Studi Biologi Reproduksi sebagai Dasar Pengelolaan Ketam Kelapa (Birgus Latro) di Pulau Yoi, Kecamatan P. Gebe, Maluku Utara

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI SEBAGAI DASAR
PENGELOLAAN KETAM KELAPA (Birgus latro) DI PULAU
YOI, KECAMATAN P. GEBE, MALUKU UTARA

YUYUN ABUBAKAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Biologi Reproduksi
Sebagai Dasar Pengelolaan Ketam Kelapa (Birgus latro) Di Pulau Yoi,
Kec.P.Gebe, Maluku Utara adalah hasil karya saya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Juli 2009
Yuyun Abubakar

ABSTRACT
YUYUN ABUBAKAR. Biology reproduction study as the basic of coconut crab
(Birgus latro) management In Yoi island, at middle Halmahera district, North
Mollucass. Advised by SULISTIONO and KADARWAN SOEWARDI.
Coconut crab is kind of crustase which the best suited to the land
environment, and it is one of commodity that has high value and being protected.
It is an animal in beach ecosystem which until this present is getting decreased
population. It because of intensively catchment. The objective of this research
were(1) to see the reproduction of coconut crab (2) to see the distribution deal
with characteristic of the inhabitant suited to coconut crab (Birgus latro),. This
research was conducted at Yoi island, at middle Halmahera, North Mollucass,
during 12 months, from January until Desember 2008. samples of coconut crab
collected using hands with coconut as feed. This study learned about the
indicators of physically, chemistry and biology factor. They were soil
temperature, air temperature, dampness air, pH, soil texture, C-organic, gonad
mature, closing area. Aspects which studied about gonad maturity were gonad
weight, gonad maturity level/tingkat kematangan gonad (TKG), gonad maturity

index , fecundity and egg diameter. Sex ratio during this research was 1:1. Chi
square value at 0,05 shows that sex ratio is balance. Relation value between length
(CP+r) with weight of male coconut crab W= 0,006(CP+r) 2,531 and R2 = 0,877.
and the female W = 0,046(CP+r)2,030dengan R2 = 0,675. Condition factor of male
and female crab has the highest value at September until Desember. Spawn
process of female crab keeps on going. Gonad maturity index of male crab has the
top of spawn at September. And female at Desember. Fecundity between
17.698– 143.210 eggs. Egg diameter at TKG III between 0,010-0,085 mm and
TKG IV approximately between 0,012-0,095 mm. Spawn type of this crab was
total spawner. This is total eggs being out from its body. Analysis of correlation
between gonad maturity with habitat characteristic shows that there were
correlation between air temperature, air and soil humidity, with coconut crab
gonad maturity.
Keywords : coconut crab, biology, reproduction.

RINGKASAN

YUYUN ABUBAKAR. Studi Biologi Reproduksi Sebagai Dasar Ketam
Kelapa (Birgus latro) Di Pulau Yoi, Kec.P.Gebe, Maluku Utara.
Dibimbing oleh SULISTIONO dan KADARWAN SOEWARDI.

Birgus latro (LINNAEUS, 1767) lebih dikenal dengan nama ketam
kelapa atau Ketam kenari adalah jenis krustasea yang paling sukses
beradaptasi dengan lingkungan darat dan merupakan salah satu komoditi
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Nilai ekonomi yang begitu penting
karena memiliki potensi sebagai komoditi ekspor. Ketam kelapa
merupakan hewan ekosistem pantai yang saat ini mengalami ancaman
penurunan populasi. Ketam ini dilindungi oleh pemerintah melalui surat
keputusan Menteri Kehutanan dengan SK Menhut No.12/KPTSII/Um/1987.
Kepentingan pelestariaan ketam kelapa pada alam asli dan
desakan permintaan konsumen akan semakin nyata dimasa akan datang.
Kesetimbangan antara permintaan dan suplai akan meningkatkan tekanan
terhadap populasi di alam. Pembukaan hutan pesisir yang merupakan
habitat ketam kelapa untuk berbagai kepentingan, diduga telah ikut
mengurangi sumber makanan alami dilingkungannya. Dengan berbagai
kepentingan diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian biologi
reproduksi sebagai dasar pengelolaan ketam kelapa (birgus latro) di
lingkungan asli dan untuk melakukan domestikasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui biologi reproduksi ketam kelapa (Birgus
latro). Manfaat penelitian diharapkan dapat dijadikan informasi tentang
biologi dan habitat ketam kelapa (Birgus latro) bagi upaya pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya ketam kelapa terutama dalam upaya
konservasi dan domestikasi dengan tujuan restocking serta sebagai data
awal bagi usaha budidaya sehingga keberadaan di alam dapat dilestarikan
(tidak sampai punah) di masa mendatang.
Pelaksanaan penelitian untuk pengumpulan data terdiri dari 2
tahap, yaitu penelitian dilapangan dan pengamatan serta analisis di
laboratorium. Karakristik fisika kimia habitat sebagai data penunjang
penelitian diukur dan diamati. Pengamatan dan pengukuran parameter
dilakukan di insitu, bersamaan dengan waktu pengambilan contoh.
Sedangkan koleksi ketam kelapa contoh dilakukan pada 2 bulan sekali
dengan penangkapan menggunakan secara langsung tangan oleh nelayan.
Penangkapan dilakukan pada malam hari berdasarkan lokasi pengamatan.
Dari hasil penangkapan dilakukan identifikasi jenis kelamin dan
pengukuran panjang (CP+r) dan berat tubuh. kemudian preservasi
menggunakan larutan parraform 10%, sampel kemudian dianalisis di
laboratorium. Pengamatan aspek reproduksi seperti penentuan tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan pola
sebaran diameter telur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rasio kelamin didapat 1 : 1 .

