PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN
Rekayasa Lalu Lintas
PENGATURAN LALU LINTAS PADA
PERSIMPANGAN
Persimpangan merupakan pertemuan dari ruas-ruas jalan
yang fungsinya utk melakukan perubahan arah arus lalu
lintas.
Persimpangan dapat bervariasi dari persimpangan
sederhana yang terdiri dari pertemuan dua ruas jalan
sampai persimpangan kompleks yang terdiri dari
pertemuan beberapa ruas jalan.
Persimpangan sebagai bagian dari suatu jaringan jalan
merupakan daerah yang kritis dalam melayani arus lalu
lintas, karena pada persimpangan terjadi pergerakan arus
lalu lintas yang saling berpotongan yang kemungkinan
dapat terjadi kecelakaan lalu lintas.
Di titik/tempat perpotongan arus lalu lintas ini disebut
dengan TITIK KONFLIK.
Titik Konflik pada Simpang 4 Sebidang
Titik konflik lalu lintas
Untuk
menghindari
terjadinya
kecelakaan lalu
lintas,, perlu
lintas
dilakukan
pengelolaan
persimpangan yaitu
dengan cara
mengurangi titiktitik-titik
konflik yang terjadi
pada waktu yang
bersamaan
1
Rekayasa Lalu Lintas
TUJUAN PENGATURAN PERSIMPANGAN
Untuk menjaga keselamatan arus lalu lintas dgn
memberi petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah,
tidak menimbulkan keraguan
Mengurangi atau menghindarkan kemungkinan
terjadinya kecelakaan yang berasal dari berbagai
kondisi titik konflik
Menjaga kapasitas dari persimpangan agar dalam
operasinya dapat dicapai sesuai dengan rencana
Untuk pengaturan lalu lintas di persimpangan dapat
dipergunakan :
Sinyal lalu lintas
Marka dan rambu (mengatur, mengarahkan dan
memperingatkan)
Pulau-pulau lalu lintas
PENGELOLAAN PERSIMPANGAN
Bentuk pengelolaan simpang tergantung pada faktor :
Klasifikasi jalan yang berpotongan
Volume dan komposisi lalu lintas disetiap persimpangan
Kecepatan kendaraan pada persimpanagan
Adanya pejalan kaki, sepeda, dan angkutan umum
Kondisi lokasi, jalan keluar masuk, jarak pandang, dsb
Jenis pengelolaan simpang bervariasi dari yang paling
sederhana sampai simpang yang kompleks, yaitu :
Rambu petunjuk arah, dan/atau peringatan, dan/atau marka jalan
Rambu STOP dan GIVEGIVE-WAY
Pelebaran pada kaki simpang/pendekat utk menyediakan lajur belok
Pulau lalu lintas / Kanalisasi
Bundaran
Sinyal Lalu lintas
2
Rekayasa Lalu Lintas
Jenis--jenis Pengaturan Persimpangan
Jenis
Persimpangan Sederhana
Persimpangan dgn Kanalisasi/
Pulau lalu lintas
Persimpangan dgn Pelebaran pd kaki
Persimpangan dgn Bundaran
Prinsip Dasar Perancangan Persimpangan
1. Menyediakan cukup jarak pandangan
Untuk tujuan keselamatan di simpang
simpang,, 3 jenis jarak pandang harus
diperhatikan :
Jarak Pandang Pendekat.. Jarak pandangan yang cukup harus
disediakan di setiap pendekat ke simpang utk memungkinkan
pengemudi berhenti dengan aman pada saat melihat halangan di
perkerasan jalan
jalan,, sehingga rambu lalu lintas
lintas,, sinyal lalu lintas
lintas,, marka
marka,,
pulau lalu lintas dapat terlihat jelas baik pada waktu siang maupun
malam
Jarak Pandang Masuk.. Jarak pandangan yang cukup bagi kendaraan
dari jalan lokal yang masuk ke jalan utama
utama,, baik melalui lajur kiri
maupun lajur kanan,
kanan, tanpa mendesak kendaraan di jalan utama
utama..
