Jenis-Jenis Perjanjian Subyek Perjanjian

Dalam suatu perjanjian bentuk itu sangat penting, karena ada ketentuan undang- undang bahwa hanya dengan bentuk tertentu maka perjanjian mempunyai kekuatan mengikat sebagai bukti. f. Adanya syarat tertentu. Mengenai syarat tertentu ini sebenarnya sebagai isi dari perjanjian, karena dengan syarat-syarat itulah dapat diketahui adanya hak dan kewajiban dari pihak-pihak. Jika semua unsur yang ada tadi kita hubungkan dengan ketentuan syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 KUH Perdata maka dapat disimpulkan: a.. Syarat adanya persetujuan kehendak di antara pihak-pihak dapat meliputi unsur-unsur persetujuan, syarat-syarat tertentu dan bentuk-bentuk tertentu. b. Syarat kecakapan pihak-pihak meliputi unsur-unsur dari pihak-pihak yang ada dalam perjanjian. c. Adanya hal tertentu sebagai pokok perjanjian, sebagai obyek perjanjian, baik berupa benda maupun jasa, serta obyek dapat berwujud dan tak berwujud. d. Adanya kuasa yang halal, yang mendasari perjanjian itu sendiri meliputi unsur tujuan yang akan dicapai.

2.1.1. Jenis-Jenis Perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, adapun pembedaan tersebut adalah: a. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dapat menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak yang melakukannya. Sedangkan perjanjian sepihak yaitu perjanjian di mana salah satu pihak saja yang dibebani suatu kewajiban. b. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian dengan alas hak membebani. Perjanjian cuma-cuma adalah suatu perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak. Sedangkan perjanjian dengan alas hak membebani adalah perjanjian di mana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu akan diimbangi kontra prestasi dari pihak lain, antara prestasi dan kontra prestasi tersebut terdapat hubungan menurut hukum meskipun kedudukannya tidak selalu sama. c.Perjanjian konsensuil, riil dan formil Perjanjian konsensuil adalah adanya suatu perjanjian cukup adanya kata sepakat dari para pihak. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian di samping adanya kata sepakat masih diperlukan penyerahan bendanya. d. Perjanjian bernama, tidak bernama, dan campuran. Perjanjian bernama adalah suatu perjanjian yang telah ada namanya, seperti dalam buku III KUH Perdata Bab V sampai dengan Bab XVIII. Perjanjian tidak bernama yaitu perjanjian yang tidak ada namanya ketentuannya diatur dalam buku III KUH Perdata Bab I sampai dengan Bab IV yang merupakan ketentuan umum. Sedangkan perjanjian campuran adalah suatu perjanjian yang terdiri dari beberapa perjanjian bernama juga kemungkinan pula terdapat perjanjian tidak bernama.

2.1.2. Subyek Perjanjian

Subyek perjanjian dengan sendirinya sama dengan subyek perikatan yaitu kreditur dan debitur yang merupakan subyek aktif dan subyek pasif. Adapun kreditur maupun debitur tersebut dapat orang perseorangan maupun dalam bentuk badan hukum. KUH Perdata membedakan dalam tiga golongan untuk berlakunya perjanjian: 1. Perjanjian berlaku bagi para pihak yang membuat perjanjian. 2. Perjanjian berlaku bagi ahli waris dan mereka yang mendapat hak. 3. Perjanjian berlaku bagi pihak ketiga.

2.1.3. Asas-Asas Hukum Perjanjian