pada uji Chi-Square pada taraf nyata 0,05 diperoleh bahwa rasio kelamin
menunjukkan adanya seimbangan. Pada hubungan panjang (CP+r) dengan
berat tubuh pada ketam jantan dan betina pada waktu pengamatan
memiliki pola pertumbuhan allometrik yaitu pertambahan (CP+r) lebih
cepat dibandingkan pertambahan berat tubuh dan lokasi pengamatan
diperoleh pola pertumbuhaan allometrik kecuali pada ketam jantan di
lokasi Selatan, utara dan barat yang memiliki pola pertumbuhan isometrik
yaitu pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang
(CP+r). Faktor kondisi ketam kelapa memiliki nilai terbesar pada
September dan Desember dan pada lokasi pengamatan terbesar di stasiun
telaga dan timur. Ketam kelapa (Birgus latro) dapat memijah pada bulan
September sampai Desember. Ukuran pertama kali matang gonad ketam
kelapa jantan pada selang ukuran 60-69 mm dan betina 50-59 mm. Indeks
kematangan gonad ketam kelapa jantan mencapai puncak pada bulan
September dan betina pada bulan Desember. Fekunditas berkisar 17.698 –
143.210 butir telur. Diameter telur pada TKG III adalah kisaran terbesar
0,052 – 0,054 dan TKG IV kisaran terbesar 0,052 – 0,054 mm dan 0,058 –
0,060 mm. Ketam kelapa memilki tipe pemijahan total spawner yaitu telur
seluruhnya dikeluarkan dari tubuh. Pengelolaan ketam kelapa yaitu
dilakukan penutupan area penangkapan pada musim pemijahan,

pembatasan ukuran penangkapan, melakukan kegiatan penangkaran dan
domestikasi di Pulau Yoi, Kec.p.Gebe, Maluku Utara.

 
 
 
 
 
 
 
 

@Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2.

Dilarang menggunakan atau memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI SEBAGAI DASAR
PENGELOLAAN KETAM KELAPA (Birgus latro) DI PULAU
YOI, KECAMATAN P. GEBE, MALUKU UTARA

YUYUN ABUBAKAR

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister sains pada
Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari
Sampai Desember 2009 dengan judul ‘’Studi Biologi Reproduksi Sebagai Dasar
Pengelolaan Ketam kelapa (Birgus latro) Di Pulau Yoi, Kec.P.Gebe, Maluku Utara’’
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi sebagai Anggota Komisi Pembimbing
3. Bapak Dr. Ir. Ridwan Affandi sebagai dosen penguji luar komisi.
4. Bapak Drs. H. Sidik D. Siokona, M.pd sebagai Ketua Yayasan STIKIP Kieraha.
5. PT. Aneka Tambang Tbk di Jakarta yang telah memberikan bantuan dana dalam
penelitian ini.
6. Ayahanda Abubakar Aba dan Ibunda Asha Anto tercinta beserta Adik-adik Suriyanti
Abubakar, Murdiyono Abubakar dan Atman Anwar serta keluarga besar serta Fauzi
Hamisi, atas doa dan dorongan semangat selama penulis menyelesaikan studi.
7. Teman-teman di Program Studi Ilmu Perairan, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
8. Teman-teman Forum Pascasarjana Maluku Utara (FPMU).

9. Masyarakat pulau Yoi yang telah membantu penelitian ini.
10. Serta semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sampai terselesainya
penulisan tesis ini.
Akhirnya kata penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini belum mencapai
kesempurnaan, oleh karena itu semua saran, masukan dan kritik yang sifatnya untuk
perbaikan penulisan ini, penulis terima dengan tangan terbuka.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Juli 2009

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate, Maluku Utara pada tanggal 01
Januari 1983 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah
Abubakar Aba dan Ibu Asha Anto.
Penulis selesaikan pendidikan dasar SD Inpres Togafo Ternate
1995. Selanjutnya penulis melanjutkan pada pendidikan menengah di
SLTP Neg 1 Ternate dan lulus pada tahun 1998 dan melanjutkan
pendidikan menengah atas pada SMU Neg 4 ternate dan selesai pada tahun

2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa
Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas khairun Ternate dan menyelesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun 2006, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu
Perairan.

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN................................................ i
HALAMAN HAK CIPTA...................................................... iv
PENGESAHAN...................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................. xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Perumusan Masalah ..........................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................


1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi .................................................................
Distribusi dan Habitat .......................................................................
Reproduksi ........................................................................................
Siklus Hidup......................................................................................

4

7
9
11

METODELOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
Penentuan stasiun penelitian .....................................................
Metode pengambilan data ........................................................
Analisis Data .........................................................................

16
16
16
19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................
Morfologi Ketam Jantan dan Betina ..........................................
Rasio Kelamin .......................................................................
Hubungan Panjang CP+r dengan Berat Tubuh ............................
Faktor Kondisi .......................................................................
Tingkat Kematangan Gonad .....................................................
Indeks Kematangan Gonad ......................................................
Fekunditas ............................................................................
Karakteristik Fisika Kimia Habitat ............................................
Pola Penyebaran ....................................................................
Pengelolaan Ketam Kelapa ......................................................

24
25
36
38
41
44
45
50
53
63
64

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...........................................................................
Saran ....................................................................................

67
67

DAFTAR PUSTAKA....................................................................
LAMPIRAN...................................................................................

68
72

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI SEBAGAI DASAR
PENGELOLAAN KETAM KELAPA (Birgus latro) DI PULAU
YOI, KECAMATAN P. GEBE, MALUKU UTARA

YUYUN ABUBAKAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Biologi Reproduksi
Sebagai Dasar Pengelolaan Ketam Kelapa (Birgus latro) Di Pulau Yoi,
Kec.P.Gebe, Maluku Utara adalah hasil karya saya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009
Yuyun Abubakar

