Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Daun dan Pola Infloresen Bunga pada Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious

KANDUNGAN ZAT PENGATUR TUMBUH DAUN DAN POLA
INFLORESEN BUNGA PADA JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) ANDROMONOECIOUS

SITI KOMARIYAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK
SITI KOMARIYAH. Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Daun dan Pola Infloresen Bunga pada
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious. Dibimbing oleh TRIADIATI dan WULAN
TRI WAHYUNI.
Jarak pagar merupakan tanaman berumah satu (monoecious), dengan bunga jantan dan betina
yang terpisah. Akan tetapi, pada Jarak pagar telah diketahui terdapat tanaman andromonoecious
(yang memiliki bunga hermaprodit dan bunga jantan). Salah satu faktor internal yang
mengendalikan fase reproduktif pada tanaman ialah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Oleh karena itu,
penambahan ZPT seringkali dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan

reproduktif tanaman. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan auksin, giberelin, dan
sitokinin daun serta pola infloresen bunga pada jarak pagar andromonocieous pada berbagai
perlakuan ZPT. Zat pengatur tumbuh IAA, GA3, dan kinetin disemprotkan pada daun setiap dua
minggu sekali sampai dua bulan sebelum tanaman berbunga. Analisis ZPT daun menggunakan
metode ekstraksi dan spektrofotometri. Kandungan auksin dan giberelin pada tanaman jarak pagar
monoecious lebih tinggi pada fase sebelum berbunga dibandingkan setelah proses pembungaan,
sedangkan kandungan sitokinin pada tanaman jarak pagar monoecious sebelum berbunga lebih
rendah dibandingkan setelah berbunga. Pada tanaman jarak pagar andromonoecious tanpa
perlakuan ZPT kandungan auksin dan sitokinin mengalami kenaikan setelah proses pembungaan,
tetapi tidak demikian dengan giberelin yang mengalami penurunan. Penyemprotan auksin dan
giberelin 100 ppm terhadap tanaman andromonoecious mampu meningkatkan kandungan ZPT
endogen. Penyemprotan kinetin pada tanaman Jarak pagar andromonoecious dapat meningkatkan
jumlah percabangan infloresen bunga.
Kata kunci : monoecious, andromonoecious, zat pengatur tumbuh, infloresen

ABSTRACT
SITI KOMARIYAH. The Leaf Plant Growth Regulators Content and Flowers Inflorescense
Pattern on Andromonoecious Jatropha curcas L. Supervised by TRIADIATI and WULAN TRI
WAHYUNI.
Jatropha curcas is a monoecious plant with separated male and female flowers. However,

there is also andromonoecious Jatropha plant that produce hermaphrodite and male flowers. One
of the internal factors controlling reproductive phase is Plant Growth Regulators (PGRs). Addition
of PGRs could optimize vegetative and reproductive phase. The aims of this study were to analysis
the content of leaf auxins, gibberellins, and cytokinins, as well as flower inflorescense pattern on
andromonoecious Jatropha curcas under PGR treatments. PGRs IAA, GA3, and kinetin was
sprayed to leaves every two weeks until two months before flowering. PGR analysis was
performed using extraction and spectrophotometric methods. The content of auxins and
gibberellins in monoecious Jatropha were higher when was analyzed before flowering than that of
after flowering, whereas the content of sitokinin on monoecious plant was lower before flowering
than that of after flowering. Auxin and sitokinin content in non treated andromonoecious increased
after flowering. whereas gibberellins content decreased. Treatment of 100 ppm auxin and
giberellin to the andromonoecious Jatropha could increase the content of PGR endogenous.
Kinetin increased number of flower inflorescense on andromonoecious Jatropha.
Key words: monoecious, andromonoecious, plant growth regulators, inflorescense

Judul Skripsi : Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Daun dan Pola Infloresen Bunga
pada Jarak pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious
Nama
: Siti Komariyah
NRP

: G34070070

Menyetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Triadiati, M.Si
NIP 19600224 198603 2 001

Wulan Tri Wahyuni, M.Si

Mengetahui
Kepala Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
NIP 19641002 198903 1 002


Tanggal lulus :

KANDUNGAN ZAT PENGATUR TUMBUH DAUN DAN POLA
INFLORESEN BUNGA PADA JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
ANDROMONOECIOUS

