Keberlanjutan Kehidupan Sosial- Ekonomi Masyarakat, Tanpa Tambang Nikel. (Studi di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara)

ABSTRAK
Abd. Wahab Hasyim. Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat, Tanpa tambang Nikel. (Studi di pulau Gebe Propinsi Maluku
Utara). Di bawah bimbingan Kooswardhono Mudikdjo, sebagai pembimbing
ketua, Lala M Kolopaking dan Oteng Haridjaja, sebagai pembimbing anggota.
Kegiatan penambangan nikel di Pulau Gebe telah menimbulkan pengaruh
terhadap kualitas air, sifat fisik dan kimia tanah, serta aspek kehidupan sosial
ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi keberlanjutan
kehidupan masyarakat dilihat dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi
sosial budaya di Pulau Gebe pada saat ini. (2). Merumuskan sektor ekonomi alternatif
sebagai upaya memelihara keberlanjutan kehidupan masyarakat di saat pulau Gebe
tanpa tambang nikel. Hasil penelitian, menunjukan di lokasi yang terganggu langsung
maupun Pulau Gebe secara keseluruhan, indeks keberlanjutan kehidupan masyarakat
dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial budaya, berada pada
kondisi kurang berlanjut. (nilai indeks < 50%). Kelas kemampuan lahan di lokasi
penelitian berpotensi terbatas untuk usaha budidaya pertanian. Kerusakan tanah
tergolong berat, sehingga sulit dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan lahan.
Rehabilitasi lahan dari segi revegetasi, cukup berhasil berdasarkan jumlah dan
karakteristik pertumbuhan tanaman di lahan bekas galian tambang. Produksi
pertanian, perkebunan, tanaman pangan, kehutanan, peternakan, perikanan, usaha
jasa, pendapatan masyarakat menurun sejak perusahaan tidak lagi beroperasi.

Pendapat para pihak (stakeholders) sektor perikanan tangkap, merupakan pilihan
utama dari empat sektor ekonomi (pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan)
yang harus dikembangkan sebagai upaya mempertahankan keberlanjutan kehidupan
masyarakat secara sosial ekonomi di saat pulau Gebe tanpa tambang nikel.
Kata kunci : Keberlanjutan kehidupan, tambang nikel, sosial ekonomi

ABSTRACT
Abd. Wahab Hasyim.Socio-economic sustainability of the community in the absence
of nickel mining. The study was conducted on Gebe Island, in the province of North
Maluku, under the guidance of Koeswardhono Mudikdjo, the head of advisory team,
and Lala M Kolopaking and Oteng Haridjaja, the advisory members.

Nickel mining on Gede Island has had negative effects on the water quality,
the physical and chemical aspect of the soil, and the socio-economic aspect of the
community. This research was aimed at (1) indentification of community
sustainability viewed from ecological, economic, and socio-cultural dimension of
Gebe Island nowadays; and (2) formulating an alternative to the economic sector to
ensure the community sustainability on Gebe Island without nickel mining. The
research result reveals that both in the directly-affected sites and on Gebe Island in
general the index of community sustainability viewed from ecological, economic, and

socio-cultural dimension is in a precarious condition. The soil fertility rate in the
research site is relatively poor for agricultural endeavors. The damage to the soil is so
serious that it is difficult to utilize it for different purposes. Rehabilitation of the area
in terms of vegetation has been quite successful considering the number and
characteristics of the growth of the plants in what used to be a mining area. The
people’s income from such sectors as agriculture, plantation, cash crop, forestry,
husbandry, fishery, and services has been going down since PT. ANTAM terminated
its operation. According to the stakeholders, catch fishery is the first priority out of
these four sectors—agriculture, plantation, husbandry, and fishery; therefore, it
should be developed for the sake of socio-economic sustainability of the community
on Gebe Island in the absence of nickel mining.

Key words: Community, nickel mining, social economy

KEBERLANJUTAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT, TANPA TAMBANG NIKEL
(Studi di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara)

ABD.WAHAB HASYIM


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI, DAN
SUMBER IFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi dengan judul : Keberlanjutan
Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tanpa Tambang Nikel (Study di Pulau Gebe
Propinsi Maluku Utara), adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka bagian akhir Disertasi ini.

Bogor, Januari 2007

Abd. Wahab Hasyim
NRP : P 10600031

ABSTRAK

Abd. Wahab Hasyim. Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi
Masyarakat, Tanpa tambang Nikel. (Studi di pulau Gebe Propinsi Maluku
Utara). Di bawah bimbingan Kooswardhono Mudikdjo, sebagai pembimbing
ketua, Lala M Kolopaking dan Oteng Haridjaja, sebagai pembimbing anggota.
Kegiatan penambangan nikel di Pulau Gebe telah menimbulkan pengaruh
terhadap kualitas air, sifat fisik dan kimia tanah, serta aspek kehidupan sosial
ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi keberlanjutan
kehidupan masyarakat dilihat dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi
sosial budaya di Pulau Gebe pada saat ini. (2). Merumuskan sektor ekonomi alternatif
sebagai upaya memelihara keberlanjutan kehidupan masyarakat di saat pulau Gebe
tanpa tambang nikel. Hasil penelitian, menunjukan di lokasi yang terganggu langsung
maupun Pulau Gebe secara keseluruhan, indeks keberlanjutan kehidupan masyarakat
dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dan dimensi sosial budaya, berada pada
kondisi kurang berlanjut. (nilai indeks < 50%). Kelas kemampuan lahan di lokasi
penelitian berpotensi terbatas untuk usaha budidaya pertanian. Kerusakan tanah
tergolong berat, sehingga sulit dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan lahan.
Rehabilitasi lahan dari segi revegetasi, cukup berhasil berdasarkan jumlah dan
karakteristik pertumbuhan tanaman di lahan bekas galian tambang. Produksi
pertanian, perkebunan, tanaman pangan, kehutanan, peternakan, perikanan, usaha
jasa, pendapatan masyarakat menurun sejak perusahaan tidak lagi beroperasi.

