Biodiversity, Ethnobotany, and Antioxidant Ability of Selaginella spp. from Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS).

BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN
Selaginella spp.
ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS)

ANDIK WIJAYANTO

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

ABSTRAK
ANDIK WIJAYANTO. Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp.
asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Dibimbing oleh TATIK
CHIKMAWATI dan MIFTAHUDIN.
Studi biodiversitas dan etnobotani Selaginella dilaksanakan di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS) dengan tujuan untuk mengungkapkan tingkat keanekaragamannya dan
mengkaji kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Studi keanekaragaman Selaginella dilakukan
dengan mengeksplorasi Selaginella pada 6 titik pengambilan sampel. Studi etnobotani
Selaginella dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan masyarakat desa sekitar gunung

Bunder, desa Citalahab Sentral, dan desa Kasepuhan Adat Banten Kidul. Terdapat delapan spesies
Selaginella yang ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S.
involvens, S. alutacia, S. subalpina dan satu spesies belum teridentifikasi. Dua spesies pertama
ditemukan dominan di lokasi ini. Masyarakat di ketiga desa tersebut telah mengenal Selaginella
dengan nama paku rane. Selain itu masyarakat desa Citalahab Sentral dan desa sekitar gunung
Bunder juga mengenalnya dengan nama rande. Tumbuhan ini dimanfaatkan secara tradisional oleh
masyarakat sekitar TNGHS untuk lalapan, perawatan pasca persalinan, pengobatan luka, dan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kemampuan antioksidan Selaginella diuji dengan aktivitas
penghilangan radikal hidroksil berdasarkan reaksi Fenton. Dari ketiga spesies Selaginella yang
diuji aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S. plana paling berpotensi sebagai antioksidan
diikuti S. ornata dan S. willdenovii. Ekstrak S. plana menunjukkan kemampuan antioksidan
terbaik pada konsentrasi 75 µg/ml.
Kata kunci: Selaginella, biodiversitas, etnobotani, antioksidan, Taman Nasional Gunung HalimunSalak (TNGHS)

ABSTRACT
ANDIK WIJAYANTO. Biodiversity, Ethnobotany, and Antioxidant Ability of Selaginella spp.
from Halimun-Salak Mountain National Park (TNGHS). Supervised by TATIK CHIKMAWATI
and MIFTAHUDIN.
Biodiversity and ethnobotany of Selaginella were studied in Halimun-Salak Mountain
National Park (TNGHS) to describe the diversity and the use of Selaginella as medicinal plant.

The diversity study of Selaginella was done by exploring Selaginella at 6 sampling points. The
ethnobotany study of Selaginella was done by interviewing respondents at the villagers around
Bunder Mountain, Citalahab Sentral, and Kasepuhan Adat Banten Kidul. There were eight species
Selaginella found in TNGHS which were S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S. intermedia, S.
involvens, S. alutacia, S. subalpina and one species that has not been identified yet. The first two
species were found dominantly in this location. The community in the location of study called
Selaginella as paku rane. At the villages around Bunder mountain and Citalahab Sentral,
Selaginella is also called as rande. The plant was traditionally used as fresh vegetables, postnatal
and wound treatment, and body fitness maintenance. Antioxidant ability of Selaginella was tested
by performing hydroxyl radical scavenging activity based on Fenton reaction. Three species of
Selaginella were tested their hydroxyl radical scavenging activity. S. plana was the most potential
species as an antioxidant followed by S. ornata and S. willdenovii. The crude extract of S. plana
showed the best antioxidant activity at concentration of 75 µg/ml.
Key words: Selaginella, biodiversity, ethnobotany, antioxidant, Halimun-Salak Mountain National
Park (TNGHS)

BIODIVERSITAS, ETNOBOTANI, DAN KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN
Selaginella spp.
ASAL TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK (TNGHS)


ANDIK WIJAYANTO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul : Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Antioksidan Selaginella spp.
asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
Nama : Andik Wijayanto
NIM : G34104068

Disetujui,
Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si
NIP 131 878 938

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si
NIP 131 851 281

Diketahui,
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr.Drh. Hasim DEA
NIP 131 578 806

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Dia-lah yang

maha berkehendak atas segala sesuatu. Sholawat dan salam kepada hamba dan
utusan-Nya, Muhammad bin Abdullah SAW, penutup para nabi dan rasul.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari sampai Desember 2008 dengan judul
Biodiversitas, Etnobotani, dan Kemampuan Penghilangan Radikal Hidroksil dari
Selaginella spp. asal Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada umi, abi, dan kakak yang tetap
setia menemani dengan penuh kehangatan; Dr. Ir. Tatik Chikmawati, M.Si selaku
pembimbing I dan Dr. Ir. Miftahudin, M.Si selaku pembimbing II yang telah
mencurahkan ilmu, waktu, dan perhatiannya; pihak TNGHS yang telah
mengizinkan peneliti untuk mengambil sampel di TNGHS, Dr. Rita Megia selaku
penguji yang telah memberikan saran dan kritik, serta semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih juga kepada teman-teman
seperjuangan Bio41 IPB yang senantiasa memberikan motivasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan.
Bogor, Januari 2009
Andik Wijayanto

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan tanggal 28 September 1985 di Ngawi, Jawa Timur. Anak
kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Soetjipto dan Ibu Harni

Suprihatin.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMUN 2 Ngawi dan pada tahun yang sama
diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Selama masa SMU dan perkuliahan, penulis aktif berorganisasi di dalam
maupun di luar kampus. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan
yang bersifat kerohanian, konservasi lingkungan, jurnalistik, seni sastra dan
beladiri, latihan kepemimpinan, dan pendalaman ilmu hayati. Tahun 2007 - 2008
penulis aktif menjadi asisten praktikum, yaitu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan,
Ilmu Lingkungan, dan Biologi Dasar.
Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2007 di PT. DaFa
TEKNOAGRO MANDIRI, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
perbanyakan bibit beragam jenis tanaman dengan kultur jaringan maupun teknik
konservatif, dengan judul Perbanyakan Jati (Tectona grandis Linn. f) di PT DaFa
TEKNOAGRO MANDIRI. Penulis juga pernah menjadi pemakalah pada
Lokakarya Nasional Herbarium Seminar dan Kongres PTTI ke VIII di Herbarium
Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi CSC-LIPI pada tahun 2008.