SITI KOMARIYAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Daun dan Pola
Infloresen Bunga pada Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Andromonoecious.” Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Agustus 2011.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Triadiati, M.Si dan Ibu Wulan Tri Wahyuni, M.Si
selaku pembimbing atas pengarahan, teladan, kesabaran, waktu, serta nasehat yang diberikan
kepada penulis salama penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada bapak Dr.Ir Miftahuddin, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan penulisan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Nung dan Pak Eman selaku teknisi di Laboratorium Kimia Analitik, Pak
Eko selaku teknisi di Laboratorium Bersama Kimia, serta Pak Kus dan Ibu Gleny selaku teknisi di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, kakak, dan adik serta seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mbak tri sundari,
teman-teman seperjuanganku iip, danis, yuni, age, niswa, fina, dan ifit yang telah banyak
memberikan dukungan, teman-teman wisma bintang dan teman-teman Biologi 44 yang telah
memberikan dukungan dan semangat pada penulis serta semua pihak yang telah membantu
penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Januari 2012

Siti Komariyah

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 12 Mei 1989 dari pasangan bapak Sardi dan ibu
Sumiyati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMAN 1Sukoharjo dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis
memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa KSR Unit 1 IPB
(2007-2008), KEMALA (Keluarga Mahasiswa Lampung, 2007), SERUM-G (2008-2010), dan
Himpunan Mahasiswa Biologi (2008). Penulis mendapatkan beasiswa Program peningkatan
Akademik (PPA) 2007-2008 dan Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) 2009-2011. Pada alih tahun
2008- 2009, penulis mengikuti kegiatan magang di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
dengan topik “Teknik Pembuatan Spesimen Herbarium”. Pada alih tahun 2009-2010, penulis
mengikuti kegiatan magang di Sringanis mengenai tanam-tanaman obat. Pada tahun 2010, penulis
melaksanakan Praktek Lapangan di Unit Peternakan Darul Fallah Ciampea-Bogor dengan judul
“Proses Pemeliharaan Kambing Perah di Unit Peternakan Darul Fallah-Bogor”. Penulis juga
pernah menjadi asisten mata kuliah Fisiologi tumbuhan (semester genap 2010-2011), Biologi

Dasar (semester ganjil dan genap 2010/2011), dan Pendidikan Agama Islam (2010-2011).
Sebagai salah satu syarat kelulusan studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Kandungan Zat Pengatur Tumbuh Daun dan Pola
Infloresen Bunga pada Jarak Pagar (Jatropha curcas. L) Andromonoecious” dibawah bimbingan
Ibu Dr. Triadiati, M.Si dan Ibu Wulan Tri Wahyuni, M.Si

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... ..............1
Tujuan ................................................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu .............................................................................................. 1
Bahan dan Alat .................................................................................................... 1
Metode Penelitian................................................................................................ 1
HASIL ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
SIMPULAN ........................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 5
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Spektrum panjang gelombang Giberelin…………………............................

8

2 Spektrum panjang gelombang kinetin……………………............................

8

3 Spektrum panjang gelombang Auksin……………………...........................

9

4 Hasil pengukuran kurva standar giberelin......................................................

10


5 Hasil pengukuran kurva standar auksin.........................................................

10

6 Hasil pengukuran kurva standar kinetin.........................................................

10

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya, jarak pagar (Jatropha
curcas) merupakan tanaman berumah satu
(monoecious), dengan bunga jantan dan
betina terpisah tetapi masih dalam satu
tanaman yang sama (Hartati 2009). Saat ini,
diketahui terdapat tanaman jarak pagar yang
mempunyai bunga hermaprodit dari tanaman
monoecious, namun jumlahnya sangat

terbatas. Tanaman jarak pagar berbunga
hermaprodit, termasuk tipe tanaman
andromonoecious (hanya mempunyai bunga
hermaprodit dan bunga jantan). Pada satu
karangan bunga, jumlah bunga jantan lebih
banyak dibandingkan bunga hermaprodit.
Bunga hermaprodit memiliki ukuran yang
lebih besar dibandingkan bunga jantan
(Delita et al. 2008). Bunga hermaprodit
dapat memberikan peluang terjadinya
penyerbukan sendiri. Tanaman yang
menyerbuk sendiri akan menghasilkan biji
yang bersifat homogen, sedangkan tanaman
menyerbuk silang umumnya menghasilkan
biji yang bersifat heterogen.
Zat pengatur tumbuh ialah senyawa
organik yang disintesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain,
dan pada konsentrasi yang sangat rendah
mampu menimbulkan respon fisiologis

