Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak terhadap Flu Burung (Avian Influenza) (Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

(1)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI KHAIRUL HANAFIAH

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

RINGKASAN

KHAIRUL HANAFIAH. D34102040. Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza) (Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA. Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla, ENSD, MSi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, 2) karakteristik anggota kelompok, dan 3) hubungan antara faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi terhadap flu burung.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor, dari bulan April sampai Mei 2006. Desain penelitian menggunakan metode penelitian survei. Penarikan sampel menggunakan metode

Proportionate Random Sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Hasil Analisis berdasarkan rataan skor dan uji korelasi rankSpearman disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap flu burung adalah masih memerlukan informasi flu burung lebih lengkap, ragu-ragu untuk memelihara dan mengkonsumsi unggas dan melaksanakan manajemen kesehatan ternak dengan lebih baik, dan terus mencari informasi. Terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara tanggungan keluarga dengan aspek afektif, antara pendapatan usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan afektif. Sementara untuk faktor eksternal, ketersediaan sumber informasi flu burung berhubungan nyata negatif (α 0,05) dengan aspek afektif dan frekuensi berkomunikasi berhubungan sangat nyata (α 0,01) dengan aspek kognitif.


(3)

ABSTRACT

The Perception of Farmers Group member to Bird Flu (Avian influenza) (Case in Pandan Wangi Farmers Group, Karehkel Village, Leuwiliang-Bogor)

Hanafiah, K., R. W. E, Lumintang., L, Cyrilla. ENSD

The aims of this research was to know : 1) groups member perception of bird flu, 2) characteristic of groups members, 3) correlation between internal and external factors of groups member with perception, attitude and action of bird flu.

This research was carried out in Bogor residence, especially at Karehkel village, Leuwiliang and surrounded, from April until Mei 2006. This research was designed as a survey research. Sample in this research was taken with proportionate random sampling method. The data that collected was primary and secondary data. The data were analyzed as the descriptive analysis, scoring average and rank Spearman correlation.

The results of this research showed that the perception of Pandan Wangi groups member to bird flu, is still needin more complete Avian influenza information, doubtful to grow and consume birds, and doing better health breeding management and keep on looking for information. There is significant correlation (α 0,05) between family responsibility with affective aspect, income with cognitive and affective aspect. For external factors, bird flu information source readiness has negative significant correlation (α 0,05) with affective aspect and communicating frequency has high significant correlation (α 0,01) with cognitive aspect.


(4)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

KHAIRUL HANAFIAH D34102040

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(5)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

Oleh

KHAIRUL HANAFIAH D34102040

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Januari 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA Ir. Lucia Cyrilla, ENSD. MSi

NIP. 130 367 101 NIP. 131 760 916

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur. Sc NIP. 131 624 188


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Endang Ruchyat dan Ibu Ning Sri.

Penulis memasuki pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1989 di TK Ratresia Pondok Cina, Depok dan lulus tahun 1990. Tahun 1990 penulis memasuki pendidikan dasar di SDN Pondok Cina III, Depok dan lulus tahun 1996. Tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 242 Jakarta dan lulus tahun 1999. Pendidikan menengah atas, penulis jalani di SMU SULUH Jakarta pada tahun 1999 sampai tahun 2002. Setelah lulus SMU tahun 2002, penulis diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu HIMASEIP. Penulis menjadi anggota HIMASEIP pada tahun 2005 dan berada di bawah Departemen Kesekretariatan. Tahun 2006 penulis pernah menjadi mahasiswa berprestasi dibidang seni melalui kegiatan ALSA ENGLISH COMPETITION 2006 Fakultas Hukum UI dan memperoleh juara kedua.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabillalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza)”. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada bulan April – Mei 2006.

Anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, sangat memerlukan perhatian dalam informasi flu burung. Berdasarkan hal tersebut, maka informasi yang mereka dapatkan akan berguna sebagai penghubung diantara masyarakat. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi anggota terhadap flu burung, mengetahui karakteristik anggota dan mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi, sikap dan tindakan terhadap flu burung.

Semua kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Saran, kritik dan masukan sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amien.

Bogor, Januari 2007


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Definisi Persepsi ... 6

Prinsip Umum Persepsi ... 6

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 7

Proses Persepsi ... 8

Sikap ... 9

Flu Burung ... 10

METODE PENELITIAN ... 14

Lokasi Penelitian ... 14

Populasi dan Sampel ... 14

Desain Penelitian ... 15

Data dan Instrumentasi ... 15

Pengumpulan Data ... 16

Analisis Data ... 16

Definisi Istilah ... 17

GAMBARAN UMUM LOKASI ... 18


(9)

Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi ... 21

Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok ... 22

Persepsi terhadap Flu Burung ... 29

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

UCAPAN TERIMAKASIH ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Sampel Penelitian... 15

2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel... 18

3. Sebaran Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan... 20

4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel... 20

5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok... 23

6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok... 26

7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan Anggota Kelompok... 28

8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok... 28

9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 29

10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 30

11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras sebelum Terjadi Flu Burung... 31

12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras setelah Terjadi Flu Burung... 32

13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 33

14. Korelasi Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Informasi Flu Burung... 34


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran... 5

2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon... 9

3. Keadaan Wilayah Desa Karehkel... 19

4. Susunan Pengurus Kelompok... 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Frekuensi Faktor Internal Anggota Kelompok... 43 2. Kuesioner Penelitian... 45


(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya membutuhkan manusia lain yang ada di sekitarnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lain membuat timbulnya saling ketergantungan dengan manusia lain dalam suatu lingkaran tertentu. Alasan ini yang membuat manusia membentuk kelompok sosial (social group) dalam kehidupannya. Kelompok merupakan kumpulan individu yang saling berinteraksi, saling ketergantungan dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan tertentu (Sarwono, 1999).

Terbentuknya suatu kelompok dalam bidang pertanian sangat membantu para petani untuk memudahkan mencari berbagai informasi penting yang berhubungan dengan keperluannya. Salah satunya adalah kelompok tani-ternak yang memiliki sekumpulan petani – peternak atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan, keserasian, jenis usaha dan tujuan yang telah ditetapkan bersama (Deptan, 1997). Adanya informasi peternakan, tentang wabah yang menyerang jutaan unggas dan dapat menyebabkan kematian hingga ke manusia, menyebabkan masyarakat mengalami ketakutan akan hal ini. Wabah ini dikenal dengan nama Avian influenza

atau flu burung dengan virus subtipe H5N1 (Soejoedono dan Handaryani, 2005). Penyebaran informasi ini tentunya tak lepas dari adanya media massa, baik melalui media elektronik atau media cetak untuk mempublikasikannya. Karena seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan adanya kebebasan pers dalam pemberitaan, media hadir dalam berbagai jenis dan bentuk (surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio, internet, brosur, seminar, dan lain-lain) untuk menyampaikan beragam informasi di segala bidang (politik, sosial budaya dan ekonomi). Khususnya media elektronik televisi yang dapat memperlihatkan atau menyuguhkan realita yang ada (Jahi, 1993). Hal tersebut dapat mengubah persepsi khalayak mengenai yang terjadi baru-baru ini pada ternak unggas. Masyarakat yang berpendidikan rendah dengan melihat pemusnahan jutaan ekor ayam yang ditayangkan di televisi berkaitan dengan upaya pemberantasan penyakit flu burung, tentunya akan berpikir bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, banyak masyarakat untuk mengurangi mengkonsumsi produk pangan asal unggas tersebut.


(14)

Melihat kondisi yang seperti ini, maka anggota kelompok tani-ternak khususnya anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi sebagai pengguna media komunikasi serta penghubung masyarakat dituntut untuk mengerti, memahami dan peka terhadap masalah tersebut.

Perumusan Masalah

Adanya informasi yang beredar mengenai flu burung akhir-akhir ini, perlu diketahui bagaimana persepsi anggota kelompok tani-ternak, khususnya anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi. Hal itu dilakukan, karena latar belakang pekerjaannya kebanyakan bertani dan beternak, sehingga persepsi yang diberikan berkaitan dengan karakteristik sebagai petani peternak atau dengan informasi yang didapatkannya.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka masalah-masalah yang perlu diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap flu burung berdasarkan informasi yang diperoleh ?

2. Bagaimanakah karakteristik anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi ? 3. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik anggota kelompok dan faktor

eksternalnya dengan persepsi anggota kelompok Pandan Wangi terhadap flu burung ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui persepsi anggota kelompok tani-ternak terhadap flu burung berdasarkan informasi yang diperoleh.

2. Mengetahui karakteristik-karakteristik pembentuk persepsi anggota kelompok terhadap flu burung.

3. Mempelajari hubungan-hubungan yang terdapat antara faktor internal dan faktor eksternal anggota kelompok dengan persepsi terhadap flu burung.


(15)

Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah :

1. Bagi kelompok tani-ternak sebagai pengetahuan untuk mengetahui seberapa besar peranannya dalam memberikan informasi pertanian dan peternakan kepada masyarakat sekitar.

2. Bagi pemerintah merupakan sebagai untuk mengetahui seberapa besar peranannya terhadap penyampaian informasi peternakan kepada khalayak khususnya peternak.