Pendapat para pihak (stakeholders) sektor perikanan tangkap, merupakan pilihan
utama dari empat sektor ekonomi (pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan)
yang harus dikembangkan sebagai upaya mempertahankan keberlanjutan kehidupan
masyarakat secara sosial ekonomi di saat pulau Gebe tanpa tambang nikel.
Kata kunci : Keberlanjutan kehidupan, tambang nikel, sosial ekonomi

ABSTRACT
Abd. Wahab Hasyim.Socio-economic sustainability of the community in the absence
of nickel mining. The study was conducted on Gebe Island, in the province of North
Maluku, under the guidance of Koeswardhono Mudikdjo, the head of advisory team,
and Lala M Kolopaking and Oteng Haridjaja, the advisory members.

Nickel mining on Gede Island has had negative effects on the water quality,
the physical and chemical aspect of the soil, and the socio-economic aspect of the
community. This research was aimed at (1) indentification of community
sustainability viewed from ecological, economic, and socio-cultural dimension of
Gebe Island nowadays; and (2) formulating an alternative to the economic sector to
ensure the community sustainability on Gebe Island without nickel mining. The
research result reveals that both in the directly-affected sites and on Gebe Island in
general the index of community sustainability viewed from ecological, economic, and

socio-cultural dimension is in a precarious condition. The soil fertility rate in the
research site is relatively poor for agricultural endeavors. The damage to the soil is so
serious that it is difficult to utilize it for different purposes. Rehabilitation of the area
in terms of vegetation has been quite successful considering the number and
characteristics of the growth of the plants in what used to be a mining area. The
people’s income from such sectors as agriculture, plantation, cash crop, forestry,
husbandry, fishery, and services has been going down since PT. ANTAM terminated
its operation. According to the stakeholders, catch fishery is the first priority out of
these four sectors—agriculture, plantation, husbandry, and fishery; therefore, it
should be developed for the sake of socio-economic sustainability of the community
on Gebe Island in the absence of nickel mining.

Key words: Community, nickel mining, social economy

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak Cipta Dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya


KEBERLANJUTAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT, TANPA TAMBANG NIKEL

(Studi

di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara)

ABD.WAHAB HASYIM

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Disertasi : Keberlanjutan Kehidupan Sosial- Ekonomi Masyarakat, Tanpa

Tambang Nikel. (Studi di Pulau Gebe Propinsi Maluku Utara)
Nama
NRP

: Abd. Wahab Hasyim
: P 10600031

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc
Ketua

Dr.Ir. Lala M. Kolopaking, M.S
Anggota

Dr.Ir. Oteng Haridjaja, M.Sc
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S

Lulus Ujian : 17 Januari 2007

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus:

Penguji pada ujian Tertutup :
Penguji pada ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma”arif, M.Eng
2. Dr. Ir. Muhajir Marsaoly, M.Si

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

iradahNya, yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan
judul Upaya Meningkatkan Keberlanjutan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat,
Tanpa Tambang Nikel (Studi di pulau Gebe Propinsi Maluku Utara).
Penulisan Desertasi ini didasari oleh makin marak dan berkembangnya
kegiatan penambangan nikel pada 20 tahun terakhir ini, serta dampak yang timbul
akibat penambangan tersebut, terutama dampak terhadap aspek biofisik, sosial,
ekonomi dan tata nilai budaya masyarakat. Bagi pertambangan nikel di pulau-Gebe
propinsi Maluku Utara yang beroperasi dengan sistem penambangan terbuka (open
pit mining), juga memberikan pengaruh terhadap kondisi kehidupan aspek biofisik,
kondisi sosial ekonomi dan tata nilai budaya masyarakat. Kondisi yang terjadi cukup
berpengaruh pada saat pulau Gebe tanpa tambang nikel, karena sebagai pulau kecil
dengan kendala ketergantungan terhadap pihak luar yang sangat besar.
Penulisan ini, telah memakan waktu kurang lebih 3 tahun yang secara intensif
telah dibimbing oleh komisi pembimbing. Untuk itu Kepada Prof. Dr. Ir.
Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc (Ketua komisi pembimbing), Dr. Ir. H. Lala
Kolopaking, MS (anggota komisi pembimbing) dan Dr. Ir.H. Oteng Haridjaja, M.Sc
(anggota komisi pembimbing) penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih
yang setinggi-tingginya atas segala kesabaran dan ketabahan membimbing penulis,
serta kontribusi dalam memberikan arahan mulai dari penyusunan proposal, prelium,
kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil sampai selesainya disertasi yang

sederhana ini. Untuk semua ini, penulis hanya mampu mengatakan bahwa semoga
Allah SWT memberikan balasan pahala berlipat kepada hambanya yang mengajarkan
“kalam dan iqra” kepada hamba-hamba Tuhan.
Ucapan terima kasih juga, penulis sampaikan masing-masing kepada Dr. Ir.
Surjono H. Sotjahjo, MS (ketua program studi PSL), dan Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni,
MS (mantan ketua program studi PSL) yang banyak memberikan dorongan dan
motivasi selama penulis mengikuti pendidikan di pasca sarjana IPB.
Bogor, Januari 2007

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak ke tiga dari delapan bersaudara dari ibu

Hj. Sarah

Bailusy dan Ayah H. Ismail Hasyim. Lahir di Ternate Maluku Utara pada tanggal 10
November 1962. Pada tahun 1974 menamatkan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di desa
Weda Halmahera Tengah, tahun 1977 tamat Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SPMN) Weda, tahun 1981 tamat Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di
Ternate, tahun 1986 mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, dan tahun 1991 menyelesaikan program
Magister Sains pada program studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Pada
bulan September tahun 2000, penulis diterima sebagai mahasiswa S3 pada program
studi PSL IPB.
Sejak tahun 1987 sampai sekarang penulis menjadi dosen pada fakultas
ekonomi Universitas Khairun Ternate. Penulis menikah dengan Asmarani
Abdulrahman, S.Pd pada tahun 1993 di Ternate, dan di karunia lima orang anak,
yaitu: Fadhli Imaduddin, Muhammad Ridha, Astri Fitria, Siti Raodhatul Jannah, dan
Zauzathun Nihayati.

