasa Madura.
1.4 Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini didapatkan dari seorang informan bernama Dewanto,
yang menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa pertama. Hal ini dapat diketahui melalu
pernyataan Dewanto yang mengatakan bahwa dalam kesehariannya dengan keluarga, ia
menggunakan bahasa Madura untuk berkomunikasi. Adapun Dewanto bertempat tinggal di
daerah Ngawi, Jawa Timur, namun karena daerah asal orangtuanya adalah Madura, sehingga
bahasa Madura lah yang akhirnya menjadi bahasa pertama Dewanto.
II. METODE PENELITIAN
1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitaan ini diambil dengan teknik wawancara. Peneliti
memberikan beberapa pertanyaan kepada informan dengan menggunakanbahasa Indonesia agar
mudah dimengerti oleh informan sehingga dapat membantu untuk memberikan informasi
beberapa kosakata dalam bahasa Madura

III. PEMBAHASAN
3.1 VOKAL

3.2 KONSONAN
Bilabial
Tak
Beras
beras pirasi
pirasi
Hambat
Tak bersuara
Bersuara
Frikatif
Tak bersuara
Bersuara
Nasal
Bersuara
Getar
Bersuara
Lateral

Bersuara
Semi vocal
Bersuara

p
b

Labiodental
Tak
Beras
beras pirasi
pirasi

bh
f

m

Dental/alveolar
Tak

Beraspi
beraspira rasi
si
t
d
s

dh

n

Palatal
Tak
Beraspira
beraspi si
rasi
c

velar
Tak

Beraspi
beraspir rasi
asi
k

j

g

h

ɲ

l
y

Berdasarkan bagan konsonan tersebut, terdapat 21 konsonan dalam bahasa Madura. Hal
ini dikarenakan /k/ dan glottal /ʔ/ merupakan dua fonem yang berbeda. Selain itu bunyi-bunyi
beraspirasi seperti bunyi /bh/- /dh/ dan /gh/ juga merupakan dua fonem yang berbeda. Adapun
penentuan fonem-fonem tersebut dapat dilihat dari pasangan minimal antara fonem-fonem yang

mencurigakan.
Kontras Lingkungan Sama dari data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
Bunyi hambat tak beraspirat:
1. Data:
[pɔtɔh] ‘cucu’
[bɔtɔh] ‘batu’
Perbedaan pada data di atas adalah : [p] = - bersuara
[b] = + bersuara
Kontras Lingkungan Mirip dari data-data yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut
1. Data :
[cɔbIk] ‘ cobek’

?

gh

r

w


Glotal

[tɔdIk] ‘pisau’
Perbedaan pada data di atas adalah [c] = + anterior
[t] = - anterior
Kesimpulannya : [c] –[t] berkontras dalam lingkungan yang mirip, jadi bunyi [c]-[t] merupakan
fonem yang berbeda, sehingga dapat ditulis /c/ -/t/
2. Data
[cɔbIk] ‘ cobek’
[tɔdIk] ‘pisau’
Perbedaan pada data diatas adalah [b]-[d] berkontras dalam lingkungan yang mirip. jadi bunyi
[b]-[d] merupakan fonem yang berbeda, sehingga dapat ditulis /b/ -/d/

Data :
[kərəŋ] ‘galak’
[cələŋ] ‘hitam’
Perbedaan pada data di atas adalah [r] = - lateral
[l] = + lateral
Kesimpulannya : [r]-[l] berkontras dalam lingkungan yang mirip, jadi bunyi [r]-[l] merupakan
fonem yang berbeda, sehingga dapat ditulis /r/-/l/


Bunyi beraspirat
1. Data:
[bhibhIk] ‘bebek’
[bibi?] ‘bibi’
Perbedaan pada data di atas adalah [b] = tak beraspirat
[bh] = beraspirat

Kesimpulannya : [b]-[bh ] berkontras dalam lingkungan yang mirip, jadi bunyi [b]-[bh]
merupakan fonem yang berbeda, sehingga dapat ditulis /b/-/bh/
2. Data:
[laŋgər] ‘melanggar’
[laŋghər] ‘mushola’
Perbedaan pada data di atas adalah : [g] : tak beraspirat
[gh] : beraspirat
Kesimpulannya: [g]-[gh] berkontras dalam lingkungan yang sama, jadi bunyi [g] – [gh]
merupakan fonem yang berbeda, sehingga dapat ditulis /g/ – /gh/
3. Data
[dərə] ‘darah’
[dhərə] ‘dara’

Perbedaan data di atas adalah : [d]: tak beraspirat
[dh]: beraspirat
Kesimpulannya : [d] –[dh] berkontras dalam lingkungan yang sama, jadi bunyi [d] –[dh]
mrupakan fonem yang berbeda, sehingga dapat ditulis /d/ –/dh/

Bunyi glottal
[pəkaʔ] ‘masam’
[paʔaʔ] ‘tatah’
Kesimpulannya : [k]-[ʔ] berkontras dalam lingkungan yang sama, jadi bunyi [k]-[ʔ] merupakan
bunyi yang berbeda sehingga dapat ditulis /k/-/ʔ/

Dalam bahasa Madura, semua konsonan diatas dapat menempati posisi pada awal suku kata, baik
suku kata pertama maupun kedua. Kecuali konsonan glottal stop /ʔ/ yang hanya menempati
posisi akhir suku kata.
Datanya:
[kampɔh]

[mantɔh]

[palu]

[komputər]

[tretan]
[matɛʔen]

[bləbəʔ]
[bujə]
[bibiʔ]

[gəpoʔ]
[odiʔ]

Berdasarkan data, konsonan-konsonan dalam bahasa Madura yang tak beraspirat dapat
menempati posisi pada akhir suku kata tertutup, sedangkan konsonan-konsonan beraspirat seperti
bh,gh,dan dh tidak dapat menempati posisi akhir pada suku kata tertutup.
[toghəl]
[ŋambhʊŋ]
[ɲɔndhʊ]

Bunyi Nasal

Berdasarkan data, konsonan-konsonan tersebut dapat menempati posisi baik di awal tengah,
ataupun di akhir suku kata.

