Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Wiild.) Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh
RESPONS PERTUMBUHANBERBAGAI UKURANDIAMETERBATANGSTEK BUGENVIL(BougainvilleaspectabilisWilld.)TERHADAP PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH
SKRIPSI Oleh :
LEO RICHI H PANJAITAN 080301039 / BDP - AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara
RESPONS PERTUMBUHANBERBAGAI UKURANDIAMETERBATANGSTEK BUGENVIL(BougainvilleaspectabilisWilld.)TERHADAP PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH
SKRIPSI Oleh :
LEO RICHI H PANJAITAN 080301039 / BDP - AGRONOMI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara
Judul Usulan Penilitian
Nama NIM Program studi
: Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Wiild.) Terhadap PemberianZat PengaturTumbuh
: Leo Richi H Panjaitan : 080301039 : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Jasmani Ginting, MP.) Ketua Komisi Pembimbing
(Ir. Haryati, MP.) Anggota Komisi Pembimbing
Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M. Agr.Sc, Phd.) Ketua Departemen / Program Studi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK LEO RICHI H PANJAITAN: Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis willd.) terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan HARYATI.
Perbanyakan tanaman melalui metode stek memiliki persentase keberhasilan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan dan zat pengatur tumbuh endogen pada bahan stek tersebut. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan zat pengatur tumbuh eksogen dan pemilihan ukuran bahan stek yang tepat. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari respons pertumbuhan berbagai ukuran diameter batang stek bugenvil terhadap pemberian zat pengatur tumbuh. Penelitian dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan Januari sampai April 2013. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan ukuran diameter batang stek yaitu diameter 6 mm, 12 mm, dan 18 mm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh yaitu aquades, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP, dan 800 ppm IBA + 800 ppm BAP. Parameter yang diamati adalah umur bertunas, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tunas dan bobot kering tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran berbagai diameter stek dan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap semua parameter, kecuali umur bertunas. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci: Diameter stek, zat pengatur tumbuh, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT LEO RICHI H PANJAITAN: Growth responses of size of diameter stem cutting (Bougainvillea spectabilis willd.) with application of the plant growth regulators, supervised by JASMANI and HARYATI.
Plant propagation by cutting method has successive percentage which is very influenced by the availability of carbohydrate source and endogen plant growth regulator in the stem cutting. A solution to solve this problem is giving the exsogen plant growth regulator and selection of the size of stem. Because of that, this research was conducted to study the growth of sizes of diameter stem cutting with application of the growth regulators. The research was conducted in screen house, from January until August 2013. The design of the research using Randomized Block Design of factorial with twelve combinations of treatment and three replications. The diameters of stem cutting treatment were 6 mm, 12 mm and 18 mm. The applications of the plant growth regulator treatment were aquadest, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP and 800 ppm IBA + 800 ppm BAP Parameters were: age of shooting, shoot height, shoot diameter, leaf number of sample, root fresh weight of sample, root dry weight of sample, shoot fresh weight of sample, and shoot dry weight of sample. The results showed that sizes of diameter stem cuttings and application of plant growth regulators had significant effects on all parameters, except for age of shooting. The interaction of both factors had not significant effect on all parameters.
Key words : size of diameter stem cutting, plant growth regulator, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP Leo Richi Hamonangan Panjaitan lahir di Asahan pada tanggal 06 Agustus 1990 anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari pasangan Bapak S.E.Panjaitan dan Ibu G.Siahaan. Pendidikan yang ditempuh adalah SD Negeri 3 Asahan lulus tahun 2002, SLTP N 1 Medan lulus tahun 2005, SMU Swasta Kristen Immanuel Medan lulus tahun 2008. Terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008 melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. London Sumatra, Tbk pada bulan Juni-Juli 2010 di Kecamatan Sei Bejangkar.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi ini berjudul “Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.) Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah mendukung secara materil dan moral untuk menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP selaku ketua dan Ibu Ir. Haryati, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran sampai penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ika Litha, Christian, Dewi, Efrida, Arnen, Hardianti, Fitri, Ilham, dan semua teman – teman MILITAN 2008 yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta adik – adik angkatan 2011. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACK .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................................ 1 Tujuan Penelitian .....................................................................................................5 Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 5 Hipotesis Penelitian................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman .......................................................................................................6 Syarat tumbuh ......................................................................................................... 7
Iklim................................................................................................................7 Tanah ..............................................................................................................8 Stek...........................................................................................................................9 Media Tanam .........................................................................................................12 Zat Pengatur Tumbuh.............................................................................................13
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................15 Bahan dan Alat ......................................................................................................15 Metode Penelitian ................................................................................................. 16
PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Sungkup...............................................................................................18 Persiapan Media Tanam........................................................................................ 18 Persiapan Bahan Stek.............................................................................................18 Persiapan ZPT ........................................................................................................19 Aplikasi ZPT ..........................................................................................................19 Penanaman ............................................................................................................ 19
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan ..........................................................................................................19 Penyiraman .................................................................................................. 19 Penyiangan................................................................................................... 20 Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................................... 20
Pengamatan Parameter ...........................................................................................20 Umur Bertunas (hari)................................................................................... 20 Panjang Tunas (mm).................................................................................... 20 Diameter Tunas (mm)...................................................................................20 Jumlah Daun (helai) .................................................................................... 21 Bobot Basah Akar per Sampel (g) ................................................................21 Bobot Kering Akar per Sampel (g)...............................................................21 Bobot Basah Tunas per Sampel (g) .............................................................21 Bobot Kering Tunas per Sampel (g) ............................................................21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ......................................................................................................................22 Pembahasan ...........................................................................................................40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...........................................................................................................45 Saran ......................................................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Umur bertunas (hari) dengan perlakuan diameter batang stek dan pemberian
zat pengatur tumbuh.......................................................................................... 22 2. Panjang tunas (cm) 14 MST dengan perlakuan diameter batang stek dan
pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 24 3. Diameter tunas (mm) 14 MST dengan perlakuan diameter batang stek dan
pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 28 4. Jumlah daun (helai) dengan perlakuan diameter batang stek dan pemberian
zat pengatur tumbuh ......................................................................................... 30 5. Bobot basah akar per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ................................................................ 32 6. Bobot kering akar per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ................................................................ 34 7. Bobot basah tunas per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ............................................................... 36 8. Bobot kering tunas per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ................................................................ 38
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Perkembangan panjang tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan
diameter batang stek ......................................................................................... 23
2. Perkembangan panjang tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 24
3. Hubungan antara panjang tunas dengan diameter batang stek ......................... 25
4. Hubungan antara panjang tunas dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh ...... 26
5. Perkembangan diameter tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan diameter batang stek ......................................................................................... 27
6. Perkembangan diameter tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 27
7. Hubungan antara diameter tunas dengan diameter batang stek ....................... 29
8. Hubungan antara diameter tunas dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .... 29
9. Hubungan antara jumlah daun dengan diameter batang stek ........................... 31
10. Hubungan antara jumlah daun dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh ........ 31
11. Hubungan antara bobot basah akar per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 33
12. Hubungan antara bobot basah akar per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 33
13. Hubungan antara bobot kering akar per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 35
14. Hubungan antara bobot kering akar per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 35
15. Hubungan antara bobot basah tunas per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 37
16. Hubungan antara bobot basah tunas per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 37
17. Hubungan antara bobot kering tunas per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 39
Universitas Sumatera Utara
18. Hubungan antara bobot basah tunas per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 39
