Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus : Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat)
ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA KELOMPOK TANI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
DHARMA SIDDIQ
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok
Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Dharma Siddiq
NIM H34080005
ABSTRAK
DHARMA SIDDIQ. Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Kelompok Tani. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.
Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) merupakan salah
satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka pengurangan
kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan
menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Pembinaan
kelompok tani menjadi bagian penting dengan cara mengarahkan pada penerapan
sistem agribisnis, peningkatan peranan kepemimpinan, peran serta petani dan
anggota masyarakat pedesaan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
gaya kepemimpinan, faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan,
kinerja kelompok tani, dan hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
kelompok tani Karya Sejahtera, di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Non-Probability Sampling, analisis statistik deskriptif, dan uji korelasi Rank
Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan
partisipatif. Faktor individual pemimpin dan faktor kelompok dapat mengarah
gaya kepemimpinan. Berdasarkan analisis statistik dekskriptif kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera memiliki rata-rata skor sedang (3.45). Berdasarkan uji
korelasi Rank spearman terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua
kelompok dengan kinerja kelompok tani Karya Sejahtera.
Kata kunci: kepemimpinan, kelompok tani, kinerja
ABSTRACT
DHARMA SIDDIQ. The Analysis Of Leadership Relation With The Performance
Of Farmer Groups. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.
Revitalization of Agriculture, Fisheries and Forestry (RPPK) is one of the
Triple Track Strategy of the government in order to reduce poverty and
unemployment and improving the competitiveness of the national economy and
preserve agricultural resources, fisheries and forestry. Development of farmer
groups become an important part of the application by directing the agribusiness
system, an increase in the role of leadership, the participation of farmers and other
rural community members. This research was conducted to analyze the leadership
style, the factors which drive leadership style, performance farmer groups, and the
relationship with the leadership style of performance Karya Sejahtera farmer
groups, in Karyawangi Village, Parongpong Subdistrict, West Bandung. The
method used in this study is the Non-Probability Sampling, descriptive statistical
analysis, and the Spearman rank correlation test. The results of this study indicate
that the leadership style adopted by the laeder of Karya Sejahtera farmer group is
a participative leadership style. Based on the descriptive statistical analysis of
Karya Sejahtera farmer groups had an average score of moderate (3.45). Based on
rank spearman test there are any relation betwen leaddership style of the group
leader and Karya Sejahtera farmer group.
Keywords: leadership, farmer group, performance
ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA KELOMPOK TANI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
DHARMA SIDDIQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Kelompok Tani (Studi Kasus : Kelompok Tani Ternak Karya
Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
Nama
: Dharma Siddiq
NIM
: H34080005
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah gaya
kepemimpinan dengan judul Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan
Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna,
MSi sebagai Dosen Pembimbing atas semua bimbingan, arahan, waktu, motivasi,
dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Begitu juga dengan Bapak Ir. Burhanuddin, MM dan Ibu Ir. Narni Farmayanti,
MSc sebagai dosen penguji sidang, serta seluruh staf Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak
membantu selama penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dikdik dan Ibu
Nenden beserta keluarga yang telah bersedia memberikan bantuan berupa tempat
tinggal selama penelitian. Bapak Ayi Maman, dan Bapak Agus beserta seluruh
anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera yang telah banyak direpotkan dan
banyak membantu penulis selama berada di Desa Karyawangi. Teman-teman
Agritrash, HIPMA, “ORASI” BEM FEM 2010, anggota Gladikarya Karyawangi,
teman-teman sebimbingan skripsi, teman-teman agribisnis (angkatan 42, 43, 44,
45, 46 dan 47). Teman-teman kostan Wisma Alma dan kontrakan “Naga Ganteng”
Cecep, Ikhsan, Febri, Hendri, Rasyd, Imam, Husein, Buyung, Joko, Malik, Ryan
S, dan Tsamaniatul serta seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini
saya ucapkan terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Dharma Siddiq
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vi
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
4
6
7
7
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan
Studi Empiris terkait Kinerja kelompok
7
7
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasioanal
Hipotesis
11
11
18
20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Sampel
Data dan Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Depenisi Operasional
20
20
20
21
22
23
23
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Parongpong
Desa Karyawangi
Kelompoktani Ternak Karya Sejahtera
Karakteristik Peternak Responden
27
27
28
30
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Gaya Kepemimpinan
Analisis Fakto-Faktor yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan
Analisis Kinerja Kelompok Tani
Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani
34
34
36
43
45
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
48
48
48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
49
50
65
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun
2005-2009
2 Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian
3 Keadaan agroklimat Kecamatan Parongpong
4 Keadaan penduduk Kecamatan Parongpong
5 Jumlah penduduk Desa Karyawangi tahun 2010
6 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap gaya ke
pemimpinan ketua kelompok tani Karya Sejahtera
7 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap faktor
individual ketua kelompok tani Karya Sejahtera
8 Hubungan faktor individual dengan gaya kepemimpinan
9 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian aspek tujuan kelompok
10 Rataan skor dan tingkat penilaian aspek struktur kelompok
11 Hubungan faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan
12 Rataan skor dan persentase tingkat penilaian aspek kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera
13 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani
1
11
27
28
29
35
37
39
41
41
42
44
46
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Strategi pengembangan kelembagaan petani
Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian
Kerangka pemikiran operasional
Sebaran peternak responden berdasarkan umur
Sebaran peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Sebaran peternak responden berdasarkan pengalaman berternak
2
4
19
32
33
34
DAFTAR LAMPIRAN
1 Populasi sapi perah menurut provinsi tahun 2008-2012
2 Ketersediaan konsumsi susu tahun 2006-2010
3 Wilayah pengembangan kawasan peternakan, Kabupaten Bandung
Barat
4 Masalah dalam pengembangan kawasan peternakan dan perikanan
Kabupaten Bandung Barat
5 Hasil uji validitas terhadap 30 responden
6 Hasil uji reliabilitas terhadap 30 Responden
7 Dokumentasi penelitian di Kelompok Karya Sejahtera
8 Struktur organisasi kelompok tani ternak sapi perah Karya Sejahtera
50
51
52
53
54
58
60
61
9 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor individual pemimpin
dengan gaya kepemimpinan
10 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor kelompok dengan
gaya kepemimpinan
11 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja kelompok tani
62
63
64
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian
di Indonesia. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki
kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth
with equity) atau pertumbuhan yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan bahwa sekitar
45 persen tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian maka tidak heran
pertanian dapat menjadi basis pertumbuhan terutama di pedesaan (Daryanto 2009).
Kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian juga menunjukkan
bahwa pentingnya membangun pertanian yang berkelanjutan secara konsisten
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada tahap awal periode 2005 sampai
2009 pertumbuhan PDB masih di bawah target, tetapi pertumbuhan PDB terus
meningkat bahkan di tahun 2008 berhasil melampaui target yang ditetapkan. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun
2005-2009
Tahun
Target (%)
Capaian (%)
2005
3.20
2.50
2006
3.40
3.20
2007
3.60
3.40
2008
3.60
5.16
2009
3.80
3.57*
Rata-rata
3.52
3.30
Sumber : Kementrian pertanian. (2009)
*Angka sementara
Menurut Mosher (1967) tujuan pembangunan pertanian adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya pembangunan
pertanian erat kaitannya dengan upaya pengembangan sumber daya manusia
khususnya para petani, karena para petani yang mengatur dan menggiatkan
pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usahataninya.
Pemerintah dalam hal ini Presiden RI terus mengupayakan pembangunan
pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani. Pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005
merupakan salah satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka
pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing
ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan
kehutanan. Arah RPPK mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan
ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, diperlukan dukungan sumber
daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan
kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan). Salah satu bagian penting
dalam program RPPK adalah pembinaan dalam rangka penumbuhan dan
2
pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk
meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan kelompok tani
masih menjadi bagian penting ketika akan melanjutkan revitalisasi tersebut
dengan cara mengarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan,
peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan
menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait
untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, pembinaan kelompok tani
diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani
anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi,
pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya 1).
Secara umum pertanian (mencakup tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, dan peternakan) dalam perkembangannya yang biasa kita disebut
agribisnis merupakan satu kesatuan sistem yang saling terintegrasi satu sama lain,
mulai dari usaha hulu, on farm (usaha tani), pengolahan (agroindustri), hingga
pemasaran dan lembaga penunjang pertanian. Kelembagaan penunjang pertanian
sangat dibutuhkan untuk membangun sistem agribisnis. Kelembagaan penunjang
pertanian tersebut meliputi kelembagaan keuangan (modal), pendidikan (tenaga
kerja), penelitian (teknologi), koperasi, kelompok tani, serta gabungan kelompok
tani.
Kelembagaan pertanian di Indonesia seperti kelompok tani hingga kini telah
banyak berkembang. Pemerintah terus melakukan strategi pengembangan
kelembagaan petanian khususnya kelompok tani. Strategi tersebut diantaranya;
sosialisasi kebijakan penumbuhan kepedulian masyarakat, penataan kelembagaan
penguatan akuntabilitas kelembagaan, pelembagaan sistem perencanaan
partisipatif, pengembangan jaringan serta pengembangan kemampuan advokasi
kelembagaan (Gambar 1).
Diameter bunga (cm)
8
7
6
5
0
20
40
Tingkat naungan (%)
60
80
Gambar 1. Strategi pengembangan kelembagaan petani
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007
Kelompok tani dibentuk atas dasar kepentingan yang sama dan asas
kekeluargaan. Selain itu, berdasarkan karakteristiknya, kelompok tani pada
dasarnya organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari,
1)
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan kehutanan (RPPK). www.deptan.go.id [diakses tanggal
31 Maret 2012]
3
oleh dan untuk petani”. Kelompok tani sudah seharusnya mengambil peranan
lebih dalam peningkatan kesejahteraan petani, akan tetapi pada umumnya masih
banyak petani yang enggan bergabung atau ikut menjadi anggota kelompok tani.
Para petani masih merasa tidak ada perbedaan secara signifikan keuntungan yang
diperoleh antara petani yang berkelompok dan petani pada umumnya. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh kelompok tani belum menjalankan fungsi
maupun kinerjanya secara maksimal.
Dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007 disebutkan
bahwa: Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Ciri kelompok tani adalah (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya
diantara sesama anggota; (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama
dalam berusaha tani; (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,
hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan,
dan ekologi; (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama. Unsur pengikat kelompok tani terdiri dari; (1)
adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya; (2) adanya kawasan
usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya; (3)
adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya; (4) adanya kegiatan yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh minimal sebagian besar anggota; dan (5) adanya
dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang
program yang telah ditentukan. Kelompok tani berfungsi sebagai (1) wadah
belajar dan pembinaan petani guna meningkatkan PKS (pengetahuan,
keterampilan dan sikap), (2) wahana kerjasama diantara sesama anggota dan antar
kelompok tani serta pihak lain, (3) unit produksi (usaha tani) dari masing-masing
anggota kelompok tani untuk mencapai skala ekonomi dari segi kuantitas maupun
kontinuitas.
Terkait dengan berbagai keuntungan yang diperoleh dari pembentukan
kelompok tani, kinerja kelompok tani juga harus diperhatikan guna menjaga
keberlangsungan kelompok tani. Kinerja kelompok tani yang efektif menjadi
salah satu pendukung tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (RPPK). Menurut SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam
Wahyuni (2003) indikator kinerja kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan
merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk
pascapanen dan analisis usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat
dan mamfaat sumber daya alam secara optimal. (2) Kemampuan melaksanakan
dan menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan
memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan
yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang
dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Paradigma dalam pengembangan kelembagaan petani mencakup berbagai
elemen diantaranya; kepemimpinan, kewirausahaan dan menejerial (Gambar 2).
Pemimpin dalam kelompok memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
kelompok. Pemimpin dalam kelompok tani menggerakkan anggota atau petani
untuk mengembangkan usahanya. Pemimpin adalah seorang yang dengan cara
4
apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu sesuai
dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai
(Wiriadihardja 1987). Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dalam
kelompok tani memiliki peran penting dalam mengembangkan keberadaan
kelompok tani. Gaya kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan aktifitas
kelompok dapat menunjang tercapainya kinerja kelompok tani yang efektif.
Diameter bunga (cm)
8
7
6
5
0
20
40
60
Tingkat naungan (%)
80
Gambar 2. Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007
Salah satu kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan adalah
kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Kelompok tani ini berada di Desa
Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat yang fokus
mengembangkan usaha agribisnis sapi perah. Kelompok tani ternak Karya
Sejahtera berdiri pada tanggal 10 Maret 2008 dengan anggota awal 13 orang
hingga sekarang menjadi 33 anggota dan populasi sapi perah mencapai 85 ekor.
Kelompok ini bekerjasama dengan KUD Puspa Mekar dan Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) untuk pemasaran produk susu sapi segar.
Kelompok tani telah memiliki berbagai prestasi di tingkat Jawa Barat, seperti ikut
berbagai kontes ternak di Jawa Barat. Adapun tujuan dibentuknya kelompok ini
adalah agar kegiatan usaha kelompok dapat berjalan lebih maju, sehingga
kesejahteraan anggota akan lebih meningkat. Akhirnya, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan anggota dalam hal bekerjasama dan bermitra usaha
dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat dalam kurun tahun 2008 sampai 2012 tercatat berada di
urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk jumlah populasi sapi
perah se Indonesia (Lampiran 1) . Ketersediaan konsumsi akan susu di Jawa Barat
juga menjadi yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 715 350 ton per tahun
(Lampiran 2). Di samping itu, Kabupaten Bandung Barat masih tercatat sebagai
populasi peternakan sapi perah terbesar di Jawa Barat dengan 30 146 sapi perah.
Kawasan Lembang masih menjadi produsen terbanyak dengan 18 ribu sapi perah
yang dikelola oleh 7 ribu peternak 2).
2)
Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan
http://www.pikiranrakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]
Sapi
Perah.
5
Selain Lembang, daerah Kecamatan Parongpong juga mempunyai potensi
dalam mengembangkan agribisnis sapi perah khususnya di Desa Karyawangi
(Lampiran 3). Potensi agribisnis yang ada di Desa Karyawangi yang menonjol
adalah usaha bunga potong dan usaha ternak sapi perah. Khusus untuk ternak sapi
perah, jumlah populasinya menurut data tahun 2011 berjumlah 1 680 ekor,
terdapat peningkatan dibandingkan data tahun 2010 yang berjumlah 1 045 ekor.
Produksi susu sapi di desa ini mencapai 4 590 000 kg/tahun. Agroklimat yang
mendukung merupakan salah satu faktor yang membuat Desa Karyawangi
memiliki prospek yang baik untuk menjadi salah satu sentra produksi sapi perah
di Jawa Barat. Berdasarkan agroklimat, Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong
berada pada ketinggian dari permukaan laut 150 dpl/mdl serta memiliki suhu 80C
Dilihat dari segi ekonomi, peternak sapi perah sebenarnya mempunyai
peluang usaha yang sangat besar dalam hal penyiapan sarana peralatan,
pembibitan, dan pemeliharaan. Permintaan masyarakat terhadap susu mulai
meningkat dan bertambah, sedangkan populasi sapi perah tidak seimbang dengan
permintaan tersebut. Permintaan susu segar tidak hanya berasal dari masyarakat,
tetapi industri pengolahan susu nasional. Permintaan pasokan susu segar oleh
industri terus bertambah hingga 10 persen setiap harinya. Hal ini menyebabkan
kebutuhan susu tidak dapat terpenuhi. Artinya prospek usaha ternak sapi perah
cukup baik dan menjanjikan 3).
Peluang dan potensi tersebut dimanfaatkan oleh para anggota kelompok tani
ternak Karya Sejahtera untuk mengembangkan agribisnis sapi perah, akan tetapi
para peternak sapi perah menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam
melakukan budidaya sapi perah. Kendala dan masalah tersebut secara umum juga
dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lampiran 4). Untuk
kelompok tani ternak Karya Sejahtera kendala yang dihadapi antara lain; harga
pakan yang mahal, adanya bakteri E. Coli yang menjangkit susu sapi perah
sehingga susu mudah basi, kurangnya pengetahuan peternak untuk memberikan
nilai tambah pada komoditas susu sapi perah seperti produk turunan susu sapi,
serta kurangnya pengetahuan akan usaha-usaha sampingan yang berasal dari
beternak sapi perah seperti pembuatan pupuk kompos. Untuk pakan, peternak
menggunakan pakan sapi perah berupa hijauan (rumput), ampas tahu dan
singkong serta konsentrat. Peternak menilai harga pakan masih terlalu mahal
sehingga dapat mempengaruhi biaya produksi para peternak. Beberapa kendala
tersebut nanti akan berdampak timbulnya masalah baru. Masalah tersebut
diantaranya peternak akan beralih kepekerjaan lain dan menjual sapi mereka. Hal
ini dikhawatirkan akan mengurangi populasi sapi dan produksi susu di Indonesia.
Kelompok tani (sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan unit
produksi) sangat dibutuhkan sebagai kelembagaan pertanian yang dapat
meminimalisir kendala dan masalah dalam beternak sapi perah. Efektifitas
kelompok tani dapat diukur dengan mengukur kinerjanya. Indikator kinerja
kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas usahatani. (2) Kemampuan melaksanakan dan
menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan
3)
Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan Sapi Perah. http://www.pikiranrakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]
6
memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan
yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang
dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Kinerja suatu organisasi seperti kelompok tani dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor kepemimpinan seorang ketua kelompok.
Kinerja yang dihasilkan oleh suatu organisasi ataupun kelompok merupakan
gambaran kepemilikan hasil yang diberikan oleh pemimpin yang mengolah
organisasi atau kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja
sebagai salah satu ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan (Fahmi
2012).
Kepemimpinan dalam kelompok tani mencakup gaya kepemimpinan
seorang ketua dalam menjalankan dan mengelola kelompok tani untuk mncapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hause dan Mitchell (1974) dalam
Yukl (1994) menerangkan gaya kepemimpinan (teori path-goal) meliputi hal-hal
berikut: (1) directive leadership; (2) supportive leadership; (3) participative
leadership; (4) achievement-oriented leadership. Selain itu, gaya kepemimpinan
juga dipengauhi oleh beberapa faktor seperti faktor individual seorang pemimpin
dan faktor kelompok. Faktor individual meliputi sikap toleransi seorang pemimpin,
keuletannya, kesungguhan, ketenangan, keterarahan, sikap tanggap dan terampil
serta kecakapan dan keluwesannya. Sedangkan faktor kelompok meliputi tujuan
kelompok dan struktur kelompok. Berdasarkan uraian di atas dirumuskan
beberapa rumusan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1)
Apa gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh ketua pada kelompok tani
Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
2)
Apa faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan dalam kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
3)
Bagaimana kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat?
4)
Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang diuraikan, penelitian ini memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua pada
kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat.
2)
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan
ketua dalam kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
7
3)
4)
Menganalisis kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat
Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan mampu memberikan
informasi dan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya :
1)
Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dan melatih kemampuan untuk
dapat berfikir analitis dalam menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama masa perkuliahan.
2)
Bagi kelompok tani Karya Sejahtera, sebagai salah satu bahan masukan agar
dapat meningkatkan kapasitas kepemimpinan dari ketua sehingga tercapai
kinerja kelompok tani yang baik yang bertujuan akhir untuk
mensejahterakan anggota.
3)
Bagi pembaca, sebagai bahan referensi, pedoman, literatur dalam
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis gaya kepemimpinan
dan hubunggannya dengan kinerja sebuah kelompok tani.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian serta adanya
keterbatasan sumber daya menimbulkan beberapa keterbatasan dalam penelitian
ini, yaitu : (1) Analisis yang dilakukan karena potensi agribisnis khususnya
komoditas sapi perah di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat yang dinaungi oleh kelompok tani Karya Sejahtera, (2) Analisis
dilakukan pada tingkat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok
tani serta faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani
Karya Sejahtera, (3) Penelitian ini terbatas pada data yang tersedia dari kelompok
tani Karya Sejahtera, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang
tak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat
sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan
jiwa kepemimpinan yang dimilki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan
cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu hingga akhirnya
mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian, ada sebagian orang yang
memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu
membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut (Fahmi
2012).