Jarak aman simpang.. Jarak pandangan yang cukup bagi kendaraan di
jalan utama utk mengamati kend di jalan lokal yg mendekat ke titik
konflik,, dan melambat sampai berhenti sebelum mencapai titik konflik
konflik
konflik..
3
Rekayasa Lalu Lintas
Prinsip Dasar Perancangan Persimpangan
2. Hindari penggunaan pergerakan ganda
Sedapat mungkin gunakan pergerakan sederhana,, hindari penggunaan
pergerakan kompleks,, karena pergerakan kompleks mungkin akan membuat
pengemudi bingung dan berakibat dalam operasional, yaitu masalah kapasitas
dan keselamatan.
Pergerakan Sederhana
Memisah
Menggabung
Menyilang
Jalinan
Pergerakan Kompleks
Memisah
Menggabung
Menyilang
Jalinan
Gambar Jenis Pergerakan Simpang
Prinsip Dasar Perancangan Persimpangan
3. Meminimumkan jumlah titik konflik
Jumlah titik konflik harus dikurangi sampai minimum.
Jumlah titik konflik dipersimpangan tergantung dari :
Jumlah kaki persimpangan
Jumlah lajur dari setiap kaki persimpangan
Jenis pengaturan persimpangan
Jumlah arah pergerakan
Pada persimpangan empatempat-kaki sederhana ada 32
titik konflik, persimpangan tigatiga-kaki ada 9 dan
bundaran ada 8 titik konflik.
Jumlah titik konflik dapat dikurangi dengan :
mengubah bentuk simpang, atau
melarang pergerakan tertentu dan/atau menggunakan
pulau lalu lintas
4
Rekayasa Lalu Lintas
Pengurangan Titik Konflik dengan Merubah Bentuk
Simpang
Simpang 3 kaki sederhana
9 titik konflik
Simpang 4 kaki sederhana
32 titik konflik
Titik konflik lalu lintas
Bundaran 8 titik
konflik
Pengurangan Titik Konflik dengan Melarang
Pergerakan Tertentu
Semua konflik dipersimpangan
dihilangkan
Semua pergerakan belok kanan
dilarang
5
Rekayasa Lalu Lintas
RANCANGAN PENGELOLAAN LALU
LINTAS PADA PERSIMPANGAN
1. Penggunaan Rambu STOP atau GIVE WAY
Rambu
STOP
Pengaturan
persimpangan dengan rambu STOP digunakan bila
pengendara pada kaki persimpangan harus berheti secara penuh
sebelum memasuki persimpangan.
Pengaturan ini digunakan pada pertemuan antara jalan Minor dengan
jalan Major
Rambu
GIVE WAY/YIELD
Pengaturan
ini digunakan untuk melindungi arus lalu lintas dari salah
satu ruas jalan pada dua ruas jalan yang saling berpotongan tanpa
harus berhenti sama sekali. Sehingga pengendara tidak terlalu
terhambat bila dibandingkan dengan pengaturan rambu STOP
Rambu GIVE WAY juga digunakan pada persimpangan yang diatur
dengan kanalisasi yang digunakan untuk mengatur kendaraan belok
kiri pada lajur percepatan terutama bila lajur percepatan tersebut
kurang panjang.
Pengaturan Simpang dengan Rambu GIVEWAY
6
Rekayasa Lalu Lintas
2. Kanalisasi (Pulau Lalu Lintas)
Pengaturan persimpangan dengan kanalisasi dapat
dibuat dengan marka atau pulau lalu lintas. Fungsi
kanalisasi adalah :
Untuk memisahkan lajur lalu lintas menerus dan lajur belok
secara terarah.