(Salisbury & Ross 1995). Tanaman secara
alami
sudah
mengandung
hormon
pertumbuhan yang disebut hormon endogen.
Namun, hormon ini kurang optimum
mempengaruhi
proses
pertumbuhan
vegetatif
dan
reproduktif
tanaman.
Penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
sering kali dilakukan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif
tanaman, misalnya giberelin (GA3) yang
mampu mempercepat pertumbuhan dan
pembungaan (Abidin 1985). Giberelin
mampu mempercepat pembungaan tanaman
melalui pengaktifan gen meristem bunga
dengan menghasilkan protein yang akan
menginduksi ekspresi gen-gen pembentuk
organ bunga (seperti korolla, kalix, stamen,
dan pistillum) (Arika et al. 2009). Auksin
merupakan salah satu hormon tanaman yang
dapat meregulasi banyak proses fisiologi,
seperti pertumbuhan, pembelahan dan
diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell
et al. 1986). Peningkatan konsentrasi
sitokinin pada daun merupakan salah satu
fenomena hormonal yang penting bagi

induksi bunga. Ryugo (1990) menyatakan
bahwa aplikasi sitokinin pada permukaan
petiol yang dipotong dapat meningkatkan
persentase tunas bunga. Berdasarkan hal
tersebut diduga ZPT memiliki peranan yang
penting dalam memacu munculnya bunga
khususnya hermaprodit pada tanaman jarak
pagar.
Bunga jarak pagar tersusun secara
majemuk (infloresen). Menurut Heller
(1996)
infloresen pada jarak pagar
terbentuk pada cabang terminal. Infloresen
bunga pada jarak pagar bertipe dichasial
cyme. Tipe infloresen bunga tersebut ialah
tipe bunga yang memiliki ciri antara lain
pada ujung tangkai utama terdapat sebuah
kuncup bunga, bunga pada ujung tangkai
utama akan mekar lebih dahulu, tangkai
utama biasanya lebih pendek dari anak
tangkai, tangkai utama hanya membentuk
anak tangkai dengan jumlah sedikit dan
percabangan pada anak tangkai tidak
berbeda dari tangkai utama (Raju &
Ezradanam 2002).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis
kandungan auksin, giberelin, dan kinetin
dari daun serta pembentukan pola infloresen
bunga pada tanaman jarak pagar (J. curcas)
andromonoecious pada berbagai perlakuan
zat pengatur tumbuh.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari sampai Agustus 2011 di lahan
pertanian Cibeureum, lahan pertanian
Cikabayan, Laboratorium Kimia Analitik
dan
Laboratorium
Bersama
Kimia
Departemen Kimia dan Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi
FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah daun
tanaman jarak pagar andromonoecious dan
daun tanaman jarak pagar monoecious. Zat
pengatur tumbuh yang digunakan antara
lain auksin (IAA), giberelin (GA3), dan
kinetin (K), bahan kimia yang digunakan
ialah metanol, NH4OH, kloroform, etilasetat,
dan isopropanol.
Alat yang digunakan ialah mortar,
penguap putar, corong pisah, lempeng
kromatografi
lapis
tipis
(KLT),
spektrofotometer berkas ganda, dan alat-alat

2

lain yang biasa
laboratorium.

