Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh.

PERTUMBUHAN STEK PUCUK
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
PADA BERBAGAI KOMBINASI MEDIA
DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

Oleh :
RINA PUSPITASARI
G34102004

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
RINA PUSPITASARI. Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing oleh MIFTAHUDIN dan
TRIADIATI.
Kebutuhan terhadap tanaman jarak pagar terus meningkat, akan tetapi ketersediaan bibit
terbatas. Perbanyakan vegetatif dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif untuk

mengatasinya. Pembentukan dan pertumbuhan akar pada stek merupakan penentu keberhasilan
perbanyakan tanaman dengan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media
dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar. Stek
diambil setinggi 6 cm lalu direndam dalam berbagai larutan ZPT (NAA, IBA, GA3, dan Root Up)
dengan konsentrasi masing-masing 100 ppm selama tiga menit dan ditanam dalam tiga media
yang berbeda: cocopeat-pasir-pupuk kandang (CPPK); sekam-pupuk kandang (SPK); dan pasirpupuk kandang (PPK). Tunas dan akar tercepat muncul berturut-turut pada 6 dan 7 HST pada
perlakuan NAA, sedangkan kombinasi CPPK dan IBA menghasilkan bobot basah akar terbesar
0.81 g. Pertumbuhan tajuk tercepat (3 MST) dan tanaman tertinggi (9.1 cm) ditunjukan oleh
tanaman yang ditanam pada media CPPK dan mendapat perlakuan GA3.

ABSTRACT
RINA PUSPITASARI. The Growth of Softcutting of Jatropha curcas L. in Different
Combination of Propagation Media and Plant Growth Regulators. Supervised by MIFTAHUDIN
and TRIADIATI.
The need of jatropha continously increase, however the availability of seedling is limited.
Vegetative propagation using softcutting is an alternative to solve the problem. Root formation and
growth on cutting is a key factor in successful plant propagation using cutting. This research is
aimed to find suitable combination of propagation media and plant growth regulator for the growth
of jatropha softcutting. Cuttings with 6 cm length were removed and then soaked in 100 ppm of
different plant growth regulators (NAA, IBA, GA3, and Root Up) for three min, and planted to

different propagation media: cocopeat-sand-manure (CPPK); husk charcoal-manure (SPK); and
sand-manure (PPK). A new bud and root were grown at 6 and 7 days after planting on plant treated
with NAA, whereas cocopeat-sand-manure and IBA combination gave the highest value of root
freshweight at 0.81 g. The fastest shoot growth (3 weeks after planting) and the highest plant (9.1
cm) were showed on plant grown on cocopaeat- sand - manure and GA3 combination.

Judul
Nama
NRP

: Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh.
: Rina Puspitasari
: G34102004

Menyetujui :
Pembimbing I,

Pembimbing II,


Dr. Ir. Miftahudin, M.Si.
NIP 131851281

Dra. Triadiati, M.Si.
NIP 131625508

Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131578806

Tanggal Lulus :

PERTUMBUHAN STEK PUCUK
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
PADA BERBAGAI KOMBINASI MEDIA
DAN ZAT PENGATUR TUMBUH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Rina Puspitasari
G34102004

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 3 September 1984, sebagai anak tunggal dari
pasangan Tarso, S.Ag. dan Upin Supiah, A.Md.
Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMUN 2 Ciamis dan pada tahun yang sama lulus masuk
seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gema
Almamater Periode 2003-2004, DKM Al Hurriyyah Periode 2003-2004, DKM Al Ghifari Periode
2004-2006. Pada tahun ajaran 2005-2006 dan 2006-2007 penulis menjadi asisten mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Pada tahun ajaran yang sama penulis
menjadi asisten mata kuliah Biologi TPB dan pada tahun ajaran 2006-2007 penulis menjadi asisten
mata kuliah Kultur Jaringan Tanaman. Selain itu, penulis pernah melakukan praktek lapang di PT
Bina Usaha Flora dengan judul Budidaya Tanaman Gerbera (Gerbera jamesonii) di PT Bina
Usaha Flora.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan hidayah,
rahmat, dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul :
Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada Berbagai Kombinasi
Media dan Zat Pengatur Tumbuh. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari hingga Mei
2007 di Kebun Percobaan Cibedug-Ciawi Bogor. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya yang beriman, sahabat, dan kepada
umatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Alex Hartana selaku ketua

Departemen Biologi FMIPA IPB, Dr. Ir. Miftahudin, M.Si. selaku pembimbing I, Dra. Triadiati,
M.Si. selaku pembimbing II, dan Ir. Dorly, M.Si. selaku wakil Komisi Pendidikan Departemen
Biologi FMIPA atas bimbingan, bantuan, dan diskusi yang telah diberikan. Ibu Dr. Ir. Theresia
Prawitasari, MS (Alm) beserta staf dan karyawan Unit Usaha Jasa dan Industri (UJI) Biologi
FMIPA IPB, staf dan karyawan Kebun Percobaan Cibedug-Ciawi atas bantuan dan kesempatan
yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman Biologi khususnya Biologi 39,
seluruh saudara dan adik di Darmaga, BIRU MUDA 06, Az Zumar, fusi-mipa, PAGI ANABA
2004, keluarga besar DKM Al Hurriyyah dan DKM Al Ghifari IPB, Keluarga Al Inayah, Ghozali
Kost, Al Ihsan dan TPA VIP atas doa, motivasi, dan keceriaan yang telah diberikan. Tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Biologi FMIPA IPB atas
bantuannya selama penelitian.
Penulis sampaikan terima kasih pula kepada Bapak dan Ummi atas dorongan moril dan materil
selama ini. Saudara-saudaraku Yaruki, Orochi, Hoshi, dan Bookenteki Seishin atas motivasi dan
diskusi yang diberikan. Hanya Allah SWT yang bisa memberikan balasan terbaik.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2008

Rina Puspitasari


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................................................
Tujuan ..............................................................................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................................................

1

1
1

BAHAN DAN METODE
Bahan ................................................................................................................................
Metode Penelitian..............................................................................................................

1
2

HASIL......................................................................................................................................
Pertumbuhan akar..............................................................................................................
Pertumbuhan tajuk ............................................................................................................

2
2
3

PEMBAHASAN ......................................................................................................................
Pertumbuhan akar...............................................................................................................

Pertumbuhan tajuk .............................................................................................................

5
5
7

SIMPULAN .............................................................................................................................

8

SARAN ....................................................................................................................................

8

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................

8

DAFTAR TABEL
Halaman

1

Jumlah dan panjang akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT ..........

3

2

Bobot basah akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT ......................

3

3

Bobot kering akar pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT.....................

3

4


Hari tumbuh tunas pertama pada berbagai ZPT berbeda ..................................................

4

5

Tinggi tanaman pada 6 MST dalam berbagai kombinasi media dan ZPT ......................