3. Bagi peneliti dan peneliti lainnya merupakan latihan untuk mengasah kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan, dan menganalisis data serta berfikir secara ilmiah mengenai informasi yang diberikan media-media dalam penyampaian informasi peternakan.


(16)

KERANGKA PEMIKIRAN

Subsektor yang berkaitan dengan perekonomian rakyat adalah subsektor peternakan, karena sebagian besar diusahakan oleh rakyat, misalnya perunggasan atau peternakan unggas. Pembangunan subsektor peternakan bidang unggas, memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian dan mempunyai peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Usahaternak unggas posisinya semakin lemah dan terancam dalam kenyataannya, karena adanya wabah flu burung yang banyak menyerang unggas dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini menyebabkan kematian pada unggas yang menimbulkan kerugian besar bagi peternak unggas bahkan sampai menyerang manusia.

Pengaruh flu burung terhadap khalayak, khususnya anggota kelompok yang berperan dalam bidang pertanian dan peternakan perlu diketahui terlebih dahulu dengan mempelajari persepsi masing-masing individu. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya, yaitu : umur, pendidikan formal, tanggungan keluarga, Pekerjaan di luar usahatani-ternak, pendapatan usahatani-ternak, pengalaman bertani dan beternak, serta keanggotaan dalam kelompok yang merupakan faktor internal. Sedangkan faktor eksternal antara lain : ketersediaan sumber informasi dan frekuensi berkomunikasi. Secara lebih rinci hubungan atau kaitan faktor-faktor tersebut ditunjukkan oleh Gambar 1.


(17)

Gambar 1 : Alur Kerangka Pemikiran Karakteriktik Anggota Kelompok

™ Umur

™ Pendidikan Formal ™ Tanggungan Keluarga ™ Pekerjaan di luar

usahatani-ternak

™ Pendapatan Usahatani-ternak ™ Pengalaman Bertani-beternak ™ Keanggotaan dalam Kelompok

Sarana Informasi Flu Burung ™ Ketersediaan Sumber Informasi ™ Frekuensi Berkomunikasi

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TERHADAP FLU BURUNG ¾ Kognitif / Pengetahuan / Pendapat ¾ Afektif / Perasaan / Sikap

¾ Konatif / Kecenderungan dalam bertindak


(18)

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Persepsi

Menurut Rakhmat (2005), persepsi adalah pandangan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan serta memberikan makna pada stimuli inderawi. Sedangkan menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), persepsi merupakan proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis. Persepsi menurut Mulyana (2000), merupakan proses internal yang memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan dan proses tersebut mempengaruhi perilaku, kemudian persepsi sosial merupakan proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami dalam lingkungan.

Prinsip Umum Persepsi

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), prinsip umum persepsi dibagi menjadi lima bagian, antara lain :

1. Relativitas

Persepsi bersifat relatif, walaupun suatu objek tidak dapat kita perkirakan yang tepat tetapi setidaknya kita dapat mengatakan yang satu melebihi yang lainnya. 2. Selektivitas

Persepsi sangat selektif. Panca indra menerima stimuli dari sekelilingnya dengan melihat objek, mendengar suara, mencium bau, dan sebagainya. Karena kapasitas memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada faktor fisik dan psikologis seseorang.

3. Organisasi

Persepsi terorganisir, cenderung untuk menyusun pengalaman dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang berserakan dan menyajikannya dalam bentuk yang bermakna, antara lain berupa gambar dan latar (belakang).

4. Arah

Melalui pengamatan, seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan.


(19)

5. Perbedaan Kognitif

Persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain dalam situasi yang sama karena adanya perbedaan kognitif. Setiap proses mental, individu bekerja menurut caranya sendiri tergantung pada faktor-faktor kepribadian, seperti toleransi terhadap tingkat keterbukaan atau ketertutupan pikiran, sikap otoriter, dan sebagainya.

Mulyana (2000), membagi persepsi berdasarkan pengalaman, yang merupakan pandangan terhadap objek atau peristiwa dan reaksi terhadap hal-hal yang berdasarkan pengalaman masa lalu. Bersifat selektif, dugaan dan evaluatif, yang merupakan data yang diperoleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap (kesimpulan) dan proses kognitif psikologis dalam diri yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan yang digunakan untuk memaknai objek.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi menurut Krech dan Crutchfield (1977) dalam Rakhmat (2005), ditentukan oleh faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor fungsional umumnya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu dan berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosional, latar belakang budaya dan lain sebagainya (karakteristik individu). Karakteristik seseorang yang memberikan respon pada sebuah stimuli adalah yang menentukan persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli, umumnya disebut sebagai kerangka rujukan.

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu, jika seseorang ingin memahami suatu peristiwa, maka individu tersebut dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, harus memandangnya secara keseluruhan (dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya).

Kondisi internal dan rangsangan eksternal dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap obyek tertentu. Kondisi internal mencakup kebutuhan fisik misalnya makan, minum, istirahat dan perlindungan, kemudian pengalaman masa lalu juga berperan dalam mengenali rangsangan yang sama walaupun dalam situasi yang berbeda. Suasana kejiwaan yang meliputi sikap, motivasi, dan hasrat seseorang


(20)

juga berpengaruh dalam pembentukan persepsi (Sereno dan Bodaken dalam Abduh, 2002).

Menurut Sarwono (1999), persepsi juga ditentukan oleh pengalaman yang dipengaruhi oleh kebudayaan. Persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli melainkan karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut. Secara psikologis kita mengatakan bahwa setiap orang mempersepsikan stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya atau dengan kata lain pesan diberi makna yang berlainan oleh orang yang berbeda. Faktor lain yang penting dalam mempengaruhi persepsi adalah perhatian (attention). Perhatian akan terjadi jika kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

Terdapat enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi, ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, antara lain 1) kepercayaan, nilai dan sikap, 2) pandangan dunia, 3) organisasi sosial, 4) tabiat manusia, 5) orientasi kegiatan dan 6) persepsi tentang diri dan orang lain (Mulyana, 2000).

Proses Persepsi

Menurut Sereno dan Bodaken dalam Mulyana (2000), persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi adalah proses penyeleksian stimulus dan hanya stimulus yang sesuai dengan kebutuhan atau yang menarik saja yang akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi merupakan suatu proses menyusun rangsangan kedalam bentuk yang sederhana dan terpadu, sedangkan interpretasi yaitu proses dimana seseorang membentuk penilaian-penilaian dan pengambilan kesimpulan atau yang lebih dikenal dengan evaluasi dan identifikasi.

Persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi keragaan perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan obyek tertentu maka persepsi orang tersebut akan positif begitu juga sebaliknya, jika tidak sesuai dengan kebutuhan maka persepsi orang tersebut terhadap suatu obyek akan negatif.


(21)

Proses terbentuknya persepsi menurut Solomon dalam Sutisna, (1999) tidak lepas dari bantuan alat indera (sensasi) sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan. Seperti terlihat pada Gambar 2, bagaimana stimuli tersebut ditangkap melalui indera dan kemudian diproses melalui stimuli (persepsi).

Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi berdasarkan Model Solomon (Sutisna, 1999)

Sikap

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponennya dapat berupa pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk bertindak (Van den Ban danHawkins, 1999).

Sikap menurut Santosa (2004), adalah kecenderungan antara kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu ketika ia menghadapi suatu rangsang tertentu. Fungsi sikap itu sendiri dibagi menjadi empat, antara lain :

1. Fungsi penyesuaian merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau menghindarkan tujuan yang diinginkan berdasarkan atas pengalaman dalam mencapai kepuasan motif tertentu.

2. Fungsi pertahanan ego merupakan mekanisme yang dipakai individu untuk melindungi egonya terhadap pengetahuan dari luar yang mengancamnya dan dipakai untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh persoalan.

3. Fungsi menyatakan nilai merupakan fungsi sikap untuk memberikan ekspresi yang positif kepada nilai-nilai sentralnya.

Interpretasi (Pemberian arti) STIMULI

™ Penglihatan ™ Suara ™ Bau ™ Rasa ™ Tekstur

PERSEPSI Perhatian Indera

Penerima (Sensasi)


(22)

4. Fungsi pengetahuan merupakan fungsi untuk mencari kebutuhan, memberi makna dan mengatur alam semesta agar tidak kacau.

Flu Burung

Menurut Kristina et al., (2006) Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza

tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus

Avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Sedangkan menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), flu burung atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Avian flu atau Avian influenza (AI) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan diameter 90-120 nanometer, secara normal virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun dan itik.

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya (Kristina et al.,

2006).

Soejoedono dan Handharyani (2005) mengemukakan, pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 3 jam dan dengan detergen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Gejala

Gejala flu burung menurut Kristina et al. (2006), dapat dibedakan pada unggas dan manusia, antara lain gejala pada unggas jengger berwarna biru, borok di


(23)

kaki, dan kematian mendadak. Gejala pada manusia demam (suhu badan diatas 38 °C), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot.

Penularan

Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Awalnya, flu burung hanya ditemukan pada burung-burung liar kemudian virus ini juga ditemukan pada ayam, puyuh, itik, kalkun, dan babi. Virus ini hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Penularan terjadi jika kontak langsung terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan (Soejoedono dan Handharyani, 2005). Sedangkan menurut Kristina et al.

