minimum mikrokontroller ATmega8535 untuk penyalaan lampu lalu lintas.
c. bagian keluaran output
Bagian keluaran output ini merupakan hasil dari beberapa masukan input yang telah diproses pada bagian proses yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Output yang dihasilkan berupa kondisi-kondisi penyalaan lampu lalu lintas. Dalam sistem ini, lampu lalu lintas berada
dalam dua tempat, yaitu yang pertama berada di dalam software MATLAB itu sendiri sebagai simulasi atau sebagai indikator untuk penyalaan lampu
lalu lintas dan yang kedua berada di luar software atau berupa hardware LED yang dihubungkan dengan komunikasi serial RS232 ke sistem
minimum ATmega8535. Untuk membuat Tugas Akhir ini dibutuhkan suatu simulator dan miniature
dua persimpangan untuk pengaturan lampu lalu lintas. Simulator yang digunakan
adalah simulator MATLAB R2009b seperti yang terlihat di Gambar 3.2 dibawah
ini.
Gambar 3.2 Tampilan Simulasi di MATLAB
Sistem miniature lampu lalu lintas atau prototype, dimana sistem miniature ini hampir menyerupai sistem lampu lalu lintas aslinya. Dalam sistem miniature
ini terdapat lampu lalu lintas di masing-masing jalur sebagai output dan kamera USB di masing-masing jalur sebagai masukan untuk pengambilan gambar
capture.
Gambar 3.3 Tampilan Miniature
Hasil capture akan diproses untuk mendeteksi dan mengetahui jumlah kendaraan yang ada di masing-masing jalur dan terdapat juga output berupa led
sebagai lampu lalu lintas sebagai indikator untuk penyalaan lampu yang dihubungkan dengan menggunakan komunikasi serial RS232 ke sistem minimum
ATmega8535.
3.2 Perancangan
Software
Hasil capture merupakan masukan awal untuk melanjutkan ke proses selanjutnya. Hasil capture ini disebut sebagai citra asli yang nantinya akan
diproses untuk mendeteksi dan mengetahui berapa jumlah kendaraan dari hasil
capture tersebut. Untuk mengetahui berapa jumlah kendaraan dari hasil capture dilakukan beberapa pemrosesan antara lain, konversi citra asli ke grayscale,
konversi citra grayscale ke biner, deteksi tepi menggunakan edge detection Canny, proses segmentasi, dan penentuan jumlah kendaraan.
3.2.1 Konversi Citra Asli ke Grayscale
Pada tahap ini citra asli hasil capture akan dikonversikan ke bentuk mode warna yang lain yaitu mode warna graycale, hal ini bertujuan untuk
menyederhanakan informasi-informasi warna yang terdapat pada ketiga layer matriks warna yakni Red, Green, and Blue RGB menjadi satu layer yang bernilai
dari perkalian ketiga layer matriks warna tersebut dengan konstanta atau dengan
cara melakukan rata-rata dari ketiga matriks.
Gambar 3.4a Citra Asli
Gambar 3.4b Citra Grayscale
Perubahan format citra asli gambar 3.4a menjadi format grayscale gambar 3.4b mengalami perubahan nilai. Dimana saat format gambar masih
citra asli nilainya terdiri dari nilai red R, green G, dan blue B, tetapi saaat format gambar sudah menjadi grayscale nilainya antara 0 dan 1, hal ini
dikarenakan semua gambar berubah menjadi warna gray yang mempunyai nilai 0 sampai 1.
Gambar 3.5 Citra Grayscale Bernilai Antara 0 Sampai 1
3.2.2 Konversi ke Biner
Pada tahap ini citra yang telah melalui tahap konversi ke bentuk grayscale akan dilakukan konversi kembali kebentuk biner, tahap konversi ini sangatlah
penting mengingat dalam proses pengolahan selanjutnya akan dilakukan proses pengolahan citra yang bernilai 1 dan 0.
Gambar 3.6a Citra Grayscale
Gambar 3.6b Citra Biner
Perubahan format grayscale Gambar3.6a menjadi format biner Gambar 3.6b mengalami perubahan nilai. Dimana saat format gambar masih
grayscale nilainya antara 0 – 1, tetapi saat format gambar sudah menjadi biner
nilainya menjadi 0 dan 1, dimana gambar yang berwarna putih mempunyai nilai 1 dan gambar yang berwarna hitam mempunyai nilai 0.
Gambar 3.7 Citra Biner bernilai 1 dan bernilai 0