ABSTRACT
YUYUN ABUBAKAR. Biology reproduction study as the basic of coconut crab
(Birgus latro) management In Yoi island, at middle Halmahera district, North
Mollucass. Advised by SULISTIONO and KADARWAN SOEWARDI.
Coconut crab is kind of crustase which the best suited to the land
environment, and it is one of commodity that has high value and being protected.
It is an animal in beach ecosystem which until this present is getting decreased
population. It because of intensively catchment. The objective of this research
were(1) to see the reproduction of coconut crab (2) to see the distribution deal
with characteristic of the inhabitant suited to coconut crab (Birgus latro),. This
research was conducted at Yoi island, at middle Halmahera, North Mollucass,
during 12 months, from January until Desember 2008. samples of coconut crab
collected using hands with coconut as feed. This study learned about the
indicators of physically, chemistry and biology factor. They were soil
temperature, air temperature, dampness air, pH, soil texture, C-organic, gonad
mature, closing area. Aspects which studied about gonad maturity were gonad
weight, gonad maturity level/tingkat kematangan gonad (TKG), gonad maturity
index , fecundity and egg diameter. Sex ratio during this research was 1:1. Chi
square value at 0,05 shows that sex ratio is balance. Relation value between length
(CP+r) with weight of male coconut crab W= 0,006(CP+r) 2,531 and R2 = 0,877.
and the female W = 0,046(CP+r)2,030dengan R2 = 0,675. Condition factor of male
and female crab has the highest value at September until Desember. Spawn
process of female crab keeps on going. Gonad maturity index of male crab has the
top of spawn at September. And female at Desember. Fecundity between
17.698– 143.210 eggs. Egg diameter at TKG III between 0,010-0,085 mm and
TKG IV approximately between 0,012-0,095 mm. Spawn type of this crab was
total spawner. This is total eggs being out from its body. Analysis of correlation
between gonad maturity with habitat characteristic shows that there were
correlation between air temperature, air and soil humidity, with coconut crab
gonad maturity.
Keywords : coconut crab, biology, reproduction.

RINGKASAN

YUYUN ABUBAKAR. Studi Biologi Reproduksi Sebagai Dasar Ketam
Kelapa (Birgus latro) Di Pulau Yoi, Kec.P.Gebe, Maluku Utara.
Dibimbing oleh SULISTIONO dan KADARWAN SOEWARDI.
Birgus latro (LINNAEUS, 1767) lebih dikenal dengan nama ketam
kelapa atau Ketam kenari adalah jenis krustasea yang paling sukses
beradaptasi dengan lingkungan darat dan merupakan salah satu komoditi
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Nilai ekonomi yang begitu penting
karena memiliki potensi sebagai komoditi ekspor. Ketam kelapa
merupakan hewan ekosistem pantai yang saat ini mengalami ancaman
penurunan populasi. Ketam ini dilindungi oleh pemerintah melalui surat
keputusan Menteri Kehutanan dengan SK Menhut No.12/KPTSII/Um/1987.
Kepentingan pelestariaan ketam kelapa pada alam asli dan
desakan permintaan konsumen akan semakin nyata dimasa akan datang.
Kesetimbangan antara permintaan dan suplai akan meningkatkan tekanan
terhadap populasi di alam. Pembukaan hutan pesisir yang merupakan
habitat ketam kelapa untuk berbagai kepentingan, diduga telah ikut
mengurangi sumber makanan alami dilingkungannya. Dengan berbagai
kepentingan diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian biologi
reproduksi sebagai dasar pengelolaan ketam kelapa (birgus latro) di
lingkungan asli dan untuk melakukan domestikasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui biologi reproduksi ketam kelapa (Birgus
latro). Manfaat penelitian diharapkan dapat dijadikan informasi tentang
biologi dan habitat ketam kelapa (Birgus latro) bagi upaya pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ketam kelapa terutama dalam upaya
konservasi dan domestikasi dengan tujuan restocking serta sebagai data
awal bagi usaha budidaya sehingga keberadaan di alam dapat dilestarikan
(tidak sampai punah) di masa mendatang.
Pelaksanaan penelitian untuk pengumpulan data terdiri dari 2
tahap, yaitu penelitian dilapangan dan pengamatan serta analisis di
laboratorium. Karakristik fisika kimia habitat sebagai data penunjang
penelitian diukur dan diamati. Pengamatan dan pengukuran parameter
dilakukan di insitu, bersamaan dengan waktu pengambilan contoh.
Sedangkan koleksi ketam kelapa contoh dilakukan pada 2 bulan sekali
dengan penangkapan menggunakan secara langsung tangan oleh nelayan.
Penangkapan dilakukan pada malam hari berdasarkan lokasi pengamatan.
Dari hasil penangkapan dilakukan identifikasi jenis kelamin dan
pengukuran panjang (CP+r) dan berat tubuh. kemudian preservasi
menggunakan larutan parraform 10%, sampel kemudian dianalisis di
laboratorium. Pengamatan aspek reproduksi seperti penentuan tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan pola
sebaran diameter telur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rasio kelamin didapat 1 : 1 .
pada uji Chi-Square pada taraf nyata 0,05 diperoleh bahwa rasio kelamin
menunjukkan adanya seimbangan. Pada hubungan panjang (CP+r) dengan
berat tubuh pada ketam jantan dan betina pada waktu pengamatan
memiliki pola pertumbuhan allometrik yaitu pertambahan (CP+r) lebih
cepat dibandingkan pertambahan berat tubuh dan lokasi pengamatan
diperoleh pola pertumbuhaan allometrik kecuali pada ketam jantan di
lokasi Selatan, utara dan barat yang memiliki pola pertumbuhan isometrik
yaitu pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang
(CP+r). Faktor kondisi ketam kelapa memiliki nilai terbesar pada
September dan Desember dan pada lokasi pengamatan terbesar di stasiun
telaga dan timur. Ketam kelapa (Birgus latro) dapat memijah pada bulan
September sampai Desember. Ukuran pertama kali matang gonad ketam
kelapa jantan pada selang ukuran 60-69 mm dan betina 50-59 mm. Indeks
kematangan gonad ketam kelapa jantan mencapai puncak pada bulan
September dan betina pada bulan Desember. Fekunditas berkisar 17.698 –
143.210 butir telur. Diameter telur pada TKG III adalah kisaran terbesar
0,052 – 0,054 dan TKG IV kisaran terbesar 0,052 – 0,054 mm dan 0,058 –
0,060 mm. Ketam kelapa memilki tipe pemijahan total spawner yaitu telur
seluruhnya dikeluarkan dari tubuh. Pengelolaan ketam kelapa yaitu
dilakukan penutupan area penangkapan pada musim pemijahan,
pembatasan ukuran penangkapan, melakukan kegiatan penangkaran dan
domestikasi di Pulau Yoi, Kec.p.Gebe, Maluku Utara.