4

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Induk tanaman jarak pagar berusia satu bulan .................................................................

1

2

Bedengan kayu untuk tempat tumbuh tanaman ................................................................

2

3

Stek tanaman jarak pagar dengan panjang 6 cm ...............................................................

2

4

Hari tumbuh akar pertama pada berbagai ZPT berbeda ....................................................

2

5

Laju pertumbuhan tanaman jarak pagar pada media CPPK dengan berbagai perlakuan ZPT 3

6

Laju pertumbuhan tanaman jarak pagar pada media SPK dengan berbagai perlakuan ZPT

3

7

Laju pertumbuhan tanaman jarak pagar pada media PPK dengan berbagai perlakuan ZPT

3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jarak pagar merupakan salah satu anggota
dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini telah
lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di
Indonesia sejak diperkenalkan oleh bangsa
Jepang pada tahun 1942 (Hariyadi 2005).
Tanaman jarak dikenal sebagai tanaman
yang menghasilkan minyak. Di beberapa negara, minyak tersebut digunakan untuk bahan
pembuatan sabun. Selain itu, getah J. curcas
yang mengandung jatrophine (alkaloid)
mengandung senyawa anti kanker. Kulit kayu
tanaman ini juga diketahui mengandung cairan berwarna biru tua yang sering digunakan
untuk bahan pencelup kain. Daun jarak pagar
digunakan untuk pakan ulat sutera. Jarak
pagar juga sering digunakan untuk pupuk
organik karena kandungan N, P, dan K yang
tinggi, sebagai pestisida, dan bahan alternatif
untuk biodiesel (Lele 2006).
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan
bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh
meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber
bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia. Salah satu tanaman
yang memiliki potensi sebagai sumber bahan
bakar adalah jarak pagar (Hariyadi 2005)
selain kelapa sawit. Tingginya permintaan
akan tanaman jarak pagar mendorong
berbagai pihak mencari cara yang efektif
untuk memperbanyak tanaman jarak secara
cepat dalam jumlah besar.
Selama ini budidaya tanaman jarak
dilakukan dengan menggunakan biji dan stek
(Hariyadi 2005). Dengan penyetekan, akan
diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat
seperti induknya. Stek tidak perlu bantuan
tanaman induk untuk menumbuhkan akarakarnya (Wudianto 2002). Fungsi dari
perbanyakan dengan cara ini adalah untuk
mengatasi perbanyakan tanaman yang tidak
mungkin menggunakan biji, memudahkan dan
mempercepat perbanyakan tanaman (Rochiman dan Harjadi 1973).
Stek diklasifikasikan ke dalam lima
macam berdasarkan bagian tanaman yang
diambil, yaitu stek akar, stek batang, stek
daun atau tunas muda, stek tunas (Rochiman
dan Harjadi 1973), dan stek pucuk (Wudianto
2002). Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan adalah teknik stek pucuk yang
diambil dari persemaian. Bagian tanaman
yang diambil adalah pucuk yang masih muda
dan masih dalam masa pertumbuhan. Stek
pucuk yang berasal dari persemaian

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan stek yang berumur 3 tahun
dan 8 tahun pada tanaman Gmelina arborea
(Achmad 1993).
Media yang tepat dan pemberian Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
perbanyakan tanaman terutama untuk spesies
yang sulit berakar pada perbanyakan tanaman
secara vegetatif dengan menggunakan stek.
Indikator keberhasilan perbanyakan dengan
cara ini adalah tumbuhnya tunas dan akar.
Untuk menumbuhkan tunas dan akar,
dibutuhkan kondisi yang sesuai. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek
pucuk di antaranya adalah bahan tanaman,
lingkungan, media, penggunaan ZPT, dan
kebersihan serta pemeliharaan (Rochiman dan
Harjadi 1973).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media dan zat pengatur
tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek
pucuk tanaman jarak pagar.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
Januari-Mei 2007 bertempat di Kebun Percobaan Cibedug-Ciawi, Kabupaten Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah stek pucuk
tanaman jarak pagar berusia satu bulan yang
diambil dari persemaian (Gambar 1) dengan
panjang stek 6 cm.

Gambar 1 Induk tanaman jarak pagar berusia
satu bulan.
Bahan untuk media yang digunakan adalah
cocopeat, pasir, pupuk kandang, dan arang
sekam. Sedangkan ZPT yang digunakan
adalah Indole Butyric Acid (IBA), Naphtalene
Acetic Acid (NAA), Giberelin (GA3), dan
Root Up (RU) yang memiliki bahan aktif

2

1-naftasetamida dan 2-metil-1-naftalen asetat
yang merupakan turunan dari NAA. Bahan
aktif lainnya adalah IBA dan thiram.
Metode Penelitian
Persiapan Media. Media yang digunakan
adalah tiga media terbaik dari penelitian yang
dilakukan Markus dan Mulyadi (2007). Media
pertama terdiri dari campuran cocopeat-pasirpupuk kandang (CPPK) dengan perbandingan
1:1:1, media kedua terdiri dari campuran
sekam-pupuk kandang (SPK) dengan perbandingan 1:1, sedangkan media ke tiga terdiri
dari campuran pasir-pupuk kandang (PPK)
dengan perbandingan 1:1. Setelah diukur
sesuai takaran, masing-masing komponen
diaduk
rata dan dimasukkan ke dalam
bedengan yang telah disediakan.
Tempat tumbuh tanaman berupa bedengan
kayu berukuran 3 m x 1 m x 20 cm yang
dilengkapi dengan sungkup plastik di dalam
rumah kaca (Gambar 2). Masing-masing
bedengan diisi dengan campuran media yang
berbeda sesuai dengan perlakuan setinggi 10
cm, selanjutnya media tanam disiram sampai
kapasitas lapang sebelum ditanami stek
(Hartmann et al. 1997).

Gambar 2 Bedengan kayu untuk tempat
tumbuh tanaman.
Penanaman stek. Stek dipotong setinggi
6 cm (Gambar 3) diukur dari bagian apikal
pohon induk dengan menggunakan gunting
pangkas yang tajam agar pangkal stek tidak
rusak. Stek yang telah dipotong segera
dimasukkan ke dalam wadah berisi air hingga
terendam. Bahan stek yang digunakan terdiri
dari 3 sampai 6 helai daun dan semua daun
tidak dibuang. Setelah jumlah stek mencukupi, selanjutnya diberi label sesuai
perlakuan, lalu direndam dalam masingmasing ZPT yang dilarutkan dengan dosis 100
ppm selama 3 menit. Setelah itu, stek ditanam
di bedengan yang telah disediakan.
Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian adalah penyiraman setiap hari dan

menjaga kebersihan media. Tanaman liar,
daun kering, atau stek yang mati segera
dibuang agar pertumbuhan tanaman tidak
terganggu.