digunakan

di

dalam

Metode Penelitian
Perlakuan. Tanaman jarak pagar
andromonoecious
disemprot
pada
permukaan bawah daun pada pagi hari
dengan menggunakan GA3 100 ppm, IAA
100 ppm, kinetin 100 ppm, GA3:IAA (50:50
ppm), GA3:K (50:50 ppm), IAA:K (50:50
ppm) masing-masing sebanyak 300 ml.
Perlakuan diberikan 2 minggu sekali pada
tanaman saat jumlah daun minimal 5 helai
sampai dua bulan sebelum berbunga.
Analisis kandungan ZPT menggunakan
tanaman dengan perlakuan ZPT tunggal,
sedangkan pengamatan pola infloresen
bunga untuk semua perlakuan ZPT.
Pengambilan Sampel. Sampel daun
diambil sebelum munculnya bunga dan saat
bunga mulai muncul. Sampel yang diambil
adalah daun dengan lebar penuh yang
memiliki warna hijau tua dan rata-rata
terletak pada duduk daun ketiga dari pucuk.
Analisis ZPT pada daun. Analisis ZPT
pada daun mengikuti metode yang
digunakan Unyayar et al. (1996). Sampel
daun yang diambil secara komposit dari 3
ulangan seberat ± 5 gr diekstrak dengan cara
digerus, kemudian dilarutkan dengan
metanol, kloroform, dan 2N ammonium
hidroksida (12:5:3 v/v/v) sebanyak 100 ml.
Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring.
Air destilata sebanyak 22,4 ml ditambahkan
ke dalam ekstrak yang diperoleh,
selanjutnya ekstrak dimasukkan ke dalam
corong pemisah dan didiamkan selama 24
jam. Fase cair diambil sedangkan fase
kloroform dibuang. Selanjutnya, pH pada
fase air diatur menjadi 2,5 dengan
menambahkan
HCL
5N,
kemudian
diekstraksi sebanyak 3 kali dengan
menggunakan 15 ml etilasetat. Ekstrak
didiamkan beberapa menit agar fase air
terpisah dari fase etilasetat. Fase etilasetat
diambil dan fase air dilanjutkan untuk
perlakuan berikutnya. Fase etilasetat yang
diperoleh diharapkan mengandung IAA dan
GA3. Fase air berikutnya diatur pH nya
menjadi 7 dengan menambahkan 4N NaOH
kemudian diekstraksi kembali sebanyak 3
kali menggunakan 15 ml etilasetat.
Perlakuan ini akan menghasilkan kinetin
bebas. Ekstrak IAA, GA3, dan kinetin yang
diperoleh selanjutnya dievaporasi. Ekstrak
kering yang diperoleh kemudian ditimbang
± 0,1-0,5 mg dan dilarutkan menggunakan
10
ml
metanol
kemudian
diukur

menggunakan spektrofotometri UV-VIS
pada panjang gelombang 253 untuk GA3,
279,6 untuk IAA, dan 267,8 untuk kinetin.
Panjang gelombang tersebut diperoleh dari
hasil scanning ZPT standar (Lampiran 1-3).
Konsentrasi ZPT pada sampel yang
diperoleh dihitung dengan persamaan kurva
standar (Lampiran 4-6).

HASIL
Hasil analisis ZPT pada tanaman jarak
pagar
monoecious
dan
kontrol
andromonoecious menunjukkan bahwa
kandungan giberelin mengalami penurunan
dari fase sebelum berbunga ke fase
pembungaan sebesar 4,47 mg/g ekstrak dan
0,22 mg/g ekstrak, sedangkan pada tanaman
jarak pagar andromonoecious dengan
penyemprotan giberelin 100 ppm mengalami
peningkatan kandungan giberelin sebesar
2,42 mg/g ekstrak (Tabel 1).
Tabel 1 Kandungan zat pengatur tumbuh
endogen pada tanaman jarak pagar
andromonoecious dengan perlakuan
berbagai ZPT
Sampel

Kandungan ZPT daun
mg/gr ekstrak
GA3
K
IAA

Monoecious
Sebelum berbunga
5,52
0,001
Setelah berbunga
0,75
0,37
Kontrol Andromonoecious
Sebelum berbunga
0,56
0,04
Setelah berbunga
0,34
0,06
Andromonoecious + IAA 100 ppm
Sebelum berbunga
Setelah berbunga
Andromonoecious + GA3 100 ppm
Sebelum berbunga
0,06
Setelah berbunga
2,48
Andromonoecious + Kinetin 100 ppm
Sebelum berbunga
0,04
Setelah berbunga
-