 
 
 
 
 
 
 
 

@Hak cipta milik IPB, tahun 2009
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2.

Dilarang menggunakan atau memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI SEBAGAI DASAR
PENGELOLAAN KETAM KELAPA (Birgus latro) DI PULAU
YOI, KECAMATAN P. GEBE, MALUKU UTARA

YUYUN ABUBAKAR

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister sains pada
Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari
Sampai Desember 2009 dengan judul ‘’Studi Biologi Reproduksi Sebagai Dasar
Pengelolaan Ketam kelapa (Birgus latro) Di Pulau Yoi, Kec.P.Gebe, Maluku Utara’’
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi sebagai Anggota Komisi Pembimbing
3. Bapak Dr. Ir. Ridwan Affandi sebagai dosen penguji luar komisi.
4. Bapak Drs. H. Sidik D. Siokona, M.pd sebagai Ketua Yayasan STIKIP Kieraha.
5. PT. Aneka Tambang Tbk di Jakarta yang telah memberikan bantuan dana dalam
penelitian ini.
6. Ayahanda Abubakar Aba dan Ibunda Asha Anto tercinta beserta Adik-adik Suriyanti
Abubakar, Murdiyono Abubakar dan Atman Anwar serta keluarga besar serta Fauzi
Hamisi, atas doa dan dorongan semangat selama penulis menyelesaikan studi.
7. Teman-teman di Program Studi Ilmu Perairan, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
8. Teman-teman Forum Pascasarjana Maluku Utara (FPMU).
9. Masyarakat pulau Yoi yang telah membantu penelitian ini.
10. Serta semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sampai terselesainya
penulisan tesis ini.
Akhirnya kata penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini belum mencapai
kesempurnaan, oleh karena itu semua saran, masukan dan kritik yang sifatnya untuk
perbaikan penulisan ini, penulis terima dengan tangan terbuka.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Juli 2009

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ternate, Maluku Utara pada tanggal 01
Januari 1983 dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari ayah
Abubakar Aba dan Ibu Asha Anto.
Penulis selesaikan pendidikan dasar SD Inpres Togafo Ternate
1995. Selanjutnya penulis melanjutkan pada pendidikan menengah di
SLTP Neg 1 Ternate dan lulus pada tahun 1998 dan melanjutkan
pendidikan menengah atas pada SMU Neg 4 ternate dan selesai pada tahun
2001. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa
Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas khairun Ternate dan menyelesaikan pada tahun 2005.
Pada tahun 2006, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu
Perairan.

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERNYATAAN................................................ i
HALAMAN HAK CIPTA...................................................... iv
PENGESAHAN...................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................. xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Perumusan Masalah ..........................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................

1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi .................................................................
Distribusi dan Habitat .......................................................................
Reproduksi ........................................................................................
Siklus Hidup......................................................................................

4

7
9
11

METODELOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
Penentuan stasiun penelitian .....................................................
Metode pengambilan data ........................................................
Analisis Data .........................................................................

16
16
16
19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................
Morfologi Ketam Jantan dan Betina ..........................................
Rasio Kelamin .......................................................................
Hubungan Panjang CP+r dengan Berat Tubuh ............................
Faktor Kondisi .......................................................................
Tingkat Kematangan Gonad .....................................................
Indeks Kematangan Gonad ......................................................
Fekunditas ............................................................................
Karakteristik Fisika Kimia Habitat ............................................
Pola Penyebaran ....................................................................
Pengelolaan Ketam Kelapa ......................................................

24
25
36
38
41
44
45
50
53
63
64

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...........................................................................
Saran ....................................................................................

67
67

DAFTAR PUSTAKA....................................................................
LAMPIRAN...................................................................................

68
72

DAFTAR TABEL

Halaman
1.

Klasifikasi tingkat kematangan gonad ketam kelapa ..............................

18

2.

Klasifikasi tingkat kematangan gonad ketam kelapa jantan ....................

28

3.

Klasifikasi tingkat kematangan gonad ketam kelapa betina ....................

33

4.

Hubungan panjang (CP+r) dengan berat tubuh ketam kelapa
berdasarkan waktu pengambilan contoh ............................................

38

Hubungan panjang (CP+r) dengan berat tubuh ketam kelapa
Berdasarkan lokasi pengambilan contoh .............................................

40

6.

Hasil pengukuran fisika kimia habitat ketam kelapa di Pulau Yoi ..............

54

7.

Keadaan umum setiap lokasi pengamatan ............................................

58

5.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.

Gambar morfologi ketam kelapa...................................................

6

2.

Distribusi ketam kelapa di dunia ..................................................

7

3.

Ketam kelapa mengeluarkan telur dari tubuh...............................

11

4.

Siklus hidup ketam kelapa (Birgus latro)......................................

12

5.

Juvenil ketam kelapa .....................................................................

13

6.

Bagian yang diukur pada ketam kelapa.........................................

17

7.

Morfologi ketam kelapa .......................................................

26

8.

Morfologi ketam kelapa, (A) Jantan (B) Betina............................

26

9.

Ciri kelamin secara morfologis ....................................................

27

10. Gonad ketam kelapa jantan ...........................................................

27

11. Organ reproduksi ketam kelapa.....................................................

29

12. Organ ketam kelapa jantan ............................................................

29

13. Struktur histologist tubuli gonad/testis ketam kelapa jantan.........

30

14. Potongan melintang vas deferens ketam kelapa jantan .................

32

15. Morfolofis gonad ketam kelapa betina..........................................

34

16. Struktur histologis ovarium ketam kelapa betina ..........................

35

17. Rasio kelamin ketam kelapa..........................................................

37

18. Faktor kondisi ketam kelapa berdasarkan waktu ..........................

42

19. Faktor kondisi ketam kelapa berdasarkan lokasi...........................

43

20. Tingkat kematangan gonad ketam kelapa jantan berdasarkan
waktu .............................................................................................

