Analisis Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) Pada Rumpon Portable Di Perairan Selatan Palabuhanratu, Jawa Barat

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR (HAND
LINE) PADA RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN SELATAN
PALABUHANRATU, JAWA BARAT

WAWAN DEDI ARIAWAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hasil
Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) pada Rumpon Portable di Perairan Selatan
Palabuhanratu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2015
Wawan Dedi Ariawan
NIM C44110016

4

ABSTRAK
WAWAN DEDI ARIAWAN. Analisis Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line)
pada Rumpon Portable di Perairan Selatan Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing
oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan DINIAH.
Penelitian ini menggunakan rumpon portable, pancing ulur dengan panjang tali
cabang 0,9 m; 1,2 m; dan 1,5 m. Tujuan penelitian untuk membuktikan bahwa
panjang tali cabang pancing ulur mempengaruhi kinerja alat tangkap secara teknis.
Pengambilan data dilakukan melalui experimental fishing di Perairan Samudera
Hindia pada posisi 8º07.615ʹ LS-106º24.89ʹ BT dan 8º21.03ʹ LS-106º26.89ʹ BT
selama 6 hari. Waktu pemancingan dikelompokkan menjadi pagi dan sore hari.
Hasil tangkapan diperoleh sebanyak 176 ekor ikan dengan bobot 379,7 kg, terdiri
atas 104 ekor tuna sirip kuning berbobot 254,7 kg, 68 ekor cakalang berbobot 116,1

kg dan 4 ekor lemadang berbobot 8,9 kg. Pancing ulur dengan panjang tali cabang
1,5 m mendapatkan tuna sirip kuning terbanyak, yakni 70 ekor dengan bobot 141,3
kg, atau bobot individu rata-rata 2,83 kg per ekor. Hasil uji-F pada ANOVA
memberikan p-value = 0,397 > 0,05; artinya tidak terdapat pengaruh panjang tali
cabang secara signifikan terhadap hasil tangkapan yang diperoleh. Selanjutnya
disarankan untuk melakukan penelitian menggunakan pancing ulur dengan ukuran
mata pancing berbeda pada pemancingan di sekitar rumpon portable.
Kata kunci: Rumpon portable, pancing ulur, tali cabang, Samudera Hindia

ABSTRACT
WAWAN DEDI ARIAWAN. Analysis of hand line catches on Portable Fish
Aggregating Device (FADs) in Southern Palabuhanratu Waters, West Java.
Supervised by ROZA YUSFIANDAYANI and DINIAH.
This research used portable FADs, hand line with a length of branch line to be 0.9
m; 1.2 m; and 1.5 m. The purpose of this research to prove influenced of the length
of branch line on technical performance. This research was used experimental
fishing methods in around of portable FADs area. The fishing location at Indian
Ocean on 8º07.615' S - 106º24.89' E and 8º21.03' S - 106º26.89' E for 6 days and
grouped period into morning and afternoon. The catch was 176 fishes with weight
379.7 kg, they were 104 yellowfin tuna (254.7 kg), 68 skipjack tuna (116.1 kg ) and

4 dolphinfish (8.9 kg). Hand line with branch line 1.5 m produced yellowfin tuna at
most yellowfin tuna, as many as 70 fishes with weight 141.3 kg, or an average
individual weight of 2.83 kg. The result of the analisys of varians F-test was p-value
= 0.397 > 0.05; it means there is no influence significantly the length of branch line
catches obtained. Furthermore, next research about hand line with different hook
sizes around portable FADs is still necessary.
Key word: FAD portable, hand line, branch line, Indian Ocean.

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR (HAND
LINE) PADA RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN SELATAN
PALABUHANRATU, JAWA BARAT

WAWAN DEDI ARIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

6

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand
Line) pada Rumpon Portable di Perairan Selatan Palabuhanratu, Jawa Barat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr Roza Yusfiandayani, SPi dan
Dr Ir Diniah, MSi selaku Komisi Pembimbing yang banyak memberikan saran.

Terimakasih kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi selaku dosen penguji dan Dr
Mochammad Riyanto, SPi MSi yang mewakili Komisi Pendidikan yang telah
memberikan saran serta masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada DIKTI yang telah memberikan dana BOPTN
yang difasilitasi oleh LPPM IPB dengan ketua peneliti Dr Roza Yusfiandayani, SPi
dan anggota peneliti Prof Dr Indra Jaya, MSc dan Prof Dr Mulyono S. Baskoro,
MSc sehingga penulis dapat melakukan penelitian.
Karya tulis ini ku persembahkan kepada ibu tercinta dan tersayang mendiang
Ni Ketut Budiasih. Ungkapan terimakasih tentunya kepada ayah (I Ketut Salin),
adik (Kade Agus Setiawan) dan seluruh keluarga tersayang atas segala doa dan
kasih sayangnya, terimakasih pula disampaikan kepada sahabat dan keluarga PSP
48 (Niko, Ray, Gilang, dan lainnya), sahabat rumpon (Taufik, Didit dan Bang
Prakas), teman-teman bubu, kak Novi, kak Muth Mainah dan bli Indra, sahabat
KMHD 48, pak Soleh, seluruh tim peneliti rumpon portable (Dhani, Maul, Genta,
Doni, Bang Ikhsan) atas waktu, bantuan dan dukungannya, serta kepada semua
pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Wawan Dedi Ariawan


10

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Peralatan
Metode Pengambilan Data
Analisis Data
1. Komposisi Hasil Tangkapan
2. Sebaran Frekuensi Panjang dan Berat Ikan
3. Pengaruh Panjang Tali Cabang

4. Hubungan Panjang dan Berat Ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Unit Pancing Ulur
2. Komposisi Hasil Tangkapan
3. Sebaran Frekuensi Panjang dan Berat Ikan
4. Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Pembahasan
KESIMPILAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1

1
2
2
2
4
4
4
4
6
6
6
7
7
7
7
7
9
12
14
16

17
17
18
18
20
26

DAFTAR TABEL
1. Rancangan pemancingan
2. Hasil tangkapan pancing ulur
3. Ukuran individu ikan hasil tangkapan

5
9
11

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran
2. Peta lokasi penelitian
3. Operasi penangkapan pada rumpon portable

4. Konstruksi pancing ulur
5. Jumlah hasil tangkapan pancing ulur menurut spesies ikan
6. Berat hasil tangkapan pancing ulur menurut spesies ikan
7. Jumlah hasil tangkapan ikan berdasarkan waktu pemancingan
8. Berat hasil tangkapan ikan berdasarkan waktu pemancingan
9. Sebaran panjang total ikan tuna berdasarkan unit pancing ulur
10. Sebaran berat individu ikan tuna berdasarkan unit pancing ulur
11. Sebaran panjang total ikan cakalang berdasarkan unit pancing ulur
12. Sebaran berat individu ikan cakalang berdasarkan unit pancing ulur
13. Hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares)
yang tertangkap di perairan Palabuhanratu
14. Hubungan panjang dan berat ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
yang tertangkap di perairan Palabuhanratu
15. Hubungan panjang dan berat ikan lemadang (Coryphaena hippurus)
yang tertangkap di perairan Palabuhanratu

