10. Membantu pelaksanaan validasi proses produksi.
11. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau
didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas kadaluarsa terutama untuk sediaan antibiotika.
12. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan
didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian.
3.7.3 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan Installitbang
Dalam menjalankan perannya Installitbang melakukan penelitian terhadap produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh kualitas yang
lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi :
1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan
pengemas embalage. 2.
Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk Lafi Ditkesad.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi
perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya. 4.
Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian. Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka, pengadaan
bahan, penelitian skala laboratorium dan skala produksi, selanjutnya dilakukan validasi proses produksi dan pengawasan mutu dengan kerjasama antara
Insproduksi dan Instal wastu.
Universitas Sumatera Utara
3.7.4 Kegiatan Instalasi Produksi Instalprod
Kegiatan produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalprod yang meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian. Produk yang dihasilkan
oleh Lafi Ditkesad berupa produk Betalaktam dan produk non Betalaktam, dimana masing-masing produk dikerjakan pada gedung yang berbeda. Pada Instalprod
terdapat empat seksi yaitu: seksi non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, seksi sediaan sefalosporin dan seksi kemas. Masing-masing seksi dikepalai oleh
seorang Apoteker. Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Ditkesad tidak diperdagangkan bagi
masyarakat umum, dan belum memiliki nomor registrasi, namun demikian proses produksinya tetap dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan
oleh Badan POM. Rencana produksi dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang
diminta, jenis peralatan yang dimiliki kapasitas dan spesifikasi mesin, jumlah sumber daya manusia dan jam kerja serta waktu produksi yang tersedia.
Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets Batch Record
yang disusun oleh tim CPOB dan disetujui oleh Kainstal prod dan Kainstal wastu, kemudian didistribusikan dan didokumentasikan. Hal yang diuraikan dalam
catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets adalah kode produk, nama produk, nomor bets, besar bets, bentuk sediaan, kemasan, tanggal pengolahan dan
tanggal penyimpanan.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu dalam catatan pengolahan bets diuraikan mengenai komposisi, spesifikasi, peralatan, penimbangan bahan dan prosedur pengolahan. Pada catatan
pengemasan bets di cantumkan tentang penerimaan bahan pengemas, prosedur pengemasan primer, prosedur pengemasan sekunder dan pelulusan oleh
pengawasan mutu. Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan
digunakan dan dikeluarkan dari Instalsimpan berdasarkan catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan
dari Ins. Simpan selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi, yaitu seksi sediaan non Betalaktam atau seksi sediaan Betalaktam.
Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing seksi yang ada di Instalasi Produksi :
1. Seksi Sediaan Non Betalaktam Sidia Non Betalaktam
Seksi sediaan Non Betalaktam adalah seorang Apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi produksi. Pada seksi ini memproduksi obat-
obatan yang terdiri dari: sediaan tablet, sediaan kapsul dan sediaan sirup kering, salep dan sirup basah
a. Sediaan Tablet
Pembuatan tablet meliputi kegiatan pencampuran, granulasi, pengeringan, pencetakan, penyalutan dan stripping. Hasil dari seksi sediaan non
Betalaktam kemudian dikirim ke seksi pengemasan untuk dikemas. Tablet merupakan sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau
Universitas Sumatera Utara
cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Peralatan yang digunakan oleh seksi sediaan padat untuk pembuatan tablet diantaranya adalah mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap,
mesin pencampur basah sekaligus campur kering, oven pengering, granulator, mesin cetak tablet, mesin salut film serta mesin strip tablet.
Metoda pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah metoda cetak langsung dan metoda granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet
biasa dan tablet salut Alur proses produksi tablet di Lafi Ditkesad dengan menggunakan metoda
granulasi basah dimulai dengan urutan sebagai berikut: 1
Penimbangan bahan baku Bahan yang ditimbang diambil dari Instalasi simpan. Bahan yang
dibawa ke ruang timbang hanya boleh terbungkus oleh kemasan primernya, sedangkan kemasan sekundernya tidak disertakan. Proses
penimbangan dilakukan di ruang kelas III. Ruang timbang dilengkapi dengan dust collector dan meja timbang yang kuat dan tahan getar.