44

21. Tingkat kematangan gonad ketam kelapa betina berdasarkan
waktu .............................................................................................

45

22. Persentase tingkat kematangan gonad ketam kelapa jantan.........

46

23. Persentase tingkat kematangan gonad ketam kelapa betina..........

47

24. Indeks kematangan gonad ketam kelapa berdasarkan waktu........

48

25. Indeks kematangan gonad ketam kelapa berdasarkan lokasi ........

49

26. Hubungan panjang (CP+r) dan berat tubuh dengan fekunditas
TKG III..........................................................................................

51

27. Hubungan panjang (CP+r) dan berat tubuh dengan fekunditas
TKG IV..........................................................................................

51

28. Sebaran diameter telur ketam kelapa TKG III ..............................

52

29. Sebaran diameter telur ketam kelapa TKG IV ..............................

53

30. Jumlah ketam kelapa berdasarkan waktu ......................................

63

31. Jumlah ketam kelapa berdasarkan lokasi ......................................

63

DAFTAR LAMPIRAN
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      Halaman

1. Peta lokasi penelitian ketam kelapa (Birgus latro) di Pulau Yoi
Kec. P. Gebe, Maluku Utara .....................................................

72

2. Lokasi pengambilan contoh ketam kelapa di Pulau Yoi Kec.
P. Gebe, Maluku Utara .............................................................

73

3. Pembuatan preparat histologi gonad ...........................................

76

4. Rasio kelamin ketam kelapa berdasarkan waktu dan lokasi
Pengamatan ............................................................................

78

5. Faktor kondisi ketam kelapa jantan dan betina berdasarkan
waktu dan lokasi pengamatan ....................................................

79

6. Indeks kematangan gonad ketam kelapa berdasarkan waktu
dan lokasi pengamatan .............................................................

80

7. Pola penyebaran ketam kelapa berdasarkan lokasi pengamatan ......

81

8. Pola penyebaran ketam kelapa berdasarkan Waktu pengamatan.......

84

9. Perhitungan Uji Khi-kuadrat .....................................................

87

 
 
 
 
 
 

 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Birgus latro (LINNAEUS, 1767) lebih dikenal dengan nama ketam kelapa
atau Ketam kenari adalah jenis krustasea yang paling sukses beradaptasi dengan
lingkungan darat dan merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Nilai ekonomi yang begitu penting karena memiliki potensi
sebagai komoditi ekspor. Ketam kelapa merupakan hewan ekosistem pantai yang
saat ini mengalami ancaman penurunan populasi. Ketam ini dilindungi oleh
pemerintah melalui surat keputusan Menteri Kehutanan dengan SK Menhut
No.12/KPTS-II/Um/1987 dan Menurut IUCN, ketam ini sudah dikatagorikan
sebagai ‘’rare’’ atau jarang dan spesies terancam punah ‘’endengared spesies’’
dalam’’Red Data Book’’ (I983 ; Anonim 2004)
Keberadaan ketam kelapa atau ketam kenari sudah dianggap hewan
langkah dan tergolong rawan, serta statusnya populasinya belum jelas, namun
masih diburu terus karena bernilai ekonomis tinggi (Pratiwi, 1989). Boneka
(1990) dan shokita (1991) dalam Sahami (1994), menyatakan bahwa populasinya
di alam kemungkinan akan merosot terus karena penangkapan yang sangat
intensif dan perombakan habitatnya. Selain dagingnya sebagai bahan makanan,
cangkangnya dapat digunakan sebagai hiasan. Di samping itu ketam

kelapa

terancam punah karena pertumbuhan yang lambat, juga banyak diburu karena
dagingnya yang lezat, bernilai untuk perdagangan maupun konsumsi masyarakat
lokal.
Ketam kelapa Coconut Crab, Kepiting kelapa atau disebut juga kepiting
kenari Robber Crab dan memiliki nama yang berbeda-beda di tiap - tiap daerah.
Menurut Holthuis 1963; Motoh 1980 dalam Pratiwi 1989) di Papua Nugini
menyebutnya Tinggau (Demta); di Jamna menyebutnya Tingkau Tankidi (Sobei)
sedangkan di Sarmi menyebut ‘’Adsoma’’ (Sobei). Di Filipina dikenal dengan
nama ‘’Alimangong lupa’’ (Tagalog), ‘’Tatus’’ ((Cebuano), dan ‘’umang’’
(Cebuano dan Ilongo). Di Inggris penduduk setempat menyebutnya dengan nama
“Coconut Crab” dan atau “Robber Crab”.

Menurut Pratiwi, 1989 ; Reyne, 1993 ; Rafiani, 2005, menyatakan bahwa
di Indonesia ketam kelapa atau ketam kenari tersebar di bagian timur yakni di
pulau-pulau Sulawesi Utara, Kepulauan Togian sampai Kepulauan Talaud,
Maluku, Irian Jaya dan di bagian timur Nusa tenggara Timur, wilayah Indonesia
bagian Utara, Tengah dan Timur : Sulawesi, Halmahera, Maluku, Nusa Tenggara
dan Irian Jaya. Namun hingga saat ini upaya perlindungan terhadap hewan ini
hanya sebatas penetapan hewan ini sebagai hewan yang dilindungi. Belum ada
upaya penetapan suatu daerah atau kawasan konservasi bagi keberlangsungan
hidup ketam yang jarang ini. Pulau Yoi terletak di Maluku Utara merupakan
pulau yang memiliki karakteristik ideal untuk dijadikan kawasan konservasi bagi
kelangsungan hidup ketam kelapa.
Konflik antara kepentingan pelestariaan ketam kelapa pada alam asli dan
desakan permintaan konsumen akan semakin nyata dimasa akan datang.
Kesetimbangan antara permintaan dan suplai akan meningkatkan tekanan
terhadap populasi di alam. Pembukaan hutan pesisir yang merupakan habitat
ketam kelapa untuk berbagai kepentingan, diduga telah ikut mengurangi sumber
makanan alami dilingkungannya. Dengan berbagai kepentingan diatas, maka perlu
dilakukan suatu penelitian biologi reproduksi sebagai dasar pengelolaan ketam
kelapa (birgus latro) di lingkungan asli dan untuk melakukan domestikasi
Perumusan Masalah
Tingginya usaha penangkapan yang dilakukan, dan penurunan kondisi
habitat