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1. Perhitungan pembuatan larutan zpt .................................................................. 49 2. Bagan plot penelitian ....................................................................................... 50 3. Jadwal kegiatan penelitian ............................................................................... 51 4. Data pengamatan umur bertunas ...................................................................... 52 5. Data pengamatan umur bertunas yang ditransformasi dengan transformasi
akar (X+0.5)1/2 .................................................................................................. 52 6. Sidik ragam umur bertunas .............................................................................. 53 7. Data pengamatan panjang tunas 4 MST ........................................................... 54 8. Data pengamatan panjang tunas 4 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 54 9. Sidik ragam panjang tunas 4 MST ................................................................... 55 10. Data pengamatan panjang tunas 5 MST ........................................................... 56 11. Data pengamatan panjang tunas 5 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 56 12. Sidik ragam panjang tunas 5 MST ................................................................... 57 13. Data pengamatan panjang tunas 6 MST ........................................................... 58 14. Data pengamatan panjang tunas 6 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 58 15. Sidik ragam panjang tunas 6 MST ................................................................... 59 16. Data pengamatan panjang tunas 7 MST ........................................................... 60 17. Data pengamatan panjang tunas 7 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 60 18. Sidik ragam panjang tunas 7 MST ................................................................... 61 19. Data pengamatan panjang tunas 8 MST ............................................................ 62 20. Data pengamatan panjang tunas 8 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 62
Universitas Sumatera Utara
21. Sidik ragam panjang tunas 8 MST ................................................................... 63 22. Data pengamatan panjang tunas 9 MST ........................................................... 64 23. Data pengamatan panjang tunas 9 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................ 64 24. Sidik ragam panjang tunas 9 MST ................................................................... 65 25. Data pengamatan panjang tunas 10 MST ......................................................... 66 26. Data pengamatan panjang tunas 10 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 66 27. Sidik ragam panjang tunas 10 MST ................................................................. 67 28. Data pengamatan panjang tunas 11 MST ......................................................... 68 29. Data pengamatan panjang tunas 11 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 68 30. Sidik ragam panjang tunas 11 MST ................................................................. 69 31. Data pengamatan panjang tunas 12 MST ......................................................... 70 32. Data pengamatan panjang tunas 12 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 70 33. Sidik ragam panjang tunas 12 MST ................................................................. 71 34. Data pengamatan panjang tunas 13 MST ......................................................... 72 35. Data pengamatan panjang tunas 13 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 72 36. Sidik ragam panjang tunas 13 MST ................................................................. 73 37. Data pengamatan panjang tunas 14 MST ......................................................... 74 38. Data pengamatan panjang tunas 14 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 74 39. Sidik ragam panjang tunas 14 MST ................................................................. 75 40. Data pengamatan diameter tunas 4 MST ......................................................... 76
Universitas Sumatera Utara
41. Data pengamatan diameter tunas 4 MST yang ditransformasi dengan transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 76
42. Sidik ragam diameter tunas 4 MST .................................................................. 77 43. Data pengamatan diameter tunas 5 MST ......................................................... 78 44. Data pengamatan diameter tunas 5 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 78 45. Sidik ragam diameter tunas 5 MST .................................................................. 79 46. Data pengamatan diameter tunas 6 MST ......................................................... 80 47. Data pengamatan diameter tunas 6 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 80 48. Sidik ragam diameter tunas 6 MST .................................................................. 81 49. Data pengamatan diameter tunas 7 MST ......................................................... 82 50. Data pengamatan diameter tunas 7 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 82 51. Sidik ragam diameter tunas 7 MST .................................................................. 83 52. Data pengamatan diameter tunas 8 MST .......................................................... 84 53. Data pengamatan diameter tunas 8 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 84 54. Sidik ragam diameter tunas 8 MST .................................................................. 85 55. Data pengamatan diameter tunas 9 MST ......................................................... 86 56. Data pengamatan diameter tunas 9 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 86 57. Sidik ragam diameter tunas 9 MST .................................................................. 87 58. Data pengamatan diameter tunas 10 MST ....................................................... 88 59. Data pengamatan diameter tunas 10 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 88 60. Sidik ragam diameter tunas 10 MST ................................................................ 89 61. Data pengamatan diameter tunas 11 MST ....................................................... 90
Universitas Sumatera Utara
62. Data pengamatan diameter tunas 11 MST yang ditransformasi dengan transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 90
63. Sidik ragam diameter tunas 11 MST ................................................................ 91 64. Data pengamatan diameter tunas 12 MST ....................................................... 92 65. Data pengamatan diameter tunas 12 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 92 66. Sidik ragam diameter tunas 12 MST ................................................................ 93 67. Data pengamatan diameter tunas 13 MST ....................................................... 94 68. Data pengamatan diameter tunas 13 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 94 69. Sidik ragam diameter tunas 13 MST ................................................................ 95 70. Data pengamatan diameter tunas 14 MST ....................................................... 96 71. Data pengamatan diameter tunas 14 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 96 72. Sidik ragam diameter tunas 14 MST ................................................................ 97 73. Data pengamatan jumlah daun ......................................................................... 98 74. Data pengamatan jumlah daun yang ditransformasi dengan transformasi
akar (X+0.5)1/2 .................................................................................................. 98 75. Sidik ragam jumlah daun ................................................................................. 99 76. Data pengamatan bobot basah akar ................................................................ 100 77. Data pengamatan bobot basah akar yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ........................................................................... 100 78. Sidik ragam bobot basah akar ........................................................................ 101 79. Data pengamatan bobot kering akar ............................................................... 102 80. Data pengamatan bobot kering akar yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ........................................................................... 102 81. Sidik ragam bobot kering akar ....................................................................... 103 82. Data pengamatan bobot basah tunas .............................................................. 104
Universitas Sumatera Utara
83. Data pengamatan bobot basah tunas yang ditransformasi dengan transformasi akar (X+0.5)1/2 ........................................................................... 104
84. Sidik pengamatan ragam bobot basah tunas .................................................. 105 85. Data pengamatan bobot kering tunas ............................................................. 106 86. Data pengamatan bobot kering tunas yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .......................................................................... 106 87. Sidik ragam bobot kering tunas ...................................................................... 107 88. Rangkuman hasil penelitian ........................................................................... 108 89. Foto lahan penelitian ...................................................................................... 109
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK LEO RICHI H PANJAITAN: Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis willd.) terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan HARYATI.
Perbanyakan tanaman melalui metode stek memiliki persentase keberhasilan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan dan zat pengatur tumbuh endogen pada bahan stek tersebut. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan zat pengatur tumbuh eksogen dan pemilihan ukuran bahan stek yang tepat. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari respons pertumbuhan berbagai ukuran diameter batang stek bugenvil terhadap pemberian zat pengatur tumbuh. Penelitian dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan Januari sampai April 2013. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan ukuran diameter batang stek yaitu diameter 6 mm, 12 mm, dan 18 mm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh yaitu aquades, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP, dan 800 ppm IBA + 800 ppm BAP. Parameter yang diamati adalah umur bertunas, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tunas dan bobot kering tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran berbagai diameter stek dan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap semua parameter, kecuali umur bertunas. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci: Diameter stek, zat pengatur tumbuh, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT LEO RICHI H PANJAITAN: Growth responses of size of diameter stem cutting (Bougainvillea spectabilis willd.) with application of the plant growth regulators, supervised by JASMANI and HARYATI.
Plant propagation by cutting method has successive percentage which is very influenced by the availability of carbohydrate source and endogen plant growth regulator in the stem cutting. A solution to solve this problem is giving the exsogen plant growth regulator and selection of the size of stem. Because of that, this research was conducted to study the growth of sizes of diameter stem cutting with application of the growth regulators. The research was conducted in screen house, from January until August 2013. The design of the research using Randomized Block Design of factorial with twelve combinations of treatment and three replications. The diameters of stem cutting treatment were 6 mm, 12 mm and 18 mm. The applications of the plant growth regulator treatment were aquadest, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP and 800 ppm IBA + 800 ppm BAP Parameters were: age of shooting, shoot height, shoot diameter, leaf number of sample, root fresh weight of sample, root dry weight of sample, shoot fresh weight of sample, and shoot dry weight of sample. The results showed that sizes of diameter stem cuttings and application of plant growth regulators had significant effects on all parameters, except for age of shooting. The interaction of both factors had not significant effect on all parameters.