8
Karakteristik kepemimpinan yang biasa kita sebut gaya kepemimpinan
dapat mempengaruhi keberlangsungan organisasi atau kelompok. Dengan kata
lain, kinerja suatu organisasi atau kelompok menjadi efektif jika ditunjang dengan
efektivitas kepemimpinan. Sedangkan efektivitas kinerja organisasi atau
kelompok seperti kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non
keuangan (non financial performance) berujung kepada tingkat kesejahteraan
anggota (peternak dan petani). Fahmi (2012) menyatakan bahwa kinerja yang
dihasilkan oleh suatu organisasi atau kelompok merupakan gambaran hasil
kepemimpinan yang diberikan oleh pemimpin dalam mengolah organisasi atau
kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu
ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan.
Adapun metode yang dapat digunakan untuk menghitung atau menilai
tingkat gaya kepemimpinan dan faktor-faktor yang mengarahkan serta kinerja di
suatu kelompok tani antara lain metode survey, pendekatan kualitatif, analisis
statistik deskriptif, uji korelasi Rank Sperman (SPSS).
Gaya kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin
dan kaitannya dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta
produktivitas terdiri dari tiga diantaranya; gaya kepemimpinan demokratis, gaya
kepemimpinan otoriter, dan gaya kepemimpinan laissez faire. Sedangkan teori
kontingensi tentang kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader
substitute, model multiple-linkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive
resources. Teori Path-goal yang dikemukakan oleh House dan Mitchell (1974)
dalam Yukl (1994) menjelaskan ada empat prilaku seorang pemimpin, diantaranya
Directive Leadership (Kepemimpinan yang instruktif), Supportive Leadership
(kepemimpinan yang mendukung), Participative Leadership (kepemimpinan
partisipatif), Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi
kepada keberhasilan). Untuk faktor yang dapat mengarahkan suatu gaya
kepemimpinan dapat dilihat melalui pendekatan faktor karakteristik individual
pemimpin dan faktor kelompok.
Penelitian tentang gaya kepemimpinan bukanlah yang pertama kali, Yunasaf
(2005) melakukan penelitian mengenai hubungan kepemimpinan ketua kelompok
dan hubungannya dengan keefektifan kelompok pada kelompok tani ternak sapi
perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kabupaten Sumedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok,
keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian
dilakukan dengan metode survei. Unit analisis adalah kelompok tani sapi perah
yang ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Pengambilan
contoh responden dilakukan secara gugus bertahap. Jumlah responden 30 orang
dari 4 kelompok terpilih. Uji keeratan hubungan yang digunakan adalah uji
korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan
ketua kelompok tani ternak sapi perah sebanyak 46.67% tergolong cukup, 43.33%
tergolong tinggi, dan 10.00% tergolong sangat tinggi. Keefektifan kelompoktani
ternak sapi perah sebanyak 50.00% tergolong cukup, 40% tergolong tinggi, dan
10% tergolong sangat tinggi. Derajat hubungan kepemimpinan ketua kelompok
tani ternak sapi perah dengan keefektifan kelompok menunjukkan adanya
hubungan positif yang kuat.
Sedangkan Randhita (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam organisasi pemerintahan
9
kelurahan di Kelurahan Cipagari, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan lurah yang diterapkan di
berbagai kegiatan, menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan lurah, menelaah kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan
Ciparigi, serta menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai pada Kelurahan Ciparigi. Penelitian ini menggunakan kombinasi
pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa
Barat.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Penerapan gaya kepemimpinan
yang dominan digunakan lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan
adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif. Pada
kegiatan tertentu, diterapkan pula gaya kepemimpinan delegatif dan gaya
kepemimpinan direktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan lurah di Kelurahan Ciparigi adalah karakteristik pemimpin,
karakteristik pegawai dan situasi di lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik
pemimpin dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
pemimpin, kepribadian pemimpin, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut
pemimpin dalam mengambil keputusan sesuai tugas pokok dan fungsi lurah.
Kedua, karakteristik pegawai meliputi pendidikan, pengalaman bekerja yang
dimiliki pegawai, motivasi kerja pegawai dan tanggung jawab pegawai terhadap
pekerjaannya. Ketiga, situasi yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
penerapan gaya kepemimpinan lurah dalam pengambilan keputusan meliputi
situasi atau keadaan lingkungan kerja serta situasi masalah yang mempengaruhi
pemimpin dalam pengambilan keputusan.
Tingkat kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan Ciparigi secara
keseluruhan cukup tinggi yakni mencapai 75 persen pegawai, sedangkan sisanya
berkinerja sedang. Pada penilaian kinerja tersebut, tidak ada perbedaan antara
penilaian kinerja berdasarkan penilaian pegawai yang bersangkutan serta
penilaian warga masyarakat. Pengaruh penerapan gaya kepemimpinan tertentu
lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan, dirasakan pegawai
berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Penerapan gaya kepemimpinan
konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif lurah berpengaruh menghasilkan
kinerja pegawai tinggi. Disamping itu, pada kegiatan-kegiatan tertentu dan pada
pegawai-pegawai dengan karakteristik tertentu penerapan gaya kepemimpinan
direktif dan gaya kepemimpinan delegatif juga mampu menghasilkan kinerja
pegawai tinggi.
Selain itu, Hafizhoh (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan gaya
kepemimpinan terhadap efektivitas kelompok pada kelompok tani Mekarsari,
Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian
ini adalah mendeskripsikan gaya kepemimpinan ketua, mengidentifikasi faktorfaktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis efektivitas
kelompok, dan menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan
efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masingmasing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik
10
inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang diolah
menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 16.0.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor
individu pemimpin dengan gaya kepemimpinan. Faktor individu pemimpin lebih
berhubungan dengan penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif pada
Ketua Kelompok Tani Mekarsari. Selain itu juga diketahui terdapat hubungan
antara faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok. Struktur
kelompok memiliki hubungan yang sangat nyata dengan gaya kepemimpinan
direktif, suportif, dan partisipatif. Selain struktur kelompok, tujuan kelompok
memiliki hubungan yang nyata dengan gaya kepemimpinan partisipatif.
Sedangkan umur dari anggota kelompok tani berhubungan nyata dengan gaya
kepemimpinan suportif dan partisipatif. Pada penelitian ini juga dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan
tercapainya efektivitas kelompok. Gaya kepemimpinan suportif memiliki
hubungan yang sangat nyata dengan wawasan keanggotaan, keberhasilan anggota,
dan moral kelompok, dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain.
Studi Empiris terkait Kinerja Kelompok
Negara (2008) meneliti tentang analisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi Kelompok Usaha Tanaman Hias Akuarium (KUTHA) “bunga air” di
Desa Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan antara lain yaitu (1)
Mengidentifikasi karakteristik anggota yang berpengaruh terhadap perkembangan
KUTHA ”Bunga Air”, dan (2) Manganalisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi KUTHA ”Bunga Air” dalam melaksanakan aspek – aspek kemampuan
kelompok. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction
Index (CSI). Berdasarkan metode analisis tersebut diharapkan mampu melihat
secara objektif kinerja yang dilakukan oleh pengurus organisasi KUTHA ”Bunga
Air”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anggota KUTHA
„BungaAir‟ menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan utama,
jumlah luas lahan, serta kepemilikannya, memberikan gambaran menyeluruh
tentang karakteristik invididu anggota. Tingkat pendidikan menjadi faktor yang
mempengaruhi perkembangan kelompok. Latar belakang pendidikan yang masih
rendah dari anggota menyulitkan pengurus dalam memberikan informasi dan
petunjuk - petunjuk lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional kelompok.
Sehingga tidak jarang menimbulkan rasa memiliki keanggotaan yang rendah dari
anggota terhadap kegiatan kelompok khususnya yang bersifat administratif.
Persepsi anggota KUTHA ”Bunga Air” terhadap pelaksanaan aspek–aspek
kemampuan kelompok berdasarkan analisis IPA menunjukan bahwa atribut yang
perlu ditingkatkan adalah kemampuan meregenerasi kepengurusan organisasi,
transparansi pelaporan keuangan kelompok, dan adanya peningkatan jumlah
anggota setiap tahun. Sedangkan aribut yang perlu dipertahankan adalah
kemampuan dalam membina hubungan dengan pihak lain, kemampuan dalam
memberikan ORDER bagi anggota, ketepatan dalam memberikan kredit, daya
11
serap dan pemamfaatan informasi pasar, dan kemampuan dalam meningkatkan
produktivitas usaha tanaman hias akuarium.
Secara keseluruhan anggota merasa cukup puas terhadap pelaksanaan aspekaspek kemampuan kelompok yang dilakukan oleh pengurus organisasi pada
selang kepuasan 56 persen. Meskipun demikian nilai tersebut masih belum
maksimal untuk ukuran kepuasan anggota sehingga pengurus organisasi KUTHA
“Bunga Air” harus terus meningkatkan kinerjanya agar kepuasan anggota
terhadap atribut aspek kemampuan kelompok mendekati 100 persen atau pada
taraf sangat puas.
Hasil studi penelitian terdahulu mengenai gaya kepemimpinana dan kinerja
kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian
Studi empiris terkait gaya kepemimpinan
No Penulis
Judul
Alat analisis
1
Yunasaf
Kepemimpinan ketua kelompok dan (1) Metode survey
(2005)
hubungannya dengan keefektifan (2) Uji korelasi Rank
kelompok di kelompok tani ternak
Sperman(SPSS)
sapi perah wilayah kerja koperasi
serba usaha Tandangsari Sumedang
2
Randhita Pengaruh
gaya
kepemimpinana (1) Metode Suvey
(2009)
terhadap kinerja pegawi dalam (2) Pendekatan
organisasi pemerintahan kelurahan di
kualitatif
Kelurahan Ciparigi, Kecamatan
Bogor Utara, Kota Bogor
3
Hafizhoh Hubungan
gaya
kepemimpinan (1) Analisis deskriptif
(2011)
terhadap efektivitas kelompok di (2) Uji korelasi Rank
kelompok tani Mekarsari, Desa
Sperman (SPSS)
Purwasai, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor
Studi empiris terkait kinerja kelompok
1
Negara
Analisis persepsi anggota terhadap (1) Analisis deskriptif
(2008)
kinerja organisasi Kelompok Usaha (2) IPA (Importance
Tanaman Hias Akuarium (KUTHA)
Performance
“Bunga Air” di Desa Ciawi
Analysis)
Kabupaten Bogor
(3) CSI
(Costumer
Satisfaction
Index)
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dipisahkan, karena setiap
pemimpin dengan sendirinya pula (baik sadar maupun tidak sadar) membawa
12
kepemimpinan itu sendiri dalam tindakan kesehariannya. Pemimpin mengacu
pada orangnya (individunya), sedangkan pengertian kepemimpinan mengacu
kepada kemampuan individu tersebut. Suatu usaha yang dilakukan seorang
pemimpin, tidak lah efektif jika tidak diikuti dengan kepemimpinan tersebut
(Yusuf 1989).
Menurut Griffin (2003) dalam Fahmi (2012) pemimpin adalah individu
yang mampu mempengaruhi prilaku orang lain tanpa harus mengandalkan
kekerasan dan merupakan individu yang diterima oleh orang lain sebagai
pemimpin.
Pemimipin di suatu organisasi, baik yang bersifat profit oriented maupun
non profit oriented memiliki posisi dominan dalam menentukan maju mundurnya
suatu kelompok atau perusahaan yang dipimpinnya. Kinerja yang dihasilkan oleh
suatu organisasi ataupun kelompok merupakan gambaran kepemilikan hasil yang
diberikan oleh pemimpin yang mengolah organisasi atau kelompok tersebut.
Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam
mendukung pengambilan keputusan (Fahmi 2012).
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang
berbeda. Fahmi (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu ilmu
yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,
mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perintah yang direncanakan. Robbins (2003) dalam Fahmi (2012) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
kearah tercapainya suatu tujuan. Selain itu, menurut Daft (2003) dalam Fahmi
(2012) kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang yang
mengarah kepada pencapaian tujuan.
Tannenbaum et al.(1961) dalam Yukl (1994) menyatakan kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu serta
diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu. Menurut Yukl (1994) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya
dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta
persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh seorang pemimpin.
Wiriadihardja (1987) memaparkan beberapa esensi kepemimpinan, yaitu:
1)
Kemampuan mempengaruhi tata laku orang lain, apakah dia pegawai
bawahan, rekan sekerja, atau atasan;
2)
Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan,
sugesti, perintah atau bentuk lainnya;
3)
Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Ukuran yang biasanya digunakan mengenai efektivitas pemimpin adalah
sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut melaksanakan tugas secara
berhasil dan mencapai tujuan-tujuannya. Didalam beberapa hal, ukuran-ukuran
objektif tentang kinerja atau pencapaian tujuan sudah tersedia, seperti misalnya
laba, margin laba, peningkatan penjualan, pangsa pasar, biaya per unit dari yang
dihasilkan, biaya dengan hubungannya dengan pengeluaran-pengeluaran yang
dianggarkan, dan sebagainya (Yukl 1994).
13
Sifat, Watak, Perangai Kepemimpinan
Yukl (1994) menyatakan bahwa salah satu pendekatan paling dini dalam
mempelajari kepemimpinan adalah pendekatan mengenai ciri trait. Dengan
asumsi bahwa beberapa orang mempunyai ciri-ciri dan keterampilan-keterampilan
teretentu yang membuat mereka mencari dan memperoleh kedudukan
kepemimpinan dan akan efektif dalam posisi tersebut. Ciri trait menunjukkan
kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek-aspek kepribadian,
temperamen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai.
Seorang pemimpin yang efektif pasti memiliki sejumlah trait atau
karakteristik tertentu. Teori trait tentang kepemimpinan ialah usaha identifikasi
karakter khusus (fisik, mental, kepribadian) terkait kesuksesan pemimpin
(Ivancevich et al. 2007). Karakteristik kepribadian pemimpin dapat ditelususri
melalui sifat, watak, dan perangai dari pemimpin. Sifat, watak dan perangai yang
dimiliki oleh seorang pemimpin dapat menunjang tercapainya kepemimpinan
yang efektif.
Wiriadihardja (1987) menjabarkan beberapa sifat, watak dan perangai
kepemimpinan sebagai berikut:
1)
Toleransi
Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide
dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi,
bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan
atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan.
2)
Keuletan
Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan
kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri. Berusaha demi
kemajuan, dengan memberi informasi dan keahliannnya. Kedudukannya
sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.
3)
Rasa Kesungguhan
Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang
memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa
depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh
usahanya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar
serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih
secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.
4)
Tenang
Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifat yang tidak
menonjolkan kekakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala
ketidaktertiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai
yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya.
Kesetabilan emosi serta tidak mudah terprovokasi.
5)
Terarah
Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa,
kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama
baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Serta peduli
terhadap keadaan anggota.
6)
Tanggap dan Terampil
Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat
menilai situasi, kondisi, dan lingkungan baru secara tepat. Cepat
14
menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang
tepat.
7)
Cakap dan Luwes
Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk
menyukseskan tanggung jawabnya. Mampu mengubah perhatian dari
permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh
perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui
pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta
memilih para pembantunya yang cakap.
Dengan menganalisis dan mengidentifikasi karakter pemimpin tersebut
tersebut akan diperoleh berbagai karakter yang dominan yang dimiliki seorang
ketua kelompok. Selain itu, juga diperoleh karakter-karakter yang dapat
mengarahkan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua kelompok, sehingga
karakter pemimpin pemimpin dapat menentukan gaya kepemimpinan ketua.
Gaya Kepemimpinan
Cara pemimpin dalam menggunakan kontrol atas anggota kelompoknya
disebut dengan gaya kepemimpinan (Hybels dan Weaver 2003, dalam Hafizhoh
2011). Selanjutnya, Yusuf (1989) menyatakan bahwa tingkah laku seorang
pemimpin dalam kelompoknya terhadap para anggota, bisa menentukan bentuk
gaya kepemimpinan yang dominan yang dipegangnya, sesuai dengan penggunaan
sumber kekuasaan yang dipilihnya (seorang pemimpin).
Yusuf (1989) menyatakan bahwa para ahli yang berkecimpung dalam
psikologi sosial, seperti Lewin, Lippit dan White menentukan ada tiga gaya
kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin dan kaitannya
dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta produktivitas. Ketiga
gaya tersebut sebagaian sudah umum diketahui, antara lain:
1)
Gaya kepemimpinan Demokratis
Secara singkat, bahwa otoritas ada di tangan kelompok secara keseluruhan.
Pemimpin berpendapat bahwa para anggota mampu mengarahkan diri
sendiri dan berusaha menyajikan kepada para anggotanya suatu kesempatan
untuk tumbuh, dan mengaktualisasikan diri.
2)
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Dalam gaya kepemimpinan ini kekuasaan terpusat pada satu orang, yaitu
sang pemimpin. Mengekploitir ketergantungan pengikutnya dengan cara
menentukan kebijakan kelompok tanpa melalui konsultasi terlebih dahulu
kepada para anggota kelompoknya, mengkritik anggota kelompok secara
subyektif dan lain sebagainya.
3)
Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Berlainan dengan gaya otoriter dan demokratis, gaya kepemimpinan ini
memberi kebebasan penuh dengan cara mengabaikan, dan menghindari
tanggung jawab dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya (anggota
kelompok). Selain non partisipatif dan sikap acuh tak acuh, pemimpin juga
hanya menyediakan materi dan informasi apabila diminta, serta jarang
memberikan pujian ataupun kritikan kepada setiap anggotanya.
15
Yukl (1994) menyatakan bahwa dampak kepemimpinan bervariasi dari
situasi kesituasi. Efektivitas kepemimpinan dalam hubungannya dengan variablevariabel dapat di jelaskan dengan teori kontingensi. Teori kontingensi tentang
kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader substitute, model multiplelinkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive resources.
Dari beberapa teori diatas efektivitas kepemimpinan yang berhubungan
dengan variabel-variabel serta kepuasan dan kinerja bawahan yang dipengaruhi
oleh prilaku seorang pemimpin, dapat dikaji dari teori path goal (jalan - tujuan).
Teori Path-goal yang dike
KINERJA KELOMPOK TANI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
DHARMA SIDDIQ
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan
Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok
Tani Ternak Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Dharma Siddiq
NIM H34080005
ABSTRAK
DHARMA SIDDIQ. Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Kelompok Tani. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.
Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) merupakan salah
satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka pengurangan
kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan
menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan. Pembinaan
kelompok tani menjadi bagian penting dengan cara mengarahkan pada penerapan
sistem agribisnis, peningkatan peranan kepemimpinan, peran serta petani dan
anggota masyarakat pedesaan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
gaya kepemimpinan, faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan,
kinerja kelompok tani, dan hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja
kelompok tani Karya Sejahtera, di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Non-Probability Sampling, analisis statistik deskriptif, dan uji korelasi Rank
Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh ketua kelompok tani Karya Sejahtera adalah gaya kepemimpinan
partisipatif. Faktor individual pemimpin dan faktor kelompok dapat mengarah
gaya kepemimpinan. Berdasarkan analisis statistik dekskriptif kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera memiliki rata-rata skor sedang (3.45). Berdasarkan uji
korelasi Rank spearman terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua
kelompok dengan kinerja kelompok tani Karya Sejahtera.
Kata kunci: kepemimpinan, kelompok tani, kinerja
ABSTRACT
DHARMA SIDDIQ. The Analysis Of Leadership Relation With The Performance
Of Farmer Groups. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.
Revitalization of Agriculture, Fisheries and Forestry (RPPK) is one of the
Triple Track Strategy of the government in order to reduce poverty and
unemployment and improving the competitiveness of the national economy and
preserve agricultural resources, fisheries and forestry. Development of farmer
groups become an important part of the application by directing the agribusiness
system, an increase in the role of leadership, the participation of farmers and other
rural community members. This research was conducted to analyze the leadership
style, the factors which drive leadership style, performance farmer groups, and the
relationship with the leadership style of performance Karya Sejahtera farmer
groups, in Karyawangi Village, Parongpong Subdistrict, West Bandung. The
method used in this study is the Non-Probability Sampling, descriptive statistical
analysis, and the Spearman rank correlation test. The results of this study indicate
that the leadership style adopted by the laeder of Karya Sejahtera farmer group is
a participative leadership style. Based on the descriptive statistical analysis of
Karya Sejahtera farmer groups had an average score of moderate (3.45). Based on
rank spearman test there are any relation betwen leaddership style of the group
leader and Karya Sejahtera farmer group.