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............. ……………………………………………………..............
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………………
KATA PENGANTAR. …………………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL. ………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR. ……………………….….……………………………….
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..

i
ii
iii
iv
v
vi
vii

I. PENDAHULUAN. …………..……………..…………………………….......

1

1.1. Latar Belakang ...……..……….…………..….……………………………..
1.2. Kerangka Pemikiran.…………..……………………..………………………
1.3. Perumusan Masalah.........................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian. ……………………………… ……………………….....
1.5. Manfaat Penelitian………………………………………………………......
1.6. Hipotesis……………………..…………………………. …….. … …….....
1.7. Novelty............................................................................................................

1
6
8
9
10
10
11

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………..………………………. …

12

2.1. Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Kecil....………………………..........
2.2. Konsep dan Pengaruh Penambangan Nikel…………...................................
2.3. Keberlanjutan Kehidupan Setelah Penambangan..........................................
2.4. Masyarakat dan Strategi Meningkatkan Kehidupan ……………………. ...
2.5. Konflik Sosial dan Persepsi Masyarakat. ……………………………….....
2.6. Indeks Keberlanjutan Kehidupan Masyarakat di Pulau Kecil.......................
2.7. Multi Deminsional Scaling.............................................................................

12
15
21
26
29
30
32

III. METODE PENELITIAN ….……………………………………………..

34

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian…………….....................................................
3.2. Jenis dan Sumber data ……………… …………. …… ………................
3.3. Pengambilan Contoh Air…..........................................................................
3.4. Pengambilan Contoh Tanah..........................................................................
3.5. Bahan dan Alat yang digunakan di Lapangan dan Laboratorium………….
3.6. Analisis data dan Kriteria Penilaian………………………………… …....
3.7. Pengamatan Vegetasi....................................................................................
3.8. Metode Pengambilan Sampel Sosial Ekonomi………….. …….. ……........
3.9. Penentuan Penarikan Responden Sosial dan Ekonomi…... …………..........
3.10. Analisis Sosial Ekonomi…………………………………….. …...............
3.11. Analisis Keberlanjutan Kehidupan Masyarakat...........................................
3.12. Penentuan Nilai Skoring.............................................................................

34
34
36
37
38
39
41
42
43
44
44
47

IV. KEADAAN PULAU GEBE........................………. …. ………………...

52

4.1. Letak Geografis……………………………………………………............
4.2. Batuan dan Tanah…………………………………………………….........
4.3. Iklim……………………………………………………………………….
4.4. Tata Air…………………………………………………………. ...............
4.5. Bencana.........................................................................................................
4.6. Kondisi Lahan...............................................................................................
4.7. Penggunaan Lahan........................................................................................
4.8. Evaluasi Kesesuaian Lahan di Pulau Gebe...................................................
4.9. Potensi Pengembangan di Pulau Gebe..........................................................
4.10. Potensi Sumberdaya Tambang.....................................................................
4.11. Ekosistem Terumbu Karang dan Mangrove……………… ……………..

52
53
56
57
57
58
60
64
66
71
73

V. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….....

75

5.1. Kondisi Sumberdaya Air di Pulau Gebe…….........................................
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Kualitas Air di Telaga …………………..
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Kualitas Air di Bendungan……................

75
75
78

5.2. Kondisi Sumberdaya Air di Lokasi Bekas Tambang Nikel..................
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Kualitas Air di Dermaga............................
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Kualitas Air di Gorong-gorong…….…....
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Kualitas Air di Turap……………….........
Deskripsi Lokasi Penelitian dan Kualitas Air di Cekdam……………..........

81
81
85
88
92

5.3. Kondisi Sumberdaya Tanah .......................................................................
Kelas Tekstur……………………………………………………… ...........
Bobot Isi Tanah…………………………………………………… ……..
Porositas total…………………………………………………… …….....
Pori Air tersedia………………………………………………… …….....
Permeabilitas……………………………………………………… ……...
pH tanah………………………………………………………
………..
Kapasitas Tukar Kation………………………………………… ………..
Kejenuhan Basa…………………………………………… …………......
Ketersediaan unsur hara (K, N, dan P)……… …………….......................
Unsur mikro………………………………… ……………… ……….. ...

95
97
99
101
103
105
106
108
110
111
116

5.4. Evaluasi Lahan…………………………………………… …………..
Evaluasi kemampuan lahan……………………………...........................
Kelas kemampuan lahan di Pulau Gebe....................................................
Kelas kemampuan lahan di lokasi bekas tambang....................................
Evaluasi kesesuaian lahan Pulau Gebe................................................. ....
Evaluasi kesesuaian lahan di loasi bekas tambang................................. ..
Evaluasi rehabilitasi……………………………… …………………….
Peranan Bahan Organik Terhadap Rehabilitasi Lahan............................. .

118
118
119
119
124
125
130
140

Kondisi Sumberdaya Manusia di Lokasi Penelitian ……………….
Kesehatan .............… ………………………………………………… . .
Pendidikan ................… …………………………………………………
Pendapatan……………… . . ……………………………………………..
Tingkat Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga…………………..............
Kondisi dan Fasilitas Perumahan……………………………………......…
Kekosmopolitan………………………………………………………… .
Partisipasi masyarakat……………………………………………………..

143
145
145
146
147
148
148
149

5.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah…………… …………………
5.7. Kondisi Sumberdaya Ekonomi..……………………………… ….. ....
Pertanian……………………………………………………………………
Kehutanan…………………………………………………………………
Peternakan………………………………………..……………………......
Perikanan…………………………………………………………………
Usaha jasa.............. ………………………………………………… ..