Key words : size of diameter stem cutting, plant growth regulator, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar belakang
Hortikultura merupakan salah - satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medical plants),tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pembudidayaannya memerlukan tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang tinggi. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan produsen, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah satu produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan agribisnis tanaman hias karena mempunyai wilayah yang luas, agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran (http://www.agrina-online.com, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Di beberapa tempat di Indonesia, di Eropa, Amerika, Asia pemeliharaan bunga – bunga menjadi pokok penghasilan bagi sebagian penduduk. Penjual bunga makin banyak dari tahun – tahun yang lampau. Dengan adanya pemeliharaan bunga secara besar – besaran seperti di eropa banyak didirikan toko – toko bunga. Selain toko – toko bunga, pabrik – pabrik gelas turut aktif bekerja untuk menyediakan jambangan – jambangan yang beraneka bentuknya guna keperluan menyimpan bunga – bunga. Tak boleh dilupakan disana – sini diadakan kursus – kursus mengarang bunga. Dalam menyusun bunga di rumah memang mendapat kemajuan. Perasaan indah semakin maju (Atjung, 1988).
Bugenvil berasal dari nama Louis Antoine de Bougainviilea, yaitu seorang pelaut berkebangsaan Perancis. Penemu tanaman ini adalah seorang ilmuwan yang bernama Philbert Comerson. Pada tahun 1769 – 1776 ilmuwan tersebut mengikuti pelayaran di samudra pasifik bersama dengan Louis Antoine de Bougainvillea. Untuk mengenang hal tersebut maka tanaman ini diberi nama Bougainvillea (Suryowinoto, 1997).
Bugenvil merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazilia yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman ini digunakan sebagai penghias taman rumah maupun taman kota karena keindahan dan keragaman warna bunga. Disamping itu bugenvil adalah salah satu tanaman yang digunakan pewarna cokelat alami pada kain batik. Untuk menghasilkan warna tersebut dengan merebus bunga sampai hasil rebusan mengeluarkan warna. (http://www.lib.uin-malang.ac.id, 2012).
Perbanyakan bugenvil bisa dilakukan dengan pencangkokan, stek batang, atau okulasi dari batangnya yang tidak terlalu muda atau terlalu tua. Perbanyakan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara okulasi bisa dilakukan dengan menggunakan okulasi beberapa batang yang masing – masing ditempeli dengan mata okulasi yang mempunyai bermacam – macam warna bunga. Dengan cara okulasi semacam ini, dalam satu tanaman bisa terlihat beberapa macam warna bunga (Suryowinoto, 1997).
Terlepas dari keelokan warna – warni bunga dan bayangan mitos yang menyelimutinya. Tanaman berduri yang dapat tumbuh di ketinggian 1 – 1400 meter diatas permukaan laut ini, dapat difungsikan sebagai obat hepatitis alami. Bagian yang digunakan untuk pengobatan hepatitis adalah batang yang sudah dikeringkan. Pengolahan sangat sederhana, cukup dengan cara direbus saja. Bagian kuntum bunga bugenvil juga berfungsi sebagai obat. Khasiatnya antara lain mengobati penyakit bisul, biang keringat, keputihan, nyeri haid, serta lancarkan haid yang tidak teratur. Sebagai obat, ramuan tanaman bugenvil ini tidak enak dilidah. Rasanya yang pahit, kelat dan hangat. Namun dalam ilmu pengobatan tradisional, perpaduan rasa pahit, kelat dan hangat tersebut mencirikan adanya khasiat obat, terutama berguna membantu memperlancar peredaran darah didalam tubuh (http://www.scribd.com, 2012).
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya (http://www.situshijau.co.id, 2010).
Bagian pangkal bawah stek, seharusnya diberikan perlakuan dengan hormon perangsang akar seperti IBA (α - indole butyric acid), NAA (α -
Universitas Sumatera Utara
naphthalene acetic acid) atau bubuk seradox. Hal ini telah diamati oleh peneliti seperti Shobra, Pearl, Thimma, Mary plamer, Dr. Rao pada varietas bugenvil yang dimana tanaman ini sulit untuk berakar (Grewal, 1998).
Secara alami tanaman menghasilkan hormon tumbuh sendiri, yaitu auksin. Namun kadang-kadang jumlahnya tidak mencukupi untuk membantu pembentukan akar. Oleh karena itu, perlu tambahan auksin dari luar untuk memacunya. Hormon auksin yang digunakan dapat berupa IBA, IAA, atau NAA. Hormon-hormon ini berbentuk kristal sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam larutan alkohol (http://www.lembahpinus.com, 2012).
Sitokinin adalah salah satu hormon tumbuhan yang terlibat langsung dalam pembelahan sel dan differensiasi. Contoh hormon sitokinin yang bersifat alami dan buatan adalah zeatin, kinetin dan BA (benzil adenin). Sitokinin berperan aktif dalam pembentukan tunas. (Hartman et al, 2002).
Menurut Arteca (2006), auksin adalah satu-satunya kelas hormon tumbuhan yang mempengaruhi pengakaran dan digunakan secara komersial untuk menstimulasi pengakaran adventif. Zong et al. (2008) menambahkan bahwa peran utama auksin pada perbanyakan tanaman adalah menstimulasi akar pada setek batang dan daun dan meningkatkan cabang akar.
Sitokinin dan auksin berhubungan erat dalam mengatur pembentukan organ tanaman khususnya pada stek dimana stek harus mampu membentuk akar dan tunas. Didalam penelitian stek daun Begonia dengan kondisi steril, sitokinin pada konsentrasi lebih tinggi dibanding auksin ternyata mampu membentuk tunas dan cukup mempengaruhi pembentukan akar. Jika konsentrasi auksin lebih tinggi dibanding sitokinin maka terjadi reaksi sebaliknya (Hartmann dan Kester,1983).
Universitas Sumatera Utara
Dengan memilih nisbah atau rasio yang tepat dan seimbang maka akan mendorong perkembangan kalus disertai pertumbuhan tunas dengan baik sehingga menghasilkan tumbuhan baru yang utuh (Salisbury dan Ross,1985).
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek (Bougainvillea spectabilis Wiild.)TerhadapPemberianZatPengaturTumbuh” Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil(BougainvilleaspectabilisWilld.) TerhadapPemberian Zat PengaturTumbuh. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di fakultas pertanian universitas sumatra utara, medan dan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan. Hipotesis Penelitian 1. Semakin besar diameter batang stek yang digunakan akan mampu meningkatkan keberhasilan
stek dan jumlahakar tanamanbugenvil(Bougainvillea spectabilisWilld.). 2. Pemberian zat pengatur tumbuh akan mampu meningkatkan pertumbuhan
akar dan tunas stek tanaman bugenvil(Bougainvillea spectabilisWilld.). 3. Interaksi berbagai ukuran diameter batang dan kombinasi konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh berpengaruh terhadap pertumbuhan stek bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.).
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1995), klasifikasi dari tanaman bugenvil adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Nyctaginaceae
Genus
: Bougainvillea
Spesies
: Bougainvillea spectabilis Willd.
Bugenvil termasuk tanaman perdu tegak, tinggi tanaman kira – kira 2 -4
meter. Sistem dari perakarannya adalah tunggang. Dengan akar – akar cabang
yang melebar ke semua arah dengan kedalaman 40 – 80 cm. Akar yang terletak
dekat ke permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar bakal tanaman baru
(Hasim, 1995).
Struktur batang merupakan pohon yang berkayu penampangnya bulat,
bercabang dan beranting banyak, sehingga bila tanaman ini dibiarkan tumbuh
alami dapat mencapai ketinggian 15 meter. Pada bagian batang, cabang ataupun
ranting terdapat duri – duri yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat
(Rukmana, 1995).
Daun – daun tumbuh rimbun secara tunggal, bentuknya mirip jantung hati
yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun ada yang pula
Universitas Sumatera Utara
belang – belang (varigata) antara hijau dengan putih atau hijau kekuning – kuningan (Rukmana,1995).