Bahan baku yang akan digunakan adalah bahan baku yang sudah dinyatakan lulus.
2 Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam, diaduk sampai
homogen. Pada pencampuran ini yang harus diperhatikan adalah waktu pencampuran dan putaran mesin pencampur agar dihasilkan
massa yang homogen.
Universitas Sumatera Utara
3 Proses pembuatan bahan pengikat mucilago Bahan pengikat ini harus dibuat baru dengan menambahkan air pada
bahan pengikat contohnya Amylum, lalu dipanaskan Kemudian dilakukan pengadukan sampai terbentuk massa bening. Pembuatan
mucilago ini dilakukan di dalam tangki pemanas double jacket. 4 Proses granulasi basah
Pada proses granulasi ditambahkan sejumlah bahan pengikat mucilago ke dalam hasil campuran zat berkhasiat dengan fase dalam
dan diaduk hingga homogen sampai terbentuk massa yang dapat dikepal. Proses granulasi ini dilakukan didalam Mixer Planetary.
5 Proses pengeringan Massa yang diperoleh dikeringkan pada suhu 60
C, sampai terbentuk massa setengah kering tergantung jenis tablet yang dibuat.
6 Proses pengayakan Massa setengah kering diayak dengan ayakan mesh tertentu
tergantung dari jenis dan ukuran tablet yang akan dibuat. Hasil pengayakan disebut dengan granul setengah kering.
7 Pada granul dilakukan IPC yang meliputi pemeriksaan kadar air granul
8 Proses pembuatan massa cetak Setelah granul lulus pemeriksaan uji mutu dibuat massa cetak yaitu
dengan penambahan bahan pelincir dan bahan pengembang luar. Diaduk sampai homogen.
9 Pengawasan mutu In process control
Universitas Sumatera Utara
Sebelum proses pencetakan, dilakukan IPC terhadap massa cetak yang meliputi pemeriksaan homogenitas dan kadar zat aktif.
10 Proses pencetakan Pencetakan tablet dilakukan sesuai dengan ukuran diameter dan berat
tablet. 11 Pengawasan mutu In process control
Sebelum dikemas, dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan kadar zat aktif.
12 Proses penyalutan Jika tablet memerlukan penyalutan maka dapat dilakukan penyalutan
dengan mencampurkan larutan penyalut dengan tablet jadi. 13 Proses penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut untuk tablet salut maka dilakukan proses pengemasan primer yakni proses penyetripan
stripping. 14 Pengawasan mutu In process control
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu IPC meliputi tes kebocoran strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan
dikirim ke Instalasi simpan. Untuk pembuatan tablet metode cetak langsung, dimulai dari proses
penimbangan bahan baku, selanjutnya mengikuti proses pencampuran massa cetak sampai dengan proses penyetripan dan pengemasan tanpa
melalui proses granulasi. Alur proses produksi tablet dan tablet salut dapat
dilihat pada Lampiran 6 7.
Universitas Sumatera Utara
b. Sediaan Kapsul
Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk
pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing dan mesin strip.
Alur proses produksi kapsul terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan
pengisi, bahan pelincir dilakukan oleh personil Instalsimpan. 2 Pencampurangranulasi
Proses pencampuran dilakukan hingga seluruh bahan yang dicampurkan homogen. Bahan yang diisikan ke dalam kapsul ada
yang harus digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya, sedangkan untuk bahan yang tidak digranulasi langsung
diisikan pada cangkang kapsul. 3 Pengawasan
mutu Hasil pencampuran massa kapsul dilakukan IPC oleh Instal wastu
yang meliputi pemeriksaan homogenitas kadar zat aktifnya. 4 Pengisian
kapsul Setelah massa kapsul diluluskan oleh Instal wastu maka massa kapsul
diisikan ke dalam cangkang kapsul. Selama pengisian harus diperhatikan suhu dan kelembaban ruangan.
Universitas Sumatera Utara
5 Polishing
Polishing dilakukan untuk menghilangkan debu yang masih menempel pada dinding luar kapsul.