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vix
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................. 2
BAHAN DAN METODE .................................................................................... 2
Waktu dan Tempat ........................................................................................... 2
Bahan dan Alat ................................................................................................ 2
Biodiversitas ................................................................................................ 2
Etnobotani .................................................................................................... 2
Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil .............................................. 2
Metode............................................................................................................. 2
Biodiversitas ................................................................................................ 2
Etnobotani .................................................................................................... 3
Uji Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil .............................................. 3
HASIL ................................................................................................................. 4
Biodiversitas .................................................................................................... 4
Etnobotani........................................................................................................ 5

Aktivitas Penghilangan Radikal Hidroksil ........................................................ 6
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
SIMPULAN......................................................................................................... 8
SARAN ............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 8
LAMPIRAN ...................................................................................................... 10

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di TNGHS.... .................................. 5
2 Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan ketinggian tempat .................. 5
3 Tingkat naungan spesies Selaginella ................................................................. 5
4 Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada masyarakat sekitar TNGHS. ............. 5

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25,
dan 30 menit.... ................................................................................................. 6
2 Nilai % penghilangan radikal hidroksil S. willdenovii, S. ornata, dan S. plana

pada konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml ................................................. 6
3 Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid, (B) biflavonoid ......................... 7

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil .................. 11
2 Peta eksplorasi biodiversitas dan etnobotani di TNGHS ............................... 12
3 Spesies Selaginella yang ditemukan di TNGHS dan pola percabangannya
(A) S. willdenovii, (B) S. ornata, (C) S. plana, (D) S. involvens,
(E) S. alutacia, (F) S. intermedia, (G) S. subalpina, (H) S. sp1 ..................... 13
4 Kunci identifikasi sederhana spesies Selaginella ......................................... 14
5 Nilai absorban penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii,
S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 µg/ml
pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit ............................................. 15
6 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15,
20, 25, dan 30 menit .................................................................................... 15
7 ANOVA faktorial RAL 2 faktor aktivitas penghilangan radikal hidroksil
pada α 0.05................................................................................................... 16
8 Rataan nilai % penghilangan radikal hidroksil spesies S. willdenovii,
S. ornata, dan S. plana dengan konsentrasi 0, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml

pada inkubasi 30 menit ............................................................................... 16
9 Uji lanjut Duncan untuk interaksi faktor spesies dan konsentrasi α 0.05 ...... 16

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu wilayah
geografis yang memiliki keanekaragaman
hayati dan budaya yang sangat tinggi. Namun
pengelolaan maupun pemanfaatan berbagai
kekayaan hayati dan budaya ini belum optimal,
khususnya hasil hutan bukan kayu atau Non
Timber Forest Product (NTFPs) serta
pengkajian
pengetahuan
masyarakat
terhadapnya.
Selama ini hutan hanya dipandang sebagai
sumber kayu bahan bangunan saja karena hasil
kayu memberikan devisa yang cukup besar bagi
pemerintah (Purwanto 2007). Hal ini
mengakibatkan terjadinya penebangan pohon

yang tidak memperdulikan kelestarian hutan
yang berkelanjutan, sehingga kerusakan
eksistem hutan tidak dapat dihindari. Untuk
menanggulangi kerusakan ekosistem hutan,
diperlukan solusi alternatif pengelolaan sumber
daya hutan yang lebih konservatif dan
menguntungkan masyarakat. Salah satu
solusinya adalah mempertimbangkan peran
NTFPs. Menurut Purwanto (2007) dan Ahmed
dan Latif (2004), peran NTFPs berkisar 1080% dari keseluruhan kebutuhan masyarakat di
sekitar hutan, sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam tentang potensi
pemanfaatan NTFPs. Salah satu NTFPs yang
berpotensi sebagai bahan obat adalah
Selaginella.
Selaginella
termasuk
divisi
Lycopodiophyta, kelas Selaginellopsida, ordo
Selaginalles, famili Selaginellaceae. Selaginella
termasuk tumbuhan herba perennial. Akar ada
yang panjang, pendek, atau rizofor. Batang
kecil, tegak, atau menjalar dengan akar di
setiap intervalnya. Percabangan menggarpu.
Daun tersusun spiral atau berhadapan, sepasang
daun kecil menyerupai sisik di bagian lateral
dan median batang yang sebagian besar dengan
ukuran yang berbeda. Daun median lebih kecil
dan berbeda bentuk dengan daun lateral.
Strobili terdapat di ujung percabangan. Spora
dua tipe yaitu mikrospora dan megaspora.
Selaginella tumbuh di berbagai iklim dan tipe
tanah dengan keanekaragaman tertinggi di
hutan hujan tropis (Tjitrosoepomo 1994, XianChun 2001; Jinn-Lai & Wang-Cheung 2003;
Setyawan & Darusman 2008).
Lebih dari 400 spesies Selaginella tersebar
di dunia (Winter & Amoroso 2003) bahkan
dapat mencapai lebih dari 700 spesies (Jinn-Lai
& Wang-Cheung 2003). Di Indonesia,
khususnya di pulau Jawa, telah teridentifikasi
sebanyak 23 spesies (Alston 1935), antara lain
S. intermedia, S. ornata, S. willdenovii, S. plana,

S. caudata, dan S. remotifolia (Tjitrosoepomo
1994).
Di Indonesia, Selaginella mempunyai
nama lokal yang beragam antara lain tapak dara,
cakar ayam, cemara kipas gunung, rumput solo
(suku Jawa), paku rane biru (suku Sunda),
menter (Jakarta), tai lantuan (Madura), rutu rutu
(Maluku) (Winter & Amoroso 2003; Setyawan
& Darusman 2008), dan rorak (Minahasa)
(Zumsteg & Weckerle 2007). Selain itu,
Selaginella juga dikenal dengan nama shi shang
bai, juan bai, chuan pai, huan hun ts’ao (Cina),
sondotnulogo
(Malaysia),
pakongcipres,
pakaunkung, pakong-tulog (Filipina), dok hin
(Thailand), mong lung rong, cay chan vit, thach
bachi (Vietnam) (Winter & Amoroso 2003;
Thomas 2002; Thomson 2007).
Di Indonesia, Selaginella menyebar di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Maluku
(Tagawa & Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973;
Winter & Amoroso 2003). Selaginella juga
menyebar di berbagai negara di dunia, antara
lain dapat ditemukan di Malaysia, Taiwan,
Filipina, Thailand, Burma, India, Jepang, Papua
Nugini, Australia, Amerika Serikat, Meksiko,
dan beberapa negara di Afrika (Tagawa &
Iwatsuki 1967; Iwatsuki 1973; United States
Department of Agriculture 2002; Winter &
Amoroso 2003).
Sebagai tanaman obat, Selaginella
digunakan sebagai penenang dan perawatan
pasca persalinan (Khare 2007), anti kanker dan
antimutagenik
(Thomson
2007),
anti
peroksidasi lipid (Gayathri et al. 2005), anti
bakteri
dalam
pengobatan
penyakit
kardiovaskuler, kanker hidung, tenggorokan,
paru-paru, dan hati; obat demam, meningkatkan
sirkulasi darah dan menghilangkan darah statis,
hepatitis, diare, dan disentri (Winter &
Amoroso 2003), melindungi sel dari sinar ultra
violet (Sah et al. 2005), dan antioksidan
(Gayathri et al. 2005; Pambudi et al. 2007;
Chikmawati & Miftahudin 2008).
Antioksidan dapat disintesis dalam sel
(misal
glutathion
peroksidase
dan
superoksidase dismutase/SOD), diperoleh dari
bahan makanan (misal vitamin E, vitamin C,
fenolat, flavonoid, atau karotenoid), dan secara
farmakologis dari suplemen dan obat (misal nasetilsistein) (Tuminah 2000). Senyawa
antioksidan ini penting untuk mengurangi
kerusakan oksidatif sel maupun jaringan yang
disebabkan antara lain oleh Reactive Oxygen
Species (ROS). Banyak ROS yang merupakan
radikal bebas seperti radikal superoksida,
radikal nitrat oksida, radikal lipid peroksil, dan
radikal hidroksil (Tuminah 2000; Arief 2007).