5,47
0,94
0,24
0,52
0,08
1,32

Keterangan : GA3: giberelin, IAA: auksin,
K: kinetin
Kandungan kinetin pada tanaman
monoecious mengalami peningkatan 0,369
mg/g ekstrak dari fase sebelum berbunga ke
fase setelah pembungaan, sedangkan pada
tanaman
jarak
pagar
kontrol
andromonoecious
kandungan
kinetin
meningkat 0,02 mg/g ekstrak. Kandungan
kinetin pada tanaman jarak pagar
andromonoecious dengan penyemprotan K
100 ppm sebesar 0,04 mg/g ekstrak,
sedangkan kandungan kinetin setelah
tanaman berbunga belum dapat diamati,

3

karena sampai batas waktu yang ditentukan
tanaman belum berbunga.
Kandungan auksin pada tanaman jarak
pagar monoecious mengalami penurunan
4,53 mg/g ekstrak dari fase sebelum
berbunga ke fase pembungaan. Pada
tanaman
jarak
pagar
kontrol
andromonoecious dan andromonoecious
dengan penyemprotan IAA 100 ppm
keduanya
mengalami
peningkatan
kandungan auksin dari fase sebelum
berbunga ke fase setelah berbunga.
Kandungan auksin pada tanaman jarak pagar
kontrol andromonoecious meningkat 0,28

kontrol bunga
andromonoecious

mg/g ekstrak, sedangkan pada tanaman jarak
pagar
andromonoecious
dengan
penyemprotan IAA 100 ppm meningkat 1,24
mg/g ekstrak.
Penyemprotan giberelin, auksin, dan
kinetin dengan konsentrasi 50 dan 100 ppm
secara umum belum menunjukkan pengaruh
terhadap pola infloresen bunga pada
tanaman jarak pagar andromonoecious
(Gambar 1).

bunga
monoecious

Andromonoecious
+ IAA

Andromonoecious
+K

Andromonoecious
+ GA3 : K

Andromonoecious
+ K : IAA

Andromonoecious
+ GA3

Andromonoecious
+ GA3 : IAA

Gambar 1 Pola infloresen bunga pada tanaman jarak pagar andromonoecious dengan berbagai
perlakuan ZPT dan monoecious.
Keterangan gambar:
= bunga hermaprodit
= rangkaian bunga jantan
= bunga betina

4

PEMBAHASAN
Jarak pagar merupakan anggota famili
Euphorbiaceae dengan jumlah bunga jantan
lebih banyak daripada bunga betina
(monoecious). Perbandingan bunga jantan
dan bunga betina pada jarak pagar
monoecious sebesar 29:1 (Raju &
Ezradanam 2002).
Saat dimulainya proses pembungaan,
terjadi peralihan dari proses produksi
struktur daun yang relatif sederhana menjadi
struktur pembungaan yang lebih kompleks.
Saat pucuk terinduksi untuk berbunga,
meristem berhenti membentuk daun dan
mulai menghasilkan organ bunga. Pada saat
itu
terjadi
perubahan-perubahan
metabolisme pada pucuk yang disertai
kenaikan laju pembelahan sel. Keberhasilan
proses pembungaan dimulai setelah terjadi
induksi bunga, diikuti proses diferensiasi,
pendewasaan organ-organ bunga, antesis,
dan polinasi (Bernier et al. 1985).
Salah satu peran hormon tanaman adalah
mempengaruhi inisiasi pembungaan dengan
mengatur keseimbangan antara karbohidrat
dan nitrogen (rasio C/N). Kelebihan suplai
zat makanan (karbohidrat) dalam tanaman
akan merangsang terjadinya pembungaan.
Arika et al. (2009) menyatakan bahwa
giberelin mampu meningkatkan rasio C/N.
Semakin tinggi rasio C/N, tanaman akan
mengalami peralihan dari masa vegetatif ke
reproduktif. Hal tersebut menyebabkan
waktu inisiasi bunga lebih cepat.
Kandungan giberelin dan auksin tanaman
jarak pagar monoecious pada penelitian ini
lebih rendah pada fase sebelum berbunga
dibandingkan fase setelah berbunga,
sedangkan
kandungan
sitokininnya
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rai et al. (2006), bahwa kandungan
giberelin pada pucuk yang berbunga tetap
rendah setelah stadium induksi terlewati,
sedangkan kandungan giberelin pada pucuk
yang tidak berbunga relatif tinggi. Menurut
Tumbull et al. (1996) bahwa kandungan
giberelin yang tinggi akan memacu
pembelahan dan pemanjangan sel di apeks
pucuk, terutama di bagian sel meristematik,
sehingga memacu pertumbuhan vegetatif
dan menghambat pembungaan.
Pada tanaman jarak pagar kontrol
andromonoecious,
kandungan giberelin
menurun
setelah
melewati
proses
pembungaan, sedangkan kandungan auksin

dan kinetin meningkat setelah melewati
proses pembungaan. Tanaman jarak pagar
monoecious dan kontrol andromonoecious
menunjukkan bahwa kandungan kinetin
yang dihasilkan sebelum berbunga lebih
rendah dibandingkan setelah berbunga
dengan besar peningkatan yang berbeda.
Kinetin merupakan ZPT yang mendorong
pembelahan (sitokinesis), umumnya banyak
terdapat pada daerah ujung akar dan daerah
meristem yang mengalami pembelahan sel
cepat, serta pada daerah yang sedang
berkembang (Prawitasari 2002).
Produksi bunga berkorelasi tinggi
dengan aktivitas kinetin pada meristem
apikal. Pucuk yang terinduksi untuk
menghasilkan bunga memiliki kandungan
sitokinin yang lebih tinggi dibandingkan
pucuk yang tidak menghasilkan bunga
(Kinet et al. 1985). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Prawitasari et al.
(2002), bahwa kandungan sitokinin terus
berfluktuasi sesuai perkembangan fase
pembungaan. Kandungan sitokinin yang
dihasilkan tanaman lengkeng saat H-30 hari
sebelum bunga mekar cukup rendah dan
terus mengalami peningkatan sampai H-15
hari sebelum bunga mekar. Fluktuasi
kandungan sitokinin sangat tajam pada fase
perkembangan organ bunga, karena pada
saat itu, terjadi perkembangan primordiaprimordia calon organ bunga yang
menandakan aktivitas daerah perkembangan
sangat tinggi.
Kandungan
sitokinin
mengalami
penurunan sebelum bunga mekar. Hal ini
disebabkan
adanya
aktivitas
daerah
meristematik yang mengalami pembelahan
sel sudah menurun dan ditandai dengan
membukanya petal secara sempurna.
Beberapa hari setelah bunga mekar
sempurna terjadi peningkatan sitokinin
kembali,
yang
disebabkan
adanya
perkembangan organ calon buah yang
berasosiasi dengan kebutuhan sitokinin bagi
pembelahan sel-sel baru di daerah
perkembangan hingga buah mencapai
ukuran maksimum. Hal ini menandakan
bahwa sitokinin berperan dalam induksi
pembungaan dan diferensiasi sel.
Menurut Wattimena (1988) bahwa
pengaruh sitokinin pada berbagai proses
fisiologis diduga pada tingkat sintesis
protein mengingat kesamaan struktur
sitokinin dengan adenin yang merupakan
komponen dari DNA dan RNA. Selanjutnya
Lakitan (1995) menambahkan bahwa
sitokinin merangsang pembelahan sel