Keywords: leadership, farmer group, performance
ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN
KINERJA KELOMPOK TANI
(Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
DHARMA SIDDIQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja
Kelompok Tani (Studi Kasus : Kelompok Tani Ternak Karya
Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat)
Nama
: Dharma Siddiq
NIM
: H34080005
Disetujui oleh
Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini ialah gaya
kepemimpinan dengan judul Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan
Kinerja Kelompok Tani (Studi Kasus: Kelompok Tani Ternak Karya Sejahtera,
Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna,
MSi sebagai Dosen Pembimbing atas semua bimbingan, arahan, waktu, motivasi,
dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Begitu juga dengan Bapak Ir. Burhanuddin, MM dan Ibu Ir. Narni Farmayanti,
MSc sebagai dosen penguji sidang, serta seluruh staf Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak
membantu selama penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dikdik dan Ibu
Nenden beserta keluarga yang telah bersedia memberikan bantuan berupa tempat
tinggal selama penelitian. Bapak Ayi Maman, dan Bapak Agus beserta seluruh
anggota kelompok tani ternak Karya Sejahtera yang telah banyak direpotkan dan
banyak membantu penulis selama berada di Desa Karyawangi. Teman-teman
Agritrash, HIPMA, “ORASI” BEM FEM 2010, anggota Gladikarya Karyawangi,
teman-teman sebimbingan skripsi, teman-teman agribisnis (angkatan 42, 43, 44,
45, 46 dan 47). Teman-teman kostan Wisma Alma dan kontrakan “Naga Ganteng”
Cecep, Ikhsan, Febri, Hendri, Rasyd, Imam, Husein, Buyung, Joko, Malik, Ryan
S, dan Tsamaniatul serta seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini
saya ucapkan terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Dharma Siddiq
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vi
vi
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
4
6
7
7
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan
Studi Empiris terkait Kinerja kelompok
7
7
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasioanal
Hipotesis
11
11
18
20
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penentuan Sampel
Data dan Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Depenisi Operasional
20
20
20
21
22
23
23
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Parongpong
Desa Karyawangi
Kelompoktani Ternak Karya Sejahtera
Karakteristik Peternak Responden
27
27
28
30
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Gaya Kepemimpinan
Analisis Fakto-Faktor yang Mengarahkan Gaya Kepemimpinan
Analisis Kinerja Kelompok Tani
Analisis Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Kelompok Tani
34
34
36
43
45
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
48
48
48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
49
50
65
DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun
2005-2009
2 Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian
3 Keadaan agroklimat Kecamatan Parongpong
4 Keadaan penduduk Kecamatan Parongpong
5 Jumlah penduduk Desa Karyawangi tahun 2010
6 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap gaya ke
pemimpinan ketua kelompok tani Karya Sejahtera
7 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian terhadap faktor
individual ketua kelompok tani Karya Sejahtera
8 Hubungan faktor individual dengan gaya kepemimpinan
9 Rataan skor dan persentase tingkatan penilaian aspek tujuan kelompok
10 Rataan skor dan tingkat penilaian aspek struktur kelompok
11 Hubungan faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan
12 Rataan skor dan persentase tingkat penilaian aspek kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera
13 Hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok tani
1
11
27
28
29
35
37
39
41
41
42
44
46
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Strategi pengembangan kelembagaan petani
Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian
Kerangka pemikiran operasional
Sebaran peternak responden berdasarkan umur
Sebaran peternak responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Sebaran peternak responden berdasarkan pengalaman berternak
2
4
19
32
33
34
DAFTAR LAMPIRAN
1 Populasi sapi perah menurut provinsi tahun 2008-2012
2 Ketersediaan konsumsi susu tahun 2006-2010
3 Wilayah pengembangan kawasan peternakan, Kabupaten Bandung
Barat
4 Masalah dalam pengembangan kawasan peternakan dan perikanan
Kabupaten Bandung Barat
5 Hasil uji validitas terhadap 30 responden
6 Hasil uji reliabilitas terhadap 30 Responden
7 Dokumentasi penelitian di Kelompok Karya Sejahtera
8 Struktur organisasi kelompok tani ternak sapi perah Karya Sejahtera
50
51
52
53
54
58
60
61
9 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor individual pemimpin
dengan gaya kepemimpinan
10 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara faktor kelompok dengan
gaya kepemimpinan
11 Hasil korelasi uji Rank Spearman‟s antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja kelompok tani
62
63
64
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian
di Indonesia. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki
kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth
with equity) atau pertumbuhan yang berkualitas. Hal ini ditunjukkan bahwa sekitar
45 persen tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian maka tidak heran
pertanian dapat menjadi basis pertumbuhan terutama di pedesaan (Daryanto 2009).
Kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertanian juga menunjukkan
bahwa pentingnya membangun pertanian yang berkelanjutan secara konsisten
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada tahap awal periode 2005 sampai
2009 pertumbuhan PDB masih di bawah target, tetapi pertumbuhan PDB terus
meningkat bahkan di tahun 2008 berhasil melampaui target yang ditetapkan. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tahun
2005-2009
Tahun
Target (%)
Capaian (%)
2005
3.20
2.50
2006
3.40
3.20
2007
3.60
3.40
2008
3.60
5.16
2009
3.80
3.57*
Rata-rata
3.52
3.30
Sumber : Kementrian pertanian. (2009)
*Angka sementara
Menurut Mosher (1967) tujuan pembangunan pertanian adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Upaya pembangunan
pertanian erat kaitannya dengan upaya pengembangan sumber daya manusia
khususnya para petani, karena para petani yang mengatur dan menggiatkan
pertumbuhan tanaman dan hewan dalam usahataninya.
Pemerintah dalam hal ini Presiden RI terus mengupayakan pembangunan
pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani. Pencanangan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005
merupakan salah satu dari Triple Track Strategy dari pemerintah dalam rangka
pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing
ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan
kehutanan. Arah RPPK mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan
ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian
serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, diperlukan dukungan sumber
daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan
kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan). Salah satu bagian penting
dalam program RPPK adalah pembinaan dalam rangka penumbuhan dan
2
pengembangan kelompok tani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk
meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan kelompok tani
masih menjadi bagian penting ketika akan melanjutkan revitalisasi tersebut
dengan cara mengarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan,
peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan
menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait
untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu, pembinaan kelompok tani
diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani
anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi,
pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya 1).
Secara umum pertanian (mencakup tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, dan peternakan) dalam perkembangannya yang biasa kita disebut
agribisnis merupakan satu kesatuan sistem yang saling terintegrasi satu sama lain,
mulai dari usaha hulu, on farm (usaha tani), pengolahan (agroindustri), hingga
pemasaran dan lembaga penunjang pertanian. Kelembagaan penunjang pertanian
sangat dibutuhkan untuk membangun sistem agribisnis. Kelembagaan penunjang
pertanian tersebut meliputi kelembagaan keuangan (modal), pendidikan (tenaga
kerja), penelitian (teknologi), koperasi, kelompok tani, serta gabungan kelompok
tani.
Kelembagaan pertanian di Indonesia seperti kelompok tani hingga kini telah
banyak berkembang. Pemerintah terus melakukan strategi pengembangan
kelembagaan petanian khususnya kelompok tani. Strategi tersebut diantaranya;
sosialisasi kebijakan penumbuhan kepedulian masyarakat, penataan kelembagaan
penguatan akuntabilitas kelembagaan, pelembagaan sistem perencanaan
partisipatif, pengembangan jaringan serta pengembangan kemampuan advokasi
kelembagaan (Gambar 1).
Diameter bunga (cm)
8
7
6
5
0
20
40
Tingkat naungan (%)
60
80
Gambar 1. Strategi pengembangan kelembagaan petani
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007
Kelompok tani dibentuk atas dasar kepentingan yang sama dan asas
kekeluargaan. Selain itu, berdasarkan karakteristiknya, kelompok tani pada
dasarnya organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuhkembangkan “dari,
1)
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan kehutanan (RPPK). www.deptan.go.id [diakses tanggal
31 Maret 2012]
3
oleh dan untuk petani”. Kelompok tani sudah seharusnya mengambil peranan
lebih dalam peningkatan kesejahteraan petani, akan tetapi pada umumnya masih
banyak petani yang enggan bergabung atau ikut menjadi anggota kelompok tani.
Para petani masih merasa tidak ada perbedaan secara signifikan keuntungan yang
diperoleh antara petani yang berkelompok dan petani pada umumnya. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh kelompok tani belum menjalankan fungsi
maupun kinerjanya secara maksimal.
Dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007 disebutkan
bahwa: Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Ciri kelompok tani adalah (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya
diantara sesama anggota; (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama
dalam berusaha tani; (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman,
hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan,
dan ekologi; (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama. Unsur pengikat kelompok tani terdiri dari; (1)
adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya; (2) adanya kawasan
usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya; (3)
adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani dan
kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya; (4) adanya kegiatan yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh minimal sebagian besar anggota; dan (5) adanya
dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk menunjang
program yang telah ditentukan. Kelompok tani berfungsi sebagai (1) wadah
belajar dan pembinaan petani guna meningkatkan PKS (pengetahuan,
keterampilan dan sikap), (2) wahana kerjasama diantara sesama anggota dan antar
kelompok tani serta pihak lain, (3) unit produksi (usaha tani) dari masing-masing
anggota kelompok tani untuk mencapai skala ekonomi dari segi kuantitas maupun
kontinuitas.
Terkait dengan berbagai keuntungan yang diperoleh dari pembentukan
kelompok tani, kinerja kelompok tani juga harus diperhatikan guna menjaga
keberlangsungan kelompok tani. Kinerja kelompok tani yang efektif menjadi
salah satu pendukung tercapainya Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (RPPK). Menurut SK Mentan No. 41/Kpts/OT.210/1992 dalam
Wahyuni (2003) indikator kinerja kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan
merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk
pascapanen dan analisis usahatani) dengan menerapkan rekomendasi yang tepat
dan mamfaat sumber daya alam secara optimal. (2) Kemampuan melaksanakan
dan menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan
memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan
yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang
dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Paradigma dalam pengembangan kelembagaan petani mencakup berbagai
elemen diantaranya; kepemimpinan, kewirausahaan dan menejerial (Gambar 2).
Pemimpin dalam kelompok memiliki peranan yang penting dalam perkembangan
kelompok. Pemimpin dalam kelompok tani menggerakkan anggota atau petani
untuk mengembangkan usahanya. Pemimpin adalah seorang yang dengan cara
4
apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu sesuai
dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai
(Wiriadihardja 1987). Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin dalam
kelompok tani memiliki peran penting dalam mengembangkan keberadaan
kelompok tani. Gaya kepemimpinan yang tepat dalam menjalankan aktifitas
kelompok dapat menunjang tercapainya kinerja kelompok tani yang efektif.
Diameter bunga (cm)
8
7
6
5
0
20
40
60
Tingkat naungan (%)
80
Gambar 2. Paradigma pengembangan kelembagaan pertanian
Sumber: Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/Ot.160/4/2007
Salah satu kelompok tani yang bergerak di bidang peternakan adalah
kelompok tani ternak Karya Sejahtera. Kelompok tani ini berada di Desa
Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat yang fokus
mengembangkan usaha agribisnis sapi perah. Kelompok tani ternak Karya
Sejahtera berdiri pada tanggal 10 Maret 2008 dengan anggota awal 13 orang
hingga sekarang menjadi 33 anggota dan populasi sapi perah mencapai 85 ekor.
Kelompok ini bekerjasama dengan KUD Puspa Mekar dan Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) untuk pemasaran produk susu sapi segar.
Kelompok tani telah memiliki berbagai prestasi di tingkat Jawa Barat, seperti ikut
berbagai kontes ternak di Jawa Barat. Adapun tujuan dibentuknya kelompok ini
adalah agar kegiatan usaha kelompok dapat berjalan lebih maju, sehingga
kesejahteraan anggota akan lebih meningkat. Akhirnya, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan anggota dalam hal bekerjasama dan bermitra usaha
dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat dalam kurun tahun 2008 sampai 2012 tercatat berada di
urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk jumlah populasi sapi
perah se Indonesia (Lampiran 1) . Ketersediaan konsumsi akan susu di Jawa Barat
juga menjadi yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 715 350 ton per tahun
(Lampiran 2). Di samping itu, Kabupaten Bandung Barat masih tercatat sebagai
populasi peternakan sapi perah terbesar di Jawa Barat dengan 30 146 sapi perah.
Kawasan Lembang masih menjadi produsen terbanyak dengan 18 ribu sapi perah
yang dikelola oleh 7 ribu peternak 2).
2)
Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan
http://www.pikiranrakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]
Sapi
Perah.
5
Selain Lembang, daerah Kecamatan Parongpong juga mempunyai potensi
dalam mengembangkan agribisnis sapi perah khususnya di Desa Karyawangi
(Lampiran 3). Potensi agribisnis yang ada di Desa Karyawangi yang menonjol
adalah usaha bunga potong dan usaha ternak sapi perah. Khusus untuk ternak sapi
perah, jumlah populasinya menurut data tahun 2011 berjumlah 1 680 ekor,
terdapat peningkatan dibandingkan data tahun 2010 yang berjumlah 1 045 ekor.
Produksi susu sapi di desa ini mencapai 4 590 000 kg/tahun. Agroklimat yang
mendukung merupakan salah satu faktor yang membuat Desa Karyawangi
memiliki prospek yang baik untuk menjadi salah satu sentra produksi sapi perah
di Jawa Barat. Berdasarkan agroklimat, Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong
berada pada ketinggian dari permukaan laut 150 dpl/mdl serta memiliki suhu 80C
Dilihat dari segi ekonomi, peternak sapi perah sebenarnya mempunyai
peluang usaha yang sangat besar dalam hal penyiapan sarana peralatan,
pembibitan, dan pemeliharaan. Permintaan masyarakat terhadap susu mulai
meningkat dan bertambah, sedangkan populasi sapi perah tidak seimbang dengan
permintaan tersebut. Permintaan susu segar tidak hanya berasal dari masyarakat,
tetapi industri pengolahan susu nasional. Permintaan pasokan susu segar oleh
industri terus bertambah hingga 10 persen setiap harinya. Hal ini menyebabkan
kebutuhan susu tidak dapat terpenuhi. Artinya prospek usaha ternak sapi perah
cukup baik dan menjanjikan 3).
Peluang dan potensi tersebut dimanfaatkan oleh para anggota kelompok tani
ternak Karya Sejahtera untuk mengembangkan agribisnis sapi perah, akan tetapi
para peternak sapi perah menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam
melakukan budidaya sapi perah. Kendala dan masalah tersebut secara umum juga
dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lampiran 4). Untuk
kelompok tani ternak Karya Sejahtera kendala yang dihadapi antara lain; harga
pakan yang mahal, adanya bakteri E. Coli yang menjangkit susu sapi perah
sehingga susu mudah basi, kurangnya pengetahuan peternak untuk memberikan
nilai tambah pada komoditas susu sapi perah seperti produk turunan susu sapi,
serta kurangnya pengetahuan akan usaha-usaha sampingan yang berasal dari
beternak sapi perah seperti pembuatan pupuk kompos. Untuk pakan, peternak
menggunakan pakan sapi perah berupa hijauan (rumput), ampas tahu dan
singkong serta konsentrat. Peternak menilai harga pakan masih terlalu mahal
sehingga dapat mempengaruhi biaya produksi para peternak. Beberapa kendala
tersebut nanti akan berdampak timbulnya masalah baru. Masalah tersebut
diantaranya peternak akan beralih kepekerjaan lain dan menjual sapi mereka. Hal
ini dikhawatirkan akan mengurangi populasi sapi dan produksi susu di Indonesia.
Kelompok tani (sebagai wahana belajar, wahana kerjasama dan unit
produksi) sangat dibutuhkan sebagai kelembagaan pertanian yang dapat
meminimalisir kendala dan masalah dalam beternak sapi perah. Efektifitas
kelompok tani dapat diukur dengan mengukur kinerjanya. Indikator kinerja
kelompok tani meliputi: (1) Kemampuan merencanakan kegiatan untuk
meningkatkan produktivitas usahatani. (2) Kemampuan melaksanakan dan
menaati perjanjian dengan pihak lain. (3) Kemampuan memupuk modal dan
3)
Pikiran Rakyat Online. 2011. KBB Zonasi Peternakan Sapi Perah. http://www.pikiranrakyat.com [ diakses tanggal 31 Maret 2012]
6
memamfaatkannya secara rasional. (4) Kemampuan meningkatkan hubungan
yang melembaga antara kelompok dengan KUD . (5) Kemampuan menerapkan
teknologi dan memamfaatkan informasi serta kerja sama kelompok yang
dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota kelompok tani.
Kinerja suatu organisasi seperti kelompok tani dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor kepemimpinan seorang ketua kelompok.
Kinerja yang dihasilkan oleh suatu organisasi ataupun kelompok merupakan
gambaran kepemilikan hasil yang diberikan oleh pemimpin yang mengolah
organisasi atau kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja
sebagai salah satu ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan (Fahmi
2012).
Kepemimpinan dalam kelompok tani mencakup gaya kepemimpinan
seorang ketua dalam menjalankan dan mengelola kelompok tani untuk mncapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hause dan Mitchell (1974) dalam
Yukl (1994) menerangkan gaya kepemimpinan (teori path-goal) meliputi hal-hal
berikut: (1) directive leadership; (2) supportive leadership; (3) participative
leadership; (4) achievement-oriented leadership. Selain itu, gaya kepemimpinan
juga dipengauhi oleh beberapa faktor seperti faktor individual seorang pemimpin
dan faktor kelompok. Faktor individual meliputi sikap toleransi seorang pemimpin,
keuletannya, kesungguhan, ketenangan, keterarahan, sikap tanggap dan terampil
serta kecakapan dan keluwesannya. Sedangkan faktor kelompok meliputi tujuan
kelompok dan struktur kelompok. Berdasarkan uraian di atas dirumuskan
beberapa rumusan permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1)
Apa gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh ketua pada kelompok tani
Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
2)
Apa faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan dalam kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
3)
Bagaimana kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat?
4)
Bagaimana hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang diuraikan, penelitian ini memiliki
beberapa tujuan sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua pada
kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong,
Kabupaten Bandung Barat.
2)
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan
ketua dalam kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
7
3)
4)
Menganalisis kinerja kelompok tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi,
Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat
Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan kinerja kelompok
tani Karya Sejahtera, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan mampu memberikan
informasi dan manfaat bagi berbagai pihak, di antaranya :
1)
Bagi peneliti, sebagai sarana pembelajaran dan melatih kemampuan untuk
dapat berfikir analitis dalam menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama masa perkuliahan.
2)
Bagi kelompok tani Karya Sejahtera, sebagai salah satu bahan masukan agar
dapat meningkatkan kapasitas kepemimpinan dari ketua sehingga tercapai
kinerja kelompok tani yang baik yang bertujuan akhir untuk
mensejahterakan anggota.
3)
Bagi pembaca, sebagai bahan referensi, pedoman, literatur dalam
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis gaya kepemimpinan
dan hubunggannya dengan kinerja sebuah kelompok tani.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian serta adanya
keterbatasan sumber daya menimbulkan beberapa keterbatasan dalam penelitian
ini, yaitu : (1) Analisis yang dilakukan karena potensi agribisnis khususnya
komoditas sapi perah di Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten
Bandung Barat yang dinaungi oleh kelompok tani Karya Sejahtera, (2) Analisis
dilakukan pada tingkat hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja kelompok
tani serta faktor yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani
Karya Sejahtera, (3) Penelitian ini terbatas pada data yang tersedia dari kelompok
tani Karya Sejahtera, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris terkait Gaya Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang
tak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat
sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan
jiwa kepemimpinan yang dimilki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan
cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu hingga akhirnya
mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian, ada sebagian orang yang
memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu
membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut (Fahmi
2012).
8
Karakteristik kepemimpinan yang biasa kita sebut gaya kepemimpinan
dapat mempengaruhi keberlangsungan organisasi atau kelompok. Dengan kata
lain, kinerja suatu organisasi atau kelompok menjadi efektif jika ditunjang dengan
efektivitas kepemimpinan. Sedangkan efektivitas kinerja organisasi atau
kelompok seperti kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non
keuangan (non financial performance) berujung kepada tingkat kesejahteraan
anggota (peternak dan petani). Fahmi (2012) menyatakan bahwa kinerja yang
dihasilkan oleh suatu organisasi atau kelompok merupakan gambaran hasil
kepemimpinan yang diberikan oleh pemimpin dalam mengolah organisasi atau
kelompok tersebut. Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu
ukuran dalam mendukung pengambilan keputusan.
Adapun metode yang dapat digunakan untuk menghitung atau menilai
tingkat gaya kepemimpinan dan faktor-faktor yang mengarahkan serta kinerja di
suatu kelompok tani antara lain metode survey, pendekatan kualitatif, analisis
statistik deskriptif, uji korelasi Rank Sperman (SPSS).
Gaya kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin
dan kaitannya dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta
produktivitas terdiri dari tiga diantaranya; gaya kepemimpinan demokratis, gaya
kepemimpinan otoriter, dan gaya kepemimpinan laissez faire. Sedangkan teori
kontingensi tentang kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader
substitute, model multiple-linkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive
resources. Teori Path-goal yang dikemukakan oleh House dan Mitchell (1974)
dalam Yukl (1994) menjelaskan ada empat prilaku seorang pemimpin, diantaranya
Directive Leadership (Kepemimpinan yang instruktif), Supportive Leadership
(kepemimpinan yang mendukung), Participative Leadership (kepemimpinan
partisipatif), Achievement-oriented Leadership (kepemimpinan berorientasi
kepada keberhasilan). Untuk faktor yang dapat mengarahkan suatu gaya
kepemimpinan dapat dilihat melalui pendekatan faktor karakteristik individual
pemimpin dan faktor kelompok.
Penelitian tentang gaya kepemimpinan bukanlah yang pertama kali, Yunasaf
(2005) melakukan penelitian mengenai hubungan kepemimpinan ketua kelompok
dan hubungannya dengan keefektifan kelompok pada kelompok tani ternak sapi
perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandangsari Kabupaten Sumedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok,
keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian
dilakukan dengan metode survei. Unit analisis adalah kelompok tani sapi perah
yang ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Pengambilan
contoh responden dilakukan secara gugus bertahap. Jumlah responden 30 orang
dari 4 kelompok terpilih. Uji keeratan hubungan yang digunakan adalah uji
korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan
ketua kelompok tani ternak sapi perah sebanyak 46.67% tergolong cukup, 43.33%
tergolong tinggi, dan 10.00% tergolong sangat tinggi. Keefektifan kelompoktani
ternak sapi perah sebanyak 50.00% tergolong cukup, 40% tergolong tinggi, dan
10% tergolong sangat tinggi. Derajat hubungan kepemimpinan ketua kelompok
tani ternak sapi perah dengan keefektifan kelompok menunjukkan adanya
hubungan positif yang kuat.
Sedangkan Randhita (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam organisasi pemerintahan
9
kelurahan di Kelurahan Cipagari, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan lurah yang diterapkan di
berbagai kegiatan, menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan lurah, menelaah kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan
Ciparigi, serta menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
pegawai pada Kelurahan Ciparigi. Penelitian ini menggunakan kombinasi
pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa
Barat.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui Penerapan gaya kepemimpinan
yang dominan digunakan lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan
adalah gaya kepemimpinan konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif. Pada
kegiatan tertentu, diterapkan pula gaya kepemimpinan delegatif dan gaya
kepemimpinan direktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan gaya
kepemimpinan lurah di Kelurahan Ciparigi adalah karakteristik pemimpin,
karakteristik pegawai dan situasi di lingkungan organisasi. Pertama, karakteristik
pemimpin dalam hal ini meliputi latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
pemimpin, kepribadian pemimpin, pengalaman serta nilai-nilai yang dianut
pemimpin dalam mengambil keputusan sesuai tugas pokok dan fungsi lurah.
Kedua, karakteristik pegawai meliputi pendidikan, pengalaman bekerja yang
dimiliki pegawai, motivasi kerja pegawai dan tanggung jawab pegawai terhadap
pekerjaannya. Ketiga, situasi yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
penerapan gaya kepemimpinan lurah dalam pengambilan keputusan meliputi
situasi atau keadaan lingkungan kerja serta situasi masalah yang mempengaruhi
pemimpin dalam pengambilan keputusan.
Tingkat kinerja pegawai pada organisasi Kelurahan Ciparigi secara
keseluruhan cukup tinggi yakni mencapai 75 persen pegawai, sedangkan sisanya
berkinerja sedang. Pada penilaian kinerja tersebut, tidak ada perbedaan antara
penilaian kinerja berdasarkan penilaian pegawai yang bersangkutan serta
penilaian warga masyarakat. Pengaruh penerapan gaya kepemimpinan tertentu
lurah berkaitan dengan berbagai kegiatan di Kelurahan, dirasakan pegawai
berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Penerapan gaya kepemimpinan
konsultatif dan gaya kepemimpinan partisipatif lurah berpengaruh menghasilkan
kinerja pegawai tinggi. Disamping itu, pada kegiatan-kegiatan tertentu dan pada
pegawai-pegawai dengan karakteristik tertentu penerapan gaya kepemimpinan
direktif dan gaya kepemimpinan delegatif juga mampu menghasilkan kinerja
pegawai tinggi.
Selain itu, Hafizhoh (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan gaya
kepemimpinan terhadap efektivitas kelompok pada kelompok tani Mekarsari,
Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian
ini adalah mendeskripsikan gaya kepemimpinan ketua, mengidentifikasi faktorfaktor apa yang mengarahkan gaya kepemimpinan ketua, menganalisis efektivitas
kelompok, dan menganalisis hubungan gaya kepemimpinan ketua dengan
efektivitas Kelompok Tani Mekarsari, Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.
Analisis statistik deskripstif yang digunakan untuk menggambarkan masingmasing peubah adalah tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis statistik
10
inferensia dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman yang diolah
menggunakan komputer dengan program SPSS for Windows versi 16.0.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara faktor
individu pemimpin dengan gaya kepemimpinan. Faktor individu pemimpin lebih
berhubungan dengan penerapan gaya kepemimpinan suportif dan partisipatif pada
Ketua Kelompok Tani Mekarsari. Selain itu juga diketahui terdapat hubungan
antara faktor kelompok dengan gaya kepemimpinan dari ketua kelompok. Struktur
kelompok memiliki hubungan yang sangat nyata dengan gaya kepemimpinan
direktif, suportif, dan partisipatif. Selain struktur kelompok, tujuan kelompok
memiliki hubungan yang nyata dengan gaya kepemimpinan partisipatif.
Sedangkan umur dari anggota kelompok tani berhubungan nyata dengan gaya
kepemimpinan suportif dan partisipatif. Pada penelitian ini juga dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan ketua kelompok dengan
tercapainya efektivitas kelompok. Gaya kepemimpinan suportif memiliki
hubungan yang sangat nyata dengan wawasan keanggotaan, keberhasilan anggota,
dan moral kelompok, dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lain.
Studi Empiris terkait Kinerja Kelompok
Negara (2008) meneliti tentang analisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi Kelompok Usaha Tanaman Hias Akuarium (KUTHA) “bunga air” di
Desa Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan antara lain yaitu (1)
Mengidentifikasi karakteristik anggota yang berpengaruh terhadap perkembangan
KUTHA ”Bunga Air”, dan (2) Manganalisis persepsi anggota terhadap kinerja
organisasi KUTHA ”Bunga Air” dalam melaksanakan aspek – aspek kemampuan
kelompok. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction
Index (CSI). Berdasarkan metode analisis tersebut diharapkan mampu melihat
secara objektif kinerja yang dilakukan oleh pengurus organisasi KUTHA ”Bunga
Air”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anggota KUTHA
„BungaAir‟ menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan utama,
jumlah luas lahan, serta kepemilikannya, memberikan gambaran menyeluruh
tentang karakteristik invididu anggota. Tingkat pendidikan menjadi faktor yang
mempengaruhi perkembangan kelompok. Latar belakang pendidikan yang masih
rendah dari anggota menyulitkan pengurus dalam memberikan informasi dan
petunjuk - petunjuk lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional kelompok.
Sehingga tidak jarang menimbulkan rasa memiliki keanggotaan yang rendah dari
anggota terhadap kegiatan kelompok khususnya yang bersifat administratif.
Persepsi anggota KUTHA ”Bunga Air” terhadap pelaksanaan aspek–aspek
kemampuan kelompok berdasarkan analisis IPA menunjukan bahwa atribut yang
perlu ditingkatkan adalah kemampuan meregenerasi kepengurusan organisasi,
transparansi pelaporan keuangan kelompok, dan adanya peningkatan jumlah
anggota setiap tahun. Sedangkan aribut yang perlu dipertahankan adalah
kemampuan dalam membina hubungan dengan pihak lain, kemampuan dalam
memberikan ORDER bagi anggota, ketepatan dalam memberikan kredit, daya
11
serap dan pemamfaatan informasi pasar, dan kemampuan dalam meningkatkan
produktivitas usaha tanaman hias akuarium.
Secara keseluruhan anggota merasa cukup puas terhadap pelaksanaan aspekaspek kemampuan kelompok yang dilakukan oleh pengurus organisasi pada
selang kepuasan 56 persen. Meskipun demikian nilai tersebut masih belum
maksimal untuk ukuran kepuasan anggota sehingga pengurus organisasi KUTHA
“Bunga Air” harus terus meningkatkan kinerjanya agar kepuasan anggota
terhadap atribut aspek kemampuan kelompok mendekati 100 persen atau pada
taraf sangat puas.
Hasil studi penelitian terdahulu mengenai gaya kepemimpinana dan kinerja
kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Studi penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian
Studi empiris terkait gaya kepemimpinan
No Penulis
Judul
Alat analisis
1
Yunasaf
Kepemimpinan ketua kelompok dan (1) Metode survey
(2005)
hubungannya dengan keefektifan (2) Uji korelasi Rank
kelompok di kelompok tani ternak
Sperman(SPSS)
sapi perah wilayah kerja koperasi
serba usaha Tandangsari Sumedang
2
Randhita Pengaruh
gaya
kepemimpinana (1) Metode Suvey
(2009)
terhadap kinerja pegawi dalam (2) Pendekatan
organisasi pemerintahan kelurahan di
kualitatif
Kelurahan Ciparigi, Kecamatan
Bogor Utara, Kota Bogor
3
Hafizhoh Hubungan
gaya
kepemimpinan (1) Analisis deskriptif
(2011)
terhadap efektivitas kelompok di (2) Uji korelasi Rank
kelompok tani Mekarsari, Desa
Sperman (SPSS)
Purwasai, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor
Studi empiris terkait kinerja kelompok
1
Negara
Analisis persepsi anggota terhadap (1) Analisis deskriptif
(2008)
kinerja organisasi Kelompok Usaha (2) IPA (Importance
Tanaman Hias Akuarium (KUTHA)
Performance
“Bunga Air” di Desa Ciawi
Analysis)
Kabupaten Bogor
(3) CSI
(Costumer
Satisfaction
Index)
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dipisahkan, karena setiap
pemimpin dengan sendirinya pula (baik sadar maupun tidak sadar) membawa
12
kepemimpinan itu sendiri dalam tindakan kesehariannya. Pemimpin mengacu
pada orangnya (individunya), sedangkan pengertian kepemimpinan mengacu
kepada kemampuan individu tersebut. Suatu usaha yang dilakukan seorang
pemimpin, tidak lah efektif jika tidak diikuti dengan kepemimpinan tersebut
(Yusuf 1989).
