BENTUK PENYAJIAN MUSIKAL DALAM CERITA PENGANJAK KUDA SITAJUR PADA MASYARAKAT KARO DESA BARUS JAHE KECAMATAN BARUS JAHE KABUPATEN KARO.

BENTUK PENYAJIAN MUSIKAL DALAM CERITA PENGANJAK
KUDA SITAJUR PADA MASYARAKAT KARO DESA BARUS
JAHE KECAMATAN BARUS JAHE
KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

PUTRI HANDAYANI BR GINTING
NIM. 2103140037

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK


Putri Handayani Br Ginting, NIM 2103140037, Bentuk Penyajian Musikal
Dalam Cerita Penganjak Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus
Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, Jurusan Sendratasik,
Program Studi Pendidikan Musik, UNIMED.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan bentuk penyajian, serta
peranan instrumen musik kulcapi dalam cerita musikal penganjak kuda sitajur,
yang dilaksanakan di Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo.
Penelitian ini berdasarkan pada landasan teoritis yang menjelaskan pengetian
bentuk musik, pengertian musik pada masyarakat karo, dan sistem kekerabatan
pada masyarakat karo, pengertian penyajian, menjelaskan penganjak kuda sitajur.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif,
yang mengumpulkan berbagai informasi mengenai bentuk penyajian dan
keberadaan serta peranan kulcapi dalam cerita musikal penganjak kuda sitajur.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan,
observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini mengambil
lokasi di Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo dan penelitian
dilaksanakan dari November 2014 sampai Januari 2015.
Berdasarkan hasil penelitian, maka secara garis besar keberadaan turin-turin
penganjak kuda sitajur di desa barus jahe kecamatan barus jahe, seiring dengan

berjalanya waktu, pengaruh modernisasi, perkembangan zaman serta akulturasi
antar suku di daerah tanah karo, minat masyarakat pada umumnya terhadap
musikal turin-turin sangat berkurang akibat banyaknya muncul musik keyboard,
yang lebih bervariasi. Cerita ini mengisahkan seorang pangeran yang rela
berkorban dan mempertaruhkan semuanya demi ketentraman desanya. Penyajian
musikal dalam cerita Penganjak Kuda Sitajur diceritakan kepada masyarakat
melalui instrumen kulcapi dan biasanya diceritakan kepada masyarakat di jambur,
kedai kopi bahkan rumah pemain kulcapi atau perkulcapi yang ada pada
masyarakat karo, penyajianya sepontan tanpa ada persiapan khusus seperti acaraacara adat lainya, dimana instrumen kulcapi dapat mewakili cerita dengan
bunyinya. Peranan kulcapi dalam cerita musikal penganjak kuda sitajur adalah
sebagai pengiring turin-turin. Ditampilkan sebagai sebuah pertunjukan musikal
tradisional dalam masyarakat Karo desa Barus Jahe, sebagai hiburan serta upaya
masyarakat setempat dalam mempertahankan musikal dalam cerita penganjak
kuda sitajur agar dapat dipelihara dan dilestarikan oleh generasi muda.
Kata Kunci : Bentuk Penyajian, Penganjak Kuda Sitajur, Masyarakat Karo

i

KATA PENGANTAR


Dengan segala kerendahan hati dan ucapan syukur penulis persembahkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya yang memberikan
kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi ini dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Skripsi ini berjudul “Bentuk Penyajian Musikal Dalam Cerita Penganjak
Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Musik Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai
kesulitan. Namun berkat doa dan juga bantuan moril maupun material dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada
kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik FBS
Universitas Negeri Medan serta selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd selaku Seketaris Jurusan Sendratasik FBS
Universitas Negeri Medan serta selaku Pembimbing I.
5. Panji Suroso, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Musik Jurusan
Sendratasik Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing
Skripsi II.
6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Musik Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses
pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.
7. Pulumun Ginting, M.Sn selaku Dosen Program Studi Pendidikan Musik
Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan yang dengan senang hati
memberikan arahan, bimbingan dan semangat kepada penulis.
8. Muliadi Barus selaku Kepala Desa Barus Jahe.

ii

9. Teristimewa kepada kedua Orang tua penulis tercinta J.Ginting dan Alm.
P. Br Perangin-angin terimakasih untuk Doa, kesabaran, kesetiaan,
perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik moral maupun
materi , memberikan motivasi, semangat dan doa yang tulus sehingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga sampai kepada Skripsi.