2
Radikal hidroksil merupakan jenis ROS
yang paling reaktif dan dapat beregenerasi di
dalam sel hidup melalui reaksi Fenton. Selain
itu, radikal hidroksil juga dapat bereaksi
dengan berbagai senyawa seperti protein, asam
nukleat, dan lipid, bahkan radikal hidoksil
dapat menyerang target tanpa spesifikasi
tertentu sehingga berpotensi mengakibatkan
kerusakan sel maupun jaringan (Lautan 1997;
Halliwell 2002).
Di dunia, eksplorasi keanekaragaman
spesies Selaginella telah banyak dipelajari,
antara lain keanekaragaman Selaginella di
India (Panigrahi & Dixit 1966), Thailand
(Tagawa & Iwatsuki 1967), Taiwan (Jinn-Lai
& Wang-Cheung 2003), dan Cina (Xian-Chun
2001). Selain keanekaragaman, kegunaan
Selaginella di dunia juga telah banyak
dipelajari, seperti potensi S. bryopteris sebagai
antioksidan dan perlindungan sel terhadap sinar
UV (Sah et al. 2005), antioksidan pada S.
labordei (Chen et al. 2005), Selaginellaceae
sebagai indikator kualitas hutan (Beukema &
Noordwijk 2004), antikanker pada S.
tamariscina (Lee et al. 2004), dan antioksidan
pada S. involvens, S. delicatula, dan S. wightii
(Gayathri et al. 2005).
Namun di Indonesia tumbuhan Selaginella
belum banyak dieksplorasi, dikaji secara ilmiah,
dan dipublikasikan sebagai bahan obat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini
terbukti dengan masih sedikitnya jurnal-jurnal
atau artikel ilmiah yang membahas Selaginella
di Indonesia sebagai tanaman obat.
Tujuan
Mengkaji
dan
mengidentifikasi
keanekaragaman Selaginella spp., mengetahui
kegunaannya sebagai obat tradisional oleh
masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS), dan membuktikan
secara
ilmiah
kemampuannya
sebagai
antioksidan dalam penghilangan radikal
hidroksil.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari
hingga Desember 2008. Pengambilan sampel
dan studi etnobotani Selaginella dilakukan di
wilayah Taman Nasional Gunung HalimunSalak (TNGHS). Sampel untuk pembuatan
ekstrak S. plana diambil dari kampus IPB
Darmaga.
Identifikasi
dan
pembuatan
herbarium dan eksrak Selaginella dilakukan di
Laboratorium Herbarium dan Taksonomi

Tumbuhan. Uji aktivitas penghilangan radikal
hidroksil dilakukan di Laboratorium Penelitian
Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi, IPB.
.
Bahan dan Alat
Biodiversitas. Bahan yang digunakan
dalam eksplorasi ke lapang dan pembuatan
herbarium yaitu buku catatan lapang, foto
spesies Selaginella yang telah teridentifikasi,
kertas koran, spesimen Selaginella kering,
kertas HVS, dan kertas pembungkus. Alat yang
digunakan kantong plastik besar, label,
isolasi/tali, pisau, pensil, kamera, altimeter, lem,
pulpen, alat pengepres, oven dan alat penerang.
Bahan yang digunakan dalam identifikasi
yaitu buku tulis. spesimen Selaginella segar,
herbarium Selaginella, foto spesies Selaginella
yang telah teridentifikasi, dan kunci khusus
identifikasi Selaginella Alston (1935) dan
Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003). Alat yang
digunakan yaitu kaca pembesar, penggaris, dan
pulpen.
Etnobotani. Bahan dan alat yang
digunakan dalam studi etnobotani meliputi
buku catatan lapang, kuesioner, Selaginella
segar yang didapatkan disekitar lokasi studi,
pensil, kamera, altimeter, alat penerang, dan
alat perekam.
Uji
aktivitas penghilangan radikal
hidroksil. Bahan tanaman yang digunakan
terdiri dari tiga spesies yaitu S. ornata, S. plana
dan S. willdenovii. S. ornata, dan S. willdenovii
berasal dari TNGHS sedangkan S. plana
berasal dari kampus IPB Darmaga.
Bahan kimia yang digunakan untuk uji
aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah
ekstrak Selaginella, FeSO4 1 mM, 1,10phenanthroline 1 mM, bufer fosfat 0.2 M pH 5,
dan H2O2 0.17 M (Lampiran 1) .
Alat yang digunakan untuk uji aktivitas
penghilangan radikal hidroksil adalah alat-alat
standar uji laboratorium, meliputi blender,
rotasi evaporator, corong gelas, freeze dryer,
tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, pH
meter, spektrofotometer cahaya tampak
Genesis 20, oven, dan inkubator.
Metode
Biodiversitas.
Studi
biodiversitas
Selaginella dilakukan dengan mengeksplorasi
Selaginella
di Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS) pada 6 titik
pengambilan sampel yaitu :
A : sekitar Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki
950 mdpl.
B : Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki - HM
15 - Desa Citalahab Sentral - Timbangan
3 - Timbangan 2 - Timbangan 1 –

3

C

:

D

:

E

:

F

:

Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki 9501100 mdpl.
Stasiun Pusat Penelitian Cikaniki – Balai
TNGHS 690-1000 mdpl.
Balai TNGHS - Kelapanunggal 670-700
mdpl.
Cibatok - Gn. Bunder - Cikampak 765801 mdpl.
Sukawayana - Ciptarasa 150-750 mdpl
(Lampiran 2).

