KAJIAN TEORI DAN KONSEP
2. Fungsi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Perkara-perkara di arbitrase maupun perkara-perkara yang menyelesaikannya melalui mediasi dapat juga timbul dari persengketaan antara konsumen dengan pelaku usaha, sehubungan dengan itu saat ini pemerintah sudah membentuk lembaga yang disebut BPSK adalah sebagai lembaga nonstruktural yang bertugas untuk menyelesaikan sengekta konsumen dengan pelaku usaha. BPSK adalah sebagai konsekuensi yuridis
dari adanya UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 45
Penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK melalui cara Konsiliasi atau Medias atau Arbitrase dalam menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang dan/atau memanfaatkan jasa. Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada pasal (1) bahwa:
“Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku
usaha dan konsumen 46 ”.
44 Ibid., h. 314. 45 Sophar Maru Hutagalung,Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h. 332. 46 Ahmadi Miru & Sutarman Yado, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja
Grafindo Persada cetakan kedua, 2004, h. 20.
Rumusan tentang Badan Penyelesai Sengketa Konsumen tersebut sebenarnya tidak penting jika hanya menentukan tugas BPSK, karena sesungguhnya tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen telah mendapatkan pengaturan sendiri. Pengertian Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen baru memberikan makna apabila dihubungkan dengan substansi penjelasannya, sehingga pengertian terse but seharusnya menyatakan, “Badan Penyelesai Sengketa Konsumen adalah badan yang menangani dan menyelesaikan sengketa di luar pengadilan antara pelaku usaha dengan konsumen secara efesien, cepat,
murah, dan profesional. 47 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen mengenai tugas dan
wewenangnya diatur dalam Pasal 52 UUPK jo. Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu 48 :
a. Melaksanakan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.
b. Memberikan konsultasi perlindungan konsumen.
c. Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku.
d. Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam udang-undang ini.
47 Ibid., h. 21. 48 Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, tentang Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
e. Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan kosnumen.
f. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.
g. Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan kosnumen.
h. Memanggil, menghadirkan saksi, saksi ahli dan /atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran undang-undang ini.
i. Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf
h, yang tidak bersedia memenuhi panggilan badan penyelesaian sengketa konsumen. j. Memutuskan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan. k. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen. l. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. m. Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini. 49
49 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Lihat: Kepmenperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Sengketa konsumen, yaitu sengketa antara konsumen dan pelaku usaha yang terjadi karena pelaku usaha menolak bertanggung jawab atas barang/jasa yang membawa kerugian bagi konsumen. Perlindungan hukum untuk konsumen yang mengalami kerugian dijamin oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Buktinya UUPK memberikan pilihan bagi konsumen dan pelaku usaha untuk sepakat
memilih jalur peradilan atau nonperadilan. 50 Adapun dalam ketentuan pasal 52 UUPK tugas dan wewenang
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara:
1) Mediasi sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di samping sudah dikenal dalam perundang-udangan di Indonesia, juga merupakan salah satu pilihan terbaik di antara sistem dan bentuk ADR yang ada. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang fleksibel dan tidak mengikat serta melibatkan pihak netral, yaitu mediator, yang memudahkan negosiasi antara para pihak/membantu mereka dalam mencapai kompromi/kesepakatan.
Selain definisi mediasi ini, masih banyak definisi lain yang berbeda-beda, namun pada umunya orang sepakat bahwa tujuan dari proses mediasi adalah membantu orang dalam mencapai penyelesaian sukarela terhadap suatu sengketa atau konflik. Jasa yang diberikan oleh mediator tersebut adalah menawarkan dasar-dasar penyelesaian
50 Sophar Maru Hutagalung…h. 332.
sengketa tapi tidak memberikan putusan atau pendapat terhadap sengketa yang sedang berlangsung. 51 Dalam peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia no. 1 tahun 2008, setiap hakim, mediator dan para pihak wajib mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi yang diatur dalam peraturan ini, sehingga hakim dalam pertimbangan putusan perkara wajib menyebutkan bahwa perkara yang bersangkutan telah di upayakan perdamaian melalui mediasi dengan menyebutkan nama mediator untuk perkara yang
bersangkutan. 52
2) Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. 53 Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa yang dapat dilakukan
oleh para pihak yang bersengketa. Kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini karena putusannya langsung final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Putusan arbitrase ini memiliki kekuatan eksekutorial, sehingga apabila pihak yang dikalahkan tidak memenuhi putusan secara suka rela, maka pihak yang menang dapa meminta eksekusi ke pengadilan.