Bunganya majemuk campuran tersusun dalam malai anak payung yang bertangkai, terletak di ketiak daun, berjumlah 1 – 7 masing – masing anak payung terdiri dari tiga bunga atau menggerombol tiga – tiga. Anak payung terkumpul menjadi malai dengan ujungnya yang berdaun. Anak tangkai bunga pada setiap bunga melekat dengan tulang daun tengah dari daun pelindung yang besar (Suryowinoto, 1997).
Bugenvil memiliki buah buni yang masak hitam mengkilat, memiliki panjang satu sentimeter, berbiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki lekukan (Steenis, 1978) Syarat tumbuh Iklim
Tanaman Bugenvil dapat hidup dengan baik di tempat – tempat yang terbuka atau di tempat yang terlalu terlindungi oleh cahaya matahari, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1 – 1000 m diatas permukaan laut (Suryowinoto, 1997).
Curah hujan bagi pertumbuhan bunga bugenvil yang baik adalah 1500 – 3000 mm/tahun dan di daerah cukup sinar matahari tanaman ini akan cepat berbunga serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang dapat menyebabkan kekeringan pada tanaman. Tanaman ini mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan sekitarnya, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah tropis/panas (Rismunandar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan melalui pengaturan intensitas naungan. Ruangan untuk penyetekan diusahakan memiliki intensitas cahaya sekitar 5 – 12 %. Sungkup plastik umum digunakan untuk meningkatkan kelembaban sehingga meminimumkan perbedaan tekanan uap daun dan udara (Subiakto et al., 2005).
Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa, suhu udara yang tepat untuk merangsang pembentukan akar primordial untuk setiap jenis tanaman berbeda- beda. Kisaran suhu lingkungan yang baik untuk merangsang pembentukan akar adalah 21 - 27° C (70 – 80 °F). Pada umumnya suhu yang optimum digunakan adalah 29°C, sedangkan suhu media sekitar 24°C, karena pada kisaran suhu tersebut terjadi pembagian sel dalam daerah perakaran yang distimulir. Suhu rendah mampu membantu terbentuknya jaringan kalus dan suhu yang tinggi dapat membantu pertumbuhan akar. Tanah
Menurut Kramer dan Kozlowski (1960), lingkungan perakaran atau media tumbuh ideal adalah media yang dapat memberikan porositas yang cukup dengan kemampuan drainase yang baik, serta bebas dari hama penyakit, sedangkan pH yang baik adalah berkisar antara pH 7 (netral).
Menurut Prastowo et al., (2006), syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara). Media yang digunakan untuk penyetekan diusahakan lembut, beraerasi baik dan steril. Media yang baik tersebut antara lain vermikulite, perlite, gambut dan pasir. Selain itu, media yang berasal dari sabut kelapa dan sekam padi sangat cocok untuk pertumbuhan stek. Stek
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rochiman dan Haryadi (1973), penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar bagian – bagian tersebut membentuk akar.
Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah – buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan sifat – sifat lainnya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun dalam waktu relatif singkat (Wudianto, 1998)
Stek cabang atau stek kayu meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua. Pohon buah – buahan yang biasanya dapat distek cabang tuanya adalah kedondong, jambu air, jambu semarang, beberapa jenis jeruk (seperti rough lemon, japansche citroen), buah negeri, markisa, delima, ceremai, adpokat, dan anggur. Sedang tanaman hias yang dapat dikembangbiakkan dengan stek cabang biasanya memerlukan cabang yang setengah tua, misalnya bugenvil, melati, mawar, dan klerodendron. Walaupun demikian ada juga tanaman hias yang dapat diperbanyak dengan stek cabang yang telah tua, misalnya kembang sepatu (Wudianto, 1998).
Menurut Ashari (1995) proses pertumbuhan akar adventif terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) Diferensiasi sel yang diikuti dengan inisiasi akar (2) Diferensiasi sel-sel meristematis sampai terbentuk primordia akar dan (3) Munculnya akar akar baru.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi fisiologis tanaman yang mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960) a. Umur Bahan Stek
Menurut Hartman dan Kester (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek. b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinu merupakan penghambat anatomi pada jenis - jenis tanaman yang sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya akar adventif (Kramer dan Kozlowski, 1960). c. Adanya Tunas dan Daun pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Hartman dan Kester, 1983). d. Persediaan Bahan Makanan dan zat pengatur tumbuh
Menurut Mahlstede dan Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N
Universitas Sumatera Utara
ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
Stek batang pada umumnya sangat mudah dan sangat menguntungkan, karena batang mempunyai persedian bahan seperti karbohidrat dan nitrogen yang cukup dan terdapat mata tunas untuk pertumbuahan tajuk. Pertumbuhan akar akan diinisiasi oleh jaringan meristem yang aktif oleh adanya hormon seperti auksin. Pada kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai, stek batang lebih mudah membentuk bagian-bagian vegetatif yang lain dan tumbuh menjadi individu yang sempurna (Hartmann dan Kester, 1983)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaturan pertumbuhan ini dilakukan dengan cara pembentukan hormon-hormon yang sama, mempengaruhi sintesis hormon, perusakan translokasi atau dengan cara perubahan tempat pembentukan hormon (Wattimena, 1992). Media Tanam
Menurut Danielson (1991), tanaman bugenvil membutuhkan kondisi kering untuk pembungaan. Oleh karena itu, untuk mencapai kondisi tersebut dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan tumbuh bugenvil. Salah satu faktor lingkungan yang dapat dimanipulasi adalah media tanam bugenvil. Pasir merupakan salah satu campuran media tanam yang dapat menciptakan kondisi kering bagi tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Media tanam dapat berupa tanah saja atau campuran tanah dengan pasir, green leaf, atau arang sekam atau bentuk media lainnya. Menurut Harjadi (1989), apabila media tanam yang digunakan hanya terdiri dari media tanah saja, pada umumnya kurang memenuhi syarat media tanam yang baik. Media tanah saja dapat bersifat terlalu liat atau terlalu berpasir sehingga kurang memenuhi syarat pertumbuhan tanaman yang baik. Oleh karena itu, media tanah perlu dicampur dengan media lainnya.
Fungsi media tanam sebagai tempat tumbuh tanaman menunjukkan bahwa tanaman tersebut membentuk akarnya pada media tanam dengan baik, selain itu akar tanaman pun dapat tumbuh dengan sempurna karena didukung oleh aerase dan drainase media tanam yang terjamin. Sirkulasi dan ketersediaan udara yang memadai sangat dibutuhkan oleh sel – sel akar untuk bernafas. Kekurangan oksigen menyebabkan root dieback (kematian akar) . pembuangan kelebihan air (drainase) yang berjalan lancar akan mendukung akar – akar tanaman leluasa bernafas, member kesempatan yang besar bagi akar untuk menyerap zat – zat makanan untuk pertumbuhan tanaman dan menghindarkan akar dari serangan penyakit seperti penyakit busuk akar atau busuk batang (Agoes, 1994). Zat Pengatur Tumbuh
Hartmann and Kester (1983) meyatakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses fisiologis. Pengaturan pertumbuhan ini dilaku
SKRIPSI Oleh :
LEO RICHI H PANJAITAN 080301039 / BDP - AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara
RESPONS PERTUMBUHANBERBAGAI UKURANDIAMETERBATANGSTEK BUGENVIL(BougainvilleaspectabilisWilld.)TERHADAP PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH
SKRIPSI Oleh :
LEO RICHI H PANJAITAN 080301039 / BDP - AGRONOMI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara
Judul Usulan Penilitian
Nama NIM Program studi
: Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Wiild.) Terhadap PemberianZat PengaturTumbuh
: Leo Richi H Panjaitan : 080301039 : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Ir. Jasmani Ginting, MP.) Ketua Komisi Pembimbing
(Ir. Haryati, MP.) Anggota Komisi Pembimbing
Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M. Agr.Sc, Phd.) Ketua Departemen / Program Studi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK LEO RICHI H PANJAITAN: Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis willd.) terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan HARYATI.
Perbanyakan tanaman melalui metode stek memiliki persentase keberhasilan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan dan zat pengatur tumbuh endogen pada bahan stek tersebut. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan zat pengatur tumbuh eksogen dan pemilihan ukuran bahan stek yang tepat. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari respons pertumbuhan berbagai ukuran diameter batang stek bugenvil terhadap pemberian zat pengatur tumbuh. Penelitian dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan Januari sampai April 2013. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan ukuran diameter batang stek yaitu diameter 6 mm, 12 mm, dan 18 mm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh yaitu aquades, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP, dan 800 ppm IBA + 800 ppm BAP. Parameter yang diamati adalah umur bertunas, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tunas dan bobot kering tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran berbagai diameter stek dan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap semua parameter, kecuali umur bertunas. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci: Diameter stek, zat pengatur tumbuh, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT LEO RICHI H PANJAITAN: Growth responses of size of diameter stem cutting (Bougainvillea spectabilis willd.) with application of the plant growth regulators, supervised by JASMANI and HARYATI.
Plant propagation by cutting method has successive percentage which is very influenced by the availability of carbohydrate source and endogen plant growth regulator in the stem cutting. A solution to solve this problem is giving the exsogen plant growth regulator and selection of the size of stem. Because of that, this research was conducted to study the growth of sizes of diameter stem cutting with application of the growth regulators. The research was conducted in screen house, from January until August 2013. The design of the research using Randomized Block Design of factorial with twelve combinations of treatment and three replications. The diameters of stem cutting treatment were 6 mm, 12 mm and 18 mm. The applications of the plant growth regulator treatment were aquadest, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP and 800 ppm IBA + 800 ppm BAP Parameters were: age of shooting, shoot height, shoot diameter, leaf number of sample, root fresh weight of sample, root dry weight of sample, shoot fresh weight of sample, and shoot dry weight of sample. The results showed that sizes of diameter stem cuttings and application of plant growth regulators had significant effects on all parameters, except for age of shooting. The interaction of both factors had not significant effect on all parameters.
Key words : size of diameter stem cutting, plant growth regulator, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP Leo Richi Hamonangan Panjaitan lahir di Asahan pada tanggal 06 Agustus 1990 anak ketiga dari empat bersaudara, putra dari pasangan Bapak S.E.Panjaitan dan Ibu G.Siahaan. Pendidikan yang ditempuh adalah SD Negeri 3 Asahan lulus tahun 2002, SLTP N 1 Medan lulus tahun 2005, SMU Swasta Kristen Immanuel Medan lulus tahun 2008. Terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008 melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. London Sumatra, Tbk pada bulan Juni-Juli 2010 di Kecamatan Sei Bejangkar.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi ini berjudul “Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.) Terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah mendukung secara materil dan moral untuk menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP selaku ketua dan Ibu Ir. Haryati, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran sampai penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ika Litha, Christian, Dewi, Efrida, Arnen, Hardianti, Fitri, Ilham, dan semua teman – teman MILITAN 2008 yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta adik – adik angkatan 2011. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi bagi yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACK .......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................................ 1 Tujuan Penelitian .....................................................................................................5 Kegunaan Penelitian ............................................................................................... 5 Hipotesis Penelitian................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman .......................................................................................................6 Syarat tumbuh ......................................................................................................... 7
Iklim................................................................................................................7 Tanah ..............................................................................................................8 Stek...........................................................................................................................9 Media Tanam .........................................................................................................12 Zat Pengatur Tumbuh.............................................................................................13
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................15 Bahan dan Alat ......................................................................................................15 Metode Penelitian ................................................................................................. 16
PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Sungkup...............................................................................................18 Persiapan Media Tanam........................................................................................ 18 Persiapan Bahan Stek.............................................................................................18 Persiapan ZPT ........................................................................................................19 Aplikasi ZPT ..........................................................................................................19 Penanaman ............................................................................................................ 19
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan ..........................................................................................................19 Penyiraman .................................................................................................. 19 Penyiangan................................................................................................... 20 Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................................... 20
Pengamatan Parameter ...........................................................................................20 Umur Bertunas (hari)................................................................................... 20 Panjang Tunas (mm).................................................................................... 20 Diameter Tunas (mm)...................................................................................20 Jumlah Daun (helai) .................................................................................... 21 Bobot Basah Akar per Sampel (g) ................................................................21 Bobot Kering Akar per Sampel (g)...............................................................21 Bobot Basah Tunas per Sampel (g) .............................................................21 Bobot Kering Tunas per Sampel (g) ............................................................21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ......................................................................................................................22 Pembahasan ...........................................................................................................40 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...........................................................................................................45 Saran ......................................................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Umur bertunas (hari) dengan perlakuan diameter batang stek dan pemberian
zat pengatur tumbuh.......................................................................................... 22 2. Panjang tunas (cm) 14 MST dengan perlakuan diameter batang stek dan
pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 24 3. Diameter tunas (mm) 14 MST dengan perlakuan diameter batang stek dan
pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 28 4. Jumlah daun (helai) dengan perlakuan diameter batang stek dan pemberian
zat pengatur tumbuh ......................................................................................... 30 5. Bobot basah akar per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ................................................................ 32 6. Bobot kering akar per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ................................................................ 34 7. Bobot basah tunas per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ............................................................... 36 8. Bobot kering tunas per sampel (g) dengan perlakuan diameter batang stek
dan pemberian zat pengatur tumbuh ................................................................ 38
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Perkembangan panjang tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan
diameter batang stek ......................................................................................... 23
2. Perkembangan panjang tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 24
3. Hubungan antara panjang tunas dengan diameter batang stek ......................... 25
4. Hubungan antara panjang tunas dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh ...... 26
5. Perkembangan diameter tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan diameter batang stek ......................................................................................... 27
6. Perkembangan diameter tunas stek bugenvil pada beberapa perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh ....................................................................... 27
7. Hubungan antara diameter tunas dengan diameter batang stek ....................... 29
8. Hubungan antara diameter tunas dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .... 29
9. Hubungan antara jumlah daun dengan diameter batang stek ........................... 31
10. Hubungan antara jumlah daun dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh ........ 31
11. Hubungan antara bobot basah akar per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 33
12. Hubungan antara bobot basah akar per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 33
13. Hubungan antara bobot kering akar per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 35
14. Hubungan antara bobot kering akar per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 35
15. Hubungan antara bobot basah tunas per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 37
16. Hubungan antara bobot basah tunas per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 37
17. Hubungan antara bobot kering tunas per sampel dengan diameter batang stek ................................................................................................................... 39
Universitas Sumatera Utara
18. Hubungan antara bobot basah tunas per sampel dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh .............................................................................................. 39
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1. Perhitungan pembuatan larutan zpt .................................................................. 49 2. Bagan plot penelitian ....................................................................................... 50 3. Jadwal kegiatan penelitian ............................................................................... 51 4. Data pengamatan umur bertunas ...................................................................... 52 5. Data pengamatan umur bertunas yang ditransformasi dengan transformasi
akar (X+0.5)1/2 .................................................................................................. 52 6. Sidik ragam umur bertunas .............................................................................. 53 7. Data pengamatan panjang tunas 4 MST ........................................................... 54 8. Data pengamatan panjang tunas 4 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 54 9. Sidik ragam panjang tunas 4 MST ................................................................... 55 10. Data pengamatan panjang tunas 5 MST ........................................................... 56 11. Data pengamatan panjang tunas 5 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 56 12. Sidik ragam panjang tunas 5 MST ................................................................... 57 13. Data pengamatan panjang tunas 6 MST ........................................................... 58 14. Data pengamatan panjang tunas 6 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 58 15. Sidik ragam panjang tunas 6 MST ................................................................... 59 16. Data pengamatan panjang tunas 7 MST ........................................................... 60 17. Data pengamatan panjang tunas 7 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 60 18. Sidik ragam panjang tunas 7 MST ................................................................... 61 19. Data pengamatan panjang tunas 8 MST ............................................................ 62 20. Data pengamatan panjang tunas 8 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 62
Universitas Sumatera Utara
21. Sidik ragam panjang tunas 8 MST ................................................................... 63 22. Data pengamatan panjang tunas 9 MST ........................................................... 64 23. Data pengamatan panjang tunas 9 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................ 64 24. Sidik ragam panjang tunas 9 MST ................................................................... 65 25. Data pengamatan panjang tunas 10 MST ......................................................... 66 26. Data pengamatan panjang tunas 10 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 66 27. Sidik ragam panjang tunas 10 MST ................................................................. 67 28. Data pengamatan panjang tunas 11 MST ......................................................... 68 29. Data pengamatan panjang tunas 11 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 68 30. Sidik ragam panjang tunas 11 MST ................................................................. 69 31. Data pengamatan panjang tunas 12 MST ......................................................... 70 32. Data pengamatan panjang tunas 12 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 70 33. Sidik ragam panjang tunas 12 MST ................................................................. 71 34. Data pengamatan panjang tunas 13 MST ......................................................... 72 35. Data pengamatan panjang tunas 13 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 72 36. Sidik ragam panjang tunas 13 MST ................................................................. 73 37. Data pengamatan panjang tunas 14 MST ......................................................... 74 38. Data pengamatan panjang tunas 14 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 74 39. Sidik ragam panjang tunas 14 MST ................................................................. 75 40. Data pengamatan diameter tunas 4 MST ......................................................... 76
Universitas Sumatera Utara
41. Data pengamatan diameter tunas 4 MST yang ditransformasi dengan transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 76
42. Sidik ragam diameter tunas 4 MST .................................................................. 77 43. Data pengamatan diameter tunas 5 MST ......................................................... 78 44. Data pengamatan diameter tunas 5 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 78 45. Sidik ragam diameter tunas 5 MST .................................................................. 79 46. Data pengamatan diameter tunas 6 MST ......................................................... 80 47. Data pengamatan diameter tunas 6 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .............................................................................. 80 48. Sidik ragam diameter tunas 6 MST .................................................................. 81 49. Data pengamatan diameter tunas 7 MST ......................................................... 82 50. Data pengamatan diameter tunas 7 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 82 51. Sidik ragam diameter tunas 7 MST .................................................................. 83 52. Data pengamatan diameter tunas 8 MST .......................................................... 84 53. Data pengamatan diameter tunas 8 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 84 54. Sidik ragam diameter tunas 8 MST .................................................................. 85 55. Data pengamatan diameter tunas 9 MST ......................................................... 86 56. Data pengamatan diameter tunas 9 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 86 57. Sidik ragam diameter tunas 9 MST .................................................................. 87 58. Data pengamatan diameter tunas 10 MST ....................................................... 88 59. Data pengamatan diameter tunas 10 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 88 60. Sidik ragam diameter tunas 10 MST ................................................................ 89 61. Data pengamatan diameter tunas 11 MST ....................................................... 90
Universitas Sumatera Utara
62. Data pengamatan diameter tunas 11 MST yang ditransformasi dengan transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 90
63. Sidik ragam diameter tunas 11 MST ................................................................ 91 64. Data pengamatan diameter tunas 12 MST ....................................................... 92 65. Data pengamatan diameter tunas 12 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 92 66. Sidik ragam diameter tunas 12 MST ................................................................ 93 67. Data pengamatan diameter tunas 13 MST ....................................................... 94 68. Data pengamatan diameter tunas 13 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 94 69. Sidik ragam diameter tunas 13 MST ................................................................ 95 70. Data pengamatan diameter tunas 14 MST ....................................................... 96 71. Data pengamatan diameter tunas 14 MST yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ............................................................................. 96 72. Sidik ragam diameter tunas 14 MST ................................................................ 97 73. Data pengamatan jumlah daun ......................................................................... 98 74. Data pengamatan jumlah daun yang ditransformasi dengan transformasi
akar (X+0.5)1/2 .................................................................................................. 98 75. Sidik ragam jumlah daun ................................................................................. 99 76. Data pengamatan bobot basah akar ................................................................ 100 77. Data pengamatan bobot basah akar yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ........................................................................... 100 78. Sidik ragam bobot basah akar ........................................................................ 101 79. Data pengamatan bobot kering akar ............................................................... 102 80. Data pengamatan bobot kering akar yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 ........................................................................... 102 81. Sidik ragam bobot kering akar ....................................................................... 103 82. Data pengamatan bobot basah tunas .............................................................. 104
Universitas Sumatera Utara
83. Data pengamatan bobot basah tunas yang ditransformasi dengan transformasi akar (X+0.5)1/2 ........................................................................... 104
84. Sidik pengamatan ragam bobot basah tunas .................................................. 105 85. Data pengamatan bobot kering tunas ............................................................. 106 86. Data pengamatan bobot kering tunas yang ditransformasi dengan
transformasi akar (X+0.5)1/2 .......................................................................... 106 87. Sidik ragam bobot kering tunas ...................................................................... 107 88. Rangkuman hasil penelitian ........................................................................... 108 89. Foto lahan penelitian ...................................................................................... 109
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK LEO RICHI H PANJAITAN: Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil (Bougainvillea spectabilis willd.) terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan HARYATI.
Perbanyakan tanaman melalui metode stek memiliki persentase keberhasilan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan makanan dan zat pengatur tumbuh endogen pada bahan stek tersebut. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan zat pengatur tumbuh eksogen dan pemilihan ukuran bahan stek yang tepat. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari respons pertumbuhan berbagai ukuran diameter batang stek bugenvil terhadap pemberian zat pengatur tumbuh. Penelitian dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dari bulan Januari sampai April 2013. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 12 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan ukuran diameter batang stek yaitu diameter 6 mm, 12 mm, dan 18 mm. Perlakuan pemberian zat pengatur tumbuh yaitu aquades, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP, dan 800 ppm IBA + 800 ppm BAP. Parameter yang diamati adalah umur bertunas, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tunas dan bobot kering tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran berbagai diameter stek dan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap semua parameter, kecuali umur bertunas. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci: Diameter stek, zat pengatur tumbuh, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT LEO RICHI H PANJAITAN: Growth responses of size of diameter stem cutting (Bougainvillea spectabilis willd.) with application of the plant growth regulators, supervised by JASMANI and HARYATI.
Plant propagation by cutting method has successive percentage which is very influenced by the availability of carbohydrate source and endogen plant growth regulator in the stem cutting. A solution to solve this problem is giving the exsogen plant growth regulator and selection of the size of stem. Because of that, this research was conducted to study the growth of sizes of diameter stem cutting with application of the growth regulators. The research was conducted in screen house, from January until August 2013. The design of the research using Randomized Block Design of factorial with twelve combinations of treatment and three replications. The diameters of stem cutting treatment were 6 mm, 12 mm and 18 mm. The applications of the plant growth regulator treatment were aquadest, 400 ppm IBA + 400 ppm BAP, 600 ppm IBA + 600 ppm BAP and 800 ppm IBA + 800 ppm BAP Parameters were: age of shooting, shoot height, shoot diameter, leaf number of sample, root fresh weight of sample, root dry weight of sample, shoot fresh weight of sample, and shoot dry weight of sample. The results showed that sizes of diameter stem cuttings and application of plant growth regulators had significant effects on all parameters, except for age of shooting. The interaction of both factors had not significant effect on all parameters.
Key words : size of diameter stem cutting, plant growth regulator, bugenvil
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar belakang
Hortikultura merupakan salah - satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman berkhasiat obat (medical plants),tanaman hias (ornamental plants) termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai sayuran, tanaman obat atau tanaman hias. Secara umum, komoditas hortikultura memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pembudidayaannya memerlukan tenaga kerja intensif dengan keterampilan yang tinggi. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan produsen, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Salah satu produk hortikultura yang memberikan kontribusi dalam PDB nasional adalah tanaman hias. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan agribisnis tanaman hias karena mempunyai wilayah yang luas, agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias. Produk tanaman hias dapat berupa bunga ataupun daun. Tanaman hias (florikultur) merupakan komoditas yang sangat khas, dimana para pengusahanya dituntut untuk lebih memberikan perhatian khusus dalam pengusahaannya yang didasarkan atas keterampilan seni, keterampilan dalam hal penguasaan teknologi, budidaya dan kemampuan dalam memperdagangkan hasil produksi atau pemasaran (http://www.agrina-online.com, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Di beberapa tempat di Indonesia, di Eropa, Amerika, Asia pemeliharaan bunga – bunga menjadi pokok penghasilan bagi sebagian penduduk. Penjual bunga makin banyak dari tahun – tahun yang lampau. Dengan adanya pemeliharaan bunga secara besar – besaran seperti di eropa banyak didirikan toko – toko bunga. Selain toko – toko bunga, pabrik – pabrik gelas turut aktif bekerja untuk menyediakan jambangan – jambangan yang beraneka bentuknya guna keperluan menyimpan bunga – bunga. Tak boleh dilupakan disana – sini diadakan kursus – kursus mengarang bunga. Dalam menyusun bunga di rumah memang mendapat kemajuan. Perasaan indah semakin maju (Atjung, 1988).
Bugenvil berasal dari nama Louis Antoine de Bougainviilea, yaitu seorang pelaut berkebangsaan Perancis. Penemu tanaman ini adalah seorang ilmuwan yang bernama Philbert Comerson. Pada tahun 1769 – 1776 ilmuwan tersebut mengikuti pelayaran di samudra pasifik bersama dengan Louis Antoine de Bougainvillea. Untuk mengenang hal tersebut maka tanaman ini diberi nama Bougainvillea (Suryowinoto, 1997).
Bugenvil merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazilia yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Tanaman ini digunakan sebagai penghias taman rumah maupun taman kota karena keindahan dan keragaman warna bunga. Disamping itu bugenvil adalah salah satu tanaman yang digunakan pewarna cokelat alami pada kain batik. Untuk menghasilkan warna tersebut dengan merebus bunga sampai hasil rebusan mengeluarkan warna. (http://www.lib.uin-malang.ac.id, 2012).
Perbanyakan bugenvil bisa dilakukan dengan pencangkokan, stek batang, atau okulasi dari batangnya yang tidak terlalu muda atau terlalu tua. Perbanyakan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara okulasi bisa dilakukan dengan menggunakan okulasi beberapa batang yang masing – masing ditempeli dengan mata okulasi yang mempunyai bermacam – macam warna bunga. Dengan cara okulasi semacam ini, dalam satu tanaman bisa terlihat beberapa macam warna bunga (Suryowinoto, 1997).
Terlepas dari keelokan warna – warni bunga dan bayangan mitos yang menyelimutinya. Tanaman berduri yang dapat tumbuh di ketinggian 1 – 1400 meter diatas permukaan laut ini, dapat difungsikan sebagai obat hepatitis alami. Bagian yang digunakan untuk pengobatan hepatitis adalah batang yang sudah dikeringkan. Pengolahan sangat sederhana, cukup dengan cara direbus saja. Bagian kuntum bunga bugenvil juga berfungsi sebagai obat. Khasiatnya antara lain mengobati penyakit bisul, biang keringat, keputihan, nyeri haid, serta lancarkan haid yang tidak teratur. Sebagai obat, ramuan tanaman bugenvil ini tidak enak dilidah. Rasanya yang pahit, kelat dan hangat. Namun dalam ilmu pengobatan tradisional, perpaduan rasa pahit, kelat dan hangat tersebut mencirikan adanya khasiat obat, terutama berguna membantu memperlancar peredaran darah didalam tubuh (http://www.scribd.com, 2012).
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya (http://www.situshijau.co.id, 2010).
Bagian pangkal bawah stek, seharusnya diberikan perlakuan dengan hormon perangsang akar seperti IBA (α - indole butyric acid), NAA (α -
Universitas Sumatera Utara
naphthalene acetic acid) atau bubuk seradox. Hal ini telah diamati oleh peneliti seperti Shobra, Pearl, Thimma, Mary plamer, Dr. Rao pada varietas bugenvil yang dimana tanaman ini sulit untuk berakar (Grewal, 1998).
Secara alami tanaman menghasilkan hormon tumbuh sendiri, yaitu auksin. Namun kadang-kadang jumlahnya tidak mencukupi untuk membantu pembentukan akar. Oleh karena itu, perlu tambahan auksin dari luar untuk memacunya. Hormon auksin yang digunakan dapat berupa IBA, IAA, atau NAA. Hormon-hormon ini berbentuk kristal sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam larutan alkohol (http://www.lembahpinus.com, 2012).
Sitokinin adalah salah satu hormon tumbuhan yang terlibat langsung dalam pembelahan sel dan differensiasi. Contoh hormon sitokinin yang bersifat alami dan buatan adalah zeatin, kinetin dan BA (benzil adenin). Sitokinin berperan aktif dalam pembentukan tunas. (Hartman et al, 2002).
Menurut Arteca (2006), auksin adalah satu-satunya kelas hormon tumbuhan yang mempengaruhi pengakaran dan digunakan secara komersial untuk menstimulasi pengakaran adventif. Zong et al. (2008) menambahkan bahwa peran utama auksin pada perbanyakan tanaman adalah menstimulasi akar pada setek batang dan daun dan meningkatkan cabang akar.
Sitokinin dan auksin berhubungan erat dalam mengatur pembentukan organ tanaman khususnya pada stek dimana stek harus mampu membentuk akar dan tunas. Didalam penelitian stek daun Begonia dengan kondisi steril, sitokinin pada konsentrasi lebih tinggi dibanding auksin ternyata mampu membentuk tunas dan cukup mempengaruhi pembentukan akar. Jika konsentrasi auksin lebih tinggi dibanding sitokinin maka terjadi reaksi sebaliknya (Hartmann dan Kester,1983).
Universitas Sumatera Utara
Dengan memilih nisbah atau rasio yang tepat dan seimbang maka akan mendorong perkembangan kalus disertai pertumbuhan tunas dengan baik sehingga menghasilkan tumbuhan baru yang utuh (Salisbury dan Ross,1985).
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek (Bougainvillea spectabilis Wiild.)TerhadapPemberianZatPengaturTumbuh” Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Respons Pertumbuhan Berbagai Ukuran Diameter Batang Stek Bugenvil(BougainvilleaspectabilisWilld.) TerhadapPemberian Zat PengaturTumbuh. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di fakultas pertanian universitas sumatra utara, medan dan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan. Hipotesis Penelitian 1. Semakin besar diameter batang stek yang digunakan akan mampu meningkatkan keberhasilan
stek dan jumlahakar tanamanbugenvil(Bougainvillea spectabilisWilld.). 2. Pemberian zat pengatur tumbuh akan mampu meningkatkan pertumbuhan
akar dan tunas stek tanaman bugenvil(Bougainvillea spectabilisWilld.). 3. Interaksi berbagai ukuran diameter batang dan kombinasi konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh berpengaruh terhadap pertumbuhan stek bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.).
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1995), klasifikasi dari tanaman bugenvil adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Caryophyllales
Famili
: Nyctaginaceae
Genus
: Bougainvillea
Spesies
: Bougainvillea spectabilis Willd.
Bugenvil termasuk tanaman perdu tegak, tinggi tanaman kira – kira 2 -4
meter. Sistem dari perakarannya adalah tunggang. Dengan akar – akar cabang
yang melebar ke semua arah dengan kedalaman 40 – 80 cm. Akar yang terletak
dekat ke permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar bakal tanaman baru
(Hasim, 1995).
Struktur batang merupakan pohon yang berkayu penampangnya bulat,
bercabang dan beranting banyak, sehingga bila tanaman ini dibiarkan tumbuh
alami dapat mencapai ketinggian 15 meter. Pada bagian batang, cabang ataupun
ranting terdapat duri – duri yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat
(Rukmana, 1995).