Hasil koleksi Selaginella yang diperoleh
dari lapang sebagian digunakan untuk
pembuatan herbarium dan sebagian yang lain
untuk pembuatan ekstrak.
Nilai kelimpahan diperoleh dengan
pendekatan jumlah individu dalam satu rumpun
dan frekuensi rumpun Selaginella yang
diperoleh dari hasil eksplorasi dengan kriteria
tertentu. Untuk jumlah individu dalam satu
rumpun diklasifikasikan kedalam empat nilai,
yaitu:
1-3 individu/rumpun
: sangat sedikit
4-10 individu/rumpun
: sedikit
11-50 individu/rumpun
: banyak
> 50 individu/rumpun
: sangat banyak
Frekuensi rumpun juga diklasifikasikan
kedalam empat nilai, yaitu:
1-3 kali
: sangat jarang
4-10 kali
: jarang
11-30 kali
: sering
> 30 kali
: sangat sering
Pembuatan herbarium mengikuti metode
standar (Lawrence 1955). Seluruh bagian
tumbuhan dicuci. Satu individu Selaginella
diletakkan diantara dua tumpukan kertas HVS
didalam lipatan kertas koran. Tumpukan
ditambah sesuai dengan banyaknya spesies
yang akan dibuat herbarium dan disesuaikan
dengan kapasitas oven yang akan dipakai.
Kemudian tumpukan spesimen tadi dipres
dengan alat pengepres dari kayu berukuran 31
cm x 40.5 cm di bagian terbawah dan teratas,
dan dikeringkan dalam oven 600C selama 3 hari
untuk bagian daun dan selama 5 hari untuk
bagian batang. Selanjutnya spesimen kering
ditempelkan pada kertas herbarium dengan
ukuran standar (30.5 cm x 43.25 cm). Label
herbarium (7 cm x 10.3 cm) diletakkan di sudut
kanan bawah dari kertas. Informasi dalam label
meliputi nama spesies, propinsi dan kabupaten,
lokasi, tipe vegetasi, catatan, tanggal, altitut,
kolektor, dan nomor koleksi. Herbarium
disimpan di lemari herbarium dengan
dibungkus kertas berwarna gelap berukuran 31
cm x 45.5 cm).

Identifikasi
jenis-jenis
Selaginella
dilakukan dengan membandingkan sampel
segar maupun herbarium yang diperoleh
dengan koleksi herbarium atau foto dari spesies
yang telah teridentifikasi dan kunci khusus
identifikasi Selaginella Alston (1935) dan
Jinn-Lai & Wang-Cheung (2003).
Etnobotani. Studi etnobotani dilakukan
dengan menggunakan ethnodirect sampling
methode, yaitu menggali informasi dari para
ahli lokal terhadap aspek etnobotani Selaginella.
Studi ini dilakukan di tiga titik pengambilan
sampel yaitu masyarakat Desa Citalahab
Sentral (20 Februari 2008), desa disekitar
Gunung Bunder (12 April 2008), dan Desa
Kasepuhan Adat Banten Kidul (17 April 2008)
(Lampiran 2). Cara pengambilan data
menggunakan wawancara semi struktural
dengan 3 responden, yaitu dukun, pemandu,
dan warga sekitar lokasi studi etnobotani.
Uji
aktivitas penghilangan radikal
hidroksil. Percobaan ini merupakan percobaan
faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan dua faktor. Faktor pertama adalah
spesies Selaginella yang terdiri dari tiga taraf,
yaitu S. ornata, S. plana, dan S. willdenovii.
Faktor kedua adalah konsentrasi ekstrak
Selaginella yang terdiri dari lima taraf, yaitu 0,
25, 50, 75, dan 100 µg/ml. Percobaan dilakukan
3 kali ulangan sehingga total unit percobaan uji
aktivitas penghilangan radikal hidroksil adalah
45 unit.
Aktivitas penghilangan radikal hidroksil
diukur dengan menggunakan prinsip reaksi
Fenton (Mahesh et al. 2007, dengan modifikasi
katalis Fe, pH, dan waktu inkubasi).
Sebelum dilakukan pengujian, terlebih
dahulu dipersiapan ekstrak Selaginella. Ekstrak
dibuat dari bagian tajuk (daun dan batang).
Ekstraksi dimulai dengan mencuci ketiga
spesies Selaginella tersebut dan memasukkan
ke kantong kertas. Setelah itu kantong
dimasukkan ke ruang pemanas dengan suhu 5060oC selama 3 hari untuk bagian daun dan
selama 5 hari untuk bagian batang. Setelah
tumbuhan Selaginella remah, spesimen di
blender hingga halus berbentuk tepung,
kemudian dimasukkan ke botol untuk disimpan
sementara. Selanjutnya tepung dimaserasi
dengan etanol 70% (5g/100ml) selama 24 jam
dengan 4 jam pengadukan tetap dengan
kecepatan 200 rpm kemudian disaring dengan
kertas saring. Hasil saringan diuapkan dengan
alat rotasi evaporator pada suhu 600C dengan
kecepatan 200 rpm selama 2 jam. Hasilnya
dikeringbekukan dengan freeze dryer sampai
membentuk pasta dan disimpan di alat

4
pendingin pada suhu 40C sampai siap dilakukan
pengujian.
Uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil
dimulai dengan pencampuran reaksi yang
mengandung 60 µl FeSO4 1.0 mM, 90 µl 1,10phenanthroline 1mM, 2.4 ml buffer fosfat 0.2
M (pH 5), 1.5 ml ekstrak Selaginella (0, 25, 50,
75, dan 100 µg/ml) dan penambahan 150 µl
H2O2 0.17 M untuk memulai reaksi. Setelah
diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit,
nilai absorban diukur dengan spektrofotometer
pada λ 510 nm. Aktivitas penghilangan radikal
hidroksil diukur dengan rumus :
% Penghilangan = [(A1-A0) / A0 × 100]
dengan A0 sebagai absorban kontrol dan A1
sebagai absorban perlakuan.
Data hasil uji dianalisis sidik ragamnya
(ANOVA) dengan uji lanjut Duncan. Analisis
ini menggunakan program SPSS 15.0 pada
selang kepercayaan α 0.05 dan 0.01.

HASIL
Biodiversitas
Terdapat delapan spesies Selaginella yang
ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii
(Desv.) Baker, S. ornata (Hook. & Grev.)
Spring, S. plana (Devs. Ex Poir) Hieron, S.
intermedia (Blume) Spring, S. involvens (Sw.)
Spring, S. alutacia Spring, S. subalpina Alderw
dan satu spesies belum teridentifikasi
(Lampiran 3). Kunci identifikasi sederhana
dapat digunakan untuk membedakan antar
spesies yang ditemukan (Lampiran 4).
Selaginella
willdenovii
merupakan
tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kaku.
Tipe pertumbuhan batang memanjat (scandent)
atau condong menaik (ascending). Semua daun
iridesen hijau kuning kebiruan, daun lateral
pada batang utama renggang dengan jarak 0.2-1
cm dan berbentuk jorong-lanset. Panjang
tumbuhan ini dapat mencapai beberapa meter.
Habitat di tanah remah atau padat, basah atau
kering, ternaungi sebagian atau terpapar, dan
terdapat pada ketinggian 150 – 1100 mdpl.
Selaginella ornata merupakan tumbuhan
herba non xerofit. Terdapat rizofor (akar udara
pada setengah batang bagian pangkal). Tipe
pertumbuhan batang tegak, mudah patah,
dengan bagian bawah batang berwarna merah
kecoklatan. Daun berwarna hijau, daun lateral
jorong-garis.
Tumbuhan
ini
tumbuh
membentuk rumpun. Habitat di tanah basah,
dipinggir aliran air, ternaungi penuh atau