3
4
6
8

10
10
11
12
12
13
13
14
15
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jumlah hasil tangkapan unit pancing ulur
2. ln Jumlah hasil tangkapan unit pancing ulur
3. Hasil uji normalitas data (Kolmogorov-Smirnov) dengan SPSS
4. ANOVA pengaruh panjang branchline
5. Uji-t terhadap nilai b pola pertumbuhan ikan tuna sirip kuning
6. Uji-t terhadap nilai b pola pertumbuhan ikan cakalang
7. Uji-t terhadap nilai b pola pertumbuhan ikan lemadang
8. Dokumentasi hasil penelitian

20
20
21
23
23
24
24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumpon merupakan alat bantu dalam penangkapan ikan. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan, Nomor PER 02/MEN/2011 mendefinisikan rumpon
sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai jenis
atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.
Teknologi rumpon saat ini sudah semakin banyak dikembangkan, salah satunya
adalah rumpon portable.
Rumpon portable merupakan rumpon yang tidak diletakkan secara tetap di
perairan, tetapi diletakkan pada saat akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di
daerah penangkapan ikan tersebut. Ketika tidak digunakan, rumpon tersebut dapat
dibawa atau dipindahkan ke daerah lain atau disimpan hingga dilakukan operasi
penangkapan ikan selanjutnya (Yusfiandayani et al. 2013). Rumpon portable
dimaksudkan untuk mengumpulkan ikan yang berasosiasi pada rumpon, lalu ikan
tersebut ditangkap oleh nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing ulur.
Pancing ulur (hand line) merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan
yang sering digunakan oleh nelayan Palabuhanratu untuk menangkap ikan tuna
(Thunnus sp.). Pancing ulur (hand line) dilengkapi dengan tali cabang dengan
ukuran tertentu yang disusun secara vertikal pada tali utama. Panjang tali cabang
diduga dapat mempengaruhi kinerja pancing ulur secara teknis, karena panjang tali
cabang yang digunakan dapat mempengaruhi pergerakan dan posisi mata pancing
terhadap target ikan tangkapan di sekitar rumpon portable. Pancing ulur
menggunakan swivel untuk mempermudah teknik pengoperasian pancing ulur saat
setting dan hauling.
Penelitian mengenai pengkajian terhadap rumpon portable sebelumnya sudah
pernah dilakukan oleh Yusfiandayani et al. (2013) di perairan Palabuhanratu.
Rumpon portable merupakan karya inovasi teknologi penangkapan ikan yang
tergolong baru. Penggunaannya belum dilakukan secara komersial, manfaatnya
belum diketahui dengan pasti, sehingga perlu adanya pengkajian terkait komposisi
hasil tangkapan yang diperoleh dari sekitar rumpon portable. Komposisi hasil
tangkapan di sekitar rumpon dapat diketahui diantaranya melalui pengoperasian
pancing ulur. Hal ini selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan penelitian “Analisis Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) pada
Rumpon Portable di Perairan Selatan Palabuhanratu, Jawa Barat”. Penelitian ini
dimaksudkan untuk melihat pengaruh perbedaan panjang tali cabang pada pancing
ulur terhadap komposisi hasil tangkapan yang didapatkan di sekitar rumpon
portable. Pengkajian terhadap rumpon portable masih tergolong baru, sehingga
penelitian tentang “Analisis Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) pada
Rumpon Portable di Perairan Selatan Palabuhanratu, Jawa Barat” perlu untuk
dilakukan.
Perumusan Masalah
Nelayan Palabuhanratu, umumnya menggunakan pancing ulur sebagai alat
tangkap utama untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan tuna. Pancing ulur

2

dilengkapi dengan satu atau beberapa tali cabang yang disusun secara vertikal pada
tali utama.
Tali cabang yang terdapat pada pancing ulur dapat berpengaruh langsung
terhadap kinerja alat tangkap secara teknis, yaitu dapat mengakibatkan lilitan antara
tali cabang dan tali utama. Lilitan antara tali cabang dan tali utama dapat
mengakibatkan putus pada tali cabang, sehingga dapat mengurangi efektivitas dan
produktivitas pancing ulur tersebut.
Nelayan umumnya menggunakan pancing ulur dengan panjang tali cabang
berbeda. Ukuran yang digunakan dalam satuan depa. Satuan depa umumnya 1,5 m.
Namun, kenyataannya satuan dalam depa dapat berbeda. Ukuran panjang tali
cabang yang digunakan nelayan berkisar antara 1,2-1,5 m dan adapula ukurannya
lebih pendek dari 1,2 m. Selanjutnya perlu mengkaji pengaruh panjang tali cabang
pada pancing ulur terhadap hasil tangkapan. Pengoperasian pancing ulur
menggunakan alat bantu rumpon portable sebagai pengumpul sasaran tangkap.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini ialah: Bagaimanakah
pengaruh perbedaan panjang tali cabang terhadap hasil tangkapan ikan tuna di
sekitar rumpon portable ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui komposisi hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon portable.
2) Mengetahui hubungan panjang dan berat hasil tangkapan pada pancing ulur.
3) Menentukan efektifitas dan produktifitas pancing ulur dengan panjang tali
cabang yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk :
1) Memberikan informasi tentang panjang tali cabang terbaik pada alat tangkap
pancing ulur yang dioperasikan di sekitar rumpon portable.
2) Sebagai informasi tentang komposisi hasil tangkapan di sekitar rumpon portable.
Kerangka Pemikiran
Panjang tali cabang diduga dapat mempengaruhi kinerja unit pancing ulur
secara teknik. Penelitian tentang pengaruh perbedaan panjang tali cabang ini
dilakukan di perairan sekitar pemasangan rumpon portable di Samudera Hindia.
Penggunaan alat bantu penangkapan ikan berupa rumpon portable diharapkan dapat
mempercepat adanya kelompok ikan sasaran tangkap. Panjang tali cabang
dibedakan menjadi tiga, yaitu: 0,9 m; 1,2 m; dan 1,5 m. Pengoperasian dilakukan
secara bersamaan untuk dua unit pancing ulur dengan tali cabang berbeda dan
bergantian secara periodik. Pengaruh pembedaan panjang tali cabang tersebut
dilihat dari komposisi hasil tangkapan yang diperoleh (Gambar 1).