Mengarahkan pengemudi ke lajur yang benar sehingga
kendaraan dapat dengan mudah dan aman memasuki
persimpangan sesuai pada lajurnya
Untuk menghindarkan pengemudi melakukan gerakangerakan gerakan terlarang
Dapat digunakan sebagai perlindungan bagi pejalan kaki
Sebagai tempat yang ideal untuk menempatkan pengatur lalu
lintas dan ramburambu-rambu pengarah dan lain sebagainya.
Beberapa ketentuan dalam perancangan pulau
lalu lintas :
Lebih dipilih sedikit pulau besar daripada banyak
pulau kecil.
Pulau yang ditinggikan minimum harus mempunyai
luas 8 m2.
Pulau harus dirancang sedemukaian rupa, yang mana
lintasan kendaraan-belok harus digunakan untuk
mencek apakah kendaraan dapat melewati pulau
tanpa menabrak.
Pulau di pendekat dan samping harus jauh dari tepi
lajur lalu lintas, dan jika pulau pendekat tidak
dilindungi, harus diawali dengan marka perkerasan.
Ujung pendekat dari semua pulau harus dapat dilihat
dengan jelas bagi lalu lintas yang mendekat.
7
Rekayasa Lalu Lintas
Gambar Kanalisasi (Pulau Lalu Lintas)
Lintasan kend
belok
Penggunaan Lintasan Kendaraan utk Merancang Pulau Lalu Lintas
radius
0,3 m
Gambar Tipikal Pulau Lalu Lintas
1,0 m
radius
1,0 m
1,0 m
3. BUNDARAN (ROUNDABOUT)
Bundaran merupakan bentuk khusus dari kanalisasi persimpangan dimana
kendaraan yang masuk berputar searah jarum jam mengitari pulau lalu lintas
pusat.
Jalan masuk persimpangan diatur oleh marka dan rambu Give Way dan
prioritas diberikan kepada kendaraan yang bersirkulasi di bundaran.
8
Rekayasa Lalu Lintas
Bundaran adalah paling sesuai untuk situasi berikut :
Jalan yang bertemu semua adalah jalan kolektor dan jalan lokal
Jalan arteri dimana pergerakan belok kanan cukup banyak, dan dimana
persimpangan tidak dengan sistem koordinasi lampu lalu lintas
Ada empat kaki persimpangan atau lebih yang bertemu
Faktor--faktor penting dalam perancangan bundaran :
Faktor
Kecepatan semua kendaraan di dalam persimpangan harus lebih kecil dari
50 km/jam.
Pulau tengah Umumnya lingkaran, dengan jari-jari min 4 m di jalan kolektor
dan lokal, dan dianjurkan > 20 m sampai 30 m untuk jalan arteri. Jika
kecepatan pendekat tinggi, diperlukan sampai 40 m.
Pulau pemisah di pendekat bentuknya harus sesuai untuk mengatur
kecepatan kendaraan yang masuk dan untuk memimpin masuk ke bundaran,
untuk menunjukkan lintasan kendaraan meninggalkan bundaran, untuk
menyediakan tempat menunggu bagi pejalan kaki, dan memberi tempat
untuk rambu lalu lintas.
Lebar jalan perputaran tergantung pada jumlah lajur yang masuk, jari-jari
pulau pusat, volume dan jenis lalu lintas yang menggunakannya.
Umumnya lebar 1 lajur bervariasi dari 8 m utk jari-jari pulau 5 m sampai 5 m
dengan 50 m jari-jari pulau pusat.
BUNDARAN (Roundabout)
9
Rekayasa Lalu Lintas
KAPASITAS BUNDARAN
e
1
l
w
Kapasitas Bundaran adalah
kemampuan suatu bundaran
melayani besarnya lalu lintas yang
menggunakannya tergantung pada
tersedianya ruang untuk menjalin
(weaving), yaitu lalu lintas yang
memotong dari satu alur pada
bundaran ke alur lain.
Kapasitas praktis dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan :
e2
Qp
160 w 1 e / w
1 w /l
Dimana :
Qp = kapasitas praktis bundaran (smp/jam)
w = lebar daerah jalinan (weaving), dalam m
e = lebar rata-rata jalan masuk ke daerah jalinan, dalam m
l
= panjang daerah jalinan, dalam m
Asumsi yang digunakan
Rumus perhitungan kapasitas bundaran di atas berlaku dengan asumsi sbb :
1. Tidak ada kendaraan menunggu di pendekat ke bundaran
2. Bundaran terletak di daerah datar dan kemiringan pendekat < 4%
3. Rumus di atas didasarkan pada hasil pengamatan lapangan
4. Bundaran yang diamati berada pada rentang di bawah ini :
w
e/w
w/l
= 9,1 – 18,0 m
= 0,63 – 0,95
= 0,16 – 0,38
e1/e2 = 0,34 – 1,14
Kendaraan berat < 15%
Karena bundaran cenderung terkunci jika terjadi arus berlebihan, maka
diperlukan kapasitas sisa yang cukup untuk memenuhi arus puncak yang
akan datang. Dan bahwa kondisi terkunci tersebut harus dihilangkan, yaitu
dapat dengan menerapkan hukum prioritas.
10
Rekayasa Lalu Lintas
Contoh Soal
A
60 170 30
Diketahui jumlah arus pada bundaran seperti
terlihat pada gambar.
Arus dalam satuan smp/jam
Ukuran daerah jalinan pada bundaran adalah :
Panjang daerah jalinan (l)
= 40 m
Lebar daerah jalinan (w)
= 15 m
Lebar jalan masuk rata-rata (e) = 10 m
43
D 700
23
700
90
15 m
20
B
Kapasitas Praktis :
Qp
Qp
30 60 750
C
160 w 1 e / w
1 w /l
160 x15 1 10 / 15
2.909 smp/jam
1 15 / 40
Kapasitas Sisa = 2.909 – 2160 = 851 smp/jam
11
PENGATURAN LALU LINTAS PADA
PERSIMPANGAN
Persimpangan merupakan pertemuan dari ruas-ruas jalan
yang fungsinya utk melakukan perubahan arah arus lalu
lintas.
Persimpangan dapat bervariasi dari persimpangan
sederhana yang terdiri dari pertemuan dua ruas jalan
sampai persimpangan kompleks yang terdiri dari
pertemuan beberapa ruas jalan.
Persimpangan sebagai bagian dari suatu jaringan jalan
merupakan daerah yang kritis dalam melayani arus lalu
lintas, karena pada persimpangan terjadi pergerakan arus
lalu lintas yang saling berpotongan yang kemungkinan
dapat terjadi kecelakaan lalu lintas.
Di titik/tempat perpotongan arus lalu lintas ini disebut
dengan TITIK KONFLIK.
Titik Konflik pada Simpang 4 Sebidang
Titik konflik lalu lintas
Untuk
menghindari
terjadinya
kecelakaan lalu
lintas,, perlu
lintas
dilakukan
pengelolaan
persimpangan yaitu
dengan cara
mengurangi titiktitik-titik
konflik yang terjadi
pada waktu yang
bersamaan
1
Rekayasa Lalu Lintas
TUJUAN PENGATURAN PERSIMPANGAN
Untuk menjaga keselamatan arus lalu lintas dgn
memberi petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah,
tidak menimbulkan keraguan
Mengurangi atau menghindarkan kemungkinan
terjadinya kecelakaan yang berasal dari berbagai
kondisi titik konflik
Menjaga kapasitas dari persimpangan agar dalam
operasinya dapat dicapai sesuai dengan rencana
Untuk pengaturan lalu lintas di persimpangan dapat
dipergunakan :
Sinyal lalu lintas
Marka dan rambu (mengatur, mengarahkan dan
memperingatkan)
Pulau-pulau lalu lintas
PENGELOLAAN PERSIMPANGAN
Bentuk pengelolaan simpang tergantung pada faktor :
Klasifikasi jalan yang berpotongan
Volume dan komposisi lalu lintas disetiap persimpangan
Kecepatan kendaraan pada persimpanagan
Adanya pejalan kaki, sepeda, dan angkutan umum
Kondisi lokasi, jalan keluar masuk, jarak pandang, dsb
Jenis pengelolaan simpang bervariasi dari yang paling
sederhana sampai simpang yang kompleks, yaitu :
Rambu petunjuk arah, dan/atau peringatan, dan/atau marka jalan
Rambu STOP dan GIVEGIVE-WAY
Pelebaran pada kaki simpang/pendekat utk menyediakan lajur belok
Pulau lalu lintas / Kanalisasi
Bundaran
Sinyal Lalu lintas
2
Rekayasa Lalu Lintas
Jenis--jenis Pengaturan Persimpangan
Jenis
Persimpangan Sederhana
Persimpangan dgn Kanalisasi/
Pulau lalu lintas
Persimpangan dgn Pelebaran pd kaki
Persimpangan dgn Bundaran
Prinsip Dasar Perancangan Persimpangan
1. Menyediakan cukup jarak pandangan
Untuk tujuan keselamatan di simpang
simpang,, 3 jenis jarak pandang harus
diperhatikan :
Jarak Pandang Pendekat.. Jarak pandangan yang cukup harus
disediakan di setiap pendekat ke simpang utk memungkinkan
pengemudi berhenti dengan aman pada saat melihat halangan di
perkerasan jalan
jalan,, sehingga rambu lalu lintas
lintas,, sinyal lalu lintas
lintas,, marka
marka,,
pulau lalu lintas dapat terlihat jelas baik pada waktu siang maupun
malam
Jarak Pandang Masuk.. Jarak pandangan yang cukup bagi kendaraan
dari jalan lokal yang masuk ke jalan utama
utama,, baik melalui lajur kiri
maupun lajur kanan,
kanan, tanpa mendesak kendaraan di jalan utama
utama..
Jarak aman simpang.. Jarak pandangan yang cukup bagi kendaraan di
jalan utama utk mengamati kend di jalan lokal yg mendekat ke titik
konflik,, dan melambat sampai berhenti sebelum mencapai titik konflik
konflik
konflik..
3
Rekayasa Lalu Lintas
Prinsip Dasar Perancangan Persimpangan
2. Hindari penggunaan pergerakan ganda
Sedapat mungkin gunakan pergerakan sederhana,, hindari penggunaan
pergerakan kompleks,, karena pergerakan kompleks mungkin akan membuat
pengemudi bingung dan berakibat dalam operasional, yaitu masalah kapasitas
dan keselamatan.
Pergerakan Sederhana
Memisah
Menggabung
Menyilang
Jalinan
Pergerakan Kompleks
Memisah
Menggabung
Menyilang
Jalinan
Gambar Jenis Pergerakan Simpang
Prinsip Dasar Perancangan Persimpangan
3. Meminimumkan jumlah titik konflik
Jumlah titik konflik harus dikurangi sampai minimum.
Jumlah titik konflik dipersimpangan tergantung dari :
Jumlah kaki persimpangan
Jumlah lajur dari setiap kaki persimpangan
Jenis pengaturan persimpangan
Jumlah arah pergerakan
Pada persimpangan empatempat-kaki sederhana ada 32
titik konflik, persimpangan tigatiga-kaki ada 9 dan
bundaran ada 8 titik konflik.