150
151
151
154
155
157
158

5.8. Kontribusi Terhadap Kabupaten……….………………………………

159

5.9. Sosial - Budaya ..........................................................................................
Konflik sosial………………....................................................................

161
162

5.10.Persepsi Masyarakat Terhadap PT ANTAM……................................

163

5.11.Indeks Keberlanjutan Kehidupan Masyarakat Pulau Gebe.................

166

5.12. STRATEGI KEBERLANJUTAN KEHIDUPAN SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT PULAU GEBE ……………… ...............

184

6.
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… ...........
6.1. Kesimpulan………………………………………………………..............
6.2. Saran…………………………………………………………………........

188
188
189

DAFTAR PUSTAKA…… ……………………………………………… …..

190

LAMPIRAN……………………………………………………………..........

200

5.5

DAFTAR TABEL

No

Judul

Halaman

1 Parameter sifat tanah dan air, dan metode analisis. ……………………….. …

35

2 Contoh air dalam tiga waktu pengamatan di enam lokasi penelitian..................

36

3 Jumlah contoh tanah utuh, tanah terganggu dan lokasi penelitian....................

37

4 Nilai LS berdasarkan persen kemiringan lereng……………………………….

40

5 Tingkat erosi (TBE) berdasarkan solum tanah dan bahaya erosi…….……….

39

6 Persentase penyimpangan kualitas perairan dengan pendekatan AMOEBA…

41

7 Struktur dan jumlah responden sosial ekonomi……………………………….

43

8 Kategori status keberlanjutan kehidupan masyarakat berdasarkan nilai indeks

45

9 Kriteria pembobotan skor parameter dimensi ekologi, ekonomi, dan sosbud

48

10 Jenis dan luas tanah di Pulau Gebe (Ha)………………………………………

54

11 Data sifat fisik dan kimia tanah di Pulau Gebe……………………………….

54

12 Data rata-rata komponen iklim di Pulau Gebe selama 10 tahun pencatatan......

56

13 Klasifikasi kelerengan di Pulau Gebe…………………………………………..

58

14 Luas kedalaman efektif tanah di Pulau Gebe…………………………………...

59

15 Penyebaran tekstur Tanah di Pulau Gebe……………………………………….

59

16 Luas desa berdasarkan kondisi Drainase di Pulau Gebe (Ha)…………………..

60

17 Luas lahan per jenis penggunaan di Pulau Gebe…………………....................

61

18 Hasil evaluasi kesesuaian lahan tanaman perkebunan dan pertanian...................

64

19 Perkembangan produksi nikel Pulau Gebe, tahun 1997 – 2003………………….

72

20 Persentase penyimpangan kualitas air musim kemarau di Telaga Pulau Gebe...

75

21. Persentase penyimpangan kualitas air saat transisi di Telaga Pulau Gebe...........

76

22. Persentase penyimpangan kualitas air pada musim hujan di Telaga Pulau Gebe

77

23 Persentase penyimpangan kualitas air musim kemarau di Bendungan Pulau Gebe 78
24 Persentase penyimpangan kualitas air saat transisi di Bendungan Pulau Gebe....... 79
25 Persentase penyimpangan air musim hujan di Bendungan Pulau Gebe.................. 80
26. Persentase penyimpangan kualitas air musim kemarau di Dermaga Pulau Gebe... 81
27. Persentase penyimpangan kualitas air saat transisi di Dermaga Pulau Gebe.......... 83
28 Persentase penyimpangan kualitas air musim hujan di Dermaga Pulau Gebe......... 84

29 Persentase penyimpangan kualitas air musim kemarau di Gorong-gorong.............. 85
30 Persentase penyimpangan kualitas air saat transisi di Gorong-gorong ............….. 86
31 Persentase penyimpangan kualitas air musim hujan di Gorong-gorong.................. 87
32 Persentase penyimpangan kualitas air musim kemarau di Turap…………............. 89
33 Persentase penyimpangan kualitas air saat transisi di Turap………....................... 90
34 Persentase penyimpangan kualitas air musim hujan di Turap……………………. 91
35 Persentase penyimpangan kualitas air musim kemarau di Cekdam........................ 92
36 Persentase penyimpangan kualitas air saat transisi di Cekdam........……………… 93
37. Persentase penyimpangan kualitas air pada musim hujan di Cekdam.......……..... 94
38 Pengklasan hasil pengukuran rata-rata sifat fisik dan kimia tanah di Gebe……..

96

39 Kelas tekstur tiap lapisan tanah di Pulau Gebe………. ………………………….

97

40 Kelas tekstur tiap lapisan pada lokasi bekas tambang nikel.............................…..

97

41 Kondisi bobot isi tanah per lapisan di Pulau Gebe ................................................

99

42 Kondisi bobot isi tanah per lapisan di lokasi bekas tambang nikel......................... 100
43 Porositas tanah per lapisan di Pulau Gebe…………………….............................. 101
44 Porositas tanah per lapisan di lokasi bekas tambang nikel.................................... 102
45 Pori air tersedia pada setiap lapisan tanah di di Pulau Gebe……………………. . 103
46 Pori air tersedia pada setiap lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel............ 103
47 Permeabilitas pada tiap lapisan tanah di Pulau Gebe…………….........................

105

48 Permeabilitas pada tiap lapisan tanah di bekas tambang nikel……. ..................... 105
49 Kondisi pH tanah pada setiap lapisan tanah di Pulau Gebe……………...........