3

Penggunaan alat bantu rumpon
portable

Pengoperasian 3 unit pancing ulur
dengan panjang tali cabang
berbeda (0,9 m; 1,2 m; dan 1,5 m)

Hasil tangkapan ikan

Komposisi jumlah HT yang
didapatkan

Identifikasi jenis
ikan




Frekuensi panjang dan
berat ikan
Hubungan panjang-berat HT

Panjang tali cabang yang
berbeda

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

4

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juni-Oktober 2014, bertempat di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB dan Perairan Selatan Palabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat. Uji coba penangkapan ikan dilakukan di perairan Samudra
Hindia pada posisi 8º07.615ʹ LS dan 106º24.89ʹ BT sampai dengan 8º21.03ʹ LS dan
106º26.89ʹ BT (Gambar 2).
102

103

104

105

106

107

108

109

N
-5

-5

-6

-6

W

E
S

95

105

110

115

120

125

130

135

140
15

10

10

-7

-7

100

15

5

5

0

0
-5

-5

-10

-10

-15

-15
-8

-8

-20

-20
95

100

105

110

115

120

125

130

135

140

-9

-9

KETER ANGAN

-10

-10

102

100

103

0

104

105

100

106

107

200

108

300

In d_ pu l_r e gion .sh p
P os isi p en ga m b ila n d a ta .sh p
La ut .sh p

109

400

Miles

Ska la 1 : 4 .0 00.00 0
SUM BER : Peta Rup a Bum i Indo nes ia Bak os urta nal Tah un 19 99

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Peralatan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Tiga unit pancing ulur dengan tali cabang berbeda (0,9 m; 1,2 m; dan 1,5 m);
Rumpon portable;
Kapal perikanan;
Timbangan digital;
Measuring board dan roll meter;
GPS (Global Positioning System) dan fish finder; dan
Kamera.
Metode Pengambilan Data

Pengambilan data melalui experimental fishing menggunakan 3 unit pancing
ulur. Panjang tali cabang dibedakan menjadi 0,9 m; 1,2 m; dan 1,5 m. Pengambilan
data dilakukan selama 6 hari di sekitar rumpon portable. Data primer yang diambil
meliputi:
1) Jumlah dan jenis hasil tangkapan.
2) Panjang total hasil tangkapan (cm), yaitu panjang ikan yang diukur mulai
dari bagian ujung mulut hingga bagian ekor yang paling ujung.
3) Berat individu ikan tangkapan, yaitu bobot yang dimiliki oleh ikan dalam
satuan kilogram (kg).

5

Pemancingan dilakukan pada pagi dan sore hari. Masing-masing waktu
pemancingan dilakukan selama 5 jam. Pemancingan pagi hari dilangsungkan pada
pukul 05.00-11.00 WIB dan sore hari pada pukul 13.00-18.00 WIB. Waktu
pemancingan pagi terdiri atas pemancingan I (05.00-08.00 WIB) dan II (09.0011.00 WIB). Sedangkan Pemancingan sore terdiri atas pemancingan III (13.0015.00 WIB) dan IV (15.00-18.00 WIB). Pengelompokan waktu pemancingan
tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan peluang penurunan yang sama masingmasing unit pancing ulur, yakni sebanyak 4 kali baik pagi maupun sore hari.
Rancangan pemancingan seperti tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rancangan pemancingan
Hari keWaktu Pemancingan (WIB)

Pagi

Sore

1

2
3
4
5
Penurunan Pancing dengan Panjang Tali cabang -

6

05.00-06.00

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

06.00-07.00

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

07.00-08.00

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

09.00-09.40

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

09.40-10.20

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

10.20-11.00

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

13.00-13.40

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

13.40.14.20

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

14.20-15.00

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

15.00-16.00

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

0,9 ; 1,2

16.00-17.00

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

1,2 ; 1,5

17.00-18.00

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

0,9 ; 1,5

Penurunan (setting) pancing ulur dilakukan langsung secara bersamaan dua
unit pancing ulur dengan panjang tali cabang berbeda di bagian buritan kapal dan
midship kapal selama 1 jam. Pengangkatan (hauling) pancing ulur dilakukan ketika
sudah terasa ada ikan yang memakan umpan pada pancing. Pergantian dua pancing
ulur dilakukan sesuai dengan waktu pemancingan. Urutan penurunan pancing ulur
pertama adalah pancing ulur dengan ukuran tali cabang 0,9 m dan 1,2 m; kedua,
pancing dengan ukuran tali cabang 1,2 m dan 1,5 m; serta ketiga pancing dengan
ukuran tali cabang 0,9 m dan 1,5 m. Demikian selanjutnya secara bergantian.
Operasi penangkapan ikan menggunakan pancing ulur di sekitar rumpon
portable seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3. Tiap unit pancing ulur yang
digunakan dalam penelitian ini dilengkapi 3 tali cabang, mata pancing no. 7, dan
menggunakan umpan buatan serat nilon berwarna merah. Umpan buatan berwarna
merah digunakan karena warna merah ketika berada di dalam perairan memiliki
warna yang mencolok dan lebih menarik perhatian ikan sasaran tangkap
(Kurnia et al. 2012).

6

Gambar 3. Operasi penangkapan pada rumpon portable
Analisis Data
1. Komposisi Hasil Tangkapan
Data primer yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis
deskriptif terhadap jumlah dan jenis hasil tangkapan yang didapatkan saat penelitian
berlangsung. Proporsi hasil tangkapan pancing ulur dapat dihitung dengan rumus
(Jeunjanan 2008):
� = ��
% …………………………………………………………………..(1)

Keterangan:
P = proporsi satu jenis ikan yang tertangkap pada rumpon
ni = jumlah/berat jenis ikan ke-i
N = jumlah/berat seluruh hasil tangkapan
2. Sebaran Frekuensi Panjang dan Berat Ikan
Distribusi frekuensi panjang dan berat ikan dominan yang tertangkap
ditentukan dengan menghitung jumlah selang kelas dan interval kelas
menggunakan rumus distribusi frekuensi (Walpole 1995) yaitu:
� = + , log �............................................................................................... (2)
� �� − � �
�=
................................................................................................... (3)
Keterangan:
K = Jumlah kelas
n = Banyak data
i = Lebar kelas
Nmax = Nilai terbesar
Nmin = Nilai terkecil

7

3. Pengaruh Panjang Tali Cabang
Data hasil tangkapan ikan terlebih dahulu diuji kenormalannya dengan Uji
Kolmogorov-Smirnov pada software SPSS (Conover 1971) diacu dalam Zainuddin
(2002). Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melihat apakah data menyebar
normal atau tidak. Data yang didapat menyebar secara normal, maka akan dilakukan
analisis data menggunakan Uji-F pada statistik dengan Analisys of Varians
(ANOVA). Analisis data ini digunakan untuk membandingkan jumlah hasil
tangkapan pada setiap ukuran panjang tali cabang pancing ulur (0,9 m; 1,2 m; dan
1,5 m). Hipotesis dalam Uji-F pada statistik dengan ANOVA yaitu :
H0 : Ukuran panjang tali cabang tidak berpengaruh terhadap jumlah hasil
tangkapan ikan .
H1 : Ukuran panjang tali cabang berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan
ikan.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas > 0,05; maka H0 diterima.
Jika probabilitas < 0,05; maka H0 ditolak.
4. Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Kondisi morfometrik ikan yang tertangkap secara temporal diuji
menggunakan model pertumbuhan dengan analisis hubungan panjang dan berat
ikan. Persamaan yang digunakan adalah W = aLb (a dan b adalah konstanta). Nilai
a dan b ditentukan menggunakan metode kuadrat terkecil dengan mentransformasi
model persamaan geometrik kedalam bentuk linearnya melalui logaritma.
Logaritma persamaan tersebut menjadi: log W = log a + b log L atau Y = A + BX.
Nilai W (berat ikan) dan L (panjang ikan) diperoleh dari hasil pengukuran Effendie
(1979). Analisis panjang dan berat ikan ini dilakukan menggunakan Microsoft
Excel.
Nilai b diuji terhadap nilai b = 3 atau b ≠ 3 menggunakan uji-t dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hipotesis uji-t pada statistik yaitu :
H0 :
b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik.
H1 :
b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah alometrik.
Dasar pengambilan keputusan:
thit > ttab ; maka H0 ditolak.
thit < ttab ; maka H0 diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Unit Pancing Ulur
Pancing ulur merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan dari kelompok
pancing. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor:
KEP.06/MEN/2010, pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hooks
and lines. Struktur utama dari alat tangkap pancing ulur terdiri atas mata pancing,