sebagian, dan terdapat pada ketinggian 1501100 mdpl.
Selaginella plana merupakan tumbuhan
herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung
pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan
batang tegak. Daun berwarna hijau tua atau
hijau muda kekuningan mengkilat, daun lateral
jorong-lonjong, jarak antar daun median
maupun lateral rapat. Tumbuhan ini tumbuh
membentuk rumpun atau soliter. Habitat di
tanah remah atau padat, terpapar, ditemukan
pada ketinggian 150 – 1000 mpl.
Selaginella
involvens
merupakan
tumbuhan herba non xerofit. Rizoma panjang
merayap. Tipe pertumbuhan batang scandent,
pola percabangan meruncing. Daun berwarna
hijau, merah, atau cokelat mengkilap, daun
lateral bulat telur. Panjang tumbuhan ini dapat
mencapai beberapa meter. Habitat tanah remah,
pada tebing, ternaungi penuh atau sebagian, dan
ditemukan pada ketinggian 690 – 1000 mdpl.
Selaginella alutacia merupakan tumbuhan
herba xerofit yang berukuran sangat kecil
sekitar 3-5 cm. Perakaran kecil dan pendek,
terdapat diantara percabangan batang utama.
Tipe pertumbuhan batang merayap membentuk
sudut sekitar 450 seperti mangkuk (decumbent).
Perbandingan daun median dengan daun lateral
sebesar 1/3-1/2, daun lateral bulat telur. Habitat
pada tanah remah, kering, terpapar, dan
ditemukan pada ketinggian 150 – 700 mdpl.
Selaginella
intermedia
merupakan
tumbuhan herba non xerofit. Perakaran kuat
dengan rizofor tumbuh di titik percabangan
batang utama bagian bawah. Tipe pertumbuhan
batang ascending atau parabola, percabangan
membentuk setengah lingkaran teratur dan
rapat. Daun lateral rapat, bergerigi kecil
(denticulate), jorong-lanset; daun median tidak
rapat dan tersusun dua daun; ujung daun
median yang berbentuk jarum dan keras (arista)
mempunyai panjang setengah dari panjang
daun median. Tumbuhan ini tumbuh
membentuk rumpun atau soliter. Habitat di
tebing, tanah remah dan basah, ternaungi penuh
atau sebagian, dan ditemukan pada ketinggian
670 – 1100 mdpl.
Selaginella
subalpina
merupakan
tumbuhan herba non xerofit. Rizofor yang
tumbuh di titik percabangan batang utama
bagian bawah. Tipe pertumbuhan batang
ascending atau parabola, pola percabangan
mengumpul di ujung percabangan primer dan
membentuk setengah lingkaran yang renggang.
Daun berwarna hijau, hijau kekuningan, dan
merah keputihan; daun lateral denticulate,
jorong-lanset; daun median rapat dan tersusun
tiga daun; arista mempunyai panjang kurang

5
dari setengah panjang daun median. Tumbuhan
ini tumbuh soliter. Habitat di tanah remah,
basah atau kering, ternaungi sebagian, dan
ditemukan pada ketinggian 950 – 1100 mdpl.
Selaginella sp1 merupakan tumbuhan
herba non xerofit. Perakaran hanya di ujung
pangkal batang utama. Tipe pertumbuhan
batang tegak, berwarna hijau muda keputihan.
Daun berwarna hijau tua, mengkilap, terdapat
variasi putih keperakan; jarak antar daun
median maupun lateral renggang, daun lateral
lanset-lonjong, dan orientasi horizontal.
Tumbuhan ini tumbuh soliter. Habitat di tanah
basah, remah, ternaungi penuh atau sebagian,
dan ditemukan pada ketinggian sekitar 950
mdpl.
Masing-masing spesies yang ditemukan
mempunyai pola percabangan yang berbedabeda. S. willdenovii mempunyai pola
percabangan dikotom berbentuk bulat telur
teratur. S. ornata mempunyai pola percabangan
dikotom berbentuk sudip. S. plana mempunyai
pola percabangan dikotom berbentuk bulat telur
teratur. S. involvens mempunyai pola
percabangan dikotom berbentuk lanset. S.
alutacia mempunyai pola percabangan dikotom
berbentuk bulat telur acak. S. intermedia
mempunyai pola percabangan dikotom
berbentuk bulat telur dan rapat. S. subalpina
mempunyai pola percabangan dikotom yang
mengumpul di ujung percabangan membentuk
setengah lingkaran seperti ginjal dan renggang.
S. sp1 mempunyai pola percabangan dikotom
berbentuk bulat telur (Lampiran 3).
Masing-masing spesies yang ditemukan
mempunyai kelimpahan berbeda. S. willdenovii
dan S. ornata ditemukan dominan di lokasi ini
(Tabel 1).
Tabel 1 Jenis-jenis Selaginella dan kelimpahannya di
TNGHS
No

Spesies

Kode
wilayah

1

S. willdenovii

2

S. ornata

3

S. plana

A, C, D,
E, F
A, B, C,
D, E, F
C, D, F

4

S. involvens

C

5

S. alutacia

D, F

6

S. intermedia

B, D, E

7

S. subalpina

B

8

S. sp1

A

Kelimpahan

Frekuensi
ind/rumpun
banyak
sangat
sering
sangat
sangat
banyak
sering
sangat
sangat
sedikit
jarang
sangat
jarang
sedikit
sedikit
sangat
jarang
sangat
sering
sedikit
sangat
sangat
sedikit
jarang
sangat
sangat
sedikit
jarang

Spesies Selaginella
ditemukan pada
ketinggian yang berbeda-beda. Terdapat satu
spesies yang ditemukan pada ketinggian 0 - 900
m, yaitu S. alutacia; dua spesies ditemukan
pada ketinggian 900-1100 m , yaitu S.
subalpina dan S. sp1; dan spesies lainnya
ditemukan pada kedua ketinggian tersebut.
Pengelompokan ini merujuk pada Panigrahi &
Dixit (1966) (Tabel 2).
Tabel 2 Pengelompokan spesies Selaginella berdasarkan
ketinggian tempat
Ketinggian (m)
0-900

Spesies
S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S.
involvens, S. alutacia, S. intermedia

900-1100

S. willdenovii, S. ornata, S. plana, S.
involvens,
S.
intermedia,
S.
subalpina, S. sp1

Selain itu, spesies Selaginella juga
ditemukan pada tempat dengan tingkat naungan
yang berbeda-beda. S. alutacia dan S. plana
termasuk tipe terpapar, S. willdenovii tipe
terpapar dan ternaungi sebagian, dan spesies
lainnya termasuk tipe ternaungi penuh dan
sebagian. Pengelompokan ini merujuk pada
Panigrahi & Dixit (1966) (Tabel 3).
Tabel 3 Tingkat naungan spesies Selaginella
Tingkat naungan
Ternaungi penuh
(heliophobous)

Spesies
S. ornata, S. involvens, S.
intermedia, S. sp1

Ternaungi sebagian

S. willdenovii, S. ornata, S.
involvens, S. intermedia, S.
subalpina, S. sp1

Terpapar (heliophilous)