Gambar 3 Stek tanaman jarak pagar dengan
panjang 6 cm.
Pertumbuhan akar. Peubah yang diamati
adalah hari tumbuh akar pertama (HTAP)
yang diamati dari H0 sampai terbentuknya
akar pertama, bobot basah akar (BBA), bobot
kering akar (BKA), jumlah akar (JA), dan
panjang akar (PA) pada minggu ke-6 (6
MST).
Pertumbuhan tajuk. Peubah yang
diamati adalah hari tumbuh tunas pertama
(HTTP) yang diamati dari H0 sampai
terbentuknya akar pertama dan tinggi akhir
tanaman (TAT) pada minggu ke-6 (6 MST).
Selain itu, diamati
penambahan tinggi
tanaman (PTT) setiap minggu.
Analasis data. Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam pola
faktorial 3 x 5. Faktor pertama adalah media
dengan tiga taraf terdiri dari CPPK, SPK, dan
PPK; sedangkan faktor ke dua adalah ZPT
dengan lima taraf yang terdiri dari NAA, IBA,
GA3, dan RU dengan konsentrasi masingmasing 100 ppm, ditambah dengan kontrol
yang tidak diberikan perlakuan ZPT.
Kombinasi antara media dan ZPT masingmasing terdiri dari 5 ulangan. Pengolahan data
dilakukan dengan analisis varian (ANOVA)
dengan menggunakan GLM-ANOVA (General Linear Method) dengan prosedur SPSS
(Statistical Packet for Social Science) versi
12. Untuk uji nyata lanjutan dari nilai F yang
diperoleh dari ANOVA digunakan uji
Duncan.

3

HASIL

Hari Tumbuh Akar (HST)

Pertumbuhan akar
Hari Tumbuh Akar Pertama. Bahan stek
yang diberi perlakuan NAA dan ditanam pada
media CPPK menunjukan hari tumbuh akar
pertama paling cepat apabila dibandingkan
dengan perlakuan lain. Pada kombinasi media
dan ZPT ini, akar pertama tumbuh pada 7
HST (Gambar 4).
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Kontrol
NAA
IBA
GA3
Root Up

CPPK

S PK

PPK

Tabel 1 Jumlah dan panjang akar pada 6 MST
dalam berbagai kombinasi media dan
ZPT. Data menunjukkan nilai rata-rata ±
1 SE.
Perlakuan

Jumlah Akar
(buah)

Panjang Akar
(cm)

Media
CPPK
18.4 ± 2.9 a
8.67 ± 1.15 a
SPK
19.1 ± 2.5 a
7.76 ± 1.08 a
PPK
17.8 ± 4.1 a
7.13 ± 1.16 a
ZPT
K
18.2 ± 3.7 a
7.14 ± 1.01 a
NAA
21.4 ± 3.5 a
6.95 ± 0.97 a
IBA
19.6 ± 2.6 a
8.30 ± 1.20 a
GA3
14.5 ± 2.7 a
8.23 ± 1.27 a
RU
18.5 ± 2.8 a
8.63 ± 1.22 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Media Tanam

Gambar 4 Hari tumbuh akar pertama pada
berbagai kombinasi media dan
ZPT. Data menunjukkan nilai
rata-rata ± 1 SE
Jumlah dan panjang akar. Kombinasi
perlakuan yang diberikan tidak memberikan
pengaruh nyata pada jumlah dan panjang akar
yang dihasilkan (Tabel 1). Jumlah akar terbanyak dihasilkan pada media SPK sebanyak
19.1. Sedangkan ZPT yang memberikan
pengaruh terbesar adalah NAA dengan jumlah
akar sebanyak 21.4.
Pada pengukuran panjang akar, secara
keseluruhan nilai panjang akar terbesar
diberikan oleh media CPPK dengan nilai 8.67.
Zat pengatur tumbuh yang memberikan
pengaruh terbesar pada panjang akar adalah
IBA dengan nilai rataan panjang akar sebesar
8.63.
Bobot basah dan bobot kering akar.
Media dan ZPT memberikan pengaruh nyata
untuk bobot basah akar. Media terbaik adalah
CPPK dengan bobot basah akar 0.81 gram.
Indole Butyric Acid merupakan ZPT yang
memberikan nilai terbesar bagi bobot basah
akar yaitu 0.81. Pengaruh ini tidak berbeda
nyata dengan NAA dan RU dengan nilai
masing-masing 0.70 dan 0.78 (Tabel 2).
Bobot kering akar tidak dipengaruhi oleh
perlakuan yang diberikan. Namun secara
keseluruhan, tanaman yang ditanam pada
media PPK menunjukkan bobot kering akar
terbesar dengan nilai 0.14. Sedangkan ZPT
yang memberikan nilai bobot kering akar
terbesar adalah IBA dan RU dengan nilai yang
sama yaitu 0.14 (Tabel 3).

Tabel 2 Bobot basah akar pada 6 MST dalam
berbagai kombinasi media dan ZPT. Data
menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.
Perlakuan
Media
CPPK

Bobot Basah Akar (gram)
0.81 ± 0.32 b

SPK

0.62 ± 0.10 a

PPK

0.64 ± 0.11 a

K
NAA

0.57 ± 0.11 a
0.70 ± 0.12 ab

IBA

0.81 ± 0.12 b

GA3

0.58 ± 0.15 a

ZPT

RU
0.78 ± 0.12 b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).
Tabel 3 Bobot kering akar pada 6 MST dalam
berbagai kombinasi media dan ZPT. Data
menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE.
Perlakuan

Bobot Kering Akar (gram)

Media
CPPK
0.13 ± 0.03 a
SPK
0.12 ± 0.02 a
PPK
0.14 ± 0.02 a
ZPT
K
0.12 ± 0.02 a
NAA
0.12 ± 0.02 a
IBA
0.14 ± 0.02 a
GA3
0.13 ± 0.02 a
RU
0.14 ± 0.02 a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Perlakuan

Hari Tumbuh Tunas Pertama
(HST)

Media
CPPK
7.5 ± 1.0 a
SPK
7.0 ± 1.1 a
PPK
7.2 ± 1.3 a
ZPT
K
6.4 ± 0.7 ab
NAA
6.1 ± 0.9 a
IBA
7.9 ± 0.7 bc
GA3
7.3 ± 1.4 abc
RU
8.5 ± 1.3 c
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

Kontrol
NAA
IBA
GA3
M5

M6

RU

Gambar 5 Pertambahan tinggi tanaman jarak
pagar pada media CPPK dengan
berbagai perlakuan ZPT.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Kontrol
NAA
IBA
GA3
RU

M0

M1

M2

M3

M4

M5

M6

Waktu (MST)

Gambar 6 Pertambahan tinggi tanaman jarak
pagar pada media SPK dengan
berbagai perlakuan ZPT.
12
10
Kontrol
NAA
IBA
GA3
RU