Jumlah titik konflik dapat dikurangi dengan :
mengubah bentuk simpang, atau
melarang pergerakan tertentu dan/atau menggunakan
pulau lalu lintas
4
Rekayasa Lalu Lintas
Pengurangan Titik Konflik dengan Merubah Bentuk
Simpang
Simpang 3 kaki sederhana
9 titik konflik
Simpang 4 kaki sederhana
32 titik konflik
Titik konflik lalu lintas
Bundaran 8 titik
konflik
Pengurangan Titik Konflik dengan Melarang
Pergerakan Tertentu
Semua konflik dipersimpangan
dihilangkan
Semua pergerakan belok kanan
dilarang
5
Rekayasa Lalu Lintas
RANCANGAN PENGELOLAAN LALU
LINTAS PADA PERSIMPANGAN
1. Penggunaan Rambu STOP atau GIVE WAY
Rambu
STOP
Pengaturan
persimpangan dengan rambu STOP digunakan bila
pengendara pada kaki persimpangan harus berheti secara penuh
sebelum memasuki persimpangan.
Pengaturan ini digunakan pada pertemuan antara jalan Minor dengan
jalan Major
Rambu
GIVE WAY/YIELD
Pengaturan
ini digunakan untuk melindungi arus lalu lintas dari salah
satu ruas jalan pada dua ruas jalan yang saling berpotongan tanpa
harus berhenti sama sekali. Sehingga pengendara tidak terlalu
terhambat bila dibandingkan dengan pengaturan rambu STOP
Rambu GIVE WAY juga digunakan pada persimpangan yang diatur
dengan kanalisasi yang digunakan untuk mengatur kendaraan belok
kiri pada lajur percepatan terutama bila lajur percepatan tersebut
kurang panjang.
Pengaturan Simpang dengan Rambu GIVEWAY
6
Rekayasa Lalu Lintas
2. Kanalisasi (Pulau Lalu Lintas)
Pengaturan persimpangan dengan kanalisasi dapat
dibuat dengan marka atau pulau lalu lintas. Fungsi
kanalisasi adalah :
Untuk memisahkan lajur lalu lintas menerus dan lajur belok
secara terarah.
Mengarahkan pengemudi ke lajur yang benar sehingga
kendaraan dapat dengan mudah dan aman memasuki
persimpangan sesuai pada lajurnya
Untuk menghindarkan pengemudi melakukan gerakangerakan gerakan terlarang
Dapat digunakan sebagai perlindungan bagi pejalan kaki
Sebagai tempat yang ideal untuk menempatkan pengatur lalu
lintas dan ramburambu-rambu pengarah dan lain sebagainya.
Beberapa ketentuan dalam perancangan pulau
lalu lintas :
Lebih dipilih sedikit pulau besar daripada banyak
pulau kecil.
Pulau yang ditinggikan minimum harus mempunyai
luas 8 m2.
Pulau harus dirancang sedemukaian rupa, yang mana
lintasan kendaraan-belok harus digunakan untuk
mencek apakah kendaraan dapat melewati pulau
tanpa menabrak.
Pulau di pendekat dan samping harus jauh dari tepi
lajur lalu lintas, dan jika pulau pendekat tidak
dilindungi, harus diawali dengan marka perkerasan.
Ujung pendekat dari semua pulau harus dapat dilihat
dengan jelas bagi lalu lintas yang mendekat.
7
Rekayasa Lalu Lintas
Gambar Kanalisasi (Pulau Lalu Lintas)
Lintasan kend
belok
Penggunaan Lintasan Kendaraan utk Merancang Pulau Lalu Lintas
radius
0,3 m
Gambar Tipikal Pulau Lalu Lintas
1,0 m
radius
1,0 m
1,0 m
3. BUNDARAN (ROUNDABOUT)
Bundaran merupakan bentuk khusus dari kanalisasi persimpangan dimana
kendaraan yang masuk berputar searah jarum jam mengitari pulau lalu lintas
pusat.
Jalan masuk persimpangan diatur oleh marka dan rambu Give Way dan
prioritas diberikan kepada kendaraan yang bersirkulasi di bundaran.