S. willdenovii, S. plana, S.
alutacia

Etnobotani
Masyarakat
sekitar TNGHS, yaitu
masyarakat Desa Citalahab Sentral, Desa
sekitar Gunung Bunder, dan Desa Kasepuhan
Adat Banten Kidul memanfaatkan Selaginella
untuk lalapan, perawatan pasca persalinan,
pengobatan luka, dan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dengan cara penggunaan yang
berbeda-beda (Tabel 4).
Tabel 4 Aspek-aspek etnobotani Selaginella pada
masyarakat sekitar TNGHS
Parameter

Masyarakat Desa
Kasepuhan
Adat Banten
Kidul
atau rane

Citalahab
Sentral
Nama
daerah

rane
rande

Spesies
yang digunakan

spesies
Selaginella

S.willdenovii
(rane tangkal)

sekitar
Gunung
Bunder
rane atau
rande
S.
willdenovii

6
Kegunaan

lalapan
pembersih
darah
kotor
pasca
persalinan

menghentikan
pendarahan
pasca
persalinan

lalapan
mengobati
luka
meningkat
kan daya
tahan
tubuh

% Penghilangan Radikal Hidroksil

Aktivitas penghilangan radikal hidroksil
Uji ini diawali dengan optimasi inkubasi.
Semakin lama waktu inkubasi (0-30 menit),
nilai % penghilangan radikal hidroksil juga
semakin tinggi (Gambar 1; Lampiran 5 & 6).
60
50
40
30
20
10
0
0

5

10

15

20

25

30

35

Inkubasi (menit)

Gambar 1 Nilai rata-rata % penghilangan radikal
hidroksil pada inkubasi 5, 10, 15, 20, 25,
dan 30 menit.

Faktor spesies dan konsentrasi mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap penghilangan
radikal hidroksil dan terdapat interaksi antara
keduanya (Lampiran 7). Masing-masing spesies
dengan berbagai konsentrasi yang diujikan
memperlihatkan adanya aktivitas penghilangan
radikal hidroksil yang berbeda-beda. Semakin
tinggi konsentrasi yang diberikan, relatif
semakin tinggi pula nilai % penghilangan
radikal hidroksilnya (Gambar 2; Lampiran 8).
Selaginella plana mempunyai kemampuan
penghilangan radikal hidroksil tertinggi dengan
konsentrasi 75 µg/ml yaitu sebesar 98.98 %,
sedangkan S. willdenovii memiliki kemampuan
penghilangan radikal hidroksil terendah dengan
konsentrasi 25 µg/ml yaitu sebesar 0.51 %
(Gambar 2; Lampiran 8).
% Penghilangan Radikal Hidroksil

120
100
80
60
40
20
0
0

25

50

75

100

Konsentrasi (µg/ml)

Gambar 2 Nilai % penghilangan radikal hidroksil S.
willdenovii, S. ornata, dan S. plana pada
konsentrasi 0, 25, 50,75, dan 100 µg/ml.

PEMBAHASAN
Secara
umum
spesies
Selaginella
ditemukan pada daerah dengan kelembaban
yang cukup, cahaya matahari dengan intensitas
sedang dan ternaungi, tanah remah, pada tebing,
tepi sungai, maupun area dengan permukaan
yang datar.
Di sekitar tempat tumbuh Selaginella
ditemukan tumbuhan harendong (Melastoma
affine), Nephrolepis, rumput gajah (Pennisetum
pupureum), rumput gewor (Commelina), cocor
bebek (Kalanchoe), urang aring (Eclipta alba),
alang-alang
(Imperata),
keji
beling
(Strobilanthes), Begonia, dan lumut hati seperti
Marchantia.
Masing-masing
spesies
Selaginella
mempunyai karakter khas yang dapat
digunakan untuk membedakan antara spesies
yang satu dengan yang lainnya. Selaginella
willdenovii mirip dengan S. involvens yaitu
mempunyai
pola
pertumbuhan
batang
memanjat dan rizoma yang panjang merayap.
Namun S. willdenovii mempunyai daun iridesen
berwarna hijau kuning kebiruan sedangkan S.
involvens hanya mempunyai satu warna pada
daun dengan warna hijau atau merah
kecoklatan mengkilap dan pola percabangan
yang lebih meruncing ke ujung dibandingkan S.
willdenovii.
Selaginella ornata dan S. plana
mempunyai tipe pertumbuhan batang yang
sama, yaitu tegak. Namun kedua spesies ini
mudah dibedakan karena S. ornata mempunyai
rizofor dan batang bagian bawah berwarna
merah kecoklatan dan mudah patah, sedangkan
S. plana mempunyai bentuk percabangan
seperti bulat telur dan daun lateral yang rapat.
Selaginella alutacia sangat mudah dikenali
dari ukurannya yang sangat kecil, yaitu 3- 5 cm
dan tumbuh pada habitat yang kering. Karakter
ini tidak ditemukan pada spesies Selaginella
lain yang ditemukan di TNGHS.
Selaginella intermedia mempunyai pola
percabangan yang mirip dengan S. subalpina
yaitu membentuk setengah lingkaran. Namun S.
intermedia mempunyai pola percabangan yang
teratur dan rapat sedangkan S. subalpina
mempunyai pola percabangan mengumpul di
ujung percabangan primer dan renggang. Selain
itu, kedua spesies ini mempunyai perbedaan
pada perbandingan antara panjang arista
dengan panjang daun median. S. intermedia
mempunyai panjang arista setengah dari
panjang daun median sedangkan S. subalpina
mempunyai panjang arista kurang dari setengah
panjang daun median.

7
Selaginella sp1 mempunyai jarak antar
daun median maupun lateral yang renggang
dengan orientasi daun lateral horizontal.
Masyarakat sekitar TNGHS belum
melakukan pembudidayaan terhadap tumbuhan
Selaginella dan dalam pemanfaatannya,
masyarakat mengambil Selaginella dari hutan,
pinggir hutan, pinggir jalan, atau pekarangan
rumah masyarakat.
Masyarakat Desa Citalahab Sentral
mengenal Selaginella dengan nama rane atau
rande, dan tidak ada pembedaan spesies yang
digunakan. Mereka memanfaatkan tumbuhan
Selaginella sebagai pembersih darah kotor
pasca persalinan dengan beberapa cara
penggunaan, yaitu dimakan langsung sebagai
lalapan, langsung direbus dan diambil airnya,
dikeringkan lalu direbus dan diambil airnya,
maupun ditumbuk dan dicampur dengan
tumbuhan lain seperti ki rapet (Parameria
laevigata), tangkur (Selliguea feei), dan kina
(Chincona). Setelah itu direbus lalu disaring
dan diambil airnya.
Masyarakat Desa Kasepuhan Adat Banten
Kidul
menggunakan
Selaginella
untuk
menghentikan pendarahan pasca persalinan
tetapi mereka hanya menggunakan rane tangkal
(S. willdenovii) dan tidak menggunakan rane
diuk (S. plana). Hal ini berbeda dengan
masyarakat Dayak dan masyarakat di sekitar
Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Mereka
memanfaatkan S. plana sebagai obat untuk
menghentikan pendarahan (Uluk et al. 2001;
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Barat I 2000). Kemampuan S. plana sebagai
obat pendarahan diperkuat dengan adanya uji
secara ilmiah seperti yang telah dilakukan oleh
Agustini (1995), membuktikan bahwa S. plana
mampu mempersingkat waktu pendarahan pada
mencit putih jantan. Masyarakat Desa
Kasepuhan Adat Banten Kidul menggunakan
Selaginella dengan cara dimakan langsung
sebagai lalapan atau ditumbuk untuk dijadikan
sambal dengan dicampur sirih (Piper betle),
kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber
officinale), dan beberapa bahan tumbuhan
lainnya (sekitar 40 jenis) yang dikenal dengan
nama peupeuh.
Berbeda pula dengan masyarakat desa di
sekitar Gunung Bunder, yang masih termasuk
kedalam
wilayah
TNGHS,
mereka
menggunakan S. willdenovii untuk mengobati
luka dengan cara mengunyahnya didalam mulut
lalu mengoleskan ke bagian tubuh yang terluka.
Selain itu, S. willdenovii juga digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dengan
memakannya secara langsung sebagai lalapan.

Data tersebut menunjukkan bahwa setiap
suku atau budaya masyarakat yang berbeda
memungkinkan perbedaan pola pemanfaatan
suatu sumberdaya, dalam hal ini Selaginella,
seperti penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Thulsi et al. (2006).
Hasil uji aktivitas penghilangan radikal
hidroksil menunjukkan bahwa ekstrak S.
willdenovii, S. ornata, dan S. plana mempunyai
kemampuan penghilangan radikal hidroksil
dengan tingkat penghilangan yang berbedabeda. Penghilangan ini relatif terus meningkat
seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak
(Gambar 2) dan terdapat interaksi antara faktor
spesies dengan konsentrasi (Lampiran 7).
Ekstrak S. willdenovii memiliki aktivitas
penghilangan radikal hidroksil terendah, yaitu
pada kisaran nilai 0.51 sampai 50.00 %. Diikuti
S. ornata dengan aktivitas penghilangan radikal
hidroksil yang lebih tinggi daripada S.
willdenovii, yaitu pada kisaran nilai 24.49
sampai 61.23 %, dan S. plana dengan aktivitas
penghilangan radikal hidroksil tertinggi, yaitu
pada kisaran nilai 40.82 sampai 98.98 %
(Lampiran 8).
Konsentrasi 25 µg/ml S. willdenovii belum
menunjukkan adanya aktivitas penghilangan
radikal hidroksil. S. willdenovii, S. ornata, dan
S. plana pada konsentrasi tertentu mempunyai
aktivitas penghilangan radikal hidroksil yang
tidak berbeda nyata, antara lain S. plana pada
konsentrasi 25 µg/ml dengan S. willdenovii dan
S. ornata pada konsentrasi 75 µg/ml. Untuk
efisiensi pemakaian ekstrak dan hasil terbaik,
konsentrasi 75 µg/ml S. plana adalah solusi
yang tepat. Data selengkapnya disajikan dalam
lampiran 9.
Kemampuan
Selaginella
sebagai
antioksidan
dipengaruhi
oleh
senyawa
metabolit
sekunder
yang
terkandung
didalamnya. Metabolit utama pada Selaginella
adalah biflavonoid (Setyawan & Darusman
2008). Biflavonoid merupakan dimer flavonoid
yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer
campuran flavon dengan flavonon (Smith et al.
2000) (Gambar 3A dan B).

A

B

Gambar 3 Struktur bahan aktif Selaginella (A) flavonoid,
(B) biflavonoid

8
Biflavonoid efektif dalam penghilangan
radikal hidroksil, radikal peroksil, dan anion
superoksida (Packer dan Cadenas 2002).
Potensi antioksidan senyawa biflavonoid
diperkirakan disebabkan oleh pelepasan atom
hidrogen yang terdapat pada gugus hidroksil
(-OH). Radikal bebas berikatan dengan atom
hidrogen tersebut sehingga energi aktivitasnya
berkurang (Gurr et al. 2002). Hal ini dapat
mencegah atau memperlambat terjadinya
penuaan dini dan berbagai penyakit yang
disebabkan cekaman oksidatif (Rose et al.
1982).

SIMPULAN
Terdapat delapan spesies Selaginella yang
ditemukan di TNGHS yaitu S. willdenovii, S.
ornata, S. plana, S. intermedia, S. involvens, S.
alutacia, S. subalpina dan satu spesies belum
teridentifikasi. S. willdenovii dan S. ornata
merupakan spesies Selaginella yang dominan.
Masyarakat sekitar TNGHS, yaitu masyarakat
Desa Citalahab Sentral, desa sekitar Gunung
Bunder, dan Desa Kasepuhan Adat Banten
Kidul, memanfaatkan Selaginella untuk lalapan,
perawatan pasca persalinan, pengobatan luka,
dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dengan cara penggunaan yang berbeda-beda.
Dari ketiga spesies Selaginella yang diuji
aktivitas penghilangan radikal hidroksilnya, S.
plana paling berpotensi sebagai antioksidan
diikuti S. ornata dan S. willdenovii. S. plana
dengan konsentrasi 75 µg/ml adalah solusi
yang tepat untuk efisiensi pemakaian ekstrak
dan kemampuan antioksidan terbaik.

SARAN
Pemilihan jalur eksplorasi keanekaragaman
dan etnobotani Selaginella yang berbeda,
misalnya ke Suku Badui.
Penggunaan spesies Selaginella dan jenis
Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang lain
dalam uji antioksidan serta uji antioksidan
secara in vivo.
Penggunaan akar Selaginella sebagai
ekstrak dalam uji antioksidan sehingga
diketahui perbandingannya dengan ekstrak dari
batang dan daun Selaginella.

DAFTAR PUSTAKA
Agustini M. 1995. Pengaruh pemberian ekstrak
etanol tumbuhan sigaga (Selaginella plana

Hieron) terhadap waktu pendarahan mencit
putih jantan [abstrak]. Di dalam: [Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi].
Penelitian Tanaman Obat di beberapa
Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Ahmed A dan Latif A. 2004. Non-Timber
Forest Products: A Substitute for
Livelihood of the Marginal Community in
Kalash Valley, Northern Pakistan.
[Terhubungberkala]. http://www.siu.edu/
~ebl/leaflest/ajaz.htm [27 Des 2007]
Alston AHG. 1935. The Selaginella of the
Malay Island:1 Java and the Lesser Sunda
Island. Bul Jard Bot Buitenzorg Serie 3,13:
423-442.
Arief S. 2007. Radikal Bebas. Surabaya: SMF
Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr.
Soetomo.
[Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Barat I]. 2000. Laporan Inventarisasi
Flora dan Fauna di Taman Wisata Alam
Gunung
Pancar.
Bandung:
Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.
Beukema H dan Noordwijk M van. 2004.
Terrestrial pteridophytes as indicator of a
forest-like
environment
in
rubber
production system in the lowland of Jambi,
Sumatra. J Agr Ecos Env 104: 63-73.
Chen K, Plumb GW, Bennett RN, dan Bao Y.
2005. Antioxidant activities of extract from
five anti-viral medicinal plants. J
Ethnophar 96: 201-205.
Chikmawati T dan Miftahudin. 2007.
Biodiversitas
dan
potensi
marga
Selaginella sebagai antioksidan dan
antikanker. [Laporan Hasil Penelitian].
Bogor: FMIPA, IPB.
Gayathri V, Asha VV, and Subramoniam A.
2005. Preliminary studies on the
immunomodulatory
and
antioxidant
properties of Selaginella species. Indian J.
Phar 2005;37:381-385.
Gurr MI, Harwood JL, dan Frayn KN. 2002.
Lipid Biochemistry 5th edition. UK:
Blackwell Science.
Halliwell B. 2002. Food-derived Antioxidants:
How to evaluate their importance in food
and in vivo. London: Taylor & Francis Pr.
Iwatsuki K. 1973. Pteridophytes of Northern
Sumatra: a report of botanical trip in 1971.
Southeast Asian Studies 11(2):277-296.
Jinn-Lai T dan Wang-Cheung S. 2003. Flora of
Taiwan 2nd Vol 1. Taiwan: National
Taiwan Univ Pr.

9
Khare CP, editor. 2007. Indian Medical Plant
an illustrated dictionary. New York:
Springer.
Lautan J. 1997. Radikal bebas pada eritrosit
dan lekosit. J Cermin Dunia Kedokteran
116:50-53.
Lawrence GHM. 1955. Taxonomy of Vascular
Plants. New York: The Macmillan Co.
Lee IS, Nishikawa A, Furukawa F, Kasahara K,
dan Kim SU. 2004. Effect of Selaginella
tamariscina on in vitro tumor cell growth,
p53 expression, G1 arrest and in vivo
gastric cell proliferation. J Plant Med 70:
718-722.
[terhubung
berkala].
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez?d
b=pubmed&uid=10503882&cmd=showdet
ailview&indexed=google [26 Nov 2007].
Mahesh R, Nagulendran KR, Velavan S,
Ramesh T, dan Begum VH. 2007. Studies
on the antioxidative and free radical
scavenging activities of myrobalan
(Terminalia chebula Retz) throught
various in vitro models. J Phar online 2:111.
Packer L dan Cadenas E, editor. 2002.
Handbook of Antioxidant 2nd edition. New
York: Marcel Dekker Inc.
Pambudi A, Rosita I, Jazilah A, dan Faulina SA.
2007. Analisis kandungan senyawa
golongan flavonoid Selaginella yang
berpotensi sebagai antioksidan [PKM
penulisan ilmiah]. Bogor: IPB.
Panigrahi G dan Dixit RD. 1996. Studies in the
systematics of Indian Selaginella I. J
Indian Bot Soc 34(4): 191-209.
Purwanto Y. 2007. Hasil hutan bukan kayu
(NTFPs): terminologi dan perannya bagi
masyarakat di sekitar hutan. Bogor: LIPI.
Rose WM, Creighton MO, Stewart DHPJ,
Sanwal M, dan Trevithick GR. 1982. In
vivo effects of vitamin
E on
cataractogenesis in diabetic rats. Canadian
J Opht 17:61-66.
Sah NK, Singh SNP, Sahdev S, Banerji S, Jha
V, Khan Z, dan Hasnain SE. 2005. Indian
herb ‘Sanjeevani’ (Selaginella bryopteris)
can promote growth and protect against
heat shock dan apoptotic activities of ultra
violet and oxidative stress. J Biol Sci
30(4):499-505.
Setyawan AD dan Darusman LK. 2008.
Review: Senyawa biflavonoid pada
Selaginella
Pal.
Beauv.
dan
pemanfaatannya. J Biol Div Biodiv 9:64-81.

Smith AD, Datta SP, Smith GH, Champbell PN,
Bentley R, McKenzie HA, Bender DA,
Harris AJ, Goodwin TW, dan Parish JA.
2000. Oxford Dictionary of Biochemistry
and Molecular Biology Revised Edition.
New York: Oxford Univ Pr.
Tagawa M dan Iwatsuki K. 1967. Enumeration
of
Thai
pteridophytes
collected
during1965-66. Tokyo: Tokyo Univ Pr.
Thomas SCL. 2002. Chinese and Related North
American Herbs: Phytopharmacology and
Therapeutic Values. New York: CRC Pr.
Thomson GE. 2007. The Health Benefit of
Traditional Chinese Plant Medicine:
Weighing the scientific evidence. Australia:
RIRDC Pr.
Thulsi RK, Reddy KN, Pattanaik C, and Reddy
CS. 2006. Ethnomedicinal Importance of
Pteridophytes used by Chenchus of
Nallamalais, Andhra Pradesh, India.
[terhubung berkala]. http://www.siu.edu/
~ebl/leaflest/reddy3.htm [27 Des 2007]
Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan.
Jakarta: Bhratara Karya Aksara Pr.
Tuminah S. 2000. Radikal bebas dan
antioksidan kaitannya dengan nutrisi dan
penyakit kronis. J Cermin Dunia
Kedokteran 128:49-51.
Uluk A, Sudana M, dan Wollenberg E. 2001.
Ketergantungan
Masyarakat
Dayak
terhadap
Hutan di sekitar Taman
Nasional Kayan Mentarang. Bogor: Center
for International Forestry Research
(CIFOR) Pr.
[United States Department of Agriculture].
2002. National Genetic Resources
Program.
Germplasm
Resources
Information Network - (GRIN) National
Germplasm
Resources
Laboratory,
Beltsville, Maryland. [terhubung berkala].
http://www.ars-grin.gov/cgi-bin/npgs/html/
taxon.pl?33581 (11 April 2008)
Winter WP de dan Amoroso VB, editor. 2003.
Plant Resources of South-East Asia No
15(2). Cryptogams: Fern and Fern Allies.
Bogor: Prosea Foundation Pr.
Xian-Chun Z. 2001. Studies on the Chinese
species of Selaginellaceae (I): Selaginella
subgenus Tetragonostachys Jermy. J Acta
Phytotax Sinica 39(4): 345-355.
Zumsteg IS dan Weckerle CS. 2007. Bakera, a
herbal steam bath for postnatal care in
Minahasa (Indonesia): documentation of
the plants used and assessment of the
method. J Ethnophar 111: 641-650.

LAMPIRAN

11
Lampiran 1 Penghitungan bahan uji aktivitas penghilangan radikal hidroksil
Bahan

Konsentrasi
(mM)
1

pH
-

Volume
Stok (ml)
100

1,10phenanthro
line

1

-

100

Bufer fosfat

200

5

200

H2O2

170

-

20

FeSO4

Penghitungan

Pencampuran

1M = 151.92 g/l
1mM = 0.