6 Pengawasan mutu
Pemeriksaan dilakukan pada hasil pengisian ke dalam cangkang kapsul yang meliputi pemeriksaan kadar zat aktif, keseragaman
bobot, uji waktu hancur dan uji disolusi. 7
Stripping Proses stripping kapsul sama dengan proses stripping pada tablet.
8 Pengawasan mutu
Pada hasil stripping dilakukan tes kebocoran strip. Kapsul yang telah di strip siap untuk dikemas dan dikirim ke Instalsimpan.
Alur proses produksi kapsul dapat dilihat pada Lampiran 8.
c. Sirup Kering
Alur proses produksi sirup kering hampir sama dengan alur proses produksi tablet, yang membedakan hanya pada proses pencetakan,
stripping dan pengemasan.
Alur proses produksi sirup kering dapat dilihat pada Lampiran 9. d. Sediaan Salep
Ruang produksi salep terdiri dari ruang pencampuran dan ruang pengisian. Peralatan yang digunakan antara lain mesin peleleh basis Double Jacket,
mesin pencampur salep dan mesin pengisi-penutup salep otomatis.
Universitas Sumatera Utara
Alur proses produksi salep terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas III, oleh personil
instalasi simpan. 2 Pelelehan
basis Basis dilelehkan pada tangki pemanas double jacket, disaring
kemudian didiamkan selama satu malam. 3 Pencampuran
Bahan basis yang telah dilelehkan lalu dicampur dengan zat aktif dan diaduk terus sampai homogen pada suhu 40
C di dalam Homomixer. 4 Pengawasan
mutu Pada hasil proses pencampuran dilakukan uji mutu IPC terhadap
homogenitas, pH dan kadar zat aktif. 5 Pengisian
tube Setelah lulus uji mutu, massa salep diisikan ke dalam tube dengan
suhu yang terjaga sekitar 40 C.
6 Pengawasan mutu
Pada hasil pengisian dilakukan uji mutu IPC untuk diperiksa keseragaman isi tube dengan cara menimbang tube satu persatu yang
dilakukan setiap 15 menit selain itu juga dilakukan uji mutu IPC yang meliputi pemeriksaan pH, massa salep dan kadar zat aktif tiap
tube. Setelah lulus uji mutu, tube siap dikemas dan dikirim ke Ins.simpan.
Alur proses produksi salep dapat dilihat pada Lampiran 10.
Universitas Sumatera Utara
e. Sediaan Sirup Ruang produksi sirup merupakan ruang kelas III yang terdiri dari ruang
pencampuran, ruang pengisian, ruang pencucian alat. Peralatan yang digunakan antara lain mixer, tangki pemanas double jacket, filter, drum
stainless, mesin pengisi sirup, penutup botol dan pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian In Line Process.
Alur proses produksi sirup terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas III, oleh personil
instalasi simpan. 2
Pembuatan larutan gula pekat Syrupus Simplex Pembuatan larutan gula pekat dilakukan pada tangki pemanas double
jacket. Pemanasan menggunakan uap air yang dihasilkan oleh ketel uap.
3 Pencampuran Zat aktif dan zat tambahan pewarna dan pengawet masing-masing
dilarutkan dalam pelarutnya sampai larut sempurna, lalu dicampur dengan larutan gula pekat. Essence dapat ditambahkan jika
diperlukan dan volume ditambahkan sampai tanda batas yang ditentukan.
4 Pengawasan mutu
Pada hasil pencampuran dilakukan uji mutu IPC terhadap homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH larutan dan berat jenis.
5 Pengisian, penutupan dan labelling
Universitas Sumatera Utara
Setelah lulus uji mutu dilakukan pengisian, penutupan dan pemberian etiket atau label.
6 Pengawasan mutu
Pada hasil pengisian dan penutupan dilakukan pengawasan mutu yang meliputi kadar zat aktif, pH larutan dan berat jenis. Selama
proses pengisian dilakukan pengontrolan setiap 15 menit terhadap keseragaman volume dan hasil penutupan.
Alur proses sediaan cairan sirup dapat dilihat pada Lampiran 11. 2. Seksi Sediaan Sefalosporin Sidia Sefalosporin.