3) Konsilisasi merupakan penyelesaian sengketa dengan jalan yang diartikan sebagai perdamaian, konsiliasi dapat dilakukan untuk
51 Ibid., h. 256. 52 Lihat : Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Tangerang: Telaga Ilmu Indonesia, Cet II, 2011, h. 186. 53 Rachmadi Usman , Mediasi di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik,Jakarta: Sinar
Grafika, 2012, h. 260.
mencegah proses litigasi dalam setiap tingkat peradilan, kecuali putusan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap tidak dapat dilakukan konsiliasi. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 ayat 10 undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. 54 Kesepakatan yang dicapai di mediasi atau konsiliasi atau arbitrase dibuat dalam perjanjian tertulis dan dikuatkan
dengan putusan majelis BPSK, sifat kesepakatan ini adalah final dan mengikat yaitu inkrah/berkekuatan hukum tetap (BHT/inkracht van
gewijsde 55 ).
C. Kerangka Pikir
Keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Palangka Raya, di dahului oleh lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, kemudian sebagai wujud implementasi undang-undang tersebut terbitlah Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2004 tentang pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Kepmenperindag Nomor : 79/M- DAG/KEP/2/2013 tentang pengangkatan anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Pemerintah kota Palangka Raya (terlampir), selanjutnya ditindaklanjuti dengan pelantikan dan pengambilan sumpah anggota BPSK periode 2013-2018 oleh wali kota Palangka Raya pada hari kamis tanggal 24 oktober 2013.
Selnajutnya hasil pelantikan tersebut di implementasikan oleh BPSK kota Palangka Raya dalam menyelesaikan sengketa konsumen dengan pelaku
54 Ibid., h. 314. 55 Lihat : Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Sinar Grafika Cet. Pertama, 2012, h. 188.
usaha untuk membantu menyelesaiakan problematika masyarakat dalam menegakkan keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum. Dalam pelaksanaannya di BPSK, penyelesaian sengketa relatif cepat dan biaya murah. Dikatakan cepat karena prosesnya hanya berlangsung 21 (dua puluh satu) hari (tiga minggu), selanjutnya dikatakan biaya murah karena BPSK tidak memungut biaya sebagaimana proses beracara di pengadilan negeri, melainkan biaya diminta hanya untuk kepentingan materai sebanyak 6 lembar. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan Studi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Palangka Raya dalam Menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen.
Untuk memudahkan alur pikir di atas maka peneliti buat desain penelitian dalam bentuk bagan sebagai berikut :
STUDI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN PALANGKA RAYA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA
ANTARA PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN TAHUN
2015-2016
1. Prosedur penyampaian permohonan ke Badan
Penyelesaian
Sengketa
Konsumen kota
palangka Raya.
2. Pelaksanaan penyelesaian sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen di Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Palangka Raya .
3. Penetapan putusan persidangan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota
Palangka Raya tahun 2015-2016 .
Hasil dan Analisi
Kesimpulan
D. Pertanyaan Peneliti
1. Prosedur penyampaian permohonan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Palangka Raya.
a. Bagaimana prosedur penyampaian permohonan konsumen ke BPSK?
b. Apakah semua permohonan konsumen diterima/ditolak oleh BPSK?
c. Bagaimana administasi permohonan yang diterima teregistrasi oleh BPSK?
2. Pelaksanaan penyelesaian sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen kota Palangka Raya.
a. Bagaimana pemberitahuan kepada pihak penggugat dan tergugat tentang penetapan hari sidang di BPSK?
b. Bagaimana penetapan hari sidang dan susunan majelis hakim dalam pemeriksaan perkara di BPSK?
c. Bagaimana metode persidangan yang ditawarkan oleh majelis hakim kepada para pihak yang berperkara di BPSK?
d. Berapa lama jeda waktu yang dialokasikan oleh BPSK untuk penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku usaha dalam satu kasus?
3. Penetapan putusan persidangan di Badan Penyelsaian Sengketa Konsumen kota Palangka Raya tahun 2015-2016
a. Berapa total kasus yang diselesaikan di BPSK kota Palangka Raya pada tahun 2015 ?