107

50 Kondisi pH tanah pada setiap lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel......

107

51 KTK pada tiap lapisan tanah di Pulau Gebe….................................................

108

52 KTK pada tiap lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel…........................

109

53 Kejenuhan basa pada setiap lapisan tanah di Pulau Gebe.…...........................

110

54 Kejenuhan basa pada setiap lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel.......

110

55 Kondisi Kalium pada setiap lapisan tanah di Pulau Gebe.………………........

111

56 Kondisi Kalium pada setiap lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel........

112

57 Nitrogen Total pada setiap tanah di Pulau Gebe................................................

113

58 Nitrogen Total pada setiap lapisan tanah di lokasi tambang nikel......................

114

59 Kondisi Phaspor pada setiap lapisan tanah di Pulau Gebe..................................

115

60 Kondisi Phaspor pada setiap lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel.........

115

61 Kondisi unsur mikro pada lapisan tanah di Pulau Gebe......................................

116

62 Kondisi unsur mikro pada lapisan tanah di lokasi bekas tambang nikel............... 117
63 Penyebaran kelas kemampuan tanah di Pulau Gebe……………………………

119

64a Hasil evaluasi kelas kemampuan lahan di Pulau Gebe……………………………121
64b Hasil evaluasi kelas kemampuan lahan di bekas tambang nikel………………… 122
65 Hasil evaluasi kesesuaian lahan: Acasia, Sengon, Cemara dan Lamtoro
di Pulau Gebe……………………………………………………………………

124

66 Hasil evaluasi kesesuaian lahan: Acasia, Sengon, Cemara dan Lamtoro
di lokasi bekas tambang…………………………………………………………

126

67 Rata-rata Fisik –Kimia Tanah di Pulau Gebe dan Bekas Tambang Nikel..........

132

68 Jumlah tanaman hidup dan mati, revegetasi tahun 1999 – 2005………………

133

69 Karakteristik pertumbuhan beberapa jenis tanaman revegetasi...........................

134

70 Tingkat erosi tanah (TE) di Pulau Gebe………………………………………… 135
71 Tingkat erosi tanah (TE) di bekas lokasi tambang……………………………… 135
72 Rata-rata tingkat kesuburan beberapa sifat kimia tanah di lokasi penelitian……. 139
73 Deskripsi karakteristik responden…….………………………………………. .

143

74 Hasil analisis uji beda parameter sosial ekonomi di Pulau Gebe………….. …… 144
75 Jumlah dan perkembangan produksi komoditi perkebunan di Pulau Gebe..........

152

76 Nilai ekonomi hasil perkebunan tahun 2003…………………… ……………..

152

77 Jenis dan volume produksi tanaman pangan di Pulau Gebe……………….........

153

78 Nilai ekonomi hasil pertanian tanaman pangan tahun 2003 di Pulau Gebe…….

154

79 Jumlah dan perkembangan produksi komoditi kehutanan…………...................

154

80 Nilai ekonomi hasil hutan di Pulau Gebe………… ……………………............

155

81 Jumlah jenis ternak dan tingkat perkembangannya di Pulau Gebe ……….........

156

82 Nilai ekonomi hasil peternakan di Pulau Gebe………………………................

156

83 Produksi ikan Pulau Gebe, Tahun 1999-2003…… …………………................

157

84 Nilai ekonomi hasil perikanan di Pulau Gebe......................................................

158

85 Nilai ekonomi jasa transportasi dan industri perahu di Pulau Gebe....................

159

86 Perkembangan kontribusi royalti tahun 1998-2003 di Pulau Gebe......................

160

87 Persepsi responden terhadap PT ANTAM di Pulau Gebe....................................

163

88 Persentasi pandangan responden terhadap lingkungan di Pulau Gebe.................

164

89 Pandangan responden terhadap sosial budaya masyarakat di Pulau Gebe...........

165

90 Hasil pengamatan dan nilai skor parameter dimensi ekologi,
ekonomi, dan sosial budaya..................................................................................

167

91 Nilai Indeks keberlanjutan kehidupan masyarakat di Pulau Gebe dan lokasi
bekas tambang nikel, pada` setiap dimensi..........................................................

178

92 Nilai statistic yang berhubungan dengan analisis RAP-KEKEMAS…………..

180

93 Perubahan nilai RMS IKB akibat hilangnya setiap atribut pada analisis leverage 181
94 Perbandingan IKB-KEMAS hasil MDS dan Monte Carlo…………………….

183

95 Kondisi parameter penting dan implikasi program aksi………………………… 185

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman

1. Kerangka pemikiran……………………………………………………...

7

2. Peta lokasi pengambilan contoh tanah dan air…………………………..

38

3. Ilustrasi indeks keberlanjutan kehidupan masyarakat Pulau Gebe……….

45

4. Peta pulau Gebe lokasi penelitian……………………………………….

53

5. Peta penggunaan lahan di Pulau Gebe……………………………………

62

6. Peta lokasi sebaran komoditi di Pulau Gebe……………………………..

63

7. Peta kesesuaian lahan perkebunan dan pertanian.......................................

65

8. Timbunan Nikel jenis limonit (low gade). ……………………………….

73

9. Timbunan Nikel jenis saprolit (high gade)…………………………… ....

73

10. Peta kemampuan lahan di Pulau Gebe . .............................……………...

122

11. Peta kemampuan lahan di lokasi pertambangan nikel Pulau Gebe.................

123

12. Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Akasia di Pulau Gebe…………

127

13. Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Cemara di Pulau Gebe…………

128

14. Peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Lamtoro di Pulau Gebe…………

129

15. Peta tingka erosi di bekas lokasi tambang……………………………………

138

16 Perkembangan kontribusi royalti…………………………………………….

160

17 Nilai IKB-KEMAS dimensi gabungan di lokasi bekas tambang……………..

171

18 Nilai IKB-KEMAS dimensi gabungan di Pulau Gebe………………………

171

19 Nilai IKB-KEMAS dimensi ekologi di lokasi bekas tambang………………

172

20 Nilai IKB-KEMAS dimensi ekologi di Pulau Gebe…………………………

173

21 Nilai IKB-KEMAS dimensi ekonomi di lokasi bekas tambang………………

174

22 Nilai IKB-KEMAS dimensi ekonomi di Pulau Gebe…………………………

175

23 Nilai IKB-KEMAS dimensi Sosbud di lokasi bekas tambang………………

176

24 Nilai IKB-KEMAS dimensi sosbud di Pulau Gebe…………………………

177

25 Diagram layang IKB-KEMAS Pulau Gebe pada dimensi terkena dampak

178

26 Diagram layang IKB-KEMAS Pulau Gebe, dimensi tidak terkena dampak

179

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Halaman

1 Ukuran berbagai fraksi utama tekstur tanah………………………………….

200

2 Klasifikasi Permeabilitas menurut Uhland dan O, Nell……….. …………….

200

3 Kriteria kesuburan tanah. …………………………… …… … ………………

201

4 Faktor tanaman (C ) atau jenis penggunaan tanah……………………………..

201

5 Faktor jenis pengelolaan atau teknik konservasi………………………………

202

6 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Sengon di Pulau Gebe………………….

203

7 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Sengon di lahan bekas tambang………..

203

8 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Akasia di Pulau Gebe………………….

204

9 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Akasia di lahan bekas tambang………..

204

10 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Cemara di Pulau Gebe………………….

205

11 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Cemara

205

di lahan bekas tambang……… .

12 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Lamtoro di Pulau Gebe………………….

206

13 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Lamtoro

206

di lahan bekas tambang……….

14 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Pinus di Pulau Gebe……………………

207

15 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Pinus

di lahan bekas tambang………. ..

207

16 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Eukaliptus di Pulau Gebe………………...

208

17 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Eukaliptus di lahan bekas tambang………. .. 208
18 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Jati di Pulau Gebe……………………...

209

19 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Jati di lahan bekas tambang………. ……

209

20 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Mahoni di Pulau Gebe...............................

210

21 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Mahoni di lahan bekas tambang................

210

22 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Damar di Pulau Gebe……………………

211

23 Evaluasi kesesuaian untuk tanaman Damar di lahan bekas tambang………. …

211

24 Nilai P dan C dari berbagai tipe penggunaan lahan…………………………..

212

25 Data parameter kualitas fisik dan kimia air pada waktu pengamatan kemarau...

213

26 Data parameter kualitas fisik dan kimia air pada waktu pengamatan transisi.....

213

27 Data parameter kualitas fisik dan kimia air pada waktu pengamatan hujan........

214

28. Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Dermaga musim kemarau

215

29 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Dermaga saat transisi....... 216
30 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Dermaga musim hujan.....

217

31 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Turap musim kemarau.....

218

32 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Turap saat transisi...........

219

33 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Turap musim hujan.........

220

34 Lingkaran Baku mutu AMOEBA di Gorong-gorong pada musim kemarau..... ...

221

35 Lingkaran Baku mutu AMOEBA di Gorong-gorong saat transisi....................... 222
36 Lingkaran Baku mutu AMOEBA di Gorong-gorong pada musim hujan.............

223

37 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Telaga musim kemarau....

224

38 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Telaga saat transisi..........

225

39 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Telaga musim hujan........

226

40 Lingkaran Baku mutu AMOEBA di Bendungan pada musim kemarau..... ..........

227

41 Lingkaran Baku mutu AMOEBA di Bendungan saat transisi.............................. 228
42 Lingkaran Baku mutu AMOEBA di Bendungan pada musim hujan..................... 229
43 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Cekdam musim kemarau.

230

44 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Cekdam saat transisi.......

231

39 Lingkaran Baku mutu AMOEBA kualitas perairan di Cekdam musim hujan.....

232

I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Prospek pertambangan energi dan mineral di Indonesia pada 20 tahun
terakhir ini mengalami kemajuan pesat, kemajuan ini ditandai dengan meningkatnya volume produksi dan berkembangnya usaha eksploitasi jenis sumberdaya
energi dan mineral yang pada tahun-tahun 1970-an

sampai 1980-an belum

banyak berkembang di Indonesia. Hasil penyelidikan dan pemetaan geologi yang
telah dilakukan di sekitar 90 % dari luas wilayah daratan Indonesia, telah
mengidentifikasikan wilayah negara dari Sabang sampai Merouke memiliki
potensi kekayaan berbagai jenis mineral dan energi yang sangat diminati pasar
ekspor (Ness, 1999), termasuk kawasan Timur Indonesia juga memiliki kekayaan
sumber daya mineral dan energi pertambangan yang sangat bersar (Katili, 2002).
Sumbangan atau kontribusi pertambangan terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia tahun 1996 telah mencapai 5,25%, angka ini jauh meningkat bila
dibanding dengan capaian tahun 1983 yang hanya sebesar 1,13% dari PDB
Indonesia. Pertumbuhan yang sangat signifikan ini, menunjukkan bahwa sektor
pertambangan dapat menjadi sektor andalan bagi pembangunan perekonomian
suatu negara (Ness,1999).
Penambangan bijih nikel di Pulau Gebe dilakukan sejak tahun 1979 oleh
PT Aneka tambang ( PT ANTAM) pada lahan areal kontrak karya seluas 1.225
ha, namun sampai tahun 2003 (PT ANTAM berhenti mengeksploitasi nikel) areal
yang terganggu langsung hanya seluas 422 ha. Jenis nikel yang dihasilkan, adalah
nikel saprolit dan nikel limonit. Hasil produksi nikel jenis saprolit dipasok ke
pabrik Ferronikel (FeNi) di Pomala dan bagian terbesar di pasarkan ke Jepang,
dan jenis nikel limonit seluruhnya diekspor ke Australia. Produksi tahun 2000
masih dibawah target yang ditetapkan yakni 730.823 wmt atau 83 % jumlah
(target) kadar tinggi dan 931.355 wmt atau 85 % untuk kadar rendah.

2

Dengan prinsip “kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat”, maka bahan
tambang perlu diolah dengan tujuan: meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai
implementasi dari tujuan tersebut, keberadaan PT ANTAM selama 24 tahun di
Pulau Gebe telah mampu memberi kontribusi cukup nyata terhadap pembangunan
wilayah Pulau Gebe, pembangunan daerah dan perekonomian nasional. Terhadap
daerah penambangan menyebabkan penerimaan royalti dari eksploitasi nikel telah
memberikan masukan berarti terhadap kas APBD Kabupaten Halmahera Tengah,
dan efek positif yang timbul dari kegiatan eksploitasi telah menaikan pendapatan
asli daerah dari pos retribusi dan pajak kendaraan bermotor serta pajak bumi dan
bangunan (PBB). Namun demikian, kegiatan penambangan juga memunculkan
sisi negatif, seperti terjadinya degradasi sumberdaya dan lingkungan, kesenjangan
sosial ekonomi di masyarakat dan terjadi reduksi nilai terhadap tatanan sosial dan
budaya. Karena itu menurut Salim (1989) pengelolaan sumberdaya pertambangan
perlu dilakukan secara berhati hati agar mampu menjaga keberlanjutan aset
generasi masa depan, untuk itu konsep pembangunan harus berkelanjutan.
Sebagai negara penganut “paham” sumber daya alam untuk kesejahteraan
rakyat, Indonesia cenderung menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan
yaitu mengolah kekayaan sumberdaya alam dan energi secara bijaksana agar
kondisi lingkungan tetap lestari dan bermutu tinggi. Lingkungan yang lestari,
pembangunan akan tetap berlangsung dari generasi ke generasi, dan lingkungan
yang lestari hanya dapat dilahirkan dari pola pikir yang memiliki rasa bijak
lingkungan yang besar (Naiola, 1996).
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan pertama pada tahun 1987
oleh The World Commission on Enviroment and Development (WCED) melalui
laporan “Our Common Future” yang disampaikan oleh Cicin-Sain et al. (1998).
Substansinya, adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini
tanpa membatasi peluang generasi mendatang. Tidak menyebabkan penurunan
kapasitas produksi ekonomi di masa mendatang (Barry, 1997). Keberlanjutan
secara ekologis, ekonomi, sosial, budaya dan politik (Rahim, 2000). Mengandung
prinsip “justice as fairness” yang berarti manusia dari generasi yang berbeda

3

mempunyai tugas dan tanggungjawab satu terhadap manusia lainnya seperti yang
ada dalam satu generasi (Beller, 1990).
Kegiatan penambangan selalu memunculkan pengaruh positif dan negatif.
Pengaruh positif kegiatan penambangan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
pendapatan asli daerah, membuka isolasi keterisolasian wilayah, menyumbangkan
devisa negara, menyediakan kesempatan kerja, serta pengadaan barang dan jasa
untuk konsumsi dan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, disamping itu
dapat menyediakan prasarana bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya
(Mangkusubroto, 1995).
Namun secara alamiah keberadaan deposit sumberdaya tambang selalu
berinteraksi dan kait mengkait dalam lingkungan habitatnya sendiri, seperti tanah,
air dan tumbuh-tumbuhan, maka salah satu faktor mendasar yang tidak bisa
dihindarkan pada saat dilakukan eksploitasi deposit tambang tersebut adalah
terjadinya kerusakan lingkungan. Pengelolaan sumberdaya tambang yang tidak
berpedoman pada prinsip-prinsip ekologi, dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan yang apabila melewati ambang batas terpulihkan akan berakibat pada
kerusakan permanen dengan akibat terjadinya degradasi lingkungan yang
parmanen. Beberapa kejadian sebagai dampak negatif dari kegiatan pertambangan
dapat dilihat dari terjadinya ancaman terhadap lingkungan fisik, biologi, sosial,
budaya, ekonomi dan warisan nasional (Barton, 1993), ancaman terhadap ekologi
dan pembangunan berkelanjutan (Makurwoto, 1995). Ancaman terhadap dimensi
ekologi seperti terjadinya perubahan bentang alam yang cukup luas, perubahan
morfologi dan fungsi lahan, penimbunan tanah kupasan, penimbunan limbah
pengolahan dan jaringan infrastrukturnya, seperti lahan bekas tambang emas di
PT Newmont Minahasa Raya (PTNMR, 2000), mempengaruhi iklim dalam skala
lokal seperti yang terjadi di lokasi penambangan PT Batu Bara Bukit Asam
(1996), berbagai mikro organisme pada horizon top soil A dan B menjadi musnah,
sehingga produktivitas dan stabilitas lahan menurun (Latifah, 2000). Menurut
Hardiyanti (2000) dalam penelitiannya di PT Freeport, luas wilayah operasi
penambangan juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya
malapetaka ekologi yang besar setelah habis masa tambang, terjadi pemborosan

