❏ Ni Luh Sutjiati Beratha
Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar
di Daerah Tingkat I Provinsi Bali Halaman 61
warna atau klen, dan di Bali dikenal dengan istilah caturwarga yang terdiri atas Brahmana, Ksatriya,
Wesia, dan Sudra. Pemilihan dan penggunaan ragam bahasa apakah bentuk hormat atau lepas
hormat sangat ditentukan oleh hubungan sosial antarpelibat.
2.5.3 Instrumentalitas Komunikasi
Sifat keterampilan berbahasa dapat dikategorikan sebagai reseptif atau produktif.
Produktif artinya kemampuan untuk menghasilkan ungkapan berupa frasa, klausa, atau kalimat yang
dapat dipahami dengan baik oleh penutur bahasa yang sama. Reseptif adalah kemampuan seseorang
untuk memahami ungkapan yang disampaikan oleh penutur suatu bahasa, namun belum sanggup
menghasilkan suatu ungkapan. 2.5.4 Modus Komunikasi
Modus komunikasi bisa bersifat monolog: komunikasi terjadi satu arah yang hanya dimiliki
pembicara, dan pendengar tidak terlibat langsung. Misalnya, pembaca berita pada TV, pencerita, dan
sebagainya. Dialog adalah komunikasi dua arah, terdiri atas pembicara dan pendengar yang kedua-
duanya aktif dan terlibat langsung dalam komunikasi verbal, seperti diskusi dalam seminar,
rapat, dan lain-lain. Kedua modus ini bisa dituliskan dan dilisankan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa modus komunikasi yang dikategorikan penting sekali untuk siswa SD di
desa dan di kota adalah a monolog yang ditulis untuk didengarkan dan dituliskan, dan b dialog
yang ditulis untuk didengar dan dituliskan. Yang dianggap penting adalah a monolog yang
dilisankan untuk didengar dan dituliskan, dan b dialog yang dilisankan untuk didengar dan
dituliskan.
Dalam materi pembelajaran bahasa Bali terdapat keterampilan yang bermodus monolog
dan dialog yang direalisasikan ke dalam jenis keterampilan yang akan diajarkan dengan
pendekatan pragmatik yang lebih mementingkan kelancaran berkomunikasi fluency daripada
ketepatan accuracy. Misalnya, untuk siswa SD kelas III, guru harus mengajarkan siswa
keterampilan menyimak. Pada keterampilan tersebut, siswa diminta mendengar dengan
sungguh-sungguh cerita yang diucapkan oleh guru, selanjutnya siswa disuruh menyarikan cerita itu
dengan kata-kata sendiri dengan ragam tulis, kemudian diminta bercerita di dalam kelas, dengan
tujuan apakah telah terjadi pemahaman terhadap apa yang disampaikan guru.
2.5.5 Saluran Komunikasi
Jenis-jenis komunikasi berbahasa Bali yang dianggap tepat digunakan di siswa SD dibagi
menjadi tiga kategori yaitu: a. Saluran komunikasi yang termasuk ke
dalam kategori penting sekali adalah tatap muka bilateral, barang cetakan, gambar-
gambar. b. Saluran komunikasi yang termasuk ke
dalam kategori penting adalah tatap muka unilateral, TV dan radio
c. Saluran komunikasi yang termasuk ke dalam kategori tidak penting adalah
telepon dan video. 2.6 Ragam Bahasa Bali dan Tingkat Penguasaan
Bahasa Bali
Ragam bahasa Bali untuk siswa SD kelas I sampai dengan kelas VI meliputi ragam standar dan
nonstandar, serta penggunaan aras-tutur yang tepat dalam berkomunikasi. Di samping itu, tingkat
penguasaan kemampuan berbahasa Bali yang terdiri atas ukuran teks, kompleksitas ujaran,
rentang bentuk untuk fungsi mikro dan makro, kecepatan, serta fleksibilitas bentuk ujaran juga
dibahas dan dipadukan dengan medium komunikasi lisan dan tulisan, baik yang bersifat
reseptif maupun produktif.
2 6.1 Ragam Bahasa Bali
Bahasa Bali memiliki beraneka ragam variasi dialektal variasi geografis. Menurut Bawa
1983, yang dianggap sebagai dialek standar adalah dialek Klungkung. Pemilihan tersebut
didasari atas latar belakang sejarah dialek tersebut. Studi ini tidak mengacu pada salah satu dialek
yang ada di Bali untuk menentukan standar tidaknya ragam bahasa Bali sebab untuk tujuan
pembelajaran suatu bahasa, pertama-tama harus diketahui apa yang dimaksud dengan ragam
standar.
Ragam bahasa Bali standar adalah ragam bahasa Bali yang mengikuti atau sesuai dengan
kaidah bahasa Bali, meliputi fungsi bahasa dan aras-tutur, baik untuk bahasa lisan maupun tulisan.
Ragam nonstandar adalah kebalikan dari ragam standar, yaitu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
penggunaan bahasa Bali, baik untuk tujuan tulis dan lisan. Pemilihan ragam ini penting diajarkan
sejak dini sebab kesalahan dalam pemilihan ragam bahasa dalam berkomunikasi dapat menyesatkan.
Misalnya, bisa membuat seseorang tersinggung atau marah, dan bahkan tidak dapat mengerti pesan
atau amanat yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
❏ Ni Luh Sutjiati Beratha
Kebutuhan Pembelajaran Bahasa Bali Siswa Sekolah Dasar
di Daerah Tingkat I Provinsi Bali Halaman 62
Penggunaan aras-tutur menunjukkan bahwa bahasa Bali Kepara tampaknya tidak perlu
diajarkan pada siswa SD di Bali. Bahasa Bali Kepara dapat diperoleh dengan cepat dari
lingkungan tetangga ataupun sekolah hasil wawancara dengan para informan kunci. Bahasa
Bali Alus perlu diajarkan kepada siswa kelas I dan II, bahkan guru bahasa Bali tampaknya
menggunakan bahasa Bali Alus sebagai bahasa pengantar siswa SD kelas I dan II di desa. Untuk
itu, materi pelajaran untuk siswa SD I dan II sebaiknya menggunakan bahasa Bali Alus. Bahasa
Bali ragam Alus mulai diajarkan dari kelas III sampai dengan kelas VI baik untuk materi
pelajaran ataupun bahasa pengantar di kelas. Hasil ini sudah sesuai dengan kenyataan bahwa pada
masyarakat Bali, apabila ada orang ingin menyapa seseorang yang belum jelas stratifikasi sosialnya,
dia akan disapa dengan bahasa Alus dengan ungkapan seperti titiang nunasang antuk linggih
yang artinya ‘bolehkan saya mengetahui status sosial Anda’. Mengajarkan seseorang berbahasa
Bali ragam Alus jauh lebih baik daripada mengajarkan bahasa Kepara sebab seseorang yang
belum dikenal lebih senang jika disapa dengan bahasa Alus daripada bahasa Kepara. Penggunaan
bahasa Bali Kepara, terlebih-lebih dengan orang yang usianya lebih tua atau belum dikenal dapat
membuat orang tersinggung sebab tidak sesuai dengan tata krama adat Bali.
2.6.2 Tingkat Penguasaan Kemampuan Berbahasa Bali