Produktivitas Rumpon Portable Di Perairan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat.

PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN
PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT

IMANDA FARDHANI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Rumpon
Portable di Perairan Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Juni 2015

Imanda Fardhani
NIM C44110001

ABSTRAK
IMANDA FARDHANI. Produktivitas Rumpon Portable di Perairan
Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh ROZA
YUSFIANDAYANI dan MULYONO S. BASKORO.
Rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan
menggunakan berbagai jenis atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk
memikat ikan agar berkumpul. Rumpon portable merupakan rumpon yang
dapat dioperasikan pada berbagai tempat dan waktu. Rumpon portable tidak
diletakkan secara menetap di perairan dan dapat disimpan hingga dilakukan
operasi penangkapan ikan. Penelitian ini dilakukan selama 6 hari di perairan
Palabuhanratu. Pengoperasian rumpon portable dilakukan secara berkala
dan dengan empat kategori waktu operasi. Hasil tangkapan ikan disekitar
rumpon portable berjumlah 185 ekor yang terdiri dari 5 jenis ikan. Hasil
tangkapan adalah ikan tuna sirip kuning dengan jumlah 111 ekor serta ikan
cakalang dengan jumlah 68 ekor. Hasil perhitungan total gaya apung
rumpon portable adalah 309562,874 gs , total gaya tenggelam adalah
292877,874 gs dan nilai extra buoyancy sebesar 5,389%. Hubungan panjang

dan berat pada ikan tuna sirip kuning adalah W= -4,6965L2,9044 dan
hubungan panjang dan berat pada ikan cakalang adalah
W=-3,8121L2,3978. Nilai b yang kurang dari 3 menunjukkan pertumbuhan
ikan tuna sirip kuning dan cakalang adalah alometrik negatif yang artinya
pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertambahan beratnya.
Kata kunci: gaya apung, hasil tangkapan, portable, rumpon

ABSTRACT
IMANDA FARDHANI. Productivity of Portable Fish Aggregating Device
(FAD) in Palabuhanratu Seas Sukabumi West Java. Supervised by ROZA
YUSFIANDAYANI and MULYONO S. BASKORO.
FADs is a tool to collect fish by using various types of attractors of solid
object that serve to lure fish to gather. A portable FADs can be operated at
different places and times. Portable FADs are not placed permanently in the
water and can be stored up to be fishing operations. This research was
conducted for 6 days in the Palabuahanratu seas. The operation of portable
FADs conducted regularly and with four categories of operating time. Fish
catches around portable FADs totaled 185 fish that consist of 5 species of
fish. The catch is dominate with 111 yellow fin tuna and 68 skipjack. The
results of calculation of the total buoyancy of FADs is 309662,874 gs, total

sink force is 292877,874 gs and extra buoyancy 5,389%. The relationship
between length and weight of yellow fin tuna is W=-4,6965L2,9044 and the
relationship between length and weight ofskipjack is W=-3,8121L2,3978. The
b value of yellow fin tuna and skipjack that less than 3 shows that the
growth of length is faster than weight gain.
Keywords: bouyancy, fishing catch, portable, fish aggregating device
(FADs)

PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN
PALABUHANRATU SUKABUMI, JAWA BARAT

IMANDA FARDHANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan nikmat dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan ini. Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi dan Bapak Prof. Dr. Mulyono S.
Baskoro, M.Sc, sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan koreksi dalam penulisan skripsi ini serta Bapak Dr.
Mustaruddin, S.TP sebagai dosen penguji pada ujian sidang akhir. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada DIKTI yang telah memberikan dana
BOPTN yang difasilitasi oleh LPPM IPB dengan ketua peneliti Dr. Roza
Yusfiandayani, S.Pi dan anggota peneliti Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc dan
Prof. Dr. Mulyono S. Baskoro, M.Sc sehingga penulis dapat melakukan

penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang
tua penulis yakni Bapak Sudiharto dan Ibu Lilik Mariana, kedua kakak
penulis yakni Ichwan Fahliana dan I’tibar Fadholy, kekasih penulis Husnal
Chairi Hidaya, seluruh tim peneliti rumpon portable: Wawan, Maul, Genta,
Doni, Ihsan, keluarga PSP 48, serta semua pihak yang telah membantu
sehingga skripsi ini bisa selesai.
Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan juga bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Bogor, Juni 2015
Imanda Fardhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR


iv

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Penelitian Terdahulu

2

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelititan

2

Alat dan Bahan

3

Metode Penelitian


4

Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Konstruksi, Gaya Apung dan Gaya Tenggelam dari Rumpon Portable