(2006), Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau ekskreta burung ataupun unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam dan petugas pemotong ayam.

Pencegahan

Kristina et al. (2006), mengemukakan bahwa pencegahan flu burung dapat dilakukan pada manusia dan unggas, sebagai berikut :

A. Pencegahan flu burung pada unggas, antara lain :

a. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung b. Vaksinasi pada unggas yang sehat

B. Pencegahan flu burung pada manusia, antara lain :

1. Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :

a. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja. b. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang

terinfeksi flu burung.

c. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

d. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja. e. Membersihkan kotoran unggas setiap hari. f. Imunisasi.


(24)

2. Masyarakat umum :

a. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.

b. Mengolah unggas dengan cara yang benar.

Menurut Soejoedono dan Handharyani (2005), langkah yang dapat ditempuh dalam pencegahan flu burung antara lain sebagai berikut :

A. Biosekuriti

Peternak perlu menerapkan biosekuriti untuk pencegahan dari kemungkinan penularan virus. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam usaha ini antara lain sebagai berikut :

a. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang.

b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan.

c. Peternak dan orang yang hendak memasuki peternakan ayam (unggas) harus menggunakan pakaian pelindung.

d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus dan hewan lainnya.

e. Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana dan prasaran peternakan. B. Depopulasi

Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang tertular virus flu burung. Pemusnahan dilakukan dengan menyembelih semua unggas yang sakit dan unggas yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati (bangkai), sekam dan pakan yang tercemar, serta bahan peralatan yang terkontaminasi.

C. Tata laksana peternakan a. Pengaturan kepadatan

Kepadatan harus diatur agar semua anakan dapat memperoleh tempat leluasa untuk aktivitasnya dan mendapat suhu yang tepat.


(25)

Temperatur kandang harus selalu dikontrol untuk menghindari perubahan yang mendadak dan drastis.

c. Pakan

Pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan (umumnya dua kali sehari), sehingga kekebalan tubuh unggas mengalami peningkatan.

d. Air

Air minum yang kotor harus segera diganti untuk menghindari timbulnya kontaminasi penyakit.

e. Pencahayaan

Pencahayaan yang cukup membantu anak ayam mengenal kandang dan mengetahui keberadaan tempat pakan dan minum.

f. Ventilasi

Pengaturan ventilasi membantu dalam pengontrolan suhu ruang dan memperlancar sirkulasi udara.

g. Litter

Litter yang terdapat dalam kandang diusahakan tidak terlalu basah atau kering, yang akan menimbulkan debu yang beterbangan dan memungkinkan timbulnya berbagai penyakit.

D. Vaksinasi

Vaksinasi harus dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui terdapat virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin in aktif (killed vaccine) yang resmi atau telah teregistrasi dari pemerintah.


(26)

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive), dengan pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat suatu komunitas kelompok tani ternak yang memiliki karakteristik umum dan dituntut untuk peka dan tanggap terhadap perkembangan informasi flu burung. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan dari tanggal 8 April sampai dengan 8 Mei 2006.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Populasi anggota seluruhnya berjumlah 100 orang dan menyebar dalam delapan kelompok kecil. Pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut : dari delapan kelompok tani-ternak yang ada di desa Karehkel, dipilih sebanyak lima kelompok secara purposive. Berdasarkan pengamatan dan informasi ketua KTNA Leuwiliang bahwa kelima kelompok ini lebih dominan dan aktif jika ada berbagai kegiatan dan pelatihan-pelatihan bidang pertanian serta memiliki jumlah anggota yang cukup besar, sedangkan lainnya tidak terlalu dominan dan tidak terlalu besar jumlahnya dibandingkan kelima kelompok tersebut. Sampe diambil sebanyak 50 orang anggota secara acak berdasarkan rumus Slovin, dengan teknik pengambilan sampel

Proportionate random sampling, yang menjadi responden dalam penelitian ini.

n = 2

1 Ne

N

+ Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir sebesar 10%


(27)

Tabel 1. Jumlah Sampel Penelitian Nama Kelompok Jumlah Populasi

(orang)

Persentase (%)

Jumlah Sampel (orang)

Tani Maju 30 30 15

Cadas Gantung 14 14 7

Sugih Tani 14 14 7

Mitra Tani 22 22 11

Mekar Harapan 20 20 10

Jumlah 100 100 50

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini dirancang sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif korelasional yang bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendalam tentang gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari kelompok masyarakat yang diteliti, sehingga dapat diungkapkan kaitan antara berbagai gejala sosial. Variabel pengaruh yang diukur adalah karakteristik anggota kelompok tani-ternak yang terdiri dari karakteristik individu dan sarana informasi sedangkan variabel yang terpengaruh adalah persepsi anggota kelompok tani-ternak tersebut terhadap flu burung.

Data dan Instrumentasi Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden, yang dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mencari berbagai informasi dan pemberitaan tentang flu burung pada berbagai media dan buku-buku yang berkaitan serta pihak kecamatan setempat untuk pengambilan data tentang gambaran umum daerah penelitian.


(28)

Instrumentasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan bagi responden. Kuisioner ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : bagian pertama untuk mengukur karakteristik anggota kelompok, kedua untuk melihat sarana informasi flu burung dan ketiga untuk mengetahui persepsi anggota kelompok terhadap flu burung.

Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terstruktur langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden dan pihak yang terkait dalam penelitian, serta melakukan pengumpulan data sekunder dari pihak kecamatan setempat.

Analisis Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur sebagai berikut :

1. Data faktor internal anggota kelompok yang berupa umur, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan ternak, pekerjaan di luar usahatani-ternak, pengalaman bertani dan beusahatani-ternak, keanggotaan dalam kelompok dan faktor eksternal yang meliputi ketersediaan sumber informasi dan frekuensi berkomunikasi dianalisis dengan menggunakan rataan skor dan distribusi frekuensi.

2. Hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi terhadap flu burung diuji menggunakan uji korelasi rank Spearman pada program

SPSS 13.0, dengan rumus sebagai berikut :

rs = Keterangan :

rs : Koefisien korelasi Rank Spearman

N : Jumlah Sampel

di : Selisih ranking tiap pasangan (ranking X dan Y )

Sumber : Siegel. (1997) dan Singarimbun (1998).

N N di N i

= 3 1 2 6 − 1


(29)

Definisi Istilah

Persepsi merupakan penilaian, tanggapan, pendapat anggota kelompok mengenai flu burung.

Umur merupakan usia anggota kelompok pada saat penelitian dilakukan yang diukur dari tahun kelahiran sampai penelitian ini dilakukan yang dihitung dengan pembulatan kearah ulang tahun terdekat, dimana untuk enam bulan lebih dihitung menjadi satu tahun.

Pendidikan formal merupakan lamanya anggota kelompok duduk di bangku sekolah formal yang diselesaikan berdasarkan jenjang tamat SD/Sederajat, SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat, Perguruan Tinggi.

Pengalaman bertani-beternak merupakan lamanya anggota kelompok dalam berusaha tani-ternak, yang diukur dalam satuan tahun, baik sebagai usaha pokok maupun sambilan.

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungjawab anggota kelompok, yang diukur dalam jumlah orang.

Pendapatan usahatani-ternak merupakan pendapatan total yang diperoleh rumah tangga anggota kelompok setiap bulan dari sektor pertanian dan peternakan.

Keanggotaan dalam kelompok merupakan lamanya petani-peternak menjadi anggota dalam kelompok.

Kognitif merupakan tingkat pengetahuan anggota kelompok mengenai flu burung. Afektif merupakan sikap anggota kelompok terhadap informasi flu burung.

Psikomotorik merupakan kecenderungan tindakan anggota kelompok dalam menyikapi informasi flu burung.

Ketersediaan sumber informasi merupakan media atau sumber informasi yang dimiliki atau terdapat di rumah anggota kelompok, kelompok dan lingkungan sekitar, yang digunakan untuk memperoleh informasi flu burung.

Frekuensi berkomunikasi merupakan intensitas komunikasi anggota kelompok dengan anggota kelompok lainnya untuk mendapatkan informasi flu burung.


(30)

GAMBARAN UMUM LOKASI Potensi Sumber Daya Alam

Desa Karehkel merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Luas wilayah kerja pemerintahan Desa Karehkel adalah seluas : 499 Ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin, • Sebalah Timur berbatasan dengan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gn. Galuga Kecamatan Cibungbulang, • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang.

Desa Karehkel berada 300 meter di atas permukaan laut dengan suhu harian rata-rata 25 – 300C dan curah hujan rata-rata 2495 mm per tahun. Sebagian besar lahan di Desa Karehkel dimanfaatkan untuk sawah 70,14% yang terdiri dari sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Lahan yang dimanfaatkan untuk kehutanan 25,05% yang termasuk ke dalam hutan produksi, dengan bambu sebagai hasil utamanya sebanyak 3500 batang per tahun (Tabel 2).

Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel No. Pemanfaatan

Lahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1. Sawah 350 70,14

2. Tegal/Ladang 12 2,40

3. Pemukiman 9 1,80

4. Kehutanan 125 25,05

5. Empang/Kolam 3 0,61

Jumlah 499 100

Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah)

Komoditas pertanian yang paling banyak ditanam di Desa Karehkel adalah padi dan jagung (362 ha). Padi yang ditanam terdiri atas padi sawah dan padi ladang yang menghasilkan 358 ton per hektar per tahun, sedangkan jagung 4 ton per hektar per tahun.

Jenis ternak yang dipelihara oleh petani-peternak di Desa Karehkel adalah ayam (1250 ekor), kambing (53 ekor), kelinci (15 ekor), kerbau (12 ekor) dan sapi (8


(31)

ekor). Ayam yang dipelihara kebanyakan ayam buras dengan telur sebagai produk utamanya sebanyak 125 Kg per tahun. Jenis ikan yang dipelihara hanya mujair dan lele yang masing-masing menghasilkan dua dan empat ton per tahun.

Gambar 3. Keadaan Wilayah Desa Karehkel

Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Karehkel pada tahun 2006 sebanyak 10254 jiwa atau 2793 kepala keluarga yang terdiri dari 48,73% laki-laki dan 52,27% perempuan. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan di Desa Karehkel cukup beragam yakni tamat SD/Sederajat, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Perguruan Tinggi. Jumlah terbesar yakni 75,66% berpendidikan tamat SD, 16,17% tamat SLTP, 7,26% tamat SLTA dan terdapat 0,91% tamat Perguruan Tinggi. Banyaknya penduduk yang hanya tamatan SD dan SLTP karena lembaga pendidikan yang tersedia di desa hanya enam unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan diperlihatkan pada Tabel 3.


(32)

Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat

Pendidikan

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1. Tamat SD/sederajat 4066 75,66

2. Tamat SLTP/sederajat 869 16,17

3. Tamat SLTA/sederajat 390 7,26

4. Tamat Perguruan Tinggi 49 0,91

Jumlah 5374 100

Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah)

Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa Karehkel cukup bervariasi yaitu pegawai negeri, TNI/POLRI, karyawan swasta, dagang/wiraswasta, petani-peternak, jasa/buruh, dan lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penduduk Desa Karehkel umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang/wiraswasta (37,19%) dan jasa/buruh (34,80%). Barang yang diperdagangkan berupa komoditas pertanian dan peternakan yang akan dipasarkan di pasar Leuwiliang. Penduduk Desa Karehkel umumnya menjadi buruh angkutan ojek dan buruh pertanian ataupun buruh bangunan. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel No. Tingkat

Pekerjaan

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1. Dagang/wiraswasta 964 37,19

2. Jasa/buruh 902 34,80

3. Petani-Peternak 386 14,89

4. Karyawan swasta 134 5,17

5. Pegawai Negeri 36 1,39

6. TNI/POLRI 3 0,12

7. Lainnya 167 6,44

Jumlah 2592 100


(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi

Pandan wangi merupakan sebuah gabungan kelompok terpadu yang mencakup bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Kelompok ini didirikan dan aktif pada tahun 2002 berdasarkan Program Kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis Fungsional) yang sekarang menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) periode 2002 – 2007 wilayah Leuwiliang di bawah Departemen Pertanian.

Nama Kelompok

Nama Pandan Wangi terdiri dari dua kata dan makna yang berbeda. Pandan adalah sejenis tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan, sedangkan Wangi berarti harum yang selalu dibutuhkan. Kelompok ini merupakan kelompok tani-ternak yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan yang selalu dibutuhkan oleh para petani-peternak untuk membantu proses kegiatan sehari-harinya agar kebutuhan hidupnya tercukupi dari hasil pertaniannya tersebut.

Susunan Pengurus

Susunan pengurus kelompok tani-ternak Pandan Wangi terdiri dari pelindung, pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris yang merangkap sebagai bendahara serta dibantu oleh seksi-seksi pertanian, peternakan, perikanan, humas dan usaha.

Gambar 4. Susunan Pengurus Kelompok PELINDUNG

KETUA PEMBINA

SEKSI PERTANIAN

SEKRETARIS & BENDAHARA

SEKSI PETERNAKAN

WAKIL KETUA

SEKSI USAHA SEKSI

PERIKANAN

SEKSI HUMAS


(34)

Anggota Kelompok

Pandan Wangi terdiri dari delapan kelompok tani-ternak, namun yang aktif hanya lima kelompok saja, antara lain Kelompok Cadas Gantung, Mitra Tani, Sugih Tani, Mekar Harapan dan Tani Maju. Total anggota kelompok seluruhnya berjumlah 100 orang petani-peternak yang rata-rata berjenis kelamin laki-laki.

Visi dan Misi

Visi dari kelompok tani-ternak Pandan Wangi adalah adanya pemberdayaan dan penyadaran petani menuju usahatani yang berwawasan lingkungan serta berorientasi kepada agribisnis. Sedangkan misi dari kelompok ini yakni meningkatkan ilmu pengetahuan petani dengan menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada diri petani itu sendiri.

Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok

Informasi sangat penting bagi suatu organisasi. Tanpa informasi yang cukup suatu sistem dapat sulit dalam melakukan proses pengambilan keputusan untuk mempertahankan dan mengembangkan keberadaannya di antara sistem-sistem lainnya. Informasi flu burung yang akhir-akhir ini merebak di seluruh daerah, membuat takut besar di masyarakat petani-peternak khususnya anggota kelompok tani-ternak yang merupakan penghubung masyarakat. Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan pembaharuan informasi melalui dinas-dinas terkait agar informasi yang diterima oleh seluruh petani-peternak memiliki kesamaan dalam bidang pertanian dan peternakan.

Cukup banyaknya informasi flu burung yang diterima oleh anggota kelompok, baik itu informasi yang berasal dari pemerintah (Departemen Pertanian dan Departemen Kesehatan) ataupun pihak swasta (LSM dan Pers) dapat menimbulkan keragu-raguan bahkan kebingungan dalam penyerapan informasi tersebut. Sehingga untuk mengefektifkan informasi yang telah beredar harus dipahami terlebih dahulu masalah-masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan petani, antara lain : kondisi sosial ekonomi petani-peternak, sumberdaya yang dimiliki, kondisi masyarakat dan lingkungannya serta perubahan-perubahan apa yang ingin dicapainya. Terdapat beberapa faktor yang harus diketahui dan dipahami sebelumnya dalam memahami


(35)

dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal anggota kelompok.

Faktor internal anggota kelompok meliputi umur, pendidikan formal, pekerjaan di luar usahatani-ternak, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan dari usahatani-ternak, pengalaman bertani-beternak, dan keanggotaan dalam kelompok. Faktor eksternal anggota kelompok meliputi ketersediaan sumber informasi dan frekuensi berkomunikasi.

Tabel 5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok

No. Karakteristik Anggota Kelompok Kategori Persentase (%) 1. Umur (tahun)

19-36 37-54 55-70 Muda Dewasa Tua 38 42 20 2. Pendidikan Formal

Tidak sekolah-tidak tamat SD Tamat SD-tamat SLTP Tamat SLTA Rendah Sedang Tinggi 8 74 18 3. Tanggungan Keluarga (orang)

0 – 3 4 – 7 8 – 10

Sedikit Sedang Banyak 46 44 10 4. Pekerjaan di luar Usahatani-ternak

Ada Tidak ada

38 62 5. Pendapatan Usahatani-ternak (bulan)

< Rp. 500.000

Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 > Rp. 1.000.000

Rendah Sedang Tinggi 72 18 10 6. Pengalaman tani-ternak (tahun)

1 – 14 15 – 28 29 – 40

Baru Sedang Lama 58 26 16 7. Keanggotaan dalam Kelompok (tahun)

1 2 – 3

4 Baru Sedang Lama 42 40 18 Ket : n = 50

Umur

Umur merupakan salah satu unsur penting dalam proses pengambilan keputusan dan peneriman informasi. Kisaran umur anggota kelompok mulai umur 19 sampai 70 tahun (Tabel 5). Jumlah anggota kelompok terbanyak terdapat pada kisaran 37-54 tahun (42%). Data tersebut menunjukkan banyak pemuda yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan pertanian-peternakan di Desa Karehkel, Kecamatan


(36)

Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Besarnya persentase anggota kelompok yang berumur 37-54 tahun menggambarkan bahwa anggota kelompok masih tergolong usia produktif dalam proses pencarian informasi dan memiliki keinginan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jelas, sehingga kebutuhan informasi tentang pertanian dan peternakannya dapat terpenuhi.

Pendidikan Formal

Tabel 5 memperlihatkan bahwa sebagian besar pendidikan formal anggota kelompok tergolong sedang dengan kisaran tamat SD – tamat SLTP (74%). Hal ini mengidentifikasikan bahwa anggota kelompok telah memenuhi kewajiban belajar sembilan tahun yang merupakan program pendidikan dari pemerintah dan sesuai dengan tingkat pendidikan desa Karehkel yang sebagian besar telah tamat SD.

Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga yang besar akan menuntut pemenuhan kebutuhan ekonomi yang besar pula, selain itu peran anggota keluarga dapat membantu meringankan kegiatan usahatani-ternak para anggota kelompok. Tabel 5 menunjukan bahwa 46% anggota kelompok memiliki tanggungan keluarga maksimum tiga orang. Sedikitnya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki anggota kelompok dikarenakan banyaknya anggota kelompok yang belum berkeluarga, sehingga belum memiliki tanggungan selain dirinya sendiri.