8

swivel, tali pancing, pemberat serta umpan. Tali utama atau main line pancing ulur
menggunakan bahan nilon polyamide (PA) monofilament No. 1200. Tali cabang
atau branch line menggunakan bahan nilon polyamide (PA) monofilament No. 400,
sedangkan pemberat dari timah dengan berat 0,5 kg. Pengoperasian pancing ulur
menggunakan umpan buatan dari benang sutera berwarna merah. Konstruksi
pancing ulur yang digunakan dalam penelitian ini seperti tercantum dalam
Gambar 4.
Keterangan:
a. Penggulung (bahan plastik)
b. Tali utama (PA monofilament no.1200)
c. Swivel no.7
d. Tali cabang (PA monofilament no. 400)
e. Mata Pancing no.7
f. Pemberat timah 0,5 kg

Gambar 4. Konstruksi alat tangkap pancing ulur
Pancing ulur dioperasikan sampai kedalaman tertentu sambil menyentaknyentakan pancing ulur sampai terasa ada ikan yang memakan umpan. Pancing ulur
yang dioperasikan selama penelitian, yakni dengan menurunkan pancing sampai
kedalaman 10-15 meter dari atas permukaan perairan. Kedalaman perairan ini
sebelumnya sudah diduga sebagai tempat ikan mencari makan dan tempat
tersebarnya ikan yang maksimum. Hal ini dapat diperkirakan karena atraktor yang
terpasang pada rumpon portable memiliki kedalaman 5 meter dari atas permukaan
perairan.
Kawasan Palabuhanratu mempunyai iklim Muson dan pola angin di sekitar
Palabuhanratu dipengaruhi oleh musim tersebut, yaitu musim barat selama bulan
November-Maret dan musim timur pada bulan Mei-September. Kecepatan angin
berkisar antara 4,4-23,5 km/jam. Kecepatan angin cukup kencang (>20 km/jam)
bertiup pada bulan Agustus-Desember.
Penangkapan ikan di Perairan Palabuhanratu umumnya dilakukan sepanjang
tahun dan dikenal dua musim penangkapan yaitu Musim Timur dan Musim Barat.
Musim Timur adalah musim dengan jumlah ikan sangat banyak atau berlimpah
yaitu pada Bulan Juni-Oktober. Periode ini ditandai dengan angin yang lemah,
keadaan laut yang tenang dan curah hujan sedikit. Musim Barat ditandai dengan

9

sedikitnya hasil tangkapan yang didaratkan akibat keadaan perairan yang cukup
membahayakan untuk operasi penangkapan ikan. Musim Barat berlangsung pada
Bulan November-April atau Mei Pariworo et al. (1988) dalam Limbong (2008).
2. Komposisi Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pancing ulur yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah
176 ekor, terdiri atas 104 ekor tuna sirip kuning (Thunus albacares), 68 ekor
cakalang (Katsuwonus pelamis) dan 4 ekor lemadang (Coryphaena hippurus). Tiga
jenis hasil tangkapan ini merupakan kelompok ikan yang sudah umum tertangkap
pancing nelayan Palabuhanratu. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan tuna sirip
kuning sebanyak 59,1%. Komposisi hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil tangkapan pancing ulur
No.

1
2
3

Jenis Hasil
Tangkapan

0,9

Hasil Tangkapan
Panjang Tali Cabang (m)
1,2
1,5
Jumlah
Berat
Jumlah
Berat
(ekor)
(kg)
(ekor)
(kg)
32
69,3
50
141,3
22
35,3
19
40,9
2
4,9
1
2,7

Jumlah
(ekor)
22
27
1

Berat
(kg)
44,0
39,9
1,4

Jumlah Total

50

85,3

56

109,5

70

184,9

Persentase

28,4

22,5

31,8

28,8

39,8

48,7

Yf. Tuna
Cakalang
Lemadang

Total
Jumlah

Berat

ekor

%

Kg

%

104
68
4

59,1
38,6
2,3

254,6
116,1
8,9

67,1
30,6
2,3

176

100
100

379,7

100
100

Keterangan: Yf. Tuna = Yellowfin Tuna

Pancing ulur dengan panjang tali cabang 1,5 m mendapatkan hasil tangkapan
paling banyak, baik dari jumlah ikan sebanyak 70 ekor (39,8%) maupun dari berat
hasil tangkapannya sebesar 187,3 kg (49,3%). Persentase hasil tangkapan ikan tuna
sirip kuning paling tinggi diantara pancing ulur dengan panjang tali cabang 0,9 m
dan 1,2 m, yakni 48,1%.
Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 2 memperlihatkan jumlah (ekor) dan berat
(kg) total hasil tangkapan berdasarkan perbedaan ukuran panjang tali cabang yang
digunakan pancing ulur. Hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap pancing ulur
dengan panjang tali cabang 0,9 m berjumlah 50 ekor, terdiri atas 22 ekor (44%) tuna
sirip kuning, 27 ekor (54%) cakalang, dan 1 ekor (2%) lemadang. Berat total hasil
tangkapan pada pancing ini didapatkan berat 85,3 kg dengan bobot hasil tangkapan
tuna sirip kuning 44 kg (51,6%), cakalang 39,9 kg (46,8%), dan lemadang 1,4 kg
(1,6%). Pancing ulur dengan panjang tali cabang 1,2 m mendapatkan hasil
tangkapan sebanyak 56 ekor yang terdiri atas 32 ekor (57%) tuna sirip kuning, 22
ekor (39%) cakalang, dan 2 ekor (4%) lemadang. Berat total hasil tangkapannya
sebesar 109,51 kg dengan berat total masing-masing hasil tangkapan diperoleh 69,3
kg (63,3%) tuna sirip kuning, cakalang 35,3 kg (32,2%), dan lemadang 4,9 kg
(4,5%). Pancing ulur dengan panjang tali cabang 1,5 m memperoleh hasil tangkapan
sebanyak 70 ekor, terdiri atas 50 ekor (71%) tuna sirip kuning, 19 (27%) ekor
cakalang, dan 1 ekor (1%) lemadang. Berat total hasil tangkapan ikan yang
didapatkan pada alat tangkap ini sejumlah 184,9 kg dengan berat hasil tangkapan
tuna sirip kuning 141,3 kg (76,4%), berat hasil tangkapan cakalang 43,3 kg (22,2%),

10

Jumlah hasil tangkapan (ekor)

dan berat hasil tangkapan lemadang sebesar 2,7 kg (1,4%). Komposisi hasil
tangkapan dalam jumlah dan berat dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
70

50
(71%)

60
50

32
(57%) 22
(39%)

27
(54%)
22
(44%)

40
30

19
(27%)

Tuna
Cakalang

20

2
(4%)

1
(2%)

10

1
(2%)

Lemadang

0
0,9

1,2

1,5

Panjang tali cabang (m)

Berat total hasil tangkapan (Kg)

Gambar 5. Jumlah hasil tangkapan pancing ulur penelitian menurut spesies ikan
141,3
(76,4%)

180
160
140
69,3
(63,3%)

120
100
80
60

44,0
(51,6%)
39,9
(46,8%)

40

Tuna

1,4
(1,6%)

20

35,3
(32,2%)
4,9
(4,5%)

40,98
(22,2%)

1,2

1,5

Cakalang
Lemadang

2,7
(1,4%)

0
0,9

Panjang tali cabang (m)
Gambar 6 . Berat hasil tangkapan pancing ulur penelitian menurut spesies ikan
Pengaruh panjang tali cabang terhadap hasil tangkapan menggunakan
Analisys of Varians (ANOVA). Sebelum Analisys of Varians dilakukan, terlebih
dahulu data jumlah hasil tangkapan dilogaritmakan, lalu diuji kenormalan datanya
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas menunjukkan data jumlah
hasil tangkapan menyebar normal, sehingga uji statistik dilanjutkan dengan uji-F
pada ANOVA untuk melihat pengaruh dari perbedaan panjang tali cabang terhadap
hasil tangkapan. Hasil perhitungan pada uji-F menunjukkan p-value = 0,397 > 0,05;
artinya perbedaan ukuran panjang tali cabang pancing ulur tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil tangkapan.
Ukuran individu ikan hasil tangkapan yang terbesar didapatkan dari pancing
ulur dengan panjang tali cabang 1,5 m (Tabel 3). Bobot individu tuna sirip kuning

11

adalah yang terbesar dibandingkan jenis hasil tangkapan lainnya, yakni rata-rata
2,83 kg per ekor.
Tabel 3 . Ukuran individu ikan hasil tangkapan
Bobot Individu Ikan (kg/ekor)
No.

Hasil Tangkapan

Panjang Tali Cabang (m)

1

Tuna Sirip Kuning

0,9
2,0

1,2
2,2

1,5
2,8

2

Cakalang

1,5

1,6

2,2

3

Lemadang

1,4

2,5

2,7

Operasi penangkapan ikan berlangsung selama 6 hari dengan melakukan
penangkapan ikan selama 5 jam pada setiap waktu pemancingannya. Beberapa
faktor operasi penangkapan ikan yang mempengaruhi operasional alat tangkap
yakni faktor cuaca seperti angin dan gelombang besar yang tidak memungkinkan
melanjutkan kegiatan penangkapan ikan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
ialah saat operasi penangkapan berlangsung beberapa alat tangkap ada yang
terputus sehingga perlu adanya perbaikan pada alat tangkap. Data hasil tangkapan
pancing ulur menurut jumlah (ekor) dan berat (kg) hubungannya dengan lama hari
operasi penangkapan ikan dan waktu pemancingan dapat dilihat pada Gambar 7 dan
8.
Grafik pada Gambar 7 dan 8 menunjukkan jumlah dan berat total hasil
tangkapan pada waktu pemancingan pagi dan sore dengan lama hari operasi
penangkapan ikan yang dilakukan menggunakan 3 unit pancing ulur dengan ukuran
panjang tali cabang berbeda. Jumlah hasil tangkapan pemancingan pagi sebanyak
84 ekor dengan berat 182,3 kg dan jumlah hasil tangkapan sore sebanyak 92 ekor
dengan berat 197,4 kg. Jumlah hasil tangkapan paling banyak diperoleh pada hari
ke-3 sebanyak 58 ekor dan berat sebesar 116,3 kg terdiri atas jumlah hasil
tangkapan pagi sebanyak 32 ekor dengan berat hasil tangkapan 57,1 kg dan jumlah
hasil tangkapan sore sebanyak 26 ekor dengan berat 59,2 kg.

Jumlah hasil tangkapan
(ekor)

40
32

35

26

30
25

12

12

15

Sore

16

15

20

10

Pagi

21
12
9

7

6 8

5
0
1

2

3

4

5

6

Hari keGambar 7 . Jumlah hasil tangkapan ikan berdasarkaan waktu pemancingan

Berat total Hasil Tangkapan (kg)

12

70

57,1 59,2

60
50

39,05

40

20

30,2
25,2

30,4

30,1
23,4

30

Pagi

36,6

Sore
16,5 18,3

14,0

10
0
1

2

3

4

5

6

Hari keGambar 8 . Berat hasil tangkapan ikan berdasarkan waktu pemancingan
3. Sebaran Frekuensi Panjang dan Berat Ikan
Hasil tangkapan ikan yang diperoleh didominasi oleh ikan tuna sirip kuning
dan cakalang. Hasil tangkapan ikan kedua jenis ikan ini memiliki sebaran panjang
dan berat yang beragam. Grafik yang diperlihatkan pada (Gambar 9) menunjukkan
sebaran panjang ikan tuna sirip kuning, jumlah hasil tangkapan tertinggi terdapat
pada selang kelas 48,2-56,7 cm dengan jumlah hasil tangkapan 64 ekor.
Lm = 77,8 cm

Jumlah hasil tangkapan (ekor)

40
30

35
30

20

25

layak tangkap
tdk layak tangkap

20
14

15
10
5

554

12

Tali cabang 0.9 m
Tali cabang 1.2 m

5
2

121

001

000

001

001

Tali cabang 1.5 m

0

Panjang total ikan (cm)
Gambar 9 . Sebaran panjang total ikan tuna berdasarkan unit pancing

ulur

Jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning paling banyak berdasarkan
panjang total ikan menggunakan pancing ulur berkisar antara 39,3-65,3 cm, yaitu
sebanyak 97 ekor. Berdasarkan hasil tangkapan panjang ikan yang didapatkan
untuk ikan tuna sirip kuning masih berukuran kecil atau belum layak tangkap.
Ukuran ikan tuna sirip kuning menurut IOTC (2010) di perairan sebelah barat

13

Samudera Hindia adalah 77,8 cm. Namun, didapatkan pula hasil tangkapan tuna
sirip kuning yang memiliki ukuran panjang 107,3 cm pada selang kelas 104,1-112,1
cm yang sudah dalam ukuran layak tangkap.
Jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning paling banyak berdasarkan
berat ikan hasil tangkapan menggunakan pancing ulur berkisar antara 0,8-4,5 kg,
yaitu sebanyak 100 ekor (Gambar 10). Jumlah tangkapan tertinggi pada kisaran
berat 0,8-2,6 kg berjumlah 82 ekor.

Jumlah hasil tangkapan (ekor)

40
34

35
30
25

27
21

20
Tali cabang 0.9 m

13

15
10

Tali cabang 1.2 m

4

5

1
0 1

1

000

001

000

001

000

Tali cabang 1.5 m

0

Berat ikan (kg)
Gambar 10 . Sebaran berat individu ikan tuna sirip kuning berdasarkan unit
pancing ulur

Jumlah hasil tangkapan (ekor)

25 Lm = 40 cm

layak tangkap

18

20

14
15
10

10

8

5
3

Tali cabang 0.9 m
6

Tali cabang 1.2 m

5
0

0

0

02

00

10
0

0

0

0

1

Tali cabang 1.5 m

0

Panjang total ikan (cm)
Gambar 11 . Sebaran panjang total ikan cakalang berdasarkan unit pancing ulur
Jumlah hasil tangkapan ikan cakalang paling banyak berdasarkan panjang
total ikan menggunakan pancing ulur berkisar antara 40-54,3 cm, yaitu sebanyak
64 ekor (Gambar 11). Jumlah tangkapan tertinggi pada kisaran berat 44,8-49,5 cm
berjumlah 42 ekor. Ikan cakalang yang tertangkap pancing ulur pada penelitian ini

14

memiliki ukuran panjang rata-rata besar dari 40 cm atau sudah dalam ukuran layak
tangkap. Hasil tangkapan cakalang terpanjang didapatkan pada selang kelas 68,873,5 cm dengan ukuran 73,1 cm.

Jumlah hasil tangkapan (ekor)

30
25

26
19

20
13
15
Tali cabang 0.9 m
10

5

Tali cabang 1.2 m

3
5
0

0

00

100

0

00

0

00

0

0

1

Tali cabang 1.5 m

0

Berat ikan (kg)
Gambar 12 . Sebaran berat individu ikan cakalang berdasarkan unit pancing ulur
Jumlah hasil tangkapan ikan cakalang paling banyak berdasarkan berat ikan
hasil tangkapan menggunakan pancing ulur berkisar antara 0,8-2,85 kg, yaitu
sebanyak 66 ekor (Gambar 12). Jumlah tangkapan tertinggi pada kisaran berat 0,861,85 kg berjumlah 58 ekor.
4. Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Hasil analisis hubungan panjang dan berat ikan hasil tangkapan didapatkan
persamaan regresi dengan R2 yang berbeda (Gambar 13; 14; dan 15). Model
persamaan hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning adalah y =
0,00002081x2,8968 atau W = 0,00002081L2,8968 dengan nilai R² = 89%. Hasil ini
menunjukkan bahwa panjang dan berat ikan tuna sirip kuning memiliki korelasi
positif, artinya setiap kenaikan panjang sebesar satu satuan akan menyebabkan
kenaikan b sebesar 2,8968. Analisis uji-t untuk b pada taraf nyata 0,05 diperoleh thit
< ttab, menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan tuna sirip kuning di wilayah
penelitian (Gambar 13) menunjukan pola pertumbuhan isometrik (b = 3), artinya
pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat.
Model persamaan hubungan panjang dan berat ikan cakalang adalah y =
0,00002044x2,9177 atau W = 0,00002044L2,9177 dengan nilai R² = 92% (Gambar 14).
Hasil ini menunjukkan bahwa panjang dan berat ikan cakalang memiliki korelasi
positif, artinya setiap kenaikan panjang sebesar satu satuan akan menyebabkan
kenaikan b sebesar 2,9177. Analisis uji-t untuk b pada taraf nyata 0,05 diperoleh thit
< ttab, menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan cakalang di wilayah penelitian
(Gambar 14) menunjukan pola pertumbuhan isometrik (b = 3), artinya pertumbuhan
panjang seimbang dengan pertumbuhan berat.

15

25
y = 0.00002081x2.8968
R² = 0.8896
n =104

Berat ikan (kg)

20
15
10
5
0
0

20

40

60

80

100

120

Panjang total ikan (cm)
Gambar 13. Hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning (Thunnus
albacares) yang tertangkap di perairan Palabuhanratu
9
8
y = 0.00002044x2.9177
R² = 0.9232
n = 68

Berat ikan (kg)

7
6
5
4
3
2
1
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

Panjang total ikan (cm)
Gambar 14. Hubungan panjang dan berat ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
yang tertangkap di perairan Palabuhanratu
Model persamaan hubungan panjang dan berat ikan lemadang adalah y =
0,0001993x2,2340 atau W = 0,0001993L2,2340 dengan nilai R² = 99 % (Gambar 15).
Nilai model observasi (R² = 99%) menunjukkan bahwa panjang dan berat ikan
lemadang memiliki korelasi positif, artinya setiap kenaikan panjang sebesar satu
satuan akan menyebabkan kenaikan b sebesar 2,2340. Analisis uji-t untuk b pada
taraf nyata 0,05 diperoleh thit > ttab, menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan
lemadang di wilayah penelitian (Gambar 15) menunjukan pola pertumbuhan
alometrik negatif (b < 3), artinya pertumbuhan panjang lebih cepat dari
pertumbuhan berat.

16

3,5
y = 0.0001993x2.2340
R² = 0.997
n=4

Berat ikan (kg)

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Panjang total ikan (cm)
Gambar 15. Hubungan panjang dan berat ikan lemadang (Coryphaena hippurus)
yang tertangkap di perairan Palabuhanratu
Pembahasan
Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian menggunakan pancing ulur
didominasi oleh ikan tuna sirip kuning. Ukuran panjang dan berat ikan tuna
tangkapan hampir seragam, dikarenakan ikan tuna memiliki kecepatan renang yang
relatif sama. Ikan tuna diketahui hidupnya bergerombol saat bermigrasi maupun
saat mencari makan. Hasil tangkapan sampingan yang diperoleh, yakni ikan
cakalang dan lemadang, berukuran besar.
Ukuran ikan tuna sirip kuning yang tertangkap dalam penelitian ini lebih
banyak di bawah ukuran pertama kali matang gonad (Lm= 77,8 cm-FL), yakni
berkisar antara 39,3-63,5 cm, artinya hasil tangkapan tuna sirip kuning yang
didapatkan masih belum dewasa atau belum layak tangkap. Sementara itu,
Mardlijah (2008) menyatakan bahwa ukuran pertama kali matang gonad (Lm) ikan
tuna sirip kuning di Perairan Marisa (Sulawesi Utara) untuk ikan betina berkisar
antara 89,2–100,9 cm-FL, sedangkan Zubaidi et al. (1994) pada penelitiannya di
Perairan Maluku diperoleh Lm ikan tuna sirip kuning jantan dan betina masingmasing sebesar 118,7 cm-FL dan 113 cm-FL. Belum layak tangkapnya ikan tuna
sirip kuning yang didapatkan, hal ini dikarenakan kedalaman pengoperasian alat
tangkap pancing ulur berkisar antara 10-15 meter dari permukaan perairan. Hasil
penelitian Josse et al. (2000) dalam Nurdin et al. (2012) dengan menggunakan
perangkat akustik menunjukkan schooling ikan tuna berukuran kecil terdapat pada
strata kedalaman 10–50 meter merupakan area dengan kepadatan dan jumlah
schooling terbesar. Priatna et al. (2010) menyatakan bahwa kepadatan ikan
(density) di sekitar rumpon tertinggi ditemukan pada lapisan permukaan hingga
kedalaman 50 meter, dengan dominasi 80% ukuran ikan 40–70 cm berada pada
kedalaman 25 sampai 50 meter yang diduga kuat adalah jenis cakalang dan tuna
kecil. Hal yang serupa diperoleh juga dalam penelitian ini, ikan tuna sirip kuning
yang didapatkan dari proses pemancingan lebih didominasi oleh ukuran tangkapan
yang kecil, hal ini diduga karena pemancingan dilakukan di sekitar kolom perairan
pada kedalaman 10-15 meter. Disamping posisi pemancingan di kolom perairan,