10. Buat abang tercinta Herdi Ginting, Niko Ginting dan Eda Novita Sari Br
Sitepu dan Alvaro Gafriel Ginting seluruh keluarga Ginting, Peranginangin mergana yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan Skripsi
ini.
11. Sahabat tercinta Eviyona Barus, Devi Novitasari Hutapea, Risna
Margaretta Damanik, Octa Maria Sihombing, Gusti Tamba, Lerin Riwanti
Sitohang, Deasy Vita Nainggolan, Yose Yuliana Sinambela, Dina Mariana
Simamora, Elda Sari Sihombing, Narita Pranata Zendrato, Iwanda Sitepu,
Ricky Noris Bukit, Frans Tarigan, Wiranata Sembiring, Jhon Sembiring,
Yehezkiel Tarigan Ica Ginting, Priskila Pandia, Christin PA yang telah
memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.
12. Seluruh teman-teman stambuk 2010.
13. Teman-teman PPL di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe 2013 yang
telah memberikan dukungan dan motivas kepada penulis.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan,
baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraianya. Oleh Karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
Skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha meningkatkan

mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.
Medan,

Maret 2015
Penulis

Putri Handayani Br Ginting
NIM.2103140037

iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis ................................................................................. 9
1. Bentuk Penyajian kesenian ............................................................... 9
a. Bentuk Penyajian ............................................................................ 9
b. pengertian Seni ............................................................................... 10
2. Pengertian Musik ............................................................................. 11
3. Pengertian alat musik ....................................................................... 14
4. Pengertian Musik Tradisional` ......................................................... 16
5. Musik Tradisional Karo.................................................................... 17
a. Gendang Lima Sendalanen ............................................................. 17
1) Sarune ..................................................................................... 18
2) Gendang Singindungi ............................................................. 20
3) Gendang Singanaki ................................................................ 21
4) Gung dan Penganak ................................................................ 22
b. Gendang Telu Sendalanen............................................................. 23

1) Kulcapi ................................................................................... 24
2) Balobat ................................................................................... 25

iv

3) Keteng-Keteng ....................................................................... 26
4) Mangkok................................................................................. 27
6. Penganjak Kuda Sitajur .................................................................... 28
B. KerangkaKonseptual ............................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ................................................................................. 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 32
C. Populasi dan Sampel............................................................................. 32
1. Populasi ............................................................................................ 32
2. Sampel .............................................................................................. 33
D. TeknikPengumpulan data ..................................................................... 34
1. Studi Kepustakaan ............................................................................ 34
2. Observasi .......................................................................................... 36
3. Wawancara ....................................................................................... 36

4. Dokumentasi ..................................................................................... 37
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 39
1. Letak Geografis ............................................................................. 39
2. Sistem Pencarian ........................................................................... 42
3. Kepercayaan Dan Agama .............................................................. 43
4. Sistem Kekerabatan ....................................................................... 45
a. Tutur ......................................................................................... 46
b. Rakut Sitelu .............................................................................. 48
5. Sistem Kesenian ............................................................................ 49
a. Seni Sastra ............................................................................... 49
b. Seni Musik .............................................................................. 50
c. Seni Tari .................................................................................. 51
d. Seni Pahat ................................................................................ 52

v

e. Seni Drama .............................................................................. 52

B. Keberadaan Penganjak Kuda Sitajur ................................................... 53
C. Bentuk Penyajian ................................................................................ 57
1. Tempat dan Waktu Pertunjukan .................................................... 57
a. Tempat Pertunjukan ................................................................. 57
1) Jambur atau Losd ............................................................... 57
2) Kedai Kopi ......................................................................... 59
3) Rumah Pemain Kulcapi ..................................................... 61
b. Waktu Pertunjukan ................................................................... 61
2. Alat Musik ..................................................................................... 62
3. Lagu yang Disajikan ..................................................................... 62
D. Peranan Instrumen Kulcapi Pada Cerita Penganjak Kuda Sitajur ...... 68

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 71
B. Saran ..................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73

vi


DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.Kecamatan Kabupaten Karo ................................................................. 40

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Sarune .............................................................................................. 20
Gambar 2.2 Gendang Singindungi ...................................................................... 21
Gambar 2.3 Gendang Singanaki .......................................................................... 22
Gambar 2.4 Gung ................................................................................................ 23
Gambar 2.5 Penganak .......................................................................................... 24
Gambar 2.6 Kulcapi ............................................................................................. 26
Gambar 2.7 Balobat ............................................................................................. 26
Gambar 2.8 Keteng-Keteng ................................................................................. 27
Gambar 4.2 Kantor Kepala Desa Barus Jahe ...................................................... 43
Gambar 4.3 Garis Keturunan ............................................................................... 48
Gambar 4.3 Jambur atau Losd ............................................................................. 59
Gambar 4.4 Jambur Pemuda-Pemudi .................................................................. 60
Gambar 4.5 Kedai Kopi Karo .............................................................................. 61
Gambar 4.6 Perkulcapi ........................................................................................ 62