5

melalui peningkatan laju sintesis protein.
Beberapa di antara protein ini dapat
berperan sebagai enzim yang dibutuhkan
untuk terjadinya mitosis.
Penyemprotan kinetin 100 ppm ternyata
menghambat pembungaan dan munculnya
bunga hermaprodit. Hal ini menguatkan
hasil penelitian Palupi et al. (2009) yang
menyatakan bahwa perlakuan BAP 35 ppm
pada tanaman jarak pagar mampu
menghasilkan 24 bunga hermaprodit dari 18
infloresen
yang
diamati,
sedangkan
perlakuan BAP 50 ppm tidak menghasilkan
bunga hermaprodit. BAP dan kinetin
merupakan jenis sitokinin sintetik.
Penyemprotan giberelin dan auksin 100
ppm pada tanaman andromonoecious
mampu meningkatkan kandungan ZPT
endogen. Menurut Arika et al. (2009) bahwa
pemberian giberelin pada tanaman akan
meningkatkan kandungan auksin melalui
pembentukan enzim proteolitik yang akan
membebaskan senyawa triptophan sebagai
prekursor auksin. Menurut Kaminek et al.
(1997) bahwa penambahan kinetin mampu
meningkatkan kadar kinetin endogen baik
melalui pengambilan ataupun peningkatan
biosintesis kinetin. Peningkatan jumlah
kinetin endogen ternyata justru menghambat
perkembangan
reproduktif
tanaman.
Salisbury & Ross (1995) menyatakan bahwa
pemberian ZPT secara eksogen pada
konsentrasi tinggi akan mengganggu
metabolisme sel, akibatnya menghambat
proses pembentukan bunga.
Sitokinin adalah salah satu faktor penting
yang mengatur pembentukan percabangan
bunga dan perkembangan buah. Pada
tanaman leci, penyemprotan kinetin lebih
efektif dalam menginduksi pembentukan
cabang bunga dibandingkan jenis sitokinin
yang lain ( Chen 1990).
Pada
tanaman
anggur,
sitokinin
mendorong differensiasi primordia menjadi
inflorensen. Dalam hal ini sitokinin
meningkatkan kemampuan
inflorensen
anggur untuk menarik assimilat karena
inflorensen yang sedang berkembang
memiliki daya saing yang rendah
dibandingkan daun-daun muda tanpa adanya
sitokinin (Kinet et al. 1985).
Pada
tanaman
jarak
pagar
andromonoecious, menunjukkan bahwa
bunga hermaprodit selalu muncul dari pucuk
apikal infloresen. Raju dan Ezradanam
(2002) menyatakan bahwa tanaman jarak
pagar menghasilkan infloresen dengan tipe
dichasial cyme. Perlakuan ZPT secara

umum tidak mempengaruhi pola infloresen
bunga,
tetapi
mempengaruhi
pola
percabangan pada cabang sekunder.
Tanaman jarak pagar dengan penyemprotan
GA3:K
(50:50
ppm)
menghasilkan
percabangan infloresen yang paling banyak.
Menurut Palupi et al. (2009) bahwa aplikasi
sitokinin
menghasilkan
percabangan
infloresen yang lebih banyak sehingga
bunga yang terbentuk juga lebih banyak.
Dari hasil pengamatan dapat terlihat bahwa
pola infloresen bunga pada tanaman jarak
pagar monoecious berbeda dengan tanaman
andromonoecious. Pucuk apikal tanaman
jarak pagar monoecious lebih didominasi
oleh bunga jantan, sedangkan pucuk apikal
pada tanaman jarak pagar andromonoecious
berpotensi
menghasilkan
bunga
hermaprodit.

SIMPULAN
Kandungan giberelin dan auksin tanaman
jarak pagar monoecious lebih tinggi pada
fase sebelum berbunga dibandingkan setelah
proses pembungaan, sedangkan kandungan
kinetin pada tanaman jarak pagar
monoecious lebih rendah saat sebelum
berbunga dibandingkan setelah berbunga.
Pada tanaman
jarak pagar kontrol
andromonoecious kandungan auksin dan
kinetin mengalami kenaikan setelah proses
pembungaan,
sedangkan
giberelin
mengalami
penurunan.
Penyemprotan
auksin dan giberelin terhadap tanaman
andromonoecious mampu meningkatkan
kandungan auksin dan giberelin endogen.
Penyemprotan kinetin pada tanaman jarak
pagar andromonoecious dapat meningkatkan
jumlah percabangan infloresen bunga.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan
Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Bandung: Angkasa.
Arika KA, Hastuti ED, Setiari N. 2009.
Pertumbuhan
dan
pembungaan
tanaman
jarak
pagar
setelah
penyemprotan GA3 dengan konsentrasi
yang berbeda. Jurnal Penelitian Sains
& Teknologi. 10 (1) : 18 – 29.
Bernier GB, Kinet JM, Sachs RM. 1985. The
Physiology of Flowering: Transition to