Produksi Sefalosporin belum dimulai produksi karena bangunan produksi belum jadi.
3. Seksi Sediaan Betalaktam Produksi Betalaktam di Lafi Ditkesad telah mendapatkan sertifikat CPOB
pada tanggal 1 Juni 2000. Proses produksi Betalaktam dilakukan pada gedung yang terpisah dengan produksi Non Betalaktam untuk menghindari terjadinya
pencemaran silang. Gedung produksi Betalaktam telah dilengkapi dengan sistem pengaturan udara Air Handling System, air washer, air shower, dan ruang
penyangga air lock. Lantai, dinding dan langit-langit dilapisi oleh bahan epoksi untuk memudahkan pembersihan.
Ruang kelas I terdiri dari Laminar Air Flow LAF, dimana dilakukan pengisian ke dalam vial. Ruang kelas II meliputi loker, koridor kelas II, air
shower, dan ruang staging steril. Ruang kelas III meliputi ruang timbang, ruang staging, ruang campur, ruang cetak tablet, ruang karantina, ruang salut film, ruang
penyetripan, ruang isi kapsul, ruang isi sirup kering, ruang cuci vial, ruang botol
Universitas Sumatera Utara
bersih, ruang simpan alat, ruang IPC, loker kelas III wanita dan pria. Ruang kelas IV meliputi ruang kemas, ruang karantina obat jadi, ruang gudang sejuk, ruang
gudang botolvial, ruang cuci botol, ruang simpan alat, ruang laundry dan loker kelas IV wanita dan pria.
Sistem pengaturan udara Air Handling SystemAHS untuk ruang kelas I dan kelas II dilakukan dengan sistem recycle udara dari kelas II disaring kemudian
ditambah udara segar 10-20 , kemudian udara yang masuk disaring dengan HEPA filter. Sementara untuk ruang kelas III dengan sistem pengolahan udara
terbuka udara segar yang masuk disaring dengan pre-filter dan medium filter. Kondisi ruangan di Betalaktam selalu diukur secara berkala untuk mengukur
pertukaran udara, suhu udara, kelembaban dan jumlah partikel. Setiap personel yang masuk ke ruangan Betalaktam diharuskan menggunakan pakaian khusus
lengkap dengan aksesorisnya yang berupa masker, sepatu dan sarung tangan. Sebelum memasuki ruangan dan saat keluar dari ruangan diharuskan melewati air
shower yang dimaksudkan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor yang melekat. Setelah selesai melaksanakan kegiatan produksi, setiap personel
diharuskan untuk membersihkan diri dengan mandi. 4. Seksi Kemas
Pengemasan dilakukan pada produk ruahan tablet, kapsul, sirup, dan salep. Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang sudah distrip,
dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan brosur lalu diseal, setiap sak plastik berisi 25 strip, tiap-tiap strip berisi 10 tablet.
Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus dilengkapi dengan identitas.
Universitas Sumatera Utara
Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping. Kapsul yang sudah distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi
dengan brosur lalu diseal. Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus dilengkapi dengan identitas berupa slip pak dimana tiap dus berisi 20 sak plastik,
setiap sak plastik berisi 25 strip dan setiap strip berisi 10 kapsul. Untuk sirup dipak ke dalam dus. Tiap dus berisi 25 botol dilengkapi dengan
sendok takar, brosur dan slip pak. Untuk sediaan salep setelah dimasukkan ke dalam tube aluminium sebanyak
10 g yang etiketnya telah tercetak pada permukaan luar tube, dimasukkan ke dalam dus kecil dilengkapi dengan brosur. Setiap dus kecil berisi 25 tube dan
dimasukkan ke dalam dus besar yang berisi 24 dus kecil. Setelah pengemasan selesai, dilakukan pemeriksaan oleh Instalasi pengawasan
mutu, kemudian Inswastu menempelkan label dikeluarkan dikemasan sekundernya dan setelah diperiksa seksi kemas membuat laporan administrasi
yang terdiri dari laporan bulanan dan bukti penyerahan obat jadi yang dikirim ke Instalasi Simpan.
3.7.5 Kegiatan Instalasi Simpan Instalsimpan