Daun – daun tumbuh rimbun secara tunggal, bentuknya mirip jantung hati
yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun ada yang pula
Universitas Sumatera Utara
belang – belang (varigata) antara hijau dengan putih atau hijau kekuning – kuningan (Rukmana,1995).
Bunganya majemuk campuran tersusun dalam malai anak payung yang bertangkai, terletak di ketiak daun, berjumlah 1 – 7 masing – masing anak payung terdiri dari tiga bunga atau menggerombol tiga – tiga. Anak payung terkumpul menjadi malai dengan ujungnya yang berdaun. Anak tangkai bunga pada setiap bunga melekat dengan tulang daun tengah dari daun pelindung yang besar (Suryowinoto, 1997).
Bugenvil memiliki buah buni yang masak hitam mengkilat, memiliki panjang satu sentimeter, berbiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki lekukan (Steenis, 1978) Syarat tumbuh Iklim
Tanaman Bugenvil dapat hidup dengan baik di tempat – tempat yang terbuka atau di tempat yang terlalu terlindungi oleh cahaya matahari, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni pada ketinggian 1 – 1000 m diatas permukaan laut (Suryowinoto, 1997).
Curah hujan bagi pertumbuhan bunga bugenvil yang baik adalah 1500 – 3000 mm/tahun dan di daerah cukup sinar matahari tanaman ini akan cepat berbunga serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore, yang dapat menyebabkan kekeringan pada tanaman. Tanaman ini mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan sekitarnya, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis maupun di daerah tropis/panas (Rismunandar, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan intensitas cahaya dapat dilakukan melalui pengaturan intensitas naungan. Ruangan untuk penyetekan diusahakan memiliki intensitas cahaya sekitar 5 – 12 %. Sungkup plastik umum digunakan untuk meningkatkan kelembaban sehingga meminimumkan perbedaan tekanan uap daun dan udara (Subiakto et al., 2005).
Kramer dan Kozlowski (1960) menyatakan bahwa, suhu udara yang tepat untuk merangsang pembentukan akar primordial untuk setiap jenis tanaman berbeda- beda. Kisaran suhu lingkungan yang baik untuk merangsang pembentukan akar adalah 21 - 27° C (70 – 80 °F). Pada umumnya suhu yang optimum digunakan adalah 29°C, sedangkan suhu media sekitar 24°C, karena pada kisaran suhu tersebut terjadi pembagian sel dalam daerah perakaran yang distimulir. Suhu rendah mampu membantu terbentuknya jaringan kalus dan suhu yang tinggi dapat membantu pertumbuhan akar. Tanah
Menurut Kramer dan Kozlowski (1960), lingkungan perakaran atau media tumbuh ideal adalah media yang dapat memberikan porositas yang cukup dengan kemampuan drainase yang baik, serta bebas dari hama penyakit, sedangkan pH yang baik adalah berkisar antara pH 7 (netral).
Menurut Prastowo et al., (2006), syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara). Media yang digunakan untuk penyetekan diusahakan lembut, beraerasi baik dan steril. Media yang baik tersebut antara lain vermikulite, perlite, gambut dan pasir. Selain itu, media yang berasal dari sabut kelapa dan sekam padi sangat cocok untuk pertumbuhan stek. Stek
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rochiman dan Haryadi (1973), penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar bagian – bagian tersebut membentuk akar.
Cara stek banyak dipilih orang, apalagi bagi pengebun buah – buahan dan tanaman hias. Alasannya, karena bahan untuk membuat stek ini hanya sedikit, tetapi dapat diperoleh jumlah bibit tanaman dalam jumlah banyak. Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit, dan sifat – sifat lainnya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun dalam waktu relatif singkat (Wudianto, 1998)
Stek cabang atau stek kayu meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua. Pohon buah – buahan yang biasanya dapat distek cabang tuanya adalah kedondong, jambu air, jambu semarang, beberapa jenis jeruk (seperti rough lemon, japansche citroen), buah negeri, markisa, delima, ceremai, adpokat, dan anggur. Sedang tanaman hias yang dapat dikembangbiakkan dengan stek cabang biasanya memerlukan cabang yang setengah tua, misalnya bugenvil, melati, mawar, dan klerodendron. Walaupun demikian ada juga tanaman hias yang dapat diperbanyak dengan stek cabang yang telah tua, misalnya kembang sepatu (Wudianto, 1998).
Menurut Ashari (1995) proses pertumbuhan akar adventif terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) Diferensiasi sel yang diikuti dengan inisiasi akar (2) Diferensiasi sel-sel meristematis sampai terbentuk primordia akar dan (3) Munculnya akar akar baru.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi fisiologis tanaman yang mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960) a. Umur Bahan Stek
Menurut Hartman dan Kester (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek. b. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin sklerenkim yang kontinu merupakan penghambat anatomi pada jenis - jenis tanaman yang sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya akar adventif (Kramer dan Kozlowski, 1960). c. Adanya Tunas dan Daun pada Stek
Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Hartman dan Kester, 1983). d. Persediaan Bahan Makanan dan zat pengatur tumbuh
Menurut Mahlstede dan Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N
Universitas Sumatera Utara
ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.
Stek batang pada umumnya sangat mudah dan sangat menguntungkan, karena batang mempunyai persedian bahan seperti karbohidrat dan nitrogen yang cukup dan terdapat mata tunas untuk pertumbuahan tajuk. Pertumbuhan akar akan diinisiasi oleh jaringan meristem yang aktif oleh adanya hormon seperti auksin. Pada kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai, stek batang lebih mudah membentuk bagian-bagian vegetatif yang lain dan tumbuh menjadi individu yang sempurna (Hartmann dan Kester, 1983)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaturan pertumbuhan ini dilakukan dengan cara pembentukan hormon-hormon yang sama, mempengaruhi sintesis hormon, perusakan translokasi atau dengan cara perubahan tempat pembentukan hormon (Wattimena, 1992). Media Tanam
Menurut Danielson (1991), tanaman bugenvil membutuhkan kondisi kering untuk pembungaan. Oleh karena itu, untuk mencapai kondisi tersebut dapat dilakukan dengan memanipulasi lingkungan tumbuh bugenvil. Salah satu faktor lingkungan yang dapat dimanipulasi adalah media tanam bugenvil. Pasir merupakan salah satu campuran media tanam yang dapat menciptakan kondisi kering bagi tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Media tanam dapat berupa tanah saja atau campuran tanah dengan pasir, green leaf, atau arang sekam atau bentuk media lainnya. Menurut Harjadi (1989), apabila media tanam yang digunakan hanya terdiri dari media tanah saja, pada umumnya kurang memenuhi syarat media tanam yang baik. Media tanah saja dapat bersifat terlalu liat atau terlalu berpasir sehingga kurang memenuhi syarat pertumbuhan tanaman yang baik. Oleh karena itu, media tanah perlu dicampur dengan media lainnya.
Fungsi media tanam sebagai tempat tumbuh tanaman menunjukkan bahwa tanaman tersebut membentuk akarnya pada media tanam dengan baik, selain itu akar tanaman pun dapat tumbuh dengan sempurna karena didukung oleh aerase dan drainase media tanam yang terjamin. Sirkulasi dan ketersediaan udara yang memadai sangat dibutuhkan oleh sel – sel akar untuk bernafas. Kekurangan oksigen menyebabkan root dieback (kematian akar) . pembuangan kelebihan air (drainase) yang berjalan lancar akan mendukung akar – akar tanaman leluasa bernafas, member kesempatan yang besar bagi akar untuk menyerap zat – zat makanan untuk pertumbuhan tanaman dan menghindarkan akar dari serangan penyakit seperti penyakit busuk akar atau busuk batang (Agoes, 1994). Zat Pengatur Tumbuh
Hartmann and Kester (1983) meyatakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses fisiologis. Pengaturan pertumbuhan ini dilaku