Pengolahan Bahan Pakan
Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat
merupakan fermentasi yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah
proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair Hardjo et al., 1989.
Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan potensial serat kasar Preston dan Leng, 1987. Peningkatan kuantitas
bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah, dapat dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis Hungate, 1966.
a. Pengolahan Secara Fisik
Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun
dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan,
penggilingan, peletting, penghancuran dan lain-lain.
b. Pengolahan Secara Kimia
Perlakuan kimia pada pakan berserat tinggi bertujuan untuk meningkatkan kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah komponen-
komponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat yang terdapat pada sel tanaman. Walker dan Kohler 1978 menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri dari perlakuan Naoh, KOH, Ca OH
2
Urea dengan rumus molekul CO NH
dan urea.
2 2
Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik untuk pakan. Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan keuntungan
yaitu meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2. Dengan molekul air NH3 akan mengalami hidrolisis. Dengan demikian amoniasi
akan serupa dengan perlakuan alkali. Amoniasi dapat menurunkan kadar zat makanan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak. Yang berakibat
meningkatkan kecernaan pakan lebih jauh. Dari hasil percoban Chuzaemi dan Soejono 1987 dengan level urea yang lebih tinggi yaitu 6 dan
8 secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik juga energinya. Energi tercerna meningkat dari 6,07 MJ menjadi 8,32 dan
9,54 MJ. banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harga murah dan sedikit keracunan yang diakibatkannya dibanding biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat
berwarna putih dan higroskopis. Urea mengandung nitrogen sebanyak 42 – 45 atau setara dengan potein kasar antara 262 – 281 Belasco, 1954.
c. Pengolahan Secara Biologis
Aplikasi perlakuan secara biologi dalam pengolahan bahan pakan limbah bertujuan untuk megubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi
kandungan anti nutrisi. Perubahan struktur fisik pada bahan kasar dilakukan oleh enzim delignifikasi sekaligus memperkaya jaringan pakan dengan protein
mikroorganisme. Perlakuan secara biologis dilakukan dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase dan enzim pemecah lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen dengan proses fermentasi
dengan maksud untuk mendapatkan bahan pakan yang bermutu tinggi serta tahan lama agar dapat diberikan kepada ternak pada masa kekurangan pakan ternak.
Menurut Saono 1974, fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme jasad renik melakukan
oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi menurut Kuswanto 1989, adalah konsentrasi gula, pH fermentasi, temperatur, penambahan nutrisi seperti
nitrogen dan fosfor, ammonium sulfat, ammonium fosfat dan lain-lain yang mengandung N, P, K waktu fermentasi dan aerasi.
Aspergillus niger
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas
Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam
glukonat dan pembuatan beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan
sellulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35 - 37ºC optimum, 6 - 8ºC minimum, 45 - 47ºC maksimum dan memerlukan oksigen yang cukup aerobik.
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia berwarna
hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan
Universitas Sumatera Utara
bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus, hialin tetapi juga berwarna coklat Suharto, 2003.
Konsentrat
Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak
sama dengan hewan lainnya Novirma, 1991. Konsentrat adalah pakan yang memiliki protein dan energi yang cukup
tinggi PK ≥ 18. Pada ternak yang digemukkan semakin banyak konsentrat
dalam pakan akan semakin baik apabila konsumsi serat kasar tidak kurang dari 15 BK pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian pakan konsentrat adalah
formula pakan harus terbatas agar tidak terlalu gemuk Siregar, 2003.
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Pelepah daun kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan ternak yang memiliki potensi yang cukup tinggi, akan tetapi kedua bahan pakan tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal oleh peternakan. Produksi pelepah daun kelapa sawit dapat mencapai 10,5 ton pelepah keringhatahun. Kandungan
protein kasar pada kedua bahan pakan tersebut masing-masing mencapai 15 BK
daun dan 2 – 4 BK pelepah Mathius, 2003. Sementara itu, campuran
kedua bahan pakan tersebut dapat meningkatkan kandungan protein menjadi 4,8.
Menurut Direktoral Jenderal Perkebunan, 2008 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 7,1 juta. Sumatera Utara sendiri pada tahun
2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit 948.800 Ha. Pelepah dan daun kelapa sawit dapat diperoleh sepanjang tahun bersamaan panen tandan buah segar.
Universitas Sumatera Utara
Pelepah kelapa sawit dipanen 1 – 2 pelepahpanenpohon. Setiap tahun dapat menghasilkan 22 – 26 pelepah pohon tahun dengan rataan berat pelepah daun
sawit 4 – 6 kgpelepah, bahkan produksi pelepah dapat mencapai 40 – 50 pelepahpohontahun dengan berat sebesar 4,5 kg pelepah
Jalaluddin dan Hutagalung, 1982. Hasil panen pelepah ini merupakan potensi yang cukup besar sebagai
pakan ternak ruminansia. Pelepah kelapa sawit saat ini belum dimanfaatkan secara optimal merupakan salah satu bahan pakan pengganti hijauan
Kawamoto et al., 2002, disamping hasil ikutan lain dalam pengolahan buah kelapa sawit.
Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Kandungan nutrisi pelepah daun kelapa sawit Zat nutrisi
Kandungan Bahan kering
26,07a Protein kasar
5,02b Lemak kasar
1,07a BETN
39,82a TDN
45,00a Ca
0,96a P
0,08a Energi MCalME
56,00c Serat kasar
36,94a
Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2003. b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU 2000.
c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor 2000.
Bahan Penyusun Konsentrat
Universitas Sumatera Utara
Bungkil Inti Sawit
Menurut Davendra 1997 bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak
monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia. Semakin tinggi persentase bungkil inti sawit dalam pakan, maka kenaikan
bobot badan perhari semakin besar, namun demikian pemberian optimal dari bungkil inti sawit ialah 1,5 dari bobot badan untuk mempengaruhi pertumbuhan
ternak domba. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi bungkil inti sawit Uraian
Kandungan Protein kasar
15,4
a
TDN 81
Serat kasar
b
16,9 Lemak kasar
a
2,4 Bahan kering
a
92,6 Ca
a
0,10 P
c
0,22
c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU 2005. b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor 2000.
c. Siregar 2003.
Dedak Padi
Dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini
disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi
Balitnak, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari hasil pemisahan beras dengan kulit gabah melalui proses penggilingan dan pengayakan padi
Parakkasi, 1999. Pemanfaatan dedak padi di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai pakan ternak. Hal ini disebabkan kandungan nilai gizi dalam dedak padi
cukup tinggi seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat. Kandungan nutrisi pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi Uraian
Kandungan Bahan kering
89,6 Protein kasar
13,8 Lemak kasar
7,2 Serat kasar
8,0 TDN
67,0
Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU 2005.
Garam
Garam merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Devisiensi garam lebih
sering terlihat pada hewan herbivora, hal ini disebabkan karena hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam yaitu nafsu makan
menghilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur dan berat badan turun Anggorodi, 1994. Menurut Parakkasi 1999,
kebutuhan domba akan garam sebanyak 9 dalam makanan.
Mineral
Universitas Sumatera Utara
Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam hal pertumbuhan dan reproduksi ternak domba, seperti metabolisme protein,
energi serta biosintesa zat – zat pakan esensial Davendra dan Burns, 1994.
Menurut Murtidjo 1993 juga berpendapat bahwa di Indonesia yang beriklim tropis defisiensi mineral tertentu merupakan kasus lapangan yang sering
terjadi, dimana hal ini dapat mengakibatkan ternak domba yang dipelihara mengalami penurunan nafsu makan, efisiensi pakan tidak dicapai, terjadi
penurunan bobot tubuh dan gangguan kesuburan ternak bibit. Kandungan mineral dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan mineral Kandungan Zat
Kadar Zat Kalsium karbonat
50,00 Phospor
25,00 Mangan
0,35 Iodium
0,20 Kalium
0,10 Cuprum
0,15 Sodium klorida
23,05 Besi
0,80 Zn
0,20 Mg
0,15
Sumber : Eka Farma disitasi Warisman 2009.
Molases
Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi 46-60 sebagai
gula, kadar mineral cukup disukai ternak. Molasses atau tetes tebu juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi
ternak. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan dan aroma.
Sedangkan kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak Rangkuti et al., 1985. Kandungan nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nutrisi pada molasses Zat Nutrisi
Kandungan Bahan kering
92,6 Protein kasar
4,00 Lemak kasar
0,08 Serat Kasar
0,38 TDN
81,00
Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FPUSU 2000
Urea
Urea dengan rumus molekul Co NH
2 2
Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagi sumber NPN Non Protein Nitrogen dan mengandung lebih kurang 45 unsur Nitrogen sehingga
pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentratnya
dalam rumen dapat menimbulkan keracunan Hartadi, et. al., 1990. banyak digunakan dalam ransum
ternak ruminansia karena mudah di peroleh, harganya murah dan sedikit resiko keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk
kristal berwarna putih dan higroskopis Sodiq dan Abidin, 2002.
Parameter Penelitian Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan
merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi Parakkasi, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh normal, sakit dan lingkungan tempat hidupnya
temperatur, kelembapan udara serta berat badannya. Jadi setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda Kartadisastra, 1997.
Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging
lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun Tillman et al., 1993. Ransum adalah campuran dari beberapa jenis bahan makanan yang
diberikan pada ternak dalam waktu 24 jam, makanan itu dapat diberikan seluruhnya sekaligus atau dalam beberapa kali sebagian-sebagian dari padanya.
Ransum disebut sempurna apabila kombinasi beberapa bahan makanan yang bila dikonsumsi secara normal dapat mensuplai zat –zat makanan kepada ternak
dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh berjalan dengan normal. Dalam mengkonsumsi ransum ternak di
pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, keaktifan ternak , berat badan kecepatan pertumbuhan
dan suhu lingkungan Parakkasi, 1995. Menurut Pilliang 1997, bahwa untuk memproduksi satu kilogram daging domba diperlukan bahan pakan ternak
sebanyak 8,0 kilogram. Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,
palatabilitas pakan dan seleksi terhadap hijauan pakan. Konsumsi pakan juga
Universitas Sumatera Utara
mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda Williamson dan Payne, 1993.
Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang – ulang
dan di ketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya Tillman, et al., 1991.
Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot
badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan Kamal, 1994.
Konversi Ransum
Konversi ransum sangat penting artinya sebab berkaitan dengan biaya produksi, biaya pakan adalah yang terbesar dari total biaya produksi. Konversi
ini merupakan salah satu indeks yang dapat memperlihatkan sampai sejauh mana efisiensi usaha ternak dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang
diterima oleh peternak Rasyaf, 1994. Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik
dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi Martawidjaja, 1998. Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik
dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan
Universitas Sumatera Utara
akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun
menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi Martawidjaja, 1998.
Konversi pakan pada ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam
jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien
penggunaan pakannya Pond et al., 1995.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dimulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Domba yang digunakan adalah domba lokal jantan lepas sapih sebanyak 16 ekor dengan bobot badan awal 9,85±2,51 kg. Pelepah daun kelapa sawit
diperoleh dari daerah Kabupaten Langkat. Konsentrat yang terdiri dari bungkil inti sawit, dedak padi, molasses, urea, mineral mix dan garam. obat-obatan seperti
obat cacing kalbazen, anti bloat untuk obat gembung, Rhodallon untuk desinfektan dan vitamin. Air minum diberikan ad libitium.
Alat
Kandang terdiri atas kandang individu 16 unit dengan ukuran 1 x 1 m2 beserta perlengkapannya, ember sebanyak 16 buah tempat pakan dan 16 buah
tempat minum, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 150 kg dengan kepekaan 50 g, timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk
menimbang bahan konsentratpakan, terpal plastik untuk mencampur bahan konsentratpakan, alat penerangan, goni plastik tempat pakan, chopper digunakan
untuk memotong bahan pakan, thermometer digunakan untuk mengetahui suhu di
Universitas Sumatera Utara
dalam dan diluar kandang, alat pembersih kandang, alat penerangan kandang. Alat tulis untuk mencatat data selama penelitian.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap RAL dengan 4
perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut: P0: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara fisik chooper
P1: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara kimia fisik + urea P2: Pelepah daun kelapa sawit diolah secara biologis fisik + Aspergillus niger
P3: Kombinasi pengolahan pelepah daun kelapa sawit fisik, kimia dan biologis Metode linier rancangan percobaan yang digunakan
menurut Mattjik dan Sumertajaya 2002 adalah sebagai berikut:
Y
ij
= µ + T
i
+ Є
ij
Keterangan: I = 1,2…. Perlakuan.
j = 1,2….. Ulangan. Y
ij
µ = nilai tengah umum. = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
T
i
Є = Pengaruh perlakuan ke-i.
ij
= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil BNT Steel dan Torrie, 1993.
Peubah yang diamati Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam 24 jam. Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang
diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan sisa pakan yang dilakukan pada pagi hari besoknya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan
sebagai berikut: Konsumsi Pakan = Pakan yang diberikan dalam BK – Pakan yang sisa
dalam BK
Pertambahan Bobot Badan Harian PBBH
Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi selisih bobot badan bobot akhir – bobot awal dengan lama hari penimbangan. Dilakukan
selama satu minggu sekali selama 2 bulan, dinyatakan dengan gram per ekor per hari.
PBBH = bobot akhir – bobot awal gekor Lama pemeliharaan hari
Konversi Pakan
Universitas Sumatera Utara
Konversi pakan dihitung dengan cara membagi angka rata – rata konsumsi bahan kering per ekor per hari dengan angka rata – rata produksi pertambahan
bobot badan per ekor per hari pada waktu yang sama. Konversi Pakan =
PBBH ghari pakan yang dikonsumsi ghari
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, kemudian dilakukan pengapuran pada lantai dan dinding kandang sebelum proses pemeliharaan.
Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan Rhodallon dosis 10 ml 2,5 liter air.
Persiapan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 ekor yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan dan tiap ulangannya terdiri dari 1 ekor domba.
Penempatan domba dilakukan dengan sistem pengacakan yang tidak membedakan bobot badan domba.
Persiapan Pakan
Proses pembuatan dimulai dengan pengolahan limbah berupa pelepah daun kelapa sawit sebagai bahan pakan. Pelepah daun kelapa sawit dirajang menggunakan
alat pencincang chopper. Selanjutnya dilakukan penjemuran dengan sinar matahari.
Ada beberapa pengolahan yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan bahan pakan dimana bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan
memecah matriks karbohidrat penyusun dinding sel serta dapat juga digunakan
Universitas Sumatera Utara
dalam pengawetan dan menghilangkan kandungan antinutrisi bahan dapat dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis Hungate, 1966.
Pengolahan Pakan a. Proses Pengolahan Fisik
Proses pengolahan fisik bertujuan untuk merombak stuktur fisik bahan dan menghilangkan antinutri bahan. Perlakuan fisik berupa pelayuan, pencincangan
dengan menggunakan chopper, kemudian dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari dimana bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pakan, lalu
dapat diberikan pada ternak.
b. Proses Pembuatan Amoniasi Urea