8
6
4
2
0
M0

Pertambahan tinggi tanaman. Kombinasi media dan ZPT secara terpisah berpengaruh pada pertambahan tinggi tanaman. Zat
pengatur tumbuh terbaik adalah GA3, sedangkan media terbaik adalah CPPK. Dari semua
perlakuan, pertambahan tinggi tanaman baru
terlihat secara spesifik pada 3 MST (Gambar
5, 6, dan 7).
Tinggi akhir tanaman. Tinggi tanaman
pada 6 MST menunjukkan bahwa faktor
media dan ZPT secara terpisah berpengaruh
nyata pada tinggi akhir tanaman. Media
terbaik adalah PPK yang menghasilkan
tanaman dengan tinggi akhir 8.80 cm. Bila
dibandingkan dengan tinggi akhir yang
dihasilkan oleh tanaman yang ditanam pada
media CPPK yang menghasilkan tinggi akhir
8.30 cm, nilai ini tidak berbeda nyata. Zat
pengatur tumbuh yang menghasilkan tinggi
tanaman optimal selama penelitian adalah
GA3 dengan nilai tinggi akhir 9.10 cm, sedangkan nilai tinggi akhir terendah dihasilkan
oleh tanaman dengan perlakuan NAA dan
media SPK (Tabel 5).

M1 M2 M3 M4
Waktu (MS T)

Laju Pertumbuhan Tanaman
(cm)

Tabel 4 Hari tumbuh tunas pertama pada berbagai
ZPT berbeda. Data menunjukkan nilai
rata-rata ± 1 SE.

12
10
8
6
4
2
0
M0

Laju pertumbuhan Tanaman
(cm)

Pertumbuhan tajuk
Hari Tumbuh Tunas Pertama. Pertumbuhan tunas pertama pada stek pucuk J.
curcas dipengaruhi oleh ZPT. Tunas tercepat
muncul 6 hari setelah tanam (HST) pada
tanaman yang diberikan perlakuan NAA,
sedangkan tunas yang paling lambat
dihasilkan oleh stek yang mendapat perlakuan
RU (Tabel 4). Pengaruh media tidak memperlihatkan hasil yang nyata pada hari tumbuh
tunas pertama. Semua media memberikan
nilai rata-rata hari tumbuh tunas pertama yang
sama yaitu pada 7 HST.

Laju Pertumbuhan
Tanaman (cm)

4

M1

M2

M3

M4

M5

M6

Waktu (MST)

Gambar 7 Pertambahan tinggi tanaman jarak
pagar pada media PPK dengan
berbagai perlakuan ZPT.
Tabel 5 Tinggi tanaman pada 6 MST dalam
berbagai kombinasi media dan ZPT.
Data menunjukkan nilai rata-rata ± 1 SE
Perlakuan

Tinggi Akhir Tanaman
(cm)

Media
CPPK
8.30 ± 0.90 b
SPK
7.30 ± 0.39 a
PPK
8.80 ± 0.88 b
ZPT
K
8,00 ± 0.83ab
NAA
7.30 ± 0.63a
IBA
8.00 ± 0.65a
GA3
9.10 ± 1.03b
RU
8.20 ± 0.70ab
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT).

5

PEMBAHASAN
Pemilihan bahan stek menjadi salah satu
penentu keberhasilan pertumbuhan dengan
cara stek karena erat hubungannya dengan
kecepatan tumbuh akar dan tunas stek (PHT,
1996). Stek pucuk yang dipilih adalah stek
yang sehat, bebas dari segala penyakit.
Keberhasilan penanaman stek ditentukan oleh
dua faktor, yaitu faktor dalam tanaman itu
sendiri dan faktor luar. Faktor dalam meliputi
cadangan makanan, persediaan air, ZPT
endogen, umur dan jenis tanaman. Sedangkan
faktor luar meliputi suhu, kelembaban, media,
dan teknik pembuatan stek.
Stek J. curcas diambil dari pembibitan
pada pagi hari karena stek pucuk mudah
mengalami stres air (Hatmann et al. 1997).
Bahan stek merupakan organ yang masih
hidup sehingga kegiatan transpirasi masih
terus berlangsung dari permukaan tanaman,
sementara penyerapan air belum dilakukan.
Pada saat bahan stek dipisahkan dari
induknya, keseimbangan air di dalamnya
menjadi terganggu. Hal ini menyebabkan
terjadinya kehilangan air yang cukup besar.
Ketidakseimbangan antara penguapan dan
penyerapan air disebabkan oleh belum
terbentuknya perakaran sehingga prosesproses fisiologis menjadi tidak normal.
Bedengan yang telah ditanami stek diberi
sungkup, sehingga suhu dan kelembaban
udara dan tanah terjaga. Kondisi ini memungkinkan stek untuk membentuk tunas, akar, dan
melangsungkan proses perkembangan dan
pertumbuhan. Selain itu, lingkungan tumbuh
dijaga agar tetap bersih sehingga tidak
ditumbuhi jamur dan rumput liar. Hal ini
merupakan upaya efektif untuk menjaga
kelancaran pertumbuhan dan perkembangan
stek (PHT 1996).
Media berfungsi untuk menjaga stek pada
tempatnya, menjaga dan memasok air, dan
mengatur kelembaban untuk mengatur aerasi
sekeliling pangkal stek. Jenis media yang
digunakan akan menentukan keberhasilan stek
dalam pembentukan akar. Menurut Hartmann
et al. (1997), media tumbuh yang baik
memiliki kriteria sebagai berikut: media harus
cukup kuat dan kompak untuk menopang stek
selama pertumbuhan akar, mampu mempertahankan kelembaban, memiliki aerasi dan drainase yang baik, bebas dari gulma dan
penyakit.
Pertumbuhan akar
Munculnya akar pada bagian dasar stek
merupakan faktor yang sangat menentukan

keberhasilan pembiakan vegetatif dengan cara
stek. Dengan munculnya akar, maka
penyerapan hara dari media akan berlangsung,
sehingga bisa dihasilkan karbohidrat yang
akan digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan stek. Keberhasilan pembentukan akar dipengaruhi oleh faktor adanya
tunas dan daun pada stek, kandungan
karbohidrat dalam jaringan stek, dan kandungan ZPT endogen. Keberadaan auksin
ternyata mampu mendorong terbentuknya
akar adventif (Gardner, Pearce, dan Mitchell
1991; Arteca 1996; Hartmann et al. 1997).
Pergerakan auksin, karbohidrat, dan zat-zat
yang berinteraksi dengan auksin mengakibatkan terbentuknya perakaran. Zat-zat ini akan
mengumpul di bagian dasar stek yang
selanjutnya akan membentuk akar stek
(Rochiman dan Harjadi 1973; Hartmann et al.
1997). Zat pengatur tumbuh dari golongan
auksin berperan penting dalam stimulasi
pembentukan akar primordia yang dimulai
dari pembelahan sel (Omon 2004).
Nickell (2000) menyatakan bahwa IBA
eksogen memberikan pengaruh positif pada
pembentukan kalus dan inisiasi akar. Pada
penelitian ini, akar adventif yang keluar
diawali dengan pembentukan kalus. Heddy
(1986) menyatakan bahwa efek dari auksin
pada perkembangan meristem adalah mendorong pembentukan jaringan kalus. Pembentukan kalus merupakan prekursor untuk
pembentukan akar adventif (Hartmann et al.
1997). Akan tetapi pembentukan jaringan akar
dan kalus saling terpisah. Menurut Rochiman
dan Harjadi (1973), akar yang keluar dari
jaringan kalus akan lebih kuat dan lebih baik
daripada akar yang keluar dari stek yang tidak
berkalus. Dengan adanya pembentukan kalus
pada tanaman yang diamati selama penelitian,
diharapkan tanaman yang siap tanam di
lapang memiliki akar yang kokoh meskipun
berasal dari stek.
Zat pengatur tumbuh IBA dan NAA
merupakan auksin yang telah banyak digunakan untuk memacu perakaran dalam pembiakan vegetatif secara komersil karena kedua
ZPT tersebut lebih efektif dibandingkan IAA
(Hopkins 1995). Naphtalene Acetic Acid lebih
aktif dalam menginduksi perakaran pada stek
batang, relatif stabil dalam jaringan tanaman,
dan dimetabolisme secara lambat dalam tubuh
tanaman (Srivastava 2005), sedangkan IBA
dapat meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap IAA dan meningkatkan perakaran melalui peningkatan IBA bebas internal. Selain
itu, secara sinergis IBA juga bisa memodifikasi kerja IAA atau sintesis IAA endogen

6

(Hartmann 1997). Sedangkan menurut Nickell
(2000), IBA meningkatkan perpindahan
fotosintat ke tempat inisiasi akar di bagian
dasar stek.
Sumiasri dan Priadi (2003) menyatakan
bahwa dalam konsentrasi rendah GA3 berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif,
sedangkan pada konsentrasi tinggi pengaruhnya lebih dominan terhadap pertumbuhan
generatif. Giberelin pada konsentrasi rendah
(10-11 - 10-7 M) dapat membantu inisiasi pada
akar terutama pada saat tanaman ditumbuhkan
pada tingkat pencahayaan rendah, tetapi pada
konsentrasi yang relatif tinggi (10-3 M), GA3
menghambat pembentukan akar adventif
(Hartmann et al. 1997). Dari Gambar 4 dapat
dilihat bahwa pada keseluruhan media,
tanaman yang diberikan perlakuan GA3
memiliki waktu pertumbuhan akar pertama
yang paling lambat dibandingkan dengan
kontrol maupun ZPT lainnya. Dalam penelitian ini, GA3 merupakan ZPT yang paling
efektif dalam memacu pemanjangan tajuk
(Tabel 5).
Root Up adalah ZPT yang merupakan
paduan dari NAA dan IBA ditambah dengan
thiram. Root Up memiliki bahan aktif 1naftasetamida dan 2-metil-1-naftalen asetat
yang merupakan turunan dari NAA. Bahan
aktif lainnya adalah IBA, dan thiram. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, NAA dan IBA
merupakan auksin sintetik yang berperan
dalam pembentukan akar. Zat pengatur
tumbuh IBA memiliki inti indol, berperan
untuk mempercepat aktivitas auksin endogen
(Hopkins dan Hüner 2004). Thiram sendiri
merupakan fungisida (Hewitson 2008).
Akar yang keluar dari stek pada penelitian
ini adalah akar adventif. Akar adventif
merupakan akar yang diinisiasi dari sel-sel
parenkim yang bergabung dengan jaringan
pembuluh (Srivastava 2005). Proses pembentukan akar adventif sendiri terdiri dari 3 tahap,
yaitu: (a) induksi pembelahan akar dari sel-sel
parenkim dari jaringan pembuluh; (b) pembentukan primordia akar, ujung akar, dan
tudung akar; (c) pertumbuhan primordia akar
(Hartmann et al. 1997; Srivastava 2005).
Perlakuan perendaman stek dalam ZPT
juga mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek. Zat pengatur tumbuh yang
dilarutkan dalam air akan lebih mudah diserap
oleh jaringan tanaman, sehingga penggunaannya akan lebih efektif dibandingkan
pemberian dengan cara oles atau serbuk.
Perlakuan yang meliputi konsentrasi ZPT terlarut dan lama perendaman memberikan
pengaruh pada pembentukan akar. Dalam

penelitian ini, sebelum stek ditanam dalam
media, ujung stek direndam dalam ZPT
terlarut dengan masing-masing konsentrasi
100 ppm selama 3 menit. Menurut Hartmann
et al. (1997) stek direndam dalam ZPT
terlarut selama 24 jam dengan konsentrasi 20
ppm untuk spesies yang mudah berakar atau
hingga 200 ppm untuk spesies yang sulit
berakar. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat
bahwa akar pertama muncul pada 7 HST.
Jumlah akar yang banyak akan mampu
menopang tanaman sehingga tanaman tidak
mudah roboh. Pada penelitian ini, perlakuan
media maupun ZPT tidak mempengaruhi
jumlah akar. Tabel 1 menggambarkan bahwa
tanaman yang diberi perlakuan NAA memiliki
nilai rata-rata jumlah akar terbanyak (21.4)
jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Berdasarkan data tersebut, maka bisa dikatakan bahwa NAA memiliki kecenderungan
untuk meningkatkan jumlah akar. Sedangkan
tanaman yang diberi perlakuan GA3 memiliki
nilai rata-rata jumlah akar terendah (14.5), hal
ini disebabkan karena GA3 merupakan ZPT
yang lebih berperan dalam proses pemanjangan tajuk. Menurut Hartmann et al. (1997),
GA3 memiliki fungsi utama untuk membantu
pemanjangan tajuk dengan meningkatkan
pembelahan dan pemanjangan sel. Untuk media tanam sendiri, SPK merupakan media
yang menghasilkan jumlah akar terbanyak dengan nilai rata-rata 19.1.
Panjang akar tanaman menunjukkan kemampuan tanaman untuk mencapai wilayah
tertentu dalam penyerapan unsur hara, sehingga makin panjang akar memungkinkan
stek untuk menyerap unsur hara yang lebih
banyak. Panjang akar yang didapatkan dalam
penelitian ini tidak dipengaruhi oleh ZPT
maupun media. Hal ini diduga karena pada
usia tanaman 6 MST belum mencukupi untuk
pengamatan panjang akar. Perbedaan panjang
akar tanaman Euphorbia lagascae baru
terlihat nyata pada usia tanaman 2 bulan
(Ibàñez 2004). Secara keseluruhan RU
memberikan nilai panjang akar rata-rata
tertinggi. Root Up terdiri dari campuran NAA
dan IBA. Menurut Hartmann et al. (1997),
penggunaan kombinasi auksin yang terdiri
dari senyawa NAA dan IBA memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan secara tunggal pada konsentrasi
yang sama. Nilawati (2002) menyatakan
bahwa perlakuan IAA+NAA memberikan
respon terbaik terhadap pertumbuhan stek
tanaman mawar pagar, sementara Rootone-F
juga bisa dijadikan alternatif untuk memacu
pertumbuhan stek tanaman mawar pagar.

7

Media CPPK merupakan media yang
cukup efektif dalam menunjang pemanjangan
akar. Pasir merupakan komponen yang cukup
padat. Apabila digunakan dalam jangka waktu
lama, media yang terdiri dari pasir saja akan
memadat, dan hal ini menyebabkan perkembangan akar terganggu. Dengan adanya
cocopeat yang merupakan komponen media
yang sangat ringan dan longgar menyebabkan
porositas campuran media ini lebih tinggi
dibandingkan dengan kedua campuran media
lainnya.
Keberhasilan perbanyakan stek secara
umum ditentukan oleh munculnya tunas dan
perakaran yang baik. Akar berfungsi untuk
penyerapan air dan hara, tempat penyimpanan
karbohidrat, dan pencengkeram tanaman ke
media tanam (Stokes 2002; Hopkins dan
Hüner 2004). Menurut Romdiana (2001),
perkembangan akar pada stek pucuk tanaman
Octomeles sumatrana Miq. lebih ditentukan
oleh cadangan makanan dan auksin yang
terkandung dalam bahan stek, serta sifat fisik
media yang digunakan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
semakin panjang akar dan semakin banyak
akar yang dibentuk maka tanaman akan
semakin kokoh dan penyerapan hara dari
media juga akan semakin efektif sehingga
tanaman mampu menghasilkan cadangan
makanan yang cukup untuk pertumbuhannya.
Sebagian besar studi mengenai akar
melaporkan bahwa untuk menggambarkan
karakteristik perakaran dilakukan pengukuran
terhadap bobot basah atau bobot kering akar
(Gardner, Pearce, dan Mitchell 1991). Selain
itu menurut Russel (1977), bobot akar menggambarkan usia dan nutrisi yang diserap oleh
tanaman. Bobot basah akar menunjukkan
hubungan antara jumlah akar dan panjang
akar primer yang dibentuk oleh stek. Pada
penelitian ini bobot basah akar dipengaruhi
oleh media dan ZPT secara terpisah. Media
tanam CPPK merupakan media yang
memberikan nilai bobot basah akar terbesar,
karena kelembaban pada CPPK selalu terjaga
dengan adanya cocopeat yang mampu
mengikat air. Sedangkan ZPT yang memberikan nilai bobot basah akar terbesar adalah
IBA dan RU.
Bobot
kering
akar
menunjukkan
banyaknya fotosintat yang dialokasikan untuk
pertumbuhan akar. Menurut Hopkins dan
Hüner (2004), pengukuran dengan menggunakan bobot kering lebih sering digunakan
daripada pengukuran dengan menggunakan
bobot basah. Dalam penelitian ini kedua
perlakuan tidak memberikan perngaruh yang

nyata secara statistik terhadap bobot kering
akar. Bobot kering akar terbesar didapatkan
dari tanaman yang ditanam pada media PPK
atau tanaman yang diberi perlakuan IBA dan
RU. Pada pengaruh yang diberikan oleh ZPT,
terlihat bahwa semakin tinggi bobot basah
akar maka semakin tinggi pula bobot kering
akar yang diperoleh. Hal ini dipengaruhi oleh
kelembaban dan kondisi media. Setelah
dikeringkan, air yang ada dalam jaringan akar
akan dikeluarkan.
Media CPPK merupakan media yang
paling efektif untuk pertumbuhan tanaman,
karena CPPK memiliki porositas yang tinggi
sehingga mampu menunjang pertumbuhan
akar secara optimal. Munculnya akar di dasar
stek merupakan faktor keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
menggunakan stek. Jumlah akar yang terbentuk di dasar stek juga mendukung upaya
tanaman untuk mencengkeram media sehingga tanaman tidak mudah roboh. Pada
penelitian ini NAA merupakan ZPT yang paling efektif untuk memacu munculnya tunas,
akar pertama dan cenderung merangsang tanaman untuk membentuk akar yang lebih
banyak.
Pertumbuhan tajuk
Kemunculan tunas pada stek dapat
berlangsung dengan cepat. Kandungan auksin
akan menurun saat pemotongan bahan stek
sehingga memacu pertumbuhan tunas. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ZPT memberikan pengaruh nyata bagi waktu munculnya tunas pertama. Tunas yang paling
cepat muncul adalah tunas pada stek yang
diberi perlakuan NAA. Tunas-tunas ini
muncul pada 6 HST.
Tingkat keberhasilan stek pucuk dapat
menghasilkan tunas disebabkan oleh kandungan cadangan makanan yang dimiliki oleh
stek untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini menjadi salah satu tanda
keberhasilan dari pertumbuhan stek. Tunas
yang keluar ini diharapkan mampu menghasilkan auksin yang akan merangsang
munculnya akar. Penghilangan tunas dari stek
pada beberapa spesies akan menghentikan
pembentukan akar, terutama pada tanamantanaman yang sulit berakar (Hartmann et al.
1997).
Dalam penelitian ini, daun pada stek tidak
dibuang. Daun mempengaruhi perakaran
secara tidak langsung karena merupakan
sumber auksin yang ditranspor secara basipetal. Selain itu, karbohidrat yang ditranslokasi
dari daun penting untuk perkembangan akar.

8

Menurut Hartmann et al. (1997), ada beberapa
komponen pemacu perakaran yang berpindah
melalui floem dari tunas ke bagian dasar stek,
sehingga keberadaan tunas dan daun pada stek
akan mempengaruhi pembentukan akar.
Demikian halnya dengan daun, sebelum daun
gugur akan ada proses translokasi komponen
pemacu perakaran dari daun ke bagian dasar
stek dan akhirnya membantu proses pembentukan akar.
Berdasarkan pengamatan pertambahan
tinggi tanaman pada 1 dan 2 MST belum
menunjukkan nilai yang berarti, bahkan dari
hasil pengamatan pada 1 MST penambahan
tingginya nol. Hal ini diduga berhubungan
dengan pembentukan akar di dasar stek.
Pembentukan akar pada penelitian ini dimulai
pada 7 HST atau setelah satu minggu penanaman. Sedangkan pada minggu ke-2 pertambahan tinggi masih belum menunjukan nilai
yang berarti karena akar yang dihasilkan
masih pendek dan belum optimal dalam
melakukan penyerapan hara dan air dari
media. Gardner, Pearce, dan Mitchell (1991)
menyatakan bahwa pertumbuhan akar yang
kuat lazimnya diperlukan untuk kekuatan dan
pertumbuhan pucuk pada umumnya. Apabila
akar mengalami kerusakan karena gangguan
secara biologis, fisik, atau mekanis dan
menjadi kurang berfungsi, maka pertumbuhan
pucuk juga akan menjadi kurang berfungsi.
Giberelin endogen yang terdapat pada
tunas, ujung apikal, dan xilem mempengaruhi
aktivitas tajuk pada beberapa spesies (Nickell
2000). Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa GA3
memberikan nilai rataan tinggi tanaman terbesar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nickell
2000 bahwa respon positif dari GA3 adalah
mempengaruhi pertumbuhan tajuk secara
langsung. Selain itu menurut Hopkins (1995),
GA3 mengontrol pemanjangan antar buku
pada tanaman kerdil dan roset.