merupakan salahsatu penyebab penurunan jumlah populasi. Sebagai

upaya pengelolaan sumberdaya ketam kelapa (B. latro) perlu dilakukan berbagai
upaya agar sumberdaya ketam kelapa (B. latro) tetap lestari.
Pola pemikiran yang digunakan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan
untuk mengatasi penurunan populasi ketam tersebut antara lain dengan (1)
mencari ukuran minimal yang matang gonad sehingga dapat dilakukan
pembatasan ukuran ketam yang boleh ditangkap, (2) mengetahui pola reproduksi
dan

musim pemijahan sehingga dapat diatur waktu penangkapan yang tidak

mengancam proses reproduksi ketam, (3) identifikasi karakteristik habitat yang
sesuai bagi ketam untuk melakukan reproduksi, dan (4) untuk keperluan
domestikasi.

Tujuan dan manfaat penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Biologi reproduksi ketam
kelapa (Birgus latro) , (2) identifikasi karakteristik habitat yang sesuai bagi ketam
kelapa (Birgus latro). Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi
tentang biologi dan habitat ketam kelapa (Birgus latro) bagi upaya pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya ketam kelapa terutama dalam upaya konservasi dan
domestikasi dengan tujuan restocking serta sebagai data awal bagi usaha budidaya
sehingga keberadaan di alam dapat dilestarikan (tidak sampai punah) di masa
mendatang.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi
Crustacea termasuk ke dalam filum Arthoropoda berasal dari bahasa
(Yunani = sendi ; pous = kaki). Namanya berasal kakinya yang bersendi. Tubuhnya
terbagi dalam kepala (cephalin), dada (thorax) dan abdomen. Kepala dan dada
bergabung membentuk kepala- dada (cephalothorax). Menurut PPSDAHP
(1987/1988) dalam Pratiwi (1989) , B.latro adalah salah satu kelompok Decapoda
yang banyak menghabiskan waktunya didaratan. Ketam kelapa ini adalah krustase
yang paling besar dibandingkan dengan jenis-jenis krustase lainnya, sehingga
dikenal dengan arthropoda daratan yang terbesar di dunia. Hewan ini berperan
dalam perputaran bahan organik dalam tanah. Lemak perutnya dapat berkhasiat
sebagai aphrodisiac (perangsang gairah seksual). Berdasarkan cara makan dan jenis
pakan yang dimakannya, ketam ini termasuk ketam hama bagi pertanian dan
perkebunan karena sering memakan buah dan merusak pohon kelapa, kenari, dan
pepaya. Menurut Abele dan Bowman (1982) dalam Rafiani (2005) Ketam kelapa
(B.latro) memiliki susunan klasifikasi sebagai berikut :
Phylum

: Arthopoda

Superkelas

: Crustacea

Kelas

: Malacostraca

Subkelas

: Eumalacostraca

Superordo

: Eucarida

Ordo

: Decapoda

Subordo

: Pleocyemata

Infraordo

: Anomura

Superfamili

: Coenabitidea

Famili

: Coenabitidae

Genus

: Birgus

Spesies

: Birgus latro (L.)

Ketam kelapa atau ketam kenari (Birgus latro L.), mempunyai
karakteristik yang khas yakni secara morfologis mereka berada diantara seksi
Branchyura (dikenal dengan ketam sejati) dan Macrura (dikenal sebagai udangudangan) (Nontji, 1987). Tubuh terdiri dari bagian kepala (cephalon), dada

(toraks), perut (abdomen), ekor (telson yang diselimuti oleh rangka luar
(eksoskeleton) yang merupakan sifat morfologi krustasea (Barnes, 1974 dalam
Sahami, 1994). Disamping itu terdapat pula anggota tubuh yang lainnya yakni
pereopod, pleopod, antena dan mata.
Ketam kelapa mempunyai abdomen yang pendek dan terlindung kulit
yang keras serta memiliki bagian yang eksternal yang simetris dan ujung
abdomennya dapat berfungsi sebagai pemberat bila berada dalam liangnya, yang
berada dibawah akar pohon maupun pada pohon yang roboh. Karapas merupakan
bagian tubuh yang sangat keras karena mengandung zat kapur yang lebih tinggi
jika dibandingkan jenis kepiting lainnya, sedangkan bagian branchial bergembung
dengan

pembuluh-pembuluh

kapiler

yang

tebal(Wikipedia,

2008

http://id.wikipedia.org/wiki/ketam).
Tubuh ketam kelapa terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian depan
(kelapa = cephalon), bagian tengah (dada = toraks) dan bagian belakang (perut =
abdomen). Pembagian daerah kepala dan dada sangat jelas. Rostrum kecil dan
pendek. Dibalik karapas pada bagian toraks kiri dan kanan terdapat insang. Tubuh
beruas-ruas yang jumlahnya 14 ruas. Bagian kepala dan dada berjumlah delapan
ruas, bagian perut dimulai dari ruas kesembilan sampai ruas teakhir (Limbong,
1983) dalam Sahami (1994).
Ukuran tubuh ketam betina lebih kecil dari jantan dengan panjang
maksimum toraks kira-kira 55 mm (Whitten, et al., 1987 dalam Sahami 1994).
Betina mempunyai pleopod pada sebelah kiri yang digunakan membawa telur
sedangkan jantan tidak memilikinya.
Ketam dewasa memiliki panjang karapas kurang lebih 25-47 cm, lebar 5176 cm dan berat badan berkisar antara 2-4 kg. Capit sebelah kiri biasanya
mempunyai ukuran lebih besar dari capit yang sebelah kanan. Ketam

ini

dilengkapi dengan lima pasang kaki jalan, yang terdiri atas empat pasang kaki
jalan yang jelas terlihat berbentuk keras dan kuat dan satu pasang kaki jalan
terakhir berukuran kecil dan bersembunyi di bawah karapas. Semua kaki jalan
ditutupi oleh duri serta rambut-rambut halus. Ketam ini memiliki bagian bawah
(abdomen) yang lunak yang pada waktu kecil terlindung dari rumah siput, tetapi
rumah siput ini akan ditinggalkan ketika menginjak dewasa. Ketam ini tumbuh

dengan cara berganti kulit, dimana ia harus keluar dari rumah siputnya lalu
mencari tempat yang terlindung dari pemangsanya dan berganti kulit disana
(Motoh, 1980 dalam Pratiwi, 1989)

Gambar 1 Morfologi ketam kelapa
Kemampuan hewan ini untuk hidup dibantu oleh organ insang (alat
pernapasan yang telah dimodifikasi), modifikasi ini dikelilingi oleh jaringan
seperti spon yang selalu dalam keadaan basah (lembab). Ia akan mencelupkan ke
air dan mengambil air dari atas insang. Ketam kelapa memerlukan minum air laut
dari waktu ke waktu untuk menjaga keseimbangan garam (salinitas) dalam
tubuhnya. Menurut Cameron dan Meckklenburg (1973), hewan ini mengambil O2
dengan cara membenamkan kepalanya kedalam air dalam selang waktu yang
cukup lama. Hal ini dapat berlangsung karena insang marga B. latro telah
teradaptasi dengan ruangan insang yang sudah terbagi oleh membran, sehingga
membantu proses pertukaran gas. Dengan adanya fungsi dari insang tersebut,
menyebabkan ketam ini mampu bertahan cukup lama di daratan.
Harris dan Kormanik (1981) dalam Brown dan Fielder (1991) menyatakan
bahwa abdomen yang besar merupakan tempat penyimpanan air bagi ketam
Birgus yang dipergunakan ketika kondisi tubuhnya kekurangan air dan
lingkungan sangat kering. Morris et al. 2000) dalam Brown dan Fielder (1991),
melaporkan bahwa ketam di Pulau Christmas memiliki akses rutin terhadap air
tawar dan dengan demikian dapat mengurangi kehilangan ion dalam tubuhnya.

Distribusi dan Habitat
Ketam kelapa (Birgus latro) tersebar di Indo – Pasifik (Brown dan Fielder
(1991)). Whitten et al., (1987) dalam Sahami (1994), melaporkan bahwa hewan
ini dulu tersebar luas diseluruh pasifik barat hingga Samudera Hindia bagian
timur, tetapi sekarang terbatas pada pulau-pulau kecil. Di Aldabra dilaporkan
masih terdapat ketam ini di Kepulauan Seychelles diperkirakan sudah punah. B.
latro juga tersebar di pulau-pulau kecil di wilayah pantai Tanzania dan Sentinal
selatan (Andaman dan Nikobar), kepulauan Keeling dan Mauritius. Di Filipina
sekarang dilaporkan hanya terdapat di pulau Ilongo dan sebagian di pulau Cebu.
Di kawasan Pasifik ketam ini dapat dijumpai di Timor, kemudian menyebar ke
belahan bumi utara sampai Ryukus, Fiji dan kepulauan Marshall kecuali
kepulauan Hawaii, Wake dan Midway. Di Papua Nugini dapat ditemukan di
Propinsi Manus, yakni di Rantan, Sae dan Los Negros (PPSDAHP, 1987/1988)
dalam Pratiwi (1989).

Gambar 2 Distribusi ketam kelapa dunia (Brown et al. 1991).
Di Indonesia B. latro hanya tersebar di kawasan Indonesia timur yaitu di
pulau-pulau Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku, Papua. Di Sulawesi, ketam kelapa
terdapat di wilayah Kepulauan Kawio, Talaud, Sangihe, Sulawesi Utara, Pulau
Siompu, Tongali, Kaimbulawa dan Liwutongkidi , Sulawesi Tenggara (Ramli,
1997) sedangkan di Nusa Tenggara terdapat di pantai berbatu Pulau Yamdena
(Monk, et al. 2000), dan Kalimantan terdapat di Pulau Derawan.

Ketam kelapa (Birgus latro L.), mendiami lubang-lubang pesisir yang
masih ditumbuhi vegetasi (Rondo dan Limbong, 1990 dalam Sahami 1994).
Mereka aktif pada malam hari (nokturnal) (Boneka, (1990) dalam Sahami (1994).
Tetapi jika keadaan lingkungan aman mereka juga dapat terlihat pada siang hari
dan cenderung bersifat kanibal, namun seringkali mereka membentuk grup terdiri
dari beberapa individu dalam suatu lubang.
Ketam kelapa tergolong ketam semi daratan (semiterestrial), namun
mereka mengawali hidupnya dilaut. Mereka bermigrasi dari laut (selama fase
postlarva glaocothoe) dengan menampilkan tingkah laku kehidupan seperti hermit
crab yakni menempati cangkang gastropoda yang kosong (Reese, 1968 dalam
Pratiwi, 1989). Cangkang tersebut akan dilepaskan kembali setelah ia tumbuh
menjadi lebih besar dan kemudian mereka tidak membutuhkan cangkang lagi.
Habitat yang disukai ketam kelapa dicirikan dengan kondisi vegetasi semak,
kelapa, pisang dan berbagai tanaman pantai yang cukup lebat (Rafiani, 2005).
Pada wilayah yang dekat pemukiman jumlah populasi berkurang dibandingkan
dengan yang jauh dari pemukiman.
Ketam kelapa hidup dibawah tanah atau celah-celah bebatuan, tergantung
daerah setempat. Mereka menggali tempat bersembunyi di pasir atau tanah
gembur. Di siang hari, ketam kelapa bersembunyi, untuk berlindung dan
mengurangi hilangnya air karena panas. Di tempat persembunyiannya terdapat
serat sabut kelapa yang dipakainya sebagai alas. Menurut Streets (1877), saat
beristirahat di liangnya, ketam kelapa menutup jalan masuk dengan salah satu
capitnya untuk menjaga kelembaban untuk pernafasannya. Di area dengan banyak
ketam kelapa, beberapa ketam juga keluar waktu siang hari, untuk mencari
makan. Ketam kelapa juga kadang-kadang keluar waktu siang jika keadaan
lembab atau hujan, karena keadaan ini memudahkan mereka untuk bernafas.
Mereka hanya ditemukan di darat dan beberapa dapat ditemui sejauh 6 km dari
lautan.

Reproduksi
McLaughlin (1983) dalam Rafiani (2005), menyatakan bahwa Sistem
reproduksi Ordo Malacostraca secara anatomi terpusat pada cephalothorax. Untuk
suku Caenobitidae dan Paguraidae khususnya, memiliki sepasang testis dan
sepasang ovarium berada pada abdomennya. Menurut Whitten et al., (1987)
menyatakan bahwa kematangan gonad ketam kelapa (Birgus latro) pada
umumnya mencapai panjang karapas kurang lebih 5 cm. Perkawinan hewan ini
berlangsung di darat. Telur yang telah dibuahi terletak pada bagian bawah perut
atau menempel pada pleopod. Limbong (1983) mencatat bahwa telur yang
dimiliki oleh seekor induk berjumlah ribuan. Hampir semua ketam kelapa harus
mencari air untuk perkembangan larvanya. Ketam betina melepaskan telurnya ke
laut pada saat pasang tertinggi dan selanjutnya telur menetas.
Ketam kelapa melakukan aktivitas reproduksinya yang ditandai oleh
adanya ovigerous pada tubuh. Secara geografis seluruh area tampaknya terjadi
musiman, berlangsung pada musim panas baik di belahan bumi utara maupun
selatan.
Menurut Brown dan Fielder ,1991 menyatakan bahwa pada musim panas
biasanya ketam kelapa betina hanya satu kali dalam setahun meletakkan telurnya
di negara belahan bumi utara dan selatan. Reese (1965 dan 1967) dalam Brown
dan Fielder (1991) mengamati betina ovigerous di kepulauan Eniwetok terjadi
pada bulan april (pertengahan musim semi) sampai dengan Agustus (akhir musim
panas).
Di daerah sub trofik di belahan bumi selatan ketam kelapa betina paling
sedikit aktif bereproduksi selama lebih kurang 9 bulan, setiap tahun adalah dari
akhir September atau awal Oktober sampai dengan awal Juni pada tahun
berikutnya. Sebaliknya di daerah tropik belahan bumi utara dan selatan aktifitasnya
tidak bergantung musim, tetapi terjadi sepanjang tahun berdasarkan data yang
didapat dari kepulauan Christmas dan Vanuatu (Brown dan Fielder ,1991).
Ketam betina apabila menetaskan telurnya akan bermigrasi dari daratan ke
tepi laut, untuk melepaskan telur-telurnya tanpa ketam jantan. Hal ini berbeda
dengan ketam darat lainnya, seperti Gecarcoidea natalis yang bila migrasi selalu
diikuti oleh ketam jantan (Gray, 1981 dalam Brown dan Fielder,1991). Hanya

betina Birgus yang berpartisipasi dalam reproduksi migrasi (Borradaile, 1900;
Chapman 1948; Gibson-Hill, 1949 dalam Brown dan Fielder, 1991).
Di Vanuatu ketam akan berada di daerah pantai selama 5-6 minggu
(1 bulan) dan biasanya akan kembali ke daratan 4 -10 hari setelah melepaskan
telur-telurnya. Ketam

ini biasanya berkumpul dalam kelompok di sepanjang

pantai dan kembali ke darat juga dalam kelompoknya yang kemudian akan
berpisah (menyebar) setelah sampai di darat. Migrasi ketam menuju ke laut dan
kembali ke daratan terjadi berdasarkan ritmik dari gelombang dan periodisitas
yang sama dari proses penetasan dan pelepasan telur (Brown dan Fielder ,1991).
Menurut Helfman (1977) telah melakukan pengamatan terhadap dua ketam
kelapa melakukan kopulasi di darat. Tidak seperti coenabitidae yang lain, kopulasi
pada ketam kelapa berlangsung singkat (sekitar 3 menit) dengan sedikit aktifitas
tingkah laku pre dan pasca kopulasi. Ketam jantan akan memegang cheliped betina
dengan capitnya dan berjalan ke depan sampai punggung ketam betina berada
dibawah, kaki-kaki mereka bersilang dan abdomen memanjang ke balik badan
mereka dengan abdomen betina memutar diatas abdomen jantan. Ketam jantan
menggunakan coxea yang dimodifikasi dari pasangan kaki kelima pereiopoda untuk
mentransfer masa spermatofora ke dan sekitar oviduct betina yang terbuka pada
bagian dasar pasangan kaki ketiga pereopoda.
Menurut Brown dan Fielder (1991) menyatakan bahwa untuk inkubasi
telur, pada bagian luar di bawah abdomen betina memiliki membran seperti spon
yang memberikan perlindungan dari lingkungan yang rentan terhadap
penggenangan air baik tawar atau asin. Telur yang sedang berkembang ini
terlindung dari perubahan jangka pendek akibat pengaruh eksternal ion-ion
inorganik dan air akibat dari paparnya telur dengan air tawar atau laut. Ketika
telur semakin matang, membran yang melindungi telur mulai memecah, membuat
telur rentan terhadap tekanan osmotik dan ionik jika terpapar dengan air tawar.
Pada telur yang telah matang sebagian besar membran telur telah pecah telur
bertindak sebagai osmometer akan segera menetas kontak dengan air tawar
ataupun air laut.

Gambar 3 Ketam kelapa mengeluarkan telur dari tubuh (Taku Sato dan Kenzo
Yoseda, http://www.mba.ac.uk/jmba/pdf/6370.pdf, 2009).
Proses vitelogenesis, inkubasi dan pengeluaran telur membutuhkan jalan
masuknya air dan ion inorganik. krustase teresterial, seperti B. latro dan
Gecarcoidea natalis, tidak mudah mendatangi air asin dari habitat normal mereka,
harus bermigrasi ke daerah pantai untuk mendapatkan air asin sebelum
melepaskan telurnya. Jejak ketam didaerah pant