1. [n] —[ŋ]
Perbedaannya: [n]: alveolar
[ŋ]: velar
Lingkungan yang paling mirip
[sənen] = senin
[sənəŋ] = seneng
Simpulan: [n]—[ ŋ]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [n] —[ ŋ]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis / n /--/ ŋ /
2. [n] —[l]
Perbedaannya: [n]: nasal

[l]: lateral
Lingkungan yang paling mirip
[maləs] = malas
[manɛs] = manis
Simpulan: [n]—[l]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [n] —[l]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis /n/--/l/
3. [ɲ] —[ŋ]
Perbedaannya: [ɲ]: palatal
[ŋ]: velar
Lingkungan yang paling mirip
[ɲaman] = enak
[ŋakan] = makan
Simpulan: [n]—[ ŋ]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [ ɲ] —[ ŋ]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis / ɲ /--/ ŋ /
4. [m] —[n]
Perbedaannya: [m]: bilabial
[n]: alveolar
Lingkungan yang paling mirip
[paman] = paman
[kanan] = kanan
Simpulan: [m]—[n]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [m] —[n]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis /m/--/n/
Berdasarkan data, dalam bahasa Madura bunyi nasal [m] yang muncul akhir suku kata pertama lebih
sering bertemu bunyi bilabial [b] dan [p] daripada bunyi plosive lainnya.
[kampɔh]

[tɔmbhoʔ]

[gempaŋ]

[ambu]

[bərəmpah]

[kəlambhih]

[sampɛŋ]

[kɘmbhɘŋ]



Konsonan Nasal

Konsonan nasal dihasilkan dengan hambatan total tetapi dengan velum yang diturunkan,
sehinggan udara bebas keluar melalui rongga hidung. Dalam bahasa Madura terdapat konsonan
nasal dengan detail sebagai berikut:
konsonan nasal bilabial

/m/

/mɔdə/ = murah

konsonan nasal alveolar

/n/

/narɛʔ/ = siang

konsonan nasal palatal

/ň/

/ɲaman/ = harum

konsonan nasal velar

/ŋ/

/ŋapʊŋ/ = terapung

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa kontras lingkungan mirip (KLM), kontras lingkungan
sama (KLS) dan fonem nasal yang mencurigakan dalam bahasa Madura.

Kontras Lingkungan Mirip (KLM )dalam Bahasa Madura
2. [n] —[ŋ]
Perbedaannya: [n]: alveolar
[ŋ]: velar
Lingkungan yang paling mirip
[sənen] = senin
[sənəŋ] = seneng
Simpulan: [n]—[ ŋ]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [n] —[ ŋ]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis / n /--/ ŋ /
2. [n] —[l]
Perbedaannya: [n]: nasal

[l]: lateral
Lingkungan yang paling mirip
[maləs] = malas
[manɛs] = manis
Simpulan: [n]—[l]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [n] —[l]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis /n/--/l/
3. [ɲ] —[ŋ]
Perbedaannya: [ɲ]: palatal

[ŋ]: velar
Lingkungan yang paling mirip
[ɲaman] = enak
[ŋakan] = makan
Simpulan: [n]—[ ŋ]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [ ɲ] —[ ŋ]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis / ɲ /--/ ŋ /
4. [m] —[n]
Perbedaannya: [m]: bilabial

[n]: alveolar
Lingkungan yang paling mirip
[paman] = paman
[kanan] = kanan
Simpulan: [m]—[n]: berkontras dalam lingkungan mirip. Jadi, bunyi [m] —[n]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis /m/--/n/

Kontras Lingkungan Sama (KLS ) dalam Bahasa Madura
1. [l] —[ŋ]
Perbedaannya: [l]: lateral
[ŋ]: velar
Lingkungan yang sama
[mᴐlɛ] = pulang
[mᴐŋɛ] = bunyi
Simpulan: [l]—[ ŋ]: berkontras dalam lingkungan yang sama. Jadi, bunyi [l] —[ ŋ]
merupakan fonem yang berbeda sehingga dapat ditulis /l /--/ ŋ /
Fonem – Fonem nasal yang mencurigakan dalam bahasa Madura
1. Data :
[kampɔh]
[gempaŋ]
[bərəmpah]
[sampɛŋ]

[tɔmbhoʔ]
[ambu]
[kəlambhih]
[kɘmbhɘŋ]

Berdasarkan data diatas, dalam bahasa Madura bunyi nasal [m] yang muncul di tengah - tengah
kata lebih sering bertemu bunyi bilabial [b] dan [p] daripada bunyi plosive lainnya.

2. Data:
[nɛnas ][ŋakan] [matɛh ]
[landʊʔ]
[saŋa]
[cencen]
[aɛŋ]

[ɲjuju]
[ambu]
[ənəm]

[nɲɔr]

Berdasarkan data diatas, konsonan nasal dalam bahasa Madura bisa muncul di awal, tengah dan akhir
suku kata, namun khusus pada fonem [ɲ] pada akhir kata tidak ditemukan.