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku
yang kaya akan seni budaya yang harus dikembangkan dan dilestarikan, dengan
ciri khas daerahnya sendiri. Salah satu bentuk nyata atau wujud kebudayaan yang
merupakan komplek ide-ide, gagasan serta hasil karya manusia adalah kesenian.
Seni merupakan penjelmaan dari keinginan manusia untuk memberi
bentuk melalui ungkapan dan perasaan yang dikemas kedalam bentuk artistik.
Sebuah seni diciptakan disebabkan manusia memerlukanya, dan sebagai salah
satu kebutuhan rohaninya. Kesenian merupakan sarana komunikasi baik dengan
warga masyarakat maupun alam semesta.
Dalam masyarakat tradisioanal, kesenian merupakan salah satu tiang yang
menopang keberadaaan masyarakat. Salah satunya adalah budaya pada suku
Batak yang merupakan suku yang berkembang di provinsi Sumatra Utara, Suku
Batak terdiri dari Batak Simalungun, Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Angkola,
Batak Dairi dan Batak Karo. Keenam etnis Batak tersebut memiliki persamaan
dan perbedaan kebudayaan masing-masing. Seperti halnya kita lihat, hampir
diseluruh wilayah Indonesia memiliki kesenian yang berbeda dan masing-masing
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik
permainannya, penyajianya maupun bentuk/organolagi instrumen musiknya.

1

2

Khususnya pada suku Batak Karo, yang mendiami beberapa daerah yang
meliputi Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan
Kabupaten Dairi, semuanya berada di Provinsi Sumatra Utara. Nama suku ini
dijadikan sebagai nama kabupaten disalah satu wilayah yang mereka diami yaitu
Kabupaten Karo yang terletak didataran tinggi Tanah Karo. Ibu kota Kabupaten
Karo adalah Kabanjahe. Berdasarkan wilayah geografisnya, sebagian besar
masyarakat Karo mendiami daerah Kabupaten Karo (meliputi daerah kabupaten
Karo dan sekitarnya) dan Kabupaten Langkat.
Masyarakat Karo Yang mendiami Kabupaten Karo sering disebut sebagai
karo gugung adalah masyarakat Karo yang mendiami dataran tinggi
(pegunungan), dan Masyarakat Karo yang mendiami Kabupaten Langkat disebut
sebagai karo jahe yang artinya masyarakat karo yang mendiami dataran rendah
wilayah Langkat, Deli Serdang, Kota Binjai dan Kota Medan.
Masyarakat Karo banyak memiliki keaneka ragaman kesenian dalam
kehidupan masyarakatnya. Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa bagian
seperti seni musik, sastra (cerita rakyat, pantun), tari, ukir (pahat).
Pada masyarakat Karo kebudayaan yang berhubungan dengan keseniaan
masih ada. Seni ini ada yang masih dipertahankan oleh mereka, terutama
diwilayah yang masih homogen secara etnik budaya. Seni ini menjadi tradisi
turun-temurun bagi mereka, namun beberapa wilayah yang heterogen etnik, ada
beberapa bagian dari kesenian ini yang hampir punah keberadaanya, bahkan ada
yang hilang sama sekali. Hal ini disebabkan karena sudah mengalami perubahan-

3

perubahan dalam cara berfikir dan dalam kehidupan sehari-harinya banyak
dipengaruhi oleh budaya lain.
Salah satu yang hampir punah adalah turin-turin (cerita rakyat) Penganjak
Kuda Sitajur. Pada hal cerita tersebut sangat menarik dan unik, karena dalam
penceritaanya banyak menyangkut dengan fenomena-fenomena kehidupan seharihari manusia khusunya masyarakat Karo. Cerita Penganjak Kuda Sitajur ini
menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Sitajur melamar impalnya
atau anak perempuan dari pamanya. Yang dikenal pada masyarakat Karo dengan
istilah Ngembah Belo Selambar. Sitajur dikenal sebagai salah seorang pahlawan
yang selalu meminpin, ketika ada musuh yang mengganggu desanya. Ketika
upacara Ngembah Belo Selambar berlangsung, tiba-tiba sekelompok pemuda
desanya mengabari Sitajur bahwa musuh telah dekat dan akan menyerang
desanya. Sitajur kemudian memutuskan untuk ikut berperang melawan musuh
dengan menunggangi kudanya, akibat dari peperangan tersebutlah Sitajur
meninggal dunia.
Penganjak Kuda Sitajur diceritakan oleh seorang pemain kulcapi yang
disebut perkulcapi, di jambur (balai desa), dan kedai kopi yang ada pada
masyarakat Karo. Sambil cerita perkulcapi menuangkan dalam bentuk bunyi dari
instrumen kulcapi yang di mainkan. Menurut Sorensen Tarigan pada mulanya,
instrumen kulcapi adalah sebagai media menceritakan cerita rakyat yang terdapat
pada masyarakat Karo, dan sekitar tahun 70-an instrumen ini terus digunakan
dalam berbagai jenis upacara, ritual, seperti erpangir kulau, raleng tendi dan lainlain. (Sorensen Tarigan wawancara 8 Agustus 2014).