11

Hasil Tangkapan Rumpon Portable

12

Sebaran Frekuensi Panjang Ikan dan Berat Total Ikan


15

Hubungan Panjang dan Berat Ikan

17

Pembahasan

19

KESIMPULAN DAN SARAN

20

Kesimpulan

20

Saran


21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6

Rincian bahan-bahan pembuatan rumpon portable
Waktu pengoperasian rumpon portable
Kinerja teknis dari rumpon portable
Data hasil tangkapan berdasarkan waktu operasional
Bobot hasil tangkapan di rumpon portable
Jumlah Hasil Tangkapan per hari

3
8
12
15
17
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Peta lokasi penelitian
Konstruksi alat tangkap pancing ulur
Kerangka rumpon portable
Rumpon tampak dalam
Rumpon tertutup
Uji coba portable di water tank
Komposisi jenis ikan di rumpon portable
Hasil tangkapan berdasarkan hari operasi penangkapan
Proporsi hasil tangkapan per hari
Sebaran kelas panjang ikan tuna
Sebaran kelas panjang ikan cakalang
Hubungan panjang berat ikan tuna sirip kuning
Hubungan panjang berat ikan cakalang

3
4
5
5
6
7
13
13
14
16
16
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Analisis data
Perhitungan volume komponen rumpon portable
Perhitungan gaya apung dan gaya tengelam dari rumpon portable
Perhitungan ekstra bouyancy
Perhitungan selang kelas ikan tuna sirip kuning dan cakalang
Perhitungan hubungan panjang dan berat ikan cakalang
Perhitungan uji t terhadap nilai b dari ikan cakalang
Perhitungan hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning
Perhitungan uji t terhadap nilai b dari ikan tuna sirip kuning
Dokumentasi bahan rumpon portable
Dokumentasi hasil tangkapan rumpon portable
Dokumentasi pengambilan data

23
24
25
26
27
27
28
28
39
39
31
32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Palabuhanratu merupakan kecamatan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Sukabumi yang secara geografis berada pada 06°57’-07°07’ LS
dan 106°22’-106°33’ BT dengan luas wilayah mencapai 6,59% dari total
wilayah Kabupaten Sukabumi secara keseluruhan, atau mencapai
±27.210,130 Ha. Mayoritas masyarakat Palabuhanratu bermata pencaharian
sebagai nelayan dengan menggunakan beragam alat tangkap, salah satunya
adalah pancing rumpon. Menurut data statistik PPN Palabuhanratu 2009
vide Wudianto (2010), jumlah unit alat tangkap pancing di Palabuhanratu
sebanyak 190 unit. Umumnya nelayan pancing di Palabuhanratu
memanfaatkan rumpon dalam aktivitas penangkapan ikan.
Rumpon menurut Permen KP PER.02/MEN/2011 merupakan alat
bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai jenis
atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar
berkumpul. Berkumpulnya ikan disekitar rumpon disebabkan oleh adanya
pemikat/atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan.
Pemasangan rumpon sendiri diatur dalam Kepmen KP KEP.30/MEN/2004
yakni perairan 2 mil laut sampai dengan 4 mil laut, diukur dari garis pantai
pada titik surut terendah; perairan di atas 4 mil laut sampai dengan 12 mil
laut, diukur dari garis pantai pada titik surut terendah; perairan di atas 12
mil laut dan ZEE Indonesia. Aturan pemasangan rumpon tersebut
menimbulkan permasalahan baru yakni hanya nelayan tertentu yang dapat
mengakses dan memanfaatkan rumpon.
Pembuatan satu unit rumpon memiliki kendala dalam umur teknis
atraktor yang memiliki waktu pakai yang relatif singkat, selain itu
ppenggunaan atraktor dedaunan sendiri mengakibatkan permasalahan terkait
eksploitasi berlebih yang diakibatkan dari pergantian atraktor secara
berkala sehingga berpengaruh terhadap ekosistem kelapa di daerah
Palabuhanratu. Menyikapi adanya permasalahan tersebut menyebabkan
adanya suatu pemikiran mengenai terobosan dalam membuat rumpon, yakni
rumpon portable.
Rumpon portable merupakan pengembangan dari rumpon
konvensional yang menggunakan konsep respons ikan terkait suatu
frekuensi suara serta penggunaan tali rafia pada atraktor. Rumpon portable
lebih fleksibel dalam pengoperasiaannya, dimana dapat dilakukan di
berbagai tempat dan beragam waktu. Pengoperasiaan rumpon portable tidak
dilakukan secara menetap melainkan dapat berpindah lokasi sesuai dengan
daerah penangkapan yang diinginkan. Ketika tidak digunakan, rumpon
tersebut dapat dibawa dan dipindahkan kedaerah lain atau disimpan hingga
dilakukan operasi penangkapan ikan selanjutnya (Yusfiandayani et al,
2013).
Pengkajian mengenai rumpon portable masih belum dilakukan. Hal
ini mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai “Produktivitas
Rumpon Portable di Perairan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat”.

2

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja teknