Hari Ke-16

Hari Ke-16

Buddhis Maïgala Beijing kepada banyak Bhikkhu. Hal ini sangat penting, karena kami berharap ada beberapa Bhikkhu

D alam perjalanan pindapàtta, lagi-lagi saya bertanya dapat datang ke Beijing untuk memberi Dhammadesanà. Kami

kepada diri sendiri, “Saya sedang mengerjakan apa? Saya tidak bukan memandang rendah para Bhikkhu Cina, tetapi salah satu

mendapatkan kemajuan di sini!”

peraturan pemerintah Cina adalah untuk tidak mengundang Sesampainya di desa, Bhikkhu Nanda mengajarkan saya

rakyatnya untuk bergabung dalam kegiatan beragama di

berapa hal:

Kedutaan Besar negara asing. Hal ini sangat disayangkan.

1. Saat berlatih meditasi berjalan, mata sebaiknya melihat Sampai saat sekarang, keadaan umat Buddhis di

ke bawah, tiga meter di depan kita, tetapi Kesadaran terpusat Indonesia merupakan tema perbincangan yang sangat menarik.

pada gerakan kaki. Sewaktu berjalan, kita sebaiknya Setiap tradisi Buddhis saling bersaing untuk mendapatkan

mengulangi mantra, 'BU' (saat melangkahkan kaki kanan), umat yang baru. Tindakan ini sangat lucu. Mereka masih belum

'DHO' (saat melangkahkan khaki kiri).

mengerti Dhamma. Dhamma adalah untuk meningkatkan Dalam tradisi Mahayana, para umat membacakan 'Amitofo'.

Kebijaksanaan dan Moralitas, mengapa ingin menyakiti umat Dua cara ini dan kegunaannya adalah sama, mengontrol pikiran

Buddhis lainnya? Hal ini berlawanan dengan Ajaran Cinta Kasih

saja.

dari Sang Buddha.

2. Dari desa hingga Vihara, seandainya Kesadaran hanya lepas dari gerakan kaki sebanyak lima kali, sudah sangat baik.

Setelah selesai makan, sa ya bertanya beberapa pertanyaan kepada Bhikkhu Kepala Vihara:

1. Mengapa tidak ada kemajuan dalam latihan saya? Beliau menjawab, “Kemalasan. Seandainya, kamu ingin naik

pesawat terbang untuk pulang ke Indonesia, pasti jam tiga subuh kamu akan bangun, karena kamu punya tujuan yang tepat.”

1. Mengapa saya merasa malas, mengantuk, dan tidak ada 1. Mengapa saya merasa malas, mengantuk, dan tidak ada

kehidupan. Saat seseorang ingin menjadi orang baik, mereka 'kematian' untuk berlatih meditasi. Banyak orang muda

harus melewati banyak tantangan, harus kokoh seperti batu. mengira masa muda adalah masa yang tidak dapat berubah,

Tujuan hidup dapat memberi kita semangat. Sebelum sehingga mereka melupakan kematian.”

mengerjakan pekerjaan yang kecil hingga pekerjaan yang besar,

2. Apa perbedaan Vihara ini dengan Pusat Vipassanà? seseorang sebaiknya mempunyai tujuan. Dalam proses Beliau menjawab, “Di Pusat Vipassanà, orang rela

mencapai tujuan, seseorang harus memiliki rencana. Rencana membayar uang demi membantu mereka mengatur jadwal

ini juga dapat mengingatkan seseorang tahap pencapaiannya. harian. Di sini, semuanya gratis, tetapi orang harus mengatur

Bila tahap untuk mencapai tujuan tersebut tidak mengalami kehidupannya sendiri. Bagaimana kalau disini juga harus

kemajuan, berarti langkah tersebut bermasalah. Sehingga ia membayar? Satu kali mengantuk harus membayar sepuluh

dapat introspeksi, karena sebagian besar masalah berasal dari ribu Rupiah?”

dirinya sendiri.

3. Mengapa saya sering mengalami dejavu? Sebagian besar kehidupan manusia modern semuanya Beliau menjawab, “Itu hal normal. Pikiran mengingat

bergantung dengan uang. Mereka tidak ingin bergantung kembali memori masa lalu yang sering terjadi. Jangan terkejut,

dengan semangatnya sendiri, tetapi pada obyek yang mudah pikiran dapat berubah dengan cepat!”

rapuh. Ini adalah penyakit moralitas, penyakit yang dapat merusak eksistensi kehidupan manusia. Setelah menyadari hal ini, banyak Krooba Ajahn tidak ingin para Bhikkhu untuk

Analisa:

meniru cara dunia ini, karena mempraktekkan Dhamma bukan Salah satu kebiasaan beberapa Bhikkhu hutan dalam

berarti harus mengikuti cara dunia. Selain itu, pada mengajar Dhamma adalah mereka hanya mengatakan kalimat

masyarakat modern, semakin lama semakin banyak pusat Dhamma yang pendek. Mereka kemudian membiarkan kita

meditasi yang mematok harga, contohnya dalam waktu satu untuk memikirkan kalimat Dhamma tersebut. Kadang kala,

minggu, orang yang akan berlatih harus membayar uang untuk memahami Dhamma yang mereka katakan, seseorang

beberapa ratus Yuan. Dhamma tidak dapat diterjemahkan ke memerlukan waktu yang panjang untuk berpikir atau

dalam bentuk uang.

menghadapi Dukkha. Pada saat berbincang Dhamma selama Saat di Vihara hutan, saya sering mengalami dejavu. perjalanan menuju tempat pindapàtta, Para Bhikkhu sering kali