4

Kulcapi adalah instrumen musik berjenis Kardopon, dengan dua senar.
dilihat dari cara memainkannya kulcapi memiliki beberapa kemiripan dengan
instrumen Batak Toba yang diberi nama hasapi, yang untuk menghasilkan bunyibunyi sama dipetik, tapi dilihat dari karakter bunyi yang dihasilkan dan teknik
permainan memiliki perbedaan.
Selanjutnya, Sorensen Tarigan yang dikenal sebagai salah satu pemain
kulcapi pada masyarakat Karo menyebutkan, tidak banyak pemain musik
tradisional Karo yang paham akan Penganjak Kuda Sitajur secara lengkap.
Menurut dia almarhum Tukang Ginting satu-satunya memahami cerita ini secara
lengkap. Namun ia masih dapat menceritakan cerita Penganjak Kuda Sitajur
sambil memainkan kulcapi.
Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut dalam suatu penelitian yang berjudul, “Bentuk Penyajian Musikal Dalam
Cerita Penganjak Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah ialah suatu tahapan permulaan dari penguasaan
masalah, dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali
sebagai suatu masalah bertujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah,
serta cukupan masalah tidak terlalu luas. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadali
(2006: 23), yang mengatakan bahwa:

5

“Idetifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari
interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiaaan-kebiasaan, keadaankeadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan berbagai pertanyaan”.
Berdasarkan pendapat diatas dan uraian latar belakang masalah, maka
permasalahan penelitian ini di identifikasi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
1. Bagaimana keberadaan Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo
Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?
2. Bagaimana bentuk penyajian musikal dalam cerita Penganjak Kuda
Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo?
3. Bagaimana peranan instrumen kulcapi dalam cerita musikal Penganjak
Kuda Sitajur?
4. Bagaimana minat Masyarakat karo terhadap bentuk penyajian musikal
dalam cerita Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus
Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan batasan masalah dari
penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi
faktor mana saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan
faktor mana yang tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian. Menurut
pendapat Sukardi (2003: 30) mengatakan bahwa :
“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu
penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh

6

karena itu perlu hati-hati dan jeli mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian,
dan terangkum kedalam pertanyaan yang jelas”.
Maka untuk membatasi pembahasan topik menjadi terfokus dan tidak
melebar, maka penelitian menetapkan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keberadaan Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo
Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo?
2. Bagaimana bentuk penyajian musikal dalam cerita Penganjak Kuda
Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo?
3. Bagaimana peranan instrumen kulcapi dalam cerita musikal Penganjak
Kuda Sitajur?

D. Rumusan Masalah
Menurut pendapat Sumadi (2005: 17) setelah masalah diidentifikasi dan
dipilih, maka perlu dirumuskan. Perumusan ini sangat penting, karena hasilnya
akan menjadi penuntun untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan uraian latar
belakang masalah, identifikasi masalah, maka perumusan masalah dapat
dirumuskan: “Bagaimana Bentuk Penyajian Musikal Dalam Cerita Penganjak
Kuda Sitajur Pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe
Kabupaten Karo”.

7

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian tentu berorentasi kepada tujuan, karena dengan
mengetahui tujuan, arah dari penelitian itu akan jelas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Asril (2001: 18) yang mengatakan bahwa: “tujuan tersebut merupakan
pernyataan yang mengungkapkan hal yang akan diperoleh pada akhir penelitian,
sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan adalah jawaban yang diharapkan oleh
peneliti”. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan Penganjak Kuda Sitajur pada
Masyarakat Karo Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Kabupaten
Karo.
2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian musikal dalam cerita
Penganjak Kuda Sitajur pada Masyarakat Karo Desa Barus Jahe
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo.
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan instrumen kulcapi dalam cerita
musikal Penganjak Kuda Sitajur?

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan acuan atau perbandingan bagi peneliti yang lain, jika ingin
meneliti objek yang sama, namun tentu saja dari sudut pandang yang
berbeda.