Pekerjaan di luar Usahatani-ternak

Pekerjaan di luar usahatani-ternak berkaitan dengan kemampuan anggota kelompok meningkatkan pendapatan keluarga, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selain dari usahatani-ternak. Pada Tabel 5 menunjukan bahwa mayoritas anggota kelompok tidak memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak, karena rata-rata anggota kelompok kurang memiliki kesempatan untuk bekerja selain bertani dan beternak, karena kebanyakan dari mereka hanya berpendidikan tamat sekolah dasar, sehingga mereka sulit sekali untuk memperoleh modal usaha. Sedangkan 38% anggota kelompok memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak yaitu sebagai buruh bangunan dan pertanian, jasa angkutan ojek dan berdagang.


(37)

Pendapatan Usahatani-ternak

Tingkat pendapatan yang diperoleh dalam periode waktu tertentu mempengaruhi kondisi sosial ekonomi anggota kelompok. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar (72%) pendapatan usahatani-ternak yang diperoleh anggota kelompok selama sebulan berada pada kategori rendah yaitu kurang dari Rp. 500.000 per bulan. Hal ini karena usahatani-ternak anggota kelompok tergantung pada hasil tanaman yang diperoleh dan kebutuhan pasar akan ternak. Rendahnya pendapatan anggota kelompok karena selain karena tergantung hasil tanam dan ternak juga karena harga komoditas pertanian-peternakan yang ditetapkan sangat murah oleh para tengkulak, karena umumnya pembeli ialah para tengkulak yang datang langsung ke lokasi pertanian-peternakan anggota kelompok.

Pengalaman Bertani-beternak

Anggota kelompok memiliki pengalaman bertani-beternak pada kisaran 1 – 40 tahun. Pengalaman sebagian besar anggota kelompok dalam bertani dan beternak berkisar 1 – 14 tahun (58%). Hal ini karena banyaknya anggota kelompok yang berusia muda dan baru memulai usahatani-ternak untuk meneruskan usaha keluarga yang sudah lama dirintis sejak dulu. Pengalaman bertani dan beternak mereka peroleh dari tradisi keluarga secara turun-temurun. Untuk meningkatkan hasil pertaniannya para generasi yang baru ini secara terus-menerus belajar kepada petani-peternak yang lebih berpengalaman mengenai masalah pertanian.

Pengalaman Keanggotaan dalam Kelompok

Keinginan memperoleh informasi yang lebih baik mengenai pertanian serta memecahkan segala permasalahannya dapat memacu petani-peternak untuk menjadi anggota kelompok yang ada di wilayahnya masing-masing. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 42% anggota kelompok memiliki pengalaman keanggotaan dalam kelompok selama satu tahun. Sedangkan sisanya memiliki pengalaman keanggotaan dalam kelompok selama 2 – 3 tahun (40%) dan selama empat tahun (18%). Hal ini kelompok tani-ternak Pandan Wangi sendiri baru dibentuk dan aktif pada tahun 2002 berdasarkan program kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis Fungsional) periode 2002-2007 Departemen Pertanian Wilayah Leuwiliang – Bogor. Tertariknya petani-peternak menjadi anggota kelompok karena program kerja tersebut memberikan


(38)

banyak kegiatan pertanian yang berguna bagi anggota kelompok agar dapat meningkatkan produktivitas usahatani-ternak mereka.

Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung

Sumber informasi yang telah tersedia untuk anggota kelompok tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan anggota kelompok tersebut. Tingkat ketersediaan informasi flu burung diukur berdasarkan ada tidaknya informasi flu burung, baik secara personal dalam kelompok ataupun personal luar kelompok dan media massa. Secara keseluruhan ketersediaan informasi flu burung di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor kurang tersedia bahkan di dalam kelompok. Hal ini terjadi karena informasi flu burung secara umum hanya didapatkan dari media cetak dan media elektronik saja, sedangkan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut cukup mahal bagi para anggota kelompok, sehingga informasi flu burung sulit didapat. Kelompok hanya menyediakan informasi berupa pamflet yang ditempel di sebuah papan informasi yang letaknya hanya di rumah ketua kelompok saja.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sumber personal luar kelompok memiliki nilai rataan skor terbesar, yang berarti sumber informasi flu burung yang didapat berasal dari penyuluh-penyuluh dinas peternakan setempat, karena menurut anggota kelompok penyuluh masih memiliki peran yang sangat strategis sebagai sumber informasi flu burung. Namun, banyak dari anggota kelompok yang mengatakan bahwa pihak pemerintah daerah setempat kurang melakukan sosialisasi tentang penyakit flu burung melalui penyuluh-penyuluh yang ada, sehingga penyuluh jarang mengunjungi wilayah Desa Karehkel dan kelompok juga jarang mengadakan pertemuan-pertemuan untuk mendiskusikan masalah pertanian-peternakan. (Tabel 6).

Tabel 6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok

No. Sumber Rataan skor

1. 2. 3.

Personal, luar kelompok Personal, dalam kelompok Media massa

2,28 1,64 1,64

Rata-rata 1,85

Ket :


(39)

Gambar 5. Media Informasi Kelompok Pandan Wangi

Jenis media massa yang dinilai anggota kelompok paling banyak memberikan informasi flu burung ialah televisi (58%). Penilaian tersebut sebenarnya bisa bias, karena anggota kelompok tidak membandingkan dengan media informasi lainnya. Televisi merupakan media yang paling banyak dimiliki anggota kelompok. Televisi juga salah satu media yang mudah didapat oleh para anggota kelompok yang berpenghasilan lebih. Kebanyakan beranggapan bahwa media televisi sangat baik dalam memberikan informasi, sehingga dapat langsung memahami isi dari informasi tersebut.

Anggota kelompok juga memperoleh informasi flu burung dari surat kabar dan radio. Surat kabar menurut mereka sumber informasi yang mudah didapat dan murah, selain itu isi pesannya sangat beragam dan menarik. Hal ini membuktikan bahwa banyak dari anggota kelompok yang bisa membaca dan selalu ingin tahu perkembangan yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Radio merupakan media yang disebut ”teman” oleh anggota kelompok, karena radio selalu dibawa jika sedang melakukan kegiatan tani. Selain untuk mendengarkan musik, radio juga digunakan untuk memperoleh informasi pertanian, biasanya anggota kelompok mendengarkan acara pertanian di stasiun Radio Pertanian Ciawi, Bogor. Menurut Jahi (1993), media elektronik seperti radio dan televisi adalah media modern yang paling berhasil menyiarkan hasil pembangunan ke seluruh penjuru negeri, dimana media tersebut mempunyai kemampuan meliput wilayah yang luas. Distribusi anggota kelompok menurut jenis media informasi flu burung diperlihatkan pada Tabel 7.


(40)

Tabel 7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan Anggota Kelompok

No. Jenis Media Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. Televisi 29 58

2. Radio 9 18

3. Surat Kabar 10 20

4. Tidak sama sekali 2 4

Jumlah 50 100

Ket : n = 50

Frekuensi Berkomunikasi

Proses penyampaian pesan kepada seseorang atau pada sekelompok orang baik secara langsung maupun media-media, tentunya tak pernah lepas dari komunikasi. Komunikasi akan menciptakan adanya interaksi sosial baik antara individu ataupun kelompoknya.

Tabel 8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok

No. Unsur Rataan skor

1. 2.

Frekuensi komunikasi dengan sesama anggota

Frekuensi komunikasi mengenai informasi flu burung dengan sesama anggota

2,42

2,10

Rata-rata 2,26

Ket :

Skor : 1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Sering

Tabel 8 menunjukkan bahwa frekuensi komunikasi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terlihat jarang, baik komunikasi sehari-hari dengan sesama anggota maupun komunikasi mengenai flu burung dengan sesama anggota kelompok. Jarangnya frekuensi berkomunikasi disebabkan kondisi lingkungan yang berbukit-bukit dan waktu yang digunakan dihabiskan untuk kegiatan pertaniannya. Sehingga setelah bertani dan beternak para anggota kelompok tidak lagi ke luar rumah, melainkan hanya istirahat untuk kegiatan keesokkan harinya. Sedangkan kelompok sebagai tempat berkumpulnya anggota kelompok hanya digunakan jika ada kegiatan pertanian saja. Frekuensi komunikasi mengenai flu burung juga terlihat jarang, karena anggota hanya melakukan komunikasi jika ternak unggas ada yang


(41)

memperlihatkan gejala menyerupai flu burung. Sehingga mereka saling bertukar informasi dengan anggota kelompok lainnya.

Persepsi terhadap Flu Burung

Persepsi seseorang terhadap objek tertentu dipengaruhi oleh faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, kesiapan mental dan suasana emosional dan lain sebagainya, atau yang lebih dikenal dengan karakteristik individu. Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Selain itu, kondisi internal dan rangsangan eksternal dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan wangi meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap) dan aspek konatif (tindakan) terhadap flu burung.

Aspek Kognitif (Pengetahuan)

Persepsi anggota kelompok terhadap pengetahuan flu burung diukur berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya mengenai ciri-ciri penyakit, penularan, pengobatan dan pencegahan flu burung. Persepsi anggota kelompok terhadap pengetahuan flu burung ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung

No. Unsur Rataan skor

1. 2 3. 4.

Ciri Penyakit flu burung Penularan flu burung Pengobatan flu burung Pencegahan flu burung

2,41 2,44 2,32 2,60

Rata-rata 2,44

Ket :

Skor : 1 = Rendah 2 = Sedang 3 = Tinggi

Skor pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok mengenai flu burung tergolong sedang. Hal ini berarti anggota kelompok masih memerlukan informasi flu burung yang lengkap. Berdasarkan hasil rataan skor untuk unsur ciri-ciri penyakit, penularan dan pengobatan flu burung secara umum tergolong sedang (2,44), diduga karena anggota kelompok sudah cukup tahu bagaimana ciri dari unggas yang terkena flu burung baik cara penularannya dan


(42)

langkah apa yang seharusnya mereka lakukan jika ternak unggasnya terkena flu burung. Rataan skor pada unsur pencegahan flu burung adalah tinggi (2,60) yang artinya anggota kelompok sudah mengetahui cara-cara pencegahan flu burung. Keingintahuan anggota kelompok terhadap cara pencegahan flu burung karena mereka tidak ingin ternaknya mati akibat flu burung, apalagi sampai menyerang manusia yang berakibat pada menurunnya jumlah pendapatan mereka, sehingga pada aspek afektif banyak yang beragumen bahwa dari adanya flu burung anggota kelompok takut mengalami kerugian pendapatan pada usahaternaknya.

Aspek Afektif (Sikap)

Informasi flu burung mempengaruhi sikap anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi, seperti : takut terhadap unggas, ingin beralih memelihara ternak selain unggas, takut mengkonsumsi produk unggas dan mempengaruhi terhadap menurunnya produktivitas (takut rugi). Sikap anggota kelompok terhadap flu burung ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung

No. Unsur Rataan skor

1. 2. 3. 4.

Takut terhadap unggas Beralih ke ternak lain

Takut mengkonsumsi produk unggas Takut rugi

2,12 1,86 2,40 2,72

Rata-rata 2,27

Ket :

Skor : 1 = Tidak setuju 2 = Ragu-ragu 3 = Setuju

Sikap anggota terhadap informasi flu burung sangat bervariasi dan umumnya terlihat masih mengalami keragu-raguan. Berdasarkan rataan skor pada Tabel 10, anggota kelompok masih ragu untuk mengkonsumsi unggas maupun memeliharanya, terutama takut mengalami kerugian. Sikap ini diduga karena anggota kelompok tidak ingin menanggung resiko yang lebih besar. Hal tersebut didukung oleh data sekunder yang didapatkan bahwa besarnya pendapatan ayam buras perekor sebelum terjadi flu burung Rp 3009,13, sedangkan setelah terjadi flu burung menjadi Rp 791,38. Nilai tersebut menunjukkan bahwa, pendapatan perekor ayam buras yang didapat peternak setelah flu burung mengalami penurunan sebesar 74 persen. Besarnya pendapatan


(43)

ayam buras perekor sebelum dan sesudah terjadi flu burung dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12 (Sugiati, 2002 dan Fitriyani, 2006).

Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras Sebelum Flu Burung

Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras (Rp/tahun) Skala 40 Ekor

Keterangan Tradisional

(n=20) Penerimaan

Penjualan ternak 223.750

Konsumsi ternak 84.052,5

Nilai Sampingan 10.775

Total Penerimaan 318.577,5

Biaya Variabel

Pakan 172.909,5

Obat-obatan 3.250

Perbaikan kandang 1.350

Total Biaya Variabel 177.509,5

Margin kotor 141.068

Biaya tetap

Penyusutan kandang 18.385,55

Penyusutan peralatan 2.317,1

Total Biaya Tetap 20.702,65

Pendapatan bersih 120.365,35

Pendapatan bersih per ekor 3009,13

Keterangan : n = jumlah peternak Sumber : Sugiati, (2002), diolah


(44)

Tabel 12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras Setelah Flu Burung

Uraian

Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Ayam Buras Skala 45 Ekor (Rp/thn)

Tunai Tidak

Tunai Inventaris Total Penerimaan Usahaternak :

Penjualan ternak (+) 932.815,79 932.815,79

Konsumsi ternak (+) 482.315,79 482.315,79

Nilai ternak akhir tahun (+) 281.526,31 281.526,31

Pembelian ternak (-) 157.736,84 157.736,84

Nilai ternak awal tahun (-) 642.868,42 642.868,42 Total Penerimaan (A) : 775.078,95 482.315,79 (361.342,11) 896.052,63 Biaya Variabel :

Biaya pakan 640.578,95 640.578,63

Biaya obat dan vaksin 62.852,63 62.852,63

Biaya perbaikan kandang 38.684,21 38.684,21

Biaya perlengkapan 6.000,00 6.000,00

Total Biaya Variabel (B) : 748.115,79 0,00 0,00 748.115,79 Margin Kotor (A-B) : 26.963,16 482.315,79 (361.342,11) 147.936,84 Biaya Tetap :

Biaya penyusutan kandang 112.324,56 112.324,56 Total Biaya Tetap (C) : 0,00 0,00 112.324,56 112.324,56 Pendapatan Bersih (A-B-C) : 26.963,16 482.315,79 473.666,67 35.612,28

Pendapatan bersih per ekor 791,38

Sumber : Fitriyani, (2006), diolah

Aspek Konatif (Tindakan)

Informasi flu burung sangat mempengaruhi anggota kelompok untuk bertindak lebih hati-hati dalam kegiatan usahatani-ternaknya. Berdasarkan rataan skor pada Tabel 13 terlihat bahwa anggota kelompok setuju untuk tetap memelihara unggas, menjaga kebersihan dan melakukan vaksinasi secara berkala pada ternak, melakukan pengawasan khusus terhadap seluruh ternak dan mencari informasi lebih lanjut tentang flu burung melalui seminar dan penyuluhan dari pihak pemerintah atau instansi-instansi terkait.


(45)

Tabel 13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung

No. Unsur Rataan skor

1. 2. 3. 4. 5.

Mencari informasi lebih lanjut Tetap memelihara unggas

Menjaga kebersihan dan pemberian vaksin Pengawasan khusus terhadap ternak

Mengikuti penyuluhan, seminar dan sosialisasi

2,63 2,72 2,86 2,97 2,98

Rata-rata 2,83

Ket :

Skor : 1 = Tidak setuju 2 = Ragu-ragu 3 = Setuju

Hasil ini menunjukkan bahwa anggota kelompok ingin usahaternaknya terbebas dari flu burung, karena sebagian besar penghasilan yang diperolehnya tiap bulan salah satunya berasal dari usahaternak, sehingga anggota kelompok setuju untuk mengikuti berbagai penyuluhan, seminar dan sosialisasi mengenai informasi flu burung. Menurutnya dengan adanya program tersebut anggota kelompok dapat mengetahui tindakan yang dapat dilakukan jika unggas peliharaan mereka terkena flu burung. Hal ini juga berkaitan dengan unsur pencegahan flu burung pada aspek pengetahuan, bahwa anggota kelompok dalam penyampaian informasi pencegahan flu burung lebih menyukai komunikasi langsung (interpersonal) dari pada melalui media-media yang tersedia. Karena jika kurang mengerti dapat ditanyakan langsung kepada penyuluh-penyuluh yang ada.

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Informasi Flu Burung

Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa sebagian besar dari factor internal dan eksternal anggota kelompok tidak memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi terhadap flu burung, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun konatif. Namun, terdapat hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan keluarga dengan aspek afektif, pendapatan dari usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan afektif, ketersediaan sumber informasi dengan afektif, dan hubungan yang sangat nyata antara frekuensi berkomunikasi dengan aspek kognitif.


(46)

Tabel 14. Korelasi Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung

Faktor internal dan eksternal Anggota Kelompok

Persepsi Terhadap Flu Burung

Kognitif Afektif Konatif

1. Umur -0,127 0,089 -0,266

2. Pendidikan formal 0,218 0,070 -0,067

3. Tanggungan keluarga 0,012 0,298* -0,160

4. Pekerjaan di luar usahatani-ternak 0,100 0,203 0,231 5. Pendapatan usahatani-ternak 0,281* 0,299* 0,244

6. Pengalaman bertani-beternak -0,061 -0,120 -0,114

7. Keanggotaan dalam kelompok 0,227 -0,003 0,098

8. Ketersediaan sumber informasi 0,163 -0,283* 0,243

9. Frekuensi berkomunikasi 0,508** -0,004 0,064

Ket : * = Berhubungan nyata pada taraf signifikansi α = 0,05 * * = Berhubungan nyata pada taraf signifikansi α = 0,01

Umur

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara umur anggota kelompok dengan persepsi terhadap informasi flu burung, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun konatif. Hal ini berarti perbedaan umur anggota kelompok tidak mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, karena umumnya umur anggota kelompok tergolong usia sedang dan informasi yang mereka cari bukanlah informasi flu burung melainkan informasi dalam bidang pertanian, misalnya lebih mengutamakan informasi mengenai cara menanam bibit padi yang baik dan benar. Nilai negatif pada aspek kognitif dan aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang berumur lebih tua, memiliki pengetahuan dan tindakan yang cenderung rendah (lambat) terhadap flu burung, karena semakin tua umur anggota kelompok maka akan semakin rendah motivasi untuk memperoleh informasi flu burung.