Menurut Griffin (2003) dalam Fahmi (2012) pemimpin adalah individu
yang mampu mempengaruhi prilaku orang lain tanpa harus mengandalkan
kekerasan dan merupakan individu yang diterima oleh orang lain sebagai
pemimpin.
Pemimipin di suatu organisasi, baik yang bersifat profit oriented maupun
non profit oriented memiliki posisi dominan dalam menentukan maju mundurnya
suatu kelompok atau perusahaan yang dipimpinnya. Kinerja yang dihasilkan oleh
suatu organisasi ataupun kelompok merupakan gambaran kepemilikan hasil yang
diberikan oleh pemimpin yang mengolah organisasi atau kelompok tersebut.
Stakeholder biasanya menjadikan kinerja sebagai salah satu ukuran dalam
mendukung pengambilan keputusan (Fahmi 2012).
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang
berbeda. Fahmi (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu ilmu
yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan,
mempengaruhi, dan mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
perintah yang direncanakan. Robbins (2003) dalam Fahmi (2012) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
kearah tercapainya suatu tujuan. Selain itu, menurut Daft (2003) dalam Fahmi
(2012) kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang yang
mengarah kepada pencapaian tujuan.
Tannenbaum et al.(1961) dalam Yukl (1994) menyatakan kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu serta
diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu. Menurut Yukl (1994) kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya
dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administrasi, serta
persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh seorang pemimpin.
Wiriadihardja (1987) memaparkan beberapa esensi kepemimpinan, yaitu:
1)
Kemampuan mempengaruhi tata laku orang lain, apakah dia pegawai
bawahan, rekan sekerja, atau atasan;
2)
Adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan,
sugesti, perintah atau bentuk lainnya;
3)
Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Ukuran yang biasanya digunakan mengenai efektivitas pemimpin adalah
sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut melaksanakan tugas secara
berhasil dan mencapai tujuan-tujuannya. Didalam beberapa hal, ukuran-ukuran
objektif tentang kinerja atau pencapaian tujuan sudah tersedia, seperti misalnya
laba, margin laba, peningkatan penjualan, pangsa pasar, biaya per unit dari yang
dihasilkan, biaya dengan hubungannya dengan pengeluaran-pengeluaran yang
dianggarkan, dan sebagainya (Yukl 1994).
13
Sifat, Watak, Perangai Kepemimpinan
Yukl (1994) menyatakan bahwa salah satu pendekatan paling dini dalam
mempelajari kepemimpinan adalah pendekatan mengenai ciri trait. Dengan
asumsi bahwa beberapa orang mempunyai ciri-ciri dan keterampilan-keterampilan
teretentu yang membuat mereka mencari dan memperoleh kedudukan
kepemimpinan dan akan efektif dalam posisi tersebut. Ciri trait menunjukkan
kepada sejumlah atribut individual, termasuk aspek-aspek kepribadian,
temperamen, kebutuhan, motivasi, serta nilai-nilai.
Seorang pemimpin yang efektif pasti memiliki sejumlah trait atau
karakteristik tertentu. Teori trait tentang kepemimpinan ialah usaha identifikasi
karakter khusus (fisik, mental, kepribadian) terkait kesuksesan pemimpin
(Ivancevich et al. 2007). Karakteristik kepribadian pemimpin dapat ditelususri
melalui sifat, watak, dan perangai dari pemimpin. Sifat, watak dan perangai yang
dimiliki oleh seorang pemimpin dapat menunjang tercapainya kepemimpinan
yang efektif.
Wiriadihardja (1987) menjabarkan beberapa sifat, watak dan perangai
kepemimpinan sebagai berikut:
1)
Toleransi
Seorang pemimpin yang berhasil, tidak menutup diri terhadap berbagai ide
dari luar. Dia terbuka bagi segala pandangan atau gagasan dengan asumsi,
bahwa setiap pengusul gagasan bertanggung jawab dan dapat menjelaskan
atau mempertahankan sifat kepraktisan dari gagasan yang dimajukan.
2)
Keuletan
Seorang pemimpin yang sukses digambarkan sebagai memiliki keuletan dan
kestabilan emosi. Dia memiliki kepercayaan terhadap diri. Berusaha demi
kemajuan, dengan memberi informasi dan keahliannnya. Kedudukannya
sebagai pemimpin mendorong sifatnya serba ingin tahu.
3)
Rasa Kesungguhan
Pemimpin yang berhasil mencerminkan tanda-tanda kepribadian yang
memiliki rasa kesungguhan mengenai pekerjaannya, organisasi, dan masa
depannya. Kepuasan dirinya terletak pada hasil kemajuan yang dicapai oleh
usahanya atau usaha organisasinya. Dia berpegang pada tugasnya, belajar
serta menarik pengalaman sebaik-baiknya dari pekerjaannya dan melatih
secara baik-baik bawahannya untuk dapat diserahi tanggung jawab.
4)
Tenang
Penelitian kepemimpinan, menunjukkan adanya ciri dan sifat yang tidak
menonjolkan kekakuan, tidak pasif dan selalu tanggap terhadap segala
ketidaktertiban. Hambatan dan tantangan dalam tugas, dianggapnya sebagai
yang wajar dan harus diperhitungkan dalam setiap perjuangan hidupnya.
Kesetabilan emosi serta tidak mudah terprovokasi.
5)
Terarah
Cakap mengarahkan para pekerja dan pekerjaannya. Mempunyai wibawa,
kesetiaan, dan dukungan kerjasama dari bawahannya. Mempunyai nama
baik dalam menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Serta peduli
terhadap keadaan anggota.
6)
Tanggap dan Terampil
Cepat mengerti dan cepat menangkap instruksi dan penjelasan. Cepat
menilai situasi, kondisi, dan lingkungan baru secara tepat. Cepat
14
menentukan fakta dan situasi serta berdasarkan itu membuat putusan yang
tepat.
7)
Cakap dan Luwes
Memiliki daya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Memiliki ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang diperlukan untuk
menyukseskan tanggung jawabnya. Mampu mengubah perhatian dari
permasalahan yang satu kepada yang lain, sehingga semua memperoleh
perhatian manajemen secara merata. Memiliki imajinasi, menyetujui
pertanggung jawab, melaksanakan dan menjamin prestasi pekerjaan serta
memilih para pembantunya yang cakap.
Dengan menganalisis dan mengidentifikasi karakter pemimpin tersebut
tersebut akan diperoleh berbagai karakter yang dominan yang dimiliki seorang
ketua kelompok. Selain itu, juga diperoleh karakter-karakter yang dapat
mengarahkan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua kelompok, sehingga
karakter pemimpin pemimpin dapat menentukan gaya kepemimpinan ketua.
Gaya Kepemimpinan
Cara pemimpin dalam menggunakan kontrol atas anggota kelompoknya
disebut dengan gaya kepemimpinan (Hybels dan Weaver 2003, dalam Hafizhoh
2011). Selanjutnya, Yusuf (1989) menyatakan bahwa tingkah laku seorang
pemimpin dalam kelompoknya terhadap para anggota, bisa menentukan bentuk
gaya kepemimpinan yang dominan yang dipegangnya, sesuai dengan penggunaan
sumber kekuasaan yang dipilihnya (seorang pemimpin).
Yusuf (1989) menyatakan bahwa para ahli yang berkecimpung dalam
psikologi sosial, seperti Lewin, Lippit dan White menentukan ada tiga gaya
kepemimpinan yang erat kaitannya dengan tinggkah laku pemimpin dan kaitannya
dengan para anggota kelompok seperti iklim sosial serta produktivitas. Ketiga
gaya tersebut sebagaian sudah umum diketahui, antara lain:
1)
Gaya kepemimpinan Demokratis
Secara singkat, bahwa otoritas ada di tangan kelompok secara keseluruhan.
Pemimpin berpendapat bahwa para anggota mampu mengarahkan diri
sendiri dan berusaha menyajikan kepada para anggotanya suatu kesempatan
untuk tumbuh, dan mengaktualisasikan diri.
2)
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Dalam gaya kepemimpinan ini kekuasaan terpusat pada satu orang, yaitu
sang pemimpin. Mengekploitir ketergantungan pengikutnya dengan cara
menentukan kebijakan kelompok tanpa melalui konsultasi terlebih dahulu
kepada para anggota kelompoknya, mengkritik anggota kelompok secara
subyektif dan lain sebagainya.
3)
Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Berlainan dengan gaya otoriter dan demokratis, gaya kepemimpinan ini
memberi kebebasan penuh dengan cara mengabaikan, dan menghindari
tanggung jawab dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya (anggota
kelompok). Selain non partisipatif dan sikap acuh tak acuh, pemimpin juga
hanya menyediakan materi dan informasi apabila diminta, serta jarang
memberikan pujian ataupun kritikan kepada setiap anggotanya.
15
Yukl (1994) menyatakan bahwa dampak kepemimpinan bervariasi dari
situasi kesituasi. Efektivitas kepemimpinan dalam hubungannya dengan variablevariabel dapat di jelaskan dengan teori kontingensi. Teori kontingensi tentang
kepemimpinan antara lain: teori path goal, teori leader substitute, model multiplelinkage, teori LPC contingency, dan teori cognitive resources.
Dari beberapa teori diatas efektivitas kepemimpinan yang berhubungan
dengan variabel-variabel serta kepuasan dan kinerja bawahan yang dipengaruhi
oleh prilaku seorang pemimpin, dapat dikaji dari teori path goal (jalan - tujuan).
Teori Path-goal yang dike