8

2. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca dalam melestarikan musik tradisi
karo, agar dapat dikenal oleh masyarat lain selain Karo.
3. Sebagai sumber informasi kesenian yang ada dan berkembang pada
masyarakat Karo.
4. Sebagai bahan refrensi untuk menjadi acuan pada penelitian yang relevan
kemudian hari.
5. Menambah sumber kajian bagi perpustakaan Jurusan Sendratasik Program
Studi Seni Musik Universitas Negeri Medan.
6. Sebagai pengalaman penulis, guna pembangunan ilmu selanjutnya kearah
yang lebih baik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh dari tempat penelitian maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. keberadaan turin-turin penganjak kuda sitajur pada zaman dulu digunakan
masyarakat Karo sebagai media hiburan. Namun pada zaman sekarang
sudah jarang dipertunjukkan pada masyarakat karo, bahkan tidak ada lagi,
tetapi beberapa pemain musik tradisi karo masih dapat menceritakan dan
memainkan kembali cerita tersebut.
2. Penyajian cerita musikal penganjak kuda sitajur, dilakukan dimana atau
diceritakan oleh seorang pemain kulcapi yang disebut perkulcapi, di
jambur (balai desa), dan kedai kopi yang ada pada masyarakat Karo.
Sambil cerita perkulcapi menuangkan dalam bentuk bunyi dari instrumen
kulcapi yang di mainkan.
3. Peranaan kulcapi dalam turin-turin penganjak kuda sitajur sebagai musik
pengiring turin-turin, sehingga pendengar bisa lebih menghayati cerita
tersebut.

71

72

B. Saran
Dari beberapa kesimpula hasil penelitian dan pembahasan , maka dapat
diuraikan saran-saran sebagai berikut :
1. Melihat jarangnya dilaksankan bahkan tidak pernah lagi dilakasankan
acara musikal seperti cerita penganjak kuda sitajur di Desa Barus Jahe
Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, yang diwariskan oleh nenek
moyang kita perlu kiranya tetap dipertahankan dan dilaksanakan supaya
tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman.
2. Salah satu cara melestarikan budaya adalah dengan adanya pertunjukan
secara rutin, untuk itu disarankan kepada institusi atau pihak yang
berkompeten di bidang kebudayaan agar memberi perhatian kepada musisi
musik tradisional, khususnya terhadap penyajian musikal cerita penganjak
kuda sitajur.
3. Kepada generasi muda masyarakat Karo untuk tetap mempertahankan
nilai-nilai budaya dan warisan leluhur yang patut kita bina dan lestarikan.

72

73

73

73

DAFTAR PUSTAKA
Azari. Asril (2001), Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah, cetakan ke 4,
Jakarta: Universitas Trisakti
Bugin, Burgan. 2011. “Metode Penelitian”. Jakarta : Bumi Pustaka
Corazon, CD. 2007. Traditional Musical Instrument Of The Philippines. Nevada :
FMAdigest
Djelantik, A.A.M. 2000. Estetika sebuah pengantar. Bandung: Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Ginting Imanuel, 1995. Peralatan Tradisional Karo
Hadali, 2006. Metode Penelitian Kependidikan, Padang: Quantum Teaching
Leach, Maria. 2001. The New book of Knowledge. New york : Glolier, Inc
Maryeani, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara
Noveli

Cerah, 2010. Penyajian Gondang Lima Sendalanen Pada
upacaraErpangir kulau di Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Karo. Skripsi. Unimed

Nurhasanah, 2011. Bentuk Penyajian dan Nilai Estetika Tari Piso Surit Pada
Masyarakat Karo di Kota Medan. Skripsi. Unimed
Ginting Pulumun, 2015. Spiritualitas Upacara Gendang Kematian Masyarakat
Karo Pada Era Globalisasi. Disertasi. Udayana
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpabetha
Sueharto, M.2001. Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Sugiono, 2009. Metode Penelitian. Bandung: Alfabetha
Sugion, 2010. Metode o Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha
Sukardi, 2003. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sumadi, 2005:17. Sosiologi Tari. Yokyakarta: Media Abadi
Sembiring Irmayanti, 2012. Pembuatan Kulcapi Karya Bapak Fauzi Didesa Hulu
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Kajian Organologi.
Skripsi. Unimed

74

Tarigan, Perikuten. 2004. Pluralitas Musik Etnik: Batak Toba, Mandailing,
Melayu, Pak-pak, Dairi, Karo dan Simalungun. Pusat Dokumentasi dan
PengkajianKebudayaan Batak HKBP Nomensen.