17

ukuran tuna sirip kuning yang tertangkap berukuran kecil diduga juga disebabkan
oleh pemakaian ukuran mata pancing nomor 7. Pancing jenis lain untuk menangkap
tuna digunakan mata pancing nomor 1 atau 2, agar diperoleh hasil tangkapan
berukuran besar.
Hasil uji-t terhadap nilai b pada tingkat kepercayaan 95%, hubungan panjang
dan berat ikan tuna sirip kuning yang didapatkan dalam penelitian dengan pancing
ulur menunjukkan pola pertumbuhan yang bersifat isometrik (b = 3). Hal yang
berbeda ditemukan oleh Zubaidi et al. (1994) dalam penelitiannya di perairan
Bacan-Maluku Utara bahwa pertumbuhan ikan tuna sirip kuning dengan pancing
ulur bersifat alometrik negatif. Perbedaan pola pertumbuhan dapat disebabkan oleh
ukuran ikan hasil tangkapan yang berbeda, pada penelitian ini ukuran ikan hasil
tangkapan masih relatif kecil (baby tuna). Ikan yang hidup pada permukaan
perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, diantaranya ukuran dan jenis
makanan, kondisi oseanografi perairan (suhu, oksigen, dan lain-lain), dan kondisi
ikan (umur). Menurut Hossain (2010) hubungan panjang-bobot ikan dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya habitat, lingkungan, musim, jenis makanan, matang
gonad, kesehatan dan jenis kelamin.
Hasil tangkapan pancing ulur dengan panjang tali cabang 1,5 m mendapatkan
hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan dua alat tangkap pancing
lainnya. Hal ini diduga untuk proses pemancingan di sekitar rumpon, pada posisi
pancing ulur yang sama dengan panjang tali cabang yang berbeda, mata pancing
pada tali cabang 1,5 m lebih jelas terlihat oleh ikan yang menjadi target tangkapan,
karena gerakan tali cabang yang lebih lebar dibandingkan pancing ulur dengan
panjang tali cabang lainnya.
Hasil uji-F menunjukkan bahwa pembedaan panjang tali cabang 30 cm tidak
signifikan terhadap jumlah hasil tangkapan, artinya pancing ulur dengan semua
panjang tali cabang yang diuji dapat digunakan dengan hasil yang hampir sama.
Namun, berdasarkan deskripsi hasil penelitian, disarankan menggunakan panjang
tali cabang 1,5 m, karena jumlah hasil tangkapan yang didapatkan lebih banyak dan
juga mendapatkan ukuran individu yang lebih besar. Oleh karena itu disarankan
menggunakan pancing ulur dengan panjang tali cabang 1,5 m dalam menangkap
ikan tuna.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Jumlah total hasil tangkapan pancing ulur sebanyak 176 ekor dan berat 379,7
kg. Komposisi hasil tangkapan mencakup 104 ekor (59,1%) tuna sirip kuning,
68 ekor (38,6%) cakalang dan 4 ekor (2,3%) lemadang.
2) Hubungan panjang dan berat ikan hasil tangkapan terhadap tiga jenis ikan hasil
tangkapan didapatkan nilai b untuk ikan tuna sirip kuning, cakalang dan
lemadang berturut-turut: 2,897; 2,918; dan 2,234. Uji-t terhadap nilai b pada
selang kepercayaan 95% diperoleh pola pertumbuhan ikan tuna sirip kuning dan
cakalang bersifat isometrik (b = 3), sedangkan pola pertumbuhan ikan lemadang
bersifat alometrik negatif (b < 3).

18

3) Hasil tangkapan terbanyak diperoleh menggunakan pacing ulur dengan panjang
tali cabang 1,5 m dengan jumlah 70 ekor (39,8%) dan berat 184,9 kg (48,7%).
Secara statistik perbedaan panjang tali cabang 0,9 m; 1,2 m; dan 1,5 m tidak
berbeda nyata.
Saran
Pengoperasian pancing ulur di sekitar rumpon portable disarankan
menggunakan ukuran mata pancing yang lebih besar, No. 1 atau 2 untuk
mendapatkan ukuran tuna lebih besar. Penulis menyarankan pemasangan atraktor
pada rumpon portable dipasang lebih jauh kedalam kolom perairan dan
pemancingan dilakukan lebih jauh kedalam kolom perairan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama.
Hossain Y. 2010. Length-weight, length-length relationship and condition factors
of three schibid catfish from the Padma River, Northwestern Bangladesh.
Asian Fisheries Science. (23): 329-339.
[IOTC] International Ocean Tuna Commission. 2010. Reproductive Biology of
Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) in the Western and Central Indian
Ocean. IOTC Working Party on Tropical Tuna.
Jeujanan B. 2008. Efektivitas rumpon dalam operasi penangkapan ikan di Perairan
Maluku Tenggara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor: KEP.06/MEN/2010 tanggal
11 Januari 2010 tentang Alat Penangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.
Kurnia M, Sudirman, Yusuf M. 2012. Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing
terhadap hasil tangkapan pancing ulur di perairan pulau sabutung
pangkep.[terhubungberkala].http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/1
23456789/4284/Full%20paper%20seminar%20tangkap.pdf?sequence=1
[13 November 2014]
Limbong M. 2008. Pengaruh suhu permukaan laut terhadap jumlah dan ukuran hasil
tangkapan ikan cakalang di Perairan Teluk Palabuhanratu Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mardlijah S. 2008. Analisis isi lambung dan gonad ikan madidihang (Thunnus
albacares Bonnatere 1788) yang tertangkap di perairan Marisa,Gorontalo,
TelukTomini [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Nurdin E, Taurusman AA dan Yusfiandayani R. 2012. Struktur ukuran, hubungan
panjang-bobot dan faktor kondisi ikan tuna di Perairan Prigi, Jawa
Timur. Jurnal BAWAL Vol. 4 (2) Agustus 2012: 67-73.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor: PER.02/MEN/2011 tanggal
31 Januari 2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan, Penempatan Alat
Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.

19

Priatna A, Nugroho D dan Mahiswara. 2010. Keberadaan ikan pelagis rumpon laut
dalam pada musim timur di Perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Teluk
Pelabuhanratu dengan metode hidroakustik. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. 16 (2): 83-91. Jakarta: Pusat Riset Perikanan Tangkap.
Walpole. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yusfiandayani R, Jaya I dan Baskoro MS. 2013. Pengkajian terhadap rumpon
portable untuk pengelolaan ikan tuna dan cakalang secara berkelanjutan.
[Laporan Akhir Penelitian Lintas Fakultas]. Bogor (ID). Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor.
Zainuddin. 2002. Pengaruh penggunaan umpan terhadap hasil tangkapan cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan menggunakan pancing ulur pada rumpon di
Perairan Pambusuang Kabupaten Polmas Sulawesi Selatan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Zubaidi T, Edrus IN dan Hurasan MS.1994. Beberapa aspek biologi ikan
madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Bacan. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut. (94): 1–10.