Pendidikan

Pendidikan berhubungan tidak nyata dengan persepsi terhadap flu burung. Hal ini berarti bahwa pendidikan formal yang dimiliki anggota kelompok tidak memberikan pandangan khusus terhadap persepsi flu burung tersebut. Sehingga dapat diduga karena latar belakang pendidikan yang didapatkan anggota kelompok


(47)

bukanlah pendidikan pertanian yang memberikan ilmu-ilmu tentang informasi pertanian termasuk didalamnya flu burung melainkan hanya pendidikan umum biasa. Nilai negatif pada aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang berpendidikan lebih tinggi tidak tahu bagaimana menangani jika atau mencegah terjadinya flu burung. Hal ini diduga karena umumnya pendidikan formal anggota kelompok paling tinggi hanya tamatan SLTA, bukan sekolah pertanian yang pada saat itu belum adanya sosialisasi tentang flu burung.

Tanggungan Keluarga

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara jumlah tanggungan keluarga dengan aspek afektif (sikap) persepsi terhadap flu burung. Hal ini dikarenakan semakin besarnya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki anggota kelompok maka anggota kelompok akan semakin positif dalam menyikapi flu burung. Anggota kelompok yang memiliki tanggungan keluarga akan lebih bersikap positif dalam menyerap informasi flu burung yang didapat dan lebih meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya flu burung yang tidak hanya dapat mengancam kelangsungan usahaternaknya namun juga dapat mengancam kehidupan anggota keluarga mereka. Salah satunya adalah anggota kelompok yang memiliki anak merasa takut jika anaknya terkena flu burung, karena kebanyakan dari mereka mengkonsumsi hasil pertanian dan peternakan termasuk unggas di dalamnya serta lokasi kandang unggas yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Sementara itu, anggota keluarga memiliki hubungan yang tidak nyata dengan aspek kognitif dan konatif, yang berarti bahwa jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki kelompok tidak mempengaruhi pengetahuan tentang flu burung dan tindakan anggota kelompok. Nilai negatif pada aspek konatif berarti bahwa anggota kelompok yang memiliki banyak tanggungan keluarga akan cenderung rendah dalam bertindak, karena mereka masih mengalami kebingungan jika tetap melakukan tindakan untuk tetap memelihara unggas, dilain sisi mereka takut anak mereka terkena flu burung akibat tindakan tersebut.

Pekerjaan di luar Usahatani-ternak

Terdapat hubungan yang tidak nyata antara pekerjaan di luar usahatani-ternak dengan persepsi terhadap flu burung. Hal ini berarti apapun jenis pekerjaan di luar usahatani-ternak yang dimiliki anggota kelompok maka tidak berpengaruh nyata


(48)

dengan persepsi anggota kelompok terhadap flu burung, karena sebagian besar pekerjaan anggota kelompok di luar usahatani-ternak adalah sebagai buruh bangunan, jasa angkutan ojek dan berdagang yang berlokasi di wilayah sekitar tempat tinggal mereka. Sehingga bagi anggota kelompok yang menginginkan informasi flu burung lebih lanjut harus bekerja di luar wilayah desanya, karena semakin banyak berinteraksi dengan orang lain maka informasi (pengetahuan, sikap dan tindakan) akan semakin bertambah khususnya informasi flu burung.

Pendapatan Usahatani-ternak

Pendapatan dari usahatani-ternak berhubungan nyata dengan aspek kognitif dan aspek afektif. Hal ini berarti semakin tinggi pendapatan anggota kelompok yang diperoleh dari usahatani-ternak, maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki anggota kelompok terhadap flu burung. Hal ini dikarenakan pula anggota kelompok yang memiliki pendapatan usahatani-ternak yang besar dapat dengan mudah mendapatkan informasi flu burung melalui media yang dibelinya (baik itu media cetak ataupun media elektronik), sehingga mereka lebih tahu tentang informasi flu burung serta dapat menentukan sikap apa yang harus diambil terhadap informasi tersebut, karena mereka takut mengalami kerugian akibat adanya flu burung.

Pengalaman Bertani-beternak

Terdapat hubungan yang tidak nyata negatif antara pengalaman bertani-beternak dengan semua aspek persepsi terhadap flu burung. Hal ini menunjukkan bahwa sedikit banyaknya pengalaman tani-ternak yang dimiliki anggota kelompok maka tidak mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap informasi flu burung, karena umumnya anggota kelompok berusia muda dan baru memulai usahatani-ternak, sehingga informasi flu burung belum mereka dapatkan dari pengalaman tani-ternaknya tersebut.

Keanggotaan dalam Kelompok

Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara pengalaman menjadi anggota kelompok dengan persepsi terhadap informasi flu burung, baik itu dari aspek kognitif, afektif dan faktor konatif. Hal ini menunjukkan bahwa lama petani-peternak menjadi anggota kelompok tidak mempengaruhi


(49)

persepsi anggota kelompok terhadap flu burung. Hal ini juga sesuai dengan umur kelompok Pandan Wangi yang baru aktif pada tahun 2002, sehingga anggota kelompok belum mendapatkan informasi tambahan mengenai flu burung dari kelompok tersebut, karena jarang diadakannya pertemuan-pertemuan kelompok khususnya membahas tentang flu burung. Nilai negatif pada aspek afektif berarti bahwa petani-peternak yang telah lama menjadi anggota kelompok memiliki sikap yang negatif terhadap flu burung. Hal ini diduga karena anggota kelompok takut mengalami kerugian akibat flu burung, yang akan berpengaruh pada kelangsungan usahaternaknya.

Ketersediaan Sumber informasi

Terdapat hubungan yang nyata negatif (α 0,05) antara ketersediaan sumber informasi dengan persepsi anggota kelompok terhadap flu burung berdasarkan aspek afektif (sikap). Artinya bahwa semakin banyak ketersediaan sumber informasi flu burung, maka sikap anggota kelompok terhadap flu burung akan semakin negatif. Ini diduga karena anggota kelompok masih ragu untuk mengambil sikap dari sekian banyak informasi flu burung diperoleh. Jika salah satu sumber menyarankan untuk tidak mengkonsumsi produk unggas anggota kelompok bingung harus mengkonsumsi apa, karena diantara produk-produk peternakan, daging ayam merupakan produk yang paling terjangkau oleh pendapatan masyarakat.

Frekuensi Berkomunikasi

Terdapat hubungan yang sangat nyata (α 0,01) antara frekuensi berkomunikasi dengan persepsi anggota kelompok terhadap flu burung berdasarkan aspek kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi berkomunikasi yang dilakukan oleh sesama anggota kelompok maka akan meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan) anggota kelompok terhadap flu burung. Karena keingintahuan anggota kelompok terhadap flu burung sangat tinggi. Sehingga banyak pengetahuan flu burung mereka peroleh dari interaksi dengan sesama peternak sewaktu bertemu di jalan atau dalam kegiatan-kegiatan pertanian tertentu. Namun, pada aspek afektif dan konatif, terdapat hubungan yang tidak nyata karena anggota kelompok hanya ingin memperluas pengetahuan flu burung bukan kepada sikap atau tindakannya. Nilai negatif pada aspek afektif berarti bahwa anggota kelompok yang sering berkomunikasi tidak mempengaruhi sikap terhadap flu burung (negatif). Hal ini


(50)

dapat diduga karena anggota kelompok yang sering berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya mengenai masih perlukah produk-produk unggas dikonsumsi setelah terjadinya flu burung, kemudian anggota kelompok lainnya mengatakan masih dan anggota lainnya tidak (takut), tentunya akan mengalami keragu-raguan untuk hal ini. Oleh sebab itu semakin banyak berkomunikasi maka akan menimbulkan kebingungan dalam menentukan sikap terhadap flu burung tersebut.


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Mayoritas anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi berusia 37 – 54 tahun, memiliki pendidikan berkisar tamat SD – tamat SLTP, memiliki tanggungan keluarga berkisar 0 – 3 orang, tidak memiliki pekerjaan di luar usahatani-ternak, memiliki pendapatan usahaternak kurang dari Rp 500.000, pengalaman tani-ternak yang dimiliki berkisar 1 – 14 tahun dan memiliki pengalaman keanggotaan dalam kelompok selama satu tahun.

2. Persepsi anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi terhadap flu burung adalah masih memerlukan informasi flu burung lebih lengkap, ragu-ragu untuk memelihara dan mengkonsumsi unggas dan melaksanakan manajemen kesehatan ternak dengan lebih baik, dan terus mencari informasi.

3. Terdapat hubungan yang nyata (α 0,05) antara tanggungan keluarga dengan aspek afektif, antara pendapatan usahatani-ternak dengan aspek kognitif dan afektif. Sementara untuk faktor eksternal, ketersediaan sumber informasi flu burung berhubungan nyata dan negatif (α 0,05) dengan aspek afektif dan frekuensi berkomunikasi berhubungan sangat nyata (α 0,01) dengan aspek kognitif.