4

sumberdaya tambang yang cukup besar, serta musnahnya keanekaragaman hayati.
Akibat dampak negatif terhadap komponen ekologi banyak daerah bekas tambang
mengalami degradasi ekologi seperti tambang emas di Kalgoorie Australia Barat,
bekas tambang timah di Pulau Dabo Singkep yang menyebabkan air tergenang
pada lubang-lubang bekas galian sebagai sarang malaria, hamparan tanah gundul
yang tidak produktif (Kasus ANTAM Pomala dan PT. Inco), rona kota terkesan
sebagai kota mati (Katili, 1998), serta menurunnya kualitas tanah dan air.
Dampak penambangan di bidang sosial ekonomi sangat terasa pada saat
menjelang dan berhentinya operasi perusahaan, seperti pendapatan masyarakat
menurun, tidak ada lapangan kerja, terjadi pemutusan tenaga kerja (Katili, 1998),
menimbulkan perubahan pada : lapangan kerja, tingkat dan pola pendapatan, pola
produksi dan konsumsi, pendapatan dan penerimaan pemerintah dari pajak
tambang dan retribusi menurun kasus di PT Tambang Timah Bangka (1990).
Konflik antar etnis, konflik budaya, konflik tanah, kemiskinan dan pengangguran,
persepsi negatif terhadap perusahaan, kualitas hidup, partisipasi dan peranan
wanita seperti yang terjadi di Freeport, PT Inco dan PT Minahasa, kekerasan fisik
dan pelecehan seksual, seperti kasus yang terjadi di PT Kelian Equtorial Mining.
Penambangan nikel di Pulau Gebe yang mulai berproduksi pada tahun 1979
tidak disangkal lagi telah menimbulkan beberapa dampak positif di bidang sosial
dan ekonomi, seperti kontribusi terhadap produksi nikel nasional, kontribusi
terhadap Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, kesempatan kerja, pendidikan,
kesehatan, pengusaha kecil dan koperasi, sarana dan prasarana umum, serta
keterbukaan wilayah. Namun, perlu juga diakui bahwa sebagai penambangan
terbuka, juga telah menimbulkan sisi negatif terhadap komponen biofisik seperti
terjadinya perubahan sifat tanah dan kualitas air di sekitar lokasi tambang. Sisi
negatif di bidang sosial ekonomi, mulai muncul di saat perusahaan melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 484 karyawan perusahaan operasional
(KPO) dan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Akibat dari PHK tersebut telah
terjadi: (1) Arus penduduk keluar Pulau Gebe antara bulan Januari 2003- Maret
2003 sebanyak ± 817 jiwa; (2) Terdapat 218 bekas karyawan perusahan yang
tetap bermukim di Pulau Gebe kehilangan lapangan kerja; (3) Pendapatan

5

nelayan, petani, pedagang dan usaha informal dan formal mengalami penurunan;
(Anonim, 2003).
Menyadari bahwa masyarakat tetap membutuhkan keberlangsungan hidup
secara sosial dan ekonomi, sementara kegiatan penambangan telah berakhir pada
tahun 2005, dengan demikian terjadi lagi PHK terhadap 486 karyawan sisa.
Akibat yang muncul adalah berpindahnya bekas karyawan ke daerah lain dan
sebagian pulang ke kampung halaman asal. Dari hasil survei yang dilakukan Tim
Fakultas Ekonomi Unkhair di Pulau Gebe tahun 2003 diperoleh beberapa harapan
masyarakat, adalah : (1) Perbaikan lingkungan biofisik di areal tambang secara
langsung dapat berpengaruh terhadap lingkungan pesisir pantai; (2) Perlu adanya
investor yang dapat mengembangkan sektor- sektor primer yang bertumpu pada
potensi sumberdaya lokal agar masyarakat dapat melangsungkan kehidupannya;
(3) Perusahaan harus memperbaiki dan membangun fasilitas umum di bidang
sosial dan ekonomi;
Sebagai sebuah pulau kecil yang letaknya berhadapan langsung dengan laut
pasifik, Pulau Gebe memiliki potensi sumberdaya laut dan perikanan yang cukup
besar baik dari segi kuantitas maupun keragamannya, di samping itu sumberdaya
lain juga memiliki potensi yang relatif baik. Tercatat, wilayah perairan Pulau
Gebe mempunyai potensi sumberdaya ikan demersal dan palagis yang sangat
besar, dan merupakan salah satu potensi untuk layak dikembangkan, selain sektor
ekonomi lainnya yang juga memiliki potensi dan daya dukung yang relatif baik
pada saat Pulau Gebe tanpa tambang nikel. Upaya ini dirasakan sangat urgen dan
mendesak, karena seperti pulau - pulau kecil lainnya, masyarakat Pulau Gebe juga
mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat besar dengan pihak luar, sehingga
upaya ini sangat penting untuk dapat mempertahankan keberlanjutan hidup
masyarakat secara sosial ekonomi di saat Pulau Gebe tanpa tambang nikel.

6

Kerangka Pemikiran

Pembangunan yang dilaksanakan di pulau-pulau kecil mengacu pada
konsep pembangunan wilayah pesisir, karena kondisi ekologis dan sosial budaya
masyarakat yang mendiami pulau kecil dan pulau besar relatif sama (Brookfield,
1990). Agenda 21, mengamanatkan arah pembangunan berkelanjutan kelautan
dan wilayah pesisir, yakni pembangunan berkelanjutan pulau-pulau kecil (Cicin
Sain dan Knecht, 1998). Oleh Direktorat Jenderal PPPK DKP (2000) adalah untuk
mencegah munculnya konflik pemanfaatan, menjamin keberlanjutan pemanfaatan,
serta optimalisasi ruang dan sumberdaya untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan Pulau Kecil juga diperkuat oleh Beatley et al, (1994),
dan World Coast Conference (1993), yakni sangat ditentukan oleh kemampuan
penduduknya mempertahankan sumberdaya, seperti: (1) energi, air, dan
sumberdaya lainnya; (2) sistem alami; (3) tekhnologi; (4) fleksibiltas penduduk
atas ekses pembangunan; (5) ketahanan ekosistem dari bencana alam; (6)
kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam mencegah kerusakan lingkungan; (7)
tata nilai budaya. Cicin Sain dan Knecht, (1998) perlu memperhatikan ekonomi,
lingkungan dan keadilan sosial. Berlanjut secara ekologis, ekonomi, lingkungan,
keadilan, moral dan kelembagaan (OECD,1993).
Seiring dengan berakhirnya penambangan nikel di Pulau Gebe, persoalan
mendasar yang muncul adalah bagaimana mengelolah sumberdaya yang terdapat
di Pulau Gebe kehidupan sosial ekonomi masyarakat dapat dipertahankan.
Mengacu pada kajian teori dan penelitian terdahulu, penelitian ini mencoba
mendasarkan pada suatu kerangka pemikiran bahwa keberlanjut