SIMPULAN
Kombinasi media cocopeat-pasir-pupuk
kandang (CPPK) dan zat pengatur tumbuh
Naphtalene Acetic Acid (NAA) mempengaruhi hari tumbuh akar pertama tanaman J.
curcas pada 7 hari setelah tanam (HST). Pada
parameter lain, media dan ZPT mempengaruhi
pertumbuhan stek tanaman J. curcas secara
terpisah. Media terbaik untuk pembiakan vegetatif stek pucuk tanaman J. curcas adalah
media CPPK, sedangkan ZPT yang memacu
perakaran lebih baik adalah NAA dengan
dosis 100 ppm.

SARAN
Penelitian ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut dengan waktu perendaman
stek yang lebih lama dan konsentrasi yang
berbeda. Selain itu, diperlukan juga perpanjangan waktu pengamatan hingga tanaman
berusia minimal dua bulan.

DAFTAR PUSTAKA
[PHT] Perum Perhutani. 1996. Pedoman
Pembuatan Stek Pucuk Tanaman Khaya
anthotheca dan Swietenia mahagoni.
Jakarta: Direksi Perum Perhutani.
Achmad SS. 1993. Pembiakan Vegetatif Stek
arborea
Linn.
dengan
Gmelina
Menggunakan Rootone-F. Bogor: Dephut.
Arteca RN. 1996. Plant Growth Substances,
Principles and Application. New York:
Chapman & Hall.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati
Susilo, penerjemah. Jakarta: UI-Press.
Terjemahan dari: Physiology of Crop
Plants.
Hartmann HT, Kester DE, Davies FT, Geneve
RL. 1997. Plant Propagation, Principle
and Practices sixth edition. New Jersey:
Prentice-Hall Inc.
Hariyadi. 2005. Budidaya Tanaman Jarak
(Jatropha curcas) Sebagai Sumber Bahan
Alternatif Biofuel. http://www.ristek.go.id
[2 Feb 2006].
Heddy S. 1986. Hormon Tumbuhan. Jakarta:
Rajawali.
Hewitson J. 2008. What is Thiram?. http://
www-saps.plantsci.cam.ac.uk/records/rec
189.htm [ 24 Jan 2008].
Hopkins WG. 1995. Introduction to Plant
Physiology. United States of America: John
Wiley & Sons, Inc.
Hopkins WG, Hüner NP. 2004. Introduction
to Plant Physiology. Ed ke-3. United States
of America: John Wiley & Sons, Inc.
Ibàñez A. 2004. Rooting Experiments with
Euphorbia lagascae Cuttings. Anal de Biol
26: 101-104.
Lele S. 2006. The Cultivation of Jatropha
curcas. http://www.svlele.com/jatropha_
plant.htm [2 Feb 2006].
Markus A, Mulyadi Y. 2006. Penentuan
Kombinasi Media, Tinggi Stek Pucuk, dan
ZPT yang Menghasilkan Perakaran yang
Terbaik di Rumah Kaca Cibedug. IPB,
Laporan Penelitian.

9

Nickell LG. 2000. Plant Growth Regulating
Chemicals Volume II. Florida: CRC Press,
Inc.
Nilawati R. 2002. Peranan Auksin dan
Pemanasan Terhadap Pertumbuhan Stek
Tanaman Mawar [Skripsi]. Bogor: Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Omon RM. 2004. Pengaruh Hormon IBA
Terhadap Pertumbuhan Stek Shorea
balangeran (Korth.) Burck Pada Media
Air di Rumah Kaca Loka Litbang Satwa
Primata, Kalimantan Timur. J Pen Kons
Alam 1(2):226-233.
Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan
Vegetatif. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Fakultas Pertanian Departemen Agronomi.
Romdiana D. 2001. Pengaruh Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh dan Jenis Media
Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk
Benuang Bini (Octomeles sumatrana
Miq.) [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Russel RS. 1977. Plant Root Systems: Their
Fungsional and Interaction with The Soil.
England: McGraw-Hill Book Company.
Srivastava LM. 2005. Plant Growth and
Developement, Hormones and Environment. Amsterdam: Academic Press.
Stokes A. 2002. Biomechanics of Tree Root
Anchorage. Di dalam: Waisel et al, editor.
Plant Roots, The Hidden Half. Ed. Ke-3.
New York: Marcel Decker, Inc. hlm. 175186.
Sumiasri N, Priadi D. 2003. Pertumbuhan
Stek Cabang Sungkai (Peronema canescens Jack) Pada Berbagai Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh (GA3) dalam Media
Cair. Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi
LIPI Cibinong.
Wudianto R. 2002. Membuat Stek, Cangkok
dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

PERTUMBUHAN STEK PUCUK
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
PADA BERBAGAI KOMBINASI MEDIA
DAN ZAT PENGATUR TUMBUH

Oleh :
RINA PUSPITASARI
G34102004

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
RINA PUSPITASARI. Pertumbuhan Stek Pucuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
pada Berbagai Kombinasi Media dan Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing oleh MIFTAHUDIN dan
TRIADIATI.
Kebutuhan terhadap tanaman jarak pagar terus meningkat, akan tetapi ketersediaan bibit
terbatas. Perbanyakan vegetatif dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasinya. Pembentukan dan pertumbuhan akar pada stek merupakan penentu keberhasilan
perbanyakan tanaman dengan stek. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media
dan zat pengatur tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek pucuk tanaman jarak pagar. Stek
diambil setinggi 6 cm lalu direndam dalam berbagai larutan ZPT (NAA, IBA, GA3, dan Root Up)
dengan konsentrasi masing-masing 100 ppm selama tiga menit dan ditanam dalam tiga media
yang berbeda: cocopeat-pasir-pupuk kandang (CPPK); sekam-pupuk kandang (SPK); dan pasirpupuk kandang (PPK). Tunas dan akar tercepat muncul berturut-turut pada 6 dan 7 HST pada
perlakuan NAA, sedangkan kombinasi CPPK dan IBA menghasilkan bobot basah akar terbesar
0.81 g. Pertumbuhan tajuk tercepat (3 MST) dan tanaman tertinggi (9.1 cm) ditunjukan oleh
tanaman yang ditanam pada media CPPK dan mendapat perlakuan GA3.