20

LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah hasil tangkapan unit pancing ulur
Waktu

Pagi

Sore

Panjang Branch Line
0.9
1.2
1.5
1
3
2
5
5
5
8
11
13
3
3
6
3
4
5
2
2
3
3
2
3
4
3
5
7
7
12
5
9
7
5
5
6
4
2
3

Lampiran 2. Logaritma natural (ln) Jumlah hasil tangkapan unit pancing ulur
Waktu

Pagi

Sore

Panjang Branch Line
0.9
1.2
1.5
0
1,098612 0,693147
1,609438 1,609438 1,609438
2,079442 2,397895 2,564949
1,098612 1,098612 1,791759
1,098612 1,386294 1,609438
0,693147 0,693147 1,098612
1,098612 0,693147 1,098612
1,386294 1,098612 1,609438
1,94591
1,94591 2,484907
1,609438 2,197225 1,94591
1,609438 1,609438 1,791759
1,386294 0,693147 1,098612

21

Lampiran 3. Hasil uji normalitas data (Kolmogorov-Smirnov) menggunakan SPSS
Descriptives
Statistic
Jumlah hasil tangkapan

Mean

Std. Error

1,4315

95% Confidence Interval for

Lower Bound

1,2382

Mean

Upper Bound

1,6247

5% Trimmed Mean

1,4329

Median

1,4979

Variance

0,09520

0,326

Std. Deviation

0,57121

Minimum

0,00

Maximum

2,56

Range

2,56

Interquartile Range

0,69

Skewness
Kurtosis

-0,078

0,393

0,013

0,768

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Jumlah_hasil_tangkapan
a. Lilliefors Significance Correction

0,137

df

Shapiro-Wilk

Sig.
36

0,087

Statistic
0,966

df

Sig.
36

0,323

22

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Jumlah_hasil_ta
ngkapan
N
Normal

36
Parametersa,b

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

1,4315
0,57121

Absolute

0,137

Positive

0,137

Negative

-0,122

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

0,137
0,087c

Lampiran 4. ANOVA pengaruh panjang branchline
ANOVA
Source of Variation
Waktu Operasi
Panjang BL
Interaction
Within

SS
0,262163
0,649613
0,277489
10,23039

df
1
2
2
30

Total

11,41965

35

MS
0,262163
0,324806
0,138744
0,341013

F
0,768777
0,952475
0,40686

P-value
0,387563
0,397144
0,669356

F crit
4,170877
3,31583
3,31583

Lampiran 5. Uji-t terhadap nilai b pertumbuhan ikan tuna sirip kuning
Ʃ log L = 180.3316 ; Ʃ log W = 35.49089 ; Ʃ log L2 = 313.0391 ; Ʃ log W2 = 15.33923 ; Ʃ log W x log L = 62.55914 ; n = 104
A=

Ʃ

�� Ʃ

� ^2 − Ʃ

Ʃ

� ^2 − Ʃ





Ʃ



^2

x

��

A = loga a = -4.681668595 ; a = 0.00002081

= -4.681668595 ;

b=

Ʃ



x

Ʃ

�� − Ʃ

� ^2 − Ʃ

��xƩ



^2



= 2.896799855

Ʃ x2 = Ʃ x2 - (Ʃ x)2/n = 0.351924793 ; Ʃ y2 = Ʃ y2 - (Ʃ y)2/n = 3.227658336 ; Ʃ xy = Ʃ xy - (Ʃx x Ʃ y)/n = 1.019455689 ;
Ʃ S2 yx= Ʃ y2 - (Ʃ xy)2/Ʃ x2 = 0.274499244 ; S2 yx = Ʃ S2 yx/(n-2) = 0.004159079 ; Sb2 = Syx/Ʃ x2 = 0.011818092 ;
Sb = (Sb2)1/2 = 0.108711047
t hit = ǀ (3-b)/Sb ǀ = 0.949306884 < t tab = 1.983495259

23

23
24

Lampiran 6. Uji-t terhadap nilai b pertumbuhan ikan cakalang
Ʃ log L = 114.103 ; Ʃ log W = 14.03467 ; Ʃ log L2 = 191.5837 ; Ʃ log W2 = 4.022191 ; Ʃ log W x log L = 23.90139 ; n = 68
A=

Ʃ

�� Ʃ

� ^2 − Ʃ

Ʃ

� ^2 − Ʃ





Ʃ



^2

x

��

= -4.689409856 ;

b=

A = log a = -4.689409856 ; a = 0.00002044

Ʃ



x

�� − Ʃ

Ʃ

� ^2 − Ʃ

��xƩ



^2



= 2.917665925

Ʃ x2 = Ʃ x2 - (Ʃ x)2/n = 0.120441207 ; Ʃ y2 = Ʃ y2 - ((Ʃ y)2/n) =1.125542994 ; Ʃ xy= Ʃ xy - (Ʃx x Ʃ y)/n = 0.351407207
Ʃ S2 yx= Ʃ y2 - (Ʃ xy)2/Ʃ x2 = 0.10025416 ; S2 yx = Ʃ S2 yx/(n-2) = 0.001519002 ; Sb2 = Syx/Ʃ x2 = 0.012611983 ;
Sb = (Sb2)1/2 = 0.112303084
t hit = ǀ (3-b)/Sb ǀ = 0.733141709 < t tab = 1.996564419
Lampiran 7. Uji-t terhadap nilai b pertumbuhan ikan lemadang
Ʃ log L = 7.222025 ; Ʃ log W = 1.332408 ; Ʃ log L2 = 13.05276 ; Ʃ log W2 = 0.510953 ; Ʃ log W x log L = 2.435488 ; n = 4
A=

Ʃ

�� Ʃ

� ^2 − Ʃ

Ʃ

� ^2 − Ʃ





Ʃ



^2

x

��

A = log a = -3.7004302 ; a = 0.0001993

= -3.7004302

;

b=

Ʃ



x

Ʃ

�� − Ʃ

� ^2 − Ʃ

��xƩ



^2



= 2.23401736

Ʃ x2 = Ʃ x2 - (Ʃ x)2/n = 0.01334696 ; Ʃ y2 = Ʃ y2-((Ʃ y)2/n) = 0.06712498 ; Ʃ xy= Ʃ xy - (Ʃx x Ʃ y)/n = 0.02981735 ;
Ʃ S2 yx = Ʃ y2 - (Ʃ xy)2/Ʃ x2 = 0.00051251 ; S2 yx = Ʃ S2 yx/ (n-2) = 7.7653E-06 ; Sb2 = Syx/Ʃ x2 = 0.00058181 ; Sb = (Sb2)1/2 = 0.02412067
t hit = ǀ (3-b)/Sb ǀ = 31.7562804 > t tab = 4.302653

24

25

Lampiran 8. Dokumentasi hasil penelitian

Rumpon Portable

Komponen Rumpon Portable

Operasi Rumpon Portable

Pancing Ulur

Hauling

Penanganan Hasil Tangkapan

Hasil Tangkapan

Pengukuran Panjang HT

3
26
33

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bali pada tanggal 11 Januari 1993. Penulis merupakan
anak ke satu dari dua bersaudara dari Bapak I Ketut Salin dan Ibu Ni Ketut
Budiasih. Pada tahun 2008, penulis lulus dari SMPN 5 Tikep dan pada tahun 2011
p