6

reproductive growth. Vol II. Florida:
CRC Press.
Chen, WS. 1990. Changes in citokinins
before and during early flower bud
differentiation in Lychee (Litchi
chinensis Sonn.) Plant Physiol. 96:
1203-1206.
Darnell J, Lodish H, Baltimore H. 1986.
Molecular Cell Biology. New York:
Scientific American Books, Inc.
Delita K, Mareza E, Kalsum U. 2008.
Korelasi
aktivitas
enzim
nitrat
reduktase dan pertumbuhan beberapa
genotipe
tanaman
jarak
pagar
(Jatropha
Curcas
Linn.)
yang
diperlakukan dengan zat pengatur
tumbuh 2,4 D. Acta 11: 80-86.
Hartati S. 2009. Info tek perkebunan media
bahan bakar nabati dan perkebunan.
Bogor:
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian. Vol.1. No. 1.
2009.
Heller, J. 1996. Physisc nut Jatropha curcas
L. promoting the conservation and
used undertilized and neglected crops
1. Institut of Plant Genetic and Crop
Plant Research . Gatersleben/IPGRI.
Kaminek M, Motyka V, Vankova R. 1997.
Regulation of cytokinin content in
plant cell. Plant Physiol. 101: 689-700.
Kinet JM, Bernier G, Sachs RM. 1985. The
Initiation of Flowers: The physiology
of flowering. Vol I. Florida: CRC
Press.
Lakitan, B. 1995. Fisiologi Pertumbuhan
dan Perkembangan Tanaman. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Palupi ER, Surahman M, Warid K. 2009.
Aplikasi ZPT untuk keserempakan
pemasakan buah jarak pagar (Jatropha
curcas L.). di dalam: Prosiding
seminar hasil-hasil penelitian IPB
2009. Bogor.
Prawitasari T, Guhardja E, Darusman LK,
Harran S, Poerwanto R. 2002.

Perkembangan
struktur
meristem
reproduktif pada proses pembungaan
tanaman lengkeng. Hayati 9(4):119124.
Rai Y, Poerwanto R, Darusman LK,
Purwoko BS. 2006. Perubahan
kandungan giberelin dan gula total
pada fase-fase perkembangan bunga
manggis. Hayati 13(3): 101-106.
Raju S, Ezradanam V. 2002. Pollination
ecology and fruiting behaviour in a
monoecious spesies, Jatropha curcas
L. (Euphorbiaceae). Curr Sci 83:
1395-1398.
Ryugo K. 1990. Flowering and fruit set in
temperate fruit trees. di dalam:
Proceedings of the lnternasional
Seminar "Off Season Production of
Horticultural Crops ". Taipei, 27
Nov-3 Des 1989.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 3. Diah RL,
Sumaryono, penerjemah. Bandung:
ITB Press. Terjemahan dari: Plant
Physiology.
Tumbull CGN, Anderson KL, Winston EC.
1996. Influence of gibberellins
treatment on flowering and fruiting
patterns in mango. Aust J Agric 36:
603-611.
Unyayar S, Topcuoglu SF, Unyayar A.
1996. A modified method for
extraction and identification of
indole-3- acetic acid (IAA), giberelin
acid (GA3), abcisic acid (ABA) and
zeatin produced by phanerochaete
chrysosporium ME446. Bulg.J. Plant
physiol . 22 (3-4): 105-110
Wattimena, GA. 1988. Zat pengatur tumbuh
tanaman. Pusat Antar Universitas.
Bioteknologi,
Institut
Pertanian
Bogor.

7

LAMPIRAN

8

Lampiran 1 Spektrum panjang gelombang giberelin

No.

Wavelength nm.

Abs.

1

365,4

-0,001

2

361,8

-0,001

3

354,6

-0,001

4

346,2

-0,001

5

344,2

-0,001

6

338

-0,001

7

333

0

8

320,4

0

9

303,2

0

10

253

0,302

11

206,2

3,329

12

202,8

4

Lampiran 2 Spektrum panjang gelombang kinetin
No. Wavelength nm.

Abs.

1

365,4

0,005

2

361,6

0,005

3

350,2

0,004

4

337,6

0,006

5

331,6

0,006

6

315,2

0,005

7

267,8

1,836

8

205,8

4

9

Lampiran 3 Spektrum panjang gelombang auksin
No.

Wavelength nm.

Abs.

1

369,6

0,002

2

363,2

0,002

3

354,6

0,002

4

348,4

0,002

5

337,6

0,002

6

330,8

0,002

7

325,2

0,002

8

289,4

0,69

9

279,6

0,808

10

273,8

0,768

11

223,2

3,311

12

217,6

3,161

13

215

3,101

14

206

2,376

10

Lampiran 4 Hasil pengukuran kurva standar giberelin

ppm

Lampiran 5 Hasil pengukuran kurva standar auksin

ppm

Lampiran 6 Hasil pengukuran kurva standar kinetin

ppm