Saran

1. Kelompok hendaknya menyediakan media sumber informasi yang letaknya mudah dijangkau oleh anggota kelompok.

2. Pemerintah bersama pihak swasta (LSM, pers, perusahaan peternakan dan lain-lain) hendaknya memberikan sosialisasi tentang informasi flu burung kepada kelompok-kelompok tani-ternak melalui seminar maupun pelatihan-pelatihan penyuluhan.

3. Anggota kelompok hendaknya memperbaiki komunikasi antar sesama anggota kelompok lainnya.


(52)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan karunia, rahmat dan kuasanya yang telah melimpahkan nikmat dan kekuatan tak terhingga. Hanya atas izin dan pertolongan-Nya akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Papa dan Mama tercinta atas doa, perhatian, kerja keras dan kasih sayang tiada henti yang dicurahkan serta dorongan moril dan materiil dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Kakak dan Adeku tercinta Kakak Yayan, abang Nisfi, Ade Nopi juga keponakan tersayang Melly atas doa, semangat, candaan dan kasih sayang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA dan Ir. Lucia Cyrilla, ENSD. MSi sebagai dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi atas segala bimbingan, nasihat dan pengarahan yang telah diberikan selama penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Terima kasih kepada Ir. Hadiyanto, MS selaku dosen penguji seminar dan penguji sidang serta Ir. Widya Hermana, MSi selaku dosen penguji sidang atas saran dan masukannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr selaku dosen panitia seminar.

Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Keluarga H. Zulfakar dan Keluarga Sahuri serta semua anggota kelompok Pandan Wangi atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian. Kepada seluruh Staff Fakultas Peternakan, Umi-umi tercinta dan pihak kantin atas doa, makanan dan bantuannya kepada penulis. Kepada Yudi, Dudi, Wisnu, Maman atas persahabatan dan dorongannya di Pondok Permai. Sahabat tercinta Veron, Fajar, Wahyudi, Rasyid (terima kasih motornya), Heru, Nawir, Rony, Rusdi (terima kasih komputernya), Achin, April, Putri, Aska (terima kasih ilmunya), Arif (terima kasih VCD dan slidenya), Nuni, Nisa, Dani, Farah, Maya, Prita (terima kasih curhatnya), teman seperjuangan Sri sugiarti, Yusnita, Nia, Ketut, Hanum, Martina, Sari, Ipul, Yunus, Panji, Benjo, Ria, Moci. SR, Bone Band, Meizza Band, Penghuni Al-Azhar (Yoli, Agung, Bayu), Nuradi dan seluruh SEIP 39, 40, 41 atas persahabatan, doa dan dukungannya. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu-persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abduh. 2002. Persepsi masyarakat tentang Bank Islam di Kabupaten Bogor. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fitriyani, R. 2006. Kontribusi usahaternak ayam buras terhadap pendapatan keluarga peternak di Desa Tamansari Kecamatan Tamansari Bogor. Skripsi : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jahi, A. 1993. Komunikasi dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia. Edisi Ketiga : Suatu Pengantar. PT Gramedia. Jakarta.

Departemen Pertanian. 1997. Keputusan Menteri Pertanian. Pedoman Pembinaan Kelompok Tani Nelayan.

Kristina, Isminah, L. Wulandari. 2006. Flu Burung. http://www.litbang.go.id. [16

Februari 2006].

Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Santosa, S. 2004. Dinamika Kelompok. Bumi Aksara. Jakarta.

Sarwono, S. W. 1999. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta.

Sevilla, C. G, Jesus, A. D, Twila, G. P, Bella, P. R, Gabriel, G. U. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Prees. Jakarta.

Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT. Gramedia. Jakarta.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1998. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Soejoedono, R. D, dan E. Handharyani. 2005. Flu Burung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugiati, T. 2002. Tinjauan usahaternak ayam buras dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat (studi kasus di Desa Palabuan Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang). Skripsi : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Van den Ban, A. W. dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Cetakan Pertama. Kanisius. Yogyakarta.


(54)

(55)

Lampiran1.Frekuensi Faktor Internal Anggota Kelompok Umur Frekuensi Persentase Persentase Keabsahan Komulatif Persentase Keabsa han

Muda 19 38.0 38.0 38.0

Sedang 21 42.0 42.0 80.0

Tua 10 20.0 20.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pendidikan Formal

Frekuensi Persentase Persentase Keabsahan Komulatif Persentase Keab sahan Tidak sekolah-tidak

tamat SD 4 8.0 8.0 8.0

Tamat SD-tamat

SLTP 37 74.0 74.0 82.0

Tamat SLTA 9 18.0 18.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Tanggungan Keluarga Frekuensi Persentase Persentase Keabsahan Komulatif Persentase Keabsa han Sedikit

23 46.0 46.0 46.0

Sedang 22 44.0 44.0 90.0

Banyak 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pekerjaan di Luar Usahatani-ternak

Frekuensi Persentase Persentase Keabsahan

Komulatif Persentase Keabsa

han

Tidak ada 31 62.0 62.0 62.0

Ada 19 38.0 38.0 100.0


(56)

Pendapatan Usahatani-ternak

Frekuensi Persentase

Persentase Keabsahan

Komulatif Persentase Keabsa

han

Rendah 36 72.0 72.0 72.0

Sedang 9 18.0 18.0 90.0

Tinggi 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengalaman Bertani-beternak

Frekuensi Persentase

Persentase Keabsahan

Komulatif Persentase Keabsa

han

Baru 29 58.0 58.0 58.0

Sedang 13 26.0 26.0 84.0

Lama 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Keanggotaan dalam Kelompok

Frekuensi Persentase

Persentase Keabsahan

Komulatif Persentase Keabsa

han

Baru 21 42.0 42.0 42.0

Sedang 20 40.0 40.0 82.0

Lama 9 18.0 18.0 100.0


(1)

PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI-TERNAK

TERHADAP FLU BURUNG (

AVIAN INFLUENZA

)

(Kasus Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan

Leuwiliang, Kabupaten Bogor)

Oleh

KHAIRUL HANAFIAH D34102040

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 19 Januari 2007

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA Ir. Lucia Cyrilla, ENSD. MSi

NIP. 130 367 101 NIP. 131 760 916

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur. Sc NIP. 131 624 188


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Endang Ruchyat dan Ibu Ning Sri.

Penulis memasuki pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1989 di TK Ratresia Pondok Cina, Depok dan lulus tahun 1990. Tahun 1990 penulis memasuki pendidikan dasar di SDN Pondok Cina III, Depok dan lulus tahun 1996. Tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 242 Jakarta dan lulus tahun 1999. Pendidikan menengah atas, penulis jalani di SMU SULUH Jakarta pada tahun 1999 sampai tahun 2002. Setelah lulus SMU tahun 2002, penulis diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) melalui jalur USMI.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu HIMASEIP. Penulis menjadi anggota HIMASEIP pada tahun 2005 dan berada di bawah Departemen Kesekretariatan. Tahun 2006 penulis pernah menjadi mahasiswa berprestasi dibidang seni melalui kegiatan ALSA ENGLISH COMPETITION 2006 Fakultas Hukum UI dan memperoleh juara kedua.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabillalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Anggota Kelompok Tani-Ternak Terhadap Flu Burung (Avian influenza)”. Skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada bulan April – Mei 2006.

Anggota kelompok tani-ternak Pandan Wangi Desa Karehkel, sangat memerlukan perhatian dalam informasi flu burung. Berdasarkan hal tersebut, maka informasi yang mereka dapatkan akan berguna sebagai penghubung diantara masyarakat. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi anggota terhadap flu burung, mengetahui karakteristik anggota dan mengetahui hubungan faktor internal dan eksternal anggota kelompok dengan persepsi, sikap dan tindakan terhadap flu burung.

Semua kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Saran, kritik dan masukan sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amien.

Bogor, Januari 2007


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian... 3

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Definisi Persepsi ... 6

Prinsip Umum Persepsi ... 6

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 7

Proses Persepsi ... 8

Sikap ... 9

Flu Burung ... 10


(5)

Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi ... 21

Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok ... 22

Persepsi terhadap Flu Burung ... 29

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Flu Burung ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

UCAPAN TERIMAKASIH ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Sampel Penelitian... 15

2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel... 18

3. Sebaran Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan... 20

4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel... 20

5. Distribusi Faktor Internal Anggota Kelompok... 23

6. Ketersediaan Sumber Informasi Flu Burung bagi Anggota Kelompok... 26

7. Jenis Media Informasi Flu Burung yang Paling Banyak Digunakan Anggota Kelompok... 28

8. Frekuensi Berkomunikasi Anggota Kelompok... 28

9. Aspek Kognitif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 29

10. Aspek Afektif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 30

11. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras sebelum Terjadi Flu Burung... 31

12. Rata-rata Pendapatan Usahaternak Ayam Buras setelah Terjadi Flu Burung... 32

13. Aspek Konatif Anggota Kelompok mengenai Flu Burung... 33

14. Korelasi Faktor Internal dan Eksternal Anggota Kelompok dengan Persepsi terhadap Informasi Flu Burung... 34