memiliki peran sebagai penguat. Penguat serat menjadi bagian utama yang menahan beban, sehingga kuat atau tidaknya bahan komposit tergantung pada kekuatan serat
yang menyusunnya. Secara umum serat dibedakan dalam dua jenis, yaitu serat alam merupakan serat yang berasal dari alam baik dari tumbuhan maupun dari hewan dan
serat sintesis merupakan serat yang diperoleh dari proses pembuatan berbahan dasar petrokimia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan peningkatan kebutuhan,
persediaan bahan serat sintesis semakin menipis, untuk itu maka mulai dikembangkan bahan komposit dengan bahan filler berupa serat alam. Selain itu, pengembangan
bahan komposit dengan penguat serat alam memiliki keunggulan berupa lebih ringan, mudah didapat, lebih ramah lingkungan, tahan korosi, terbarukan, dan memiliki sifat
insulasi panas dan akustik yang baik Brouwer, 2000. Kelebihan lain dari serat alam ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan antara serat alam dan serat gelas
Uraian Serat Alam
Serat Gelas
Massa Jenis Rendah
2 x serat alami Biaya
Rendah Rendah, Lebih tinggi dari serat alam
Terbarukan Ya
Tidak Kemampuan Daur Ulang
Ya Tidak
Konsumsi Energi Rendah
Tinggi Distribusi
Luas Luas
Menetralkan CO
2
Ya Tidak
Menyebabkan abrasi Tidak
Ya Resiko kesehatan
Tidak Ya
Limbah Biodegradable
Tidak biodegradable Sumber : Cristiani, dalam Suryati, 2012
2.3 Serat Alam
Serat alam merupakan serat yang diperoleh dari alam baik dari tumbuhan maupun hewan. Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenahi serat alam
yang digunakan sebagai penguat pada bahan komposit, misalnya saja serat ampas tebu Yudo dan Jatmiko, 2008, serat Aren Rahman, et al, 2011, serat kenaf
Hariyanto, 2008, serat rami Adistya, 2013, serat enceng gondok Purboputro, 2006, serat pelepah pisang Nopriantina, 2013 dan lain-lain.
Salah satu tanaman berserat di Indonesia dengan jumlah melimpah adalah tanaman tebu. Tebu Saccharum officinarum adalah tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Ampas tebu atau lazimnya disebut
bagasse adalah hasil samping dari proses ekstraksi pemerahan cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35
– 40 dari berat tebu yang digiling. Sifat fisik dari serat tergantung pada jenis tebu, tingkat kematangan tebu dan perlakuan
pada proses penggilangan tebu Indriani dan Sumiarsih, 1992. Menurut Atchinson dalam Walker, 1993 menyatakan bahwa salah satu bentuk usaha untuk
meningkatkan nilai ekonomi dari ampas tebu yaitu dengan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan papan serat atau papan partikel. Dengan demikian maka ampas tebu
dari sisa penggilingan dapat dimanfaatkan lebih banyak. Namun tebu memiliki kandungan zat ekstraktif gula dan pati yang dapat menurunkan sifat mekanis dari
papan partikel, kandungan tebu tersebut dan beberapa serat penting lainnya dinampakkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komponen kimia beberapa serat alam
Serat Lignin
Selulosa Hemiselulosa
Tandan Sawit 19
65 -
Mesocarp Sawit 11
60 -
Sabut Tebu 40-50
32-43 0,15-0,25
Pisang 5
63-64 19
Sasal 10-14
66-72 12
Daun Nanas 12,7
81,5 -
Sumber : Kliwon, dalam Rambe 2011
2.4 Matriks