ABSTRACT
RINA PUSPITASARI. The Growth of Softcutting of Jatropha curcas L. in Different
Combination of Propagation Media and Plant Growth Regulators. Supervised by MIFTAHUDIN
and TRIADIATI.
The need of jatropha continously increase, however the availability of seedling is limited.
Vegetative propagation using softcutting is an alternative to solve the problem. Root formation and
growth on cutting is a key factor in successful plant propagation using cutting. This research is
aimed to find suitable combination of propagation media and plant growth regulator for the growth
of jatropha softcutting. Cuttings with 6 cm length were removed and then soaked in 100 ppm of
different plant growth regulators (NAA, IBA, GA3, and Root Up) for three min, and planted to
different propagation media: cocopeat-sand-manure (CPPK); husk charcoal-manure (SPK); and
sand-manure (PPK). A new bud and root were grown at 6 and 7 days after planting on plant treated
with NAA, whereas cocopeat-sand-manure and IBA combination gave the highest value of root
freshweight at 0.81 g. The fastest shoot growth (3 weeks after planting) and the highest plant (9.1
cm) were showed on plant grown on cocopaeat- sand - manure and GA3 combination.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jarak pagar merupakan salah satu anggota
dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini telah
lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di
Indonesia sejak diperkenalkan oleh bangsa
Jepang pada tahun 1942 (Hariyadi 2005).
Tanaman jarak dikenal sebagai tanaman
yang menghasilkan minyak. Di beberapa negara, minyak tersebut digunakan untuk bahan
pembuatan sabun. Selain itu, getah J. curcas
yang mengandung jatrophine (alkaloid)
mengandung senyawa anti kanker. Kulit kayu
tanaman ini juga diketahui mengandung cairan berwarna biru tua yang sering digunakan
untuk bahan pencelup kain. Daun jarak pagar
digunakan untuk pakan ulat sutera. Jarak
pagar juga sering digunakan untuk pupuk
organik karena kandungan N, P, dan K yang
tinggi, sebagai pestisida, dan bahan alternatif
untuk biodiesel (Lele 2006).
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan
bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh
meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber
bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia. Salah satu tanaman
yang memiliki potensi sebagai sumber bahan
bakar adalah jarak pagar (Hariyadi 2005)
selain kelapa sawit. Tingginya permintaan
akan tanaman jarak pagar mendorong
berbagai pihak mencari cara yang efektif
untuk memperbanyak tanaman jarak secara
cepat dalam jumlah besar.
Selama ini budidaya tanaman jarak
dilakukan dengan menggunakan biji dan stek
(Hariyadi 2005). Dengan penyetekan, akan
diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat
seperti induknya. Stek tidak perlu bantuan
tanaman induk untuk menumbuhkan akarakarnya (Wudianto 2002). Fungsi dari
perbanyakan dengan cara ini adalah untuk
mengatasi perbanyakan tanaman yang tidak
mungkin menggunakan biji, memudahkan dan
mempercepat perbanyakan tanaman (Rochiman dan Harjadi 1973).
Stek diklasifikasikan ke dalam lima
macam berdasarkan bagian tanaman yang
diambil, yaitu stek akar, stek batang, stek
daun atau tunas muda, stek tunas (Rochiman
dan Harjadi 1973), dan stek pucuk (Wudianto
2002). Dalam penelitian ini teknik yang
digunakan adalah teknik stek pucuk yang
diambil dari persemaian. Bagian tanaman
yang diambil adalah pucuk yang masih muda
dan masih dalam masa pertumbuhan. Stek
pucuk yang berasal dari persemaian

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan stek yang berumur 3 tahun
dan 8 tahun pada tanaman Gmelina arborea
(Achmad 1993).
Media yang tepat dan pemberian Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan
perbanyakan tanaman terutama untuk spesies
yang sulit berakar pada perbanyakan tanaman
secara vegetatif dengan menggunakan stek.
Indikator keberhasilan perbanyakan dengan
cara ini adalah tumbuhnya tunas dan akar.
Untuk menumbuhkan tunas dan akar,
dibutuhkan kondisi yang sesuai. Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek
pucuk di antaranya adalah bahan tanaman,
lingkungan, media, penggunaan ZPT, dan
kebersihan serta pemeliharaan (Rochiman dan
Harjadi 1973).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi media dan zat pengatur
tumbuh yang tepat untuk pertumbuhan stek
pucuk tanaman jarak pagar.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
Januari-Mei 2007 bertempat di Kebun Percobaan Cibedug-Ciawi, Kabupaten Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah stek pucuk
tanaman jarak pagar berusia satu bulan yang
diambil dari persemaian (Gambar 1) dengan
panjang stek 6 cm.

Gambar 1 Induk tanaman jarak pagar berusia
satu bulan.
Bahan untuk media yang digunakan adalah
cocopeat, pasir, pupuk kandang, dan arang
sekam. Sedangkan ZPT yang digunakan
adalah Indole Butyric Acid (IBA), Naphtalene
Acetic Acid (NAA), Giberelin (GA3), dan
Root Up (RU) yang memiliki bahan aktif

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jarak pagar merupakan salah satu anggota
dari famili Euphorbiaceae. Tanaman ini telah
lama dikenal masyarakat di berbagai daerah di
Indonesia sejak diperkenalkan oleh bangsa
Jepang pada tahun 1942 (Hariyadi 2005).
Tanaman jarak dikenal sebagai tanaman
yang menghasilkan minyak. Di beberapa negara, minyak tersebut digunakan untuk bahan
pembuatan sabun. Selain itu, getah J. curcas
yang mengandung jatrophine (alkaloid)
mengandung senyawa anti kanker. Kulit kayu
tanaman ini juga diketahui mengandung cairan berwarna biru tua yang sering digunakan
untuk bahan pencelup kain. Daun jarak pagar
digunakan untuk pakan ulat sutera. Jarak
pagar juga sering digunakan untuk pupuk
organik karena kandungan N, P, dan K yang
tinggi, sebagai pestisida, dan bahan alternatif
untuk biodiesel (Lele 2006).
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan
bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh
meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-sumber
bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia. Salah satu tanaman
yang memiliki potensi sebagai sumber bahan
bakar adalah jarak pagar (Hariyadi 2005)
selain kelapa sawit. Tingginya permintaan
akan tanaman jarak pagar mendorong
berbagai pihak mencari cara yang efektif
untuk memperbanyak tanaman jarak secara
cepat dalam jumlah besar.
Selama ini budidaya tanaman jarak
dilakukan dengan menggunakan biji dan stek
(Hariyadi 2005). Dengan penyetekan, akan
diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat
seperti induknya.