8
Rekayasa Lalu Lintas
Bundaran adalah paling sesuai untuk situasi berikut :
Jalan yang bertemu semua adalah jalan kolektor dan jalan lokal
Jalan arteri dimana pergerakan belok kanan cukup banyak, dan dimana
persimpangan tidak dengan sistem koordinasi lampu lalu lintas
Ada empat kaki persimpangan atau lebih yang bertemu
Faktor--faktor penting dalam perancangan bundaran :
Faktor
Kecepatan semua kendaraan di dalam persimpangan harus lebih kecil dari
50 km/jam.
Pulau tengah Umumnya lingkaran, dengan jari-jari min 4 m di jalan kolektor
dan lokal, dan dianjurkan > 20 m sampai 30 m untuk jalan arteri. Jika
kecepatan pendekat tinggi, diperlukan sampai 40 m.
Pulau pemisah di pendekat bentuknya harus sesuai untuk mengatur
kecepatan kendaraan yang masuk dan untuk memimpin masuk ke bundaran,
untuk menunjukkan lintasan kendaraan meninggalkan bundaran, untuk
menyediakan tempat menunggu bagi pejalan kaki, dan memberi tempat
untuk rambu lalu lintas.
Lebar jalan perputaran tergantung pada jumlah lajur yang masuk, jari-jari
pulau pusat, volume dan jenis lalu lintas yang menggunakannya.
Umumnya lebar 1 lajur bervariasi dari 8 m utk jari-jari pulau 5 m sampai 5 m
dengan 50 m jari-jari pulau pusat.
BUNDARAN (Roundabout)
9
Rekayasa Lalu Lintas
KAPASITAS BUNDARAN
e
1
l
w
Kapasitas Bundaran adalah
kemampuan suatu bundaran
melayani besarnya lalu lintas yang
menggunakannya tergantung pada
tersedianya ruang untuk menjalin
(weaving), yaitu lalu lintas yang
memotong dari satu alur pada
bundaran ke alur lain.
Kapasitas praktis dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan :
e2
Qp
160 w 1 e / w
1 w /l
Dimana :
Qp = kapasitas praktis bundaran (smp/jam)
w = lebar daerah jalinan (weaving), dalam m
e = lebar rata-rata jalan masuk ke daerah jalinan, dalam m
l
= panjang daerah jalinan, dalam m
Asumsi yang digunakan
Rumus perhitungan kapasitas bundaran di atas berlaku dengan asumsi sbb :
1. Tidak ada kendaraan menunggu di pendekat ke bundaran
2. Bundaran terletak di daerah datar dan kemiringan pendekat < 4%
3. Rumus di atas didasarkan pada hasil pengamatan lapangan
4. Bundaran yang diamati berada pada rentang di bawah ini :
w
e/w
w/l
= 9,1 – 18,0 m
= 0,63 – 0,95
= 0,16 – 0,38
e1/e2 = 0,34 – 1,14
Kendaraan berat < 15%
Karena bundaran cenderung terkunci jika terjadi arus berlebihan, maka
diperlukan kapasitas sisa yang cukup untuk memenuhi arus puncak yang
akan datang. Dan bahwa kondisi terkunci tersebut harus dihilangkan, yaitu
dapat dengan menerapkan hukum prioritas.
10
Rekayasa Lalu Lintas
Contoh Soal
A
60 170 30
Diketahui jumlah arus pada bundaran seperti
terlihat pada gambar.
Arus dalam satuan smp/jam
Ukuran daerah jalinan pada bundaran adalah :
Panjang daerah jalinan (l)
= 40 m
Lebar daerah jalinan (w)
= 15 m
Lebar jalan masuk rata-rata (e) = 10 m
43
D 700
23
700
90
15 m
20
B
Kapasitas Praktis :
Qp
Qp
30 60 750
C
160 w 1 e / w
1 w /l
160 x15 1 10 / 15
2.909 smp/jam
1 15 / 40
Kapasitas Sisa = 2.909 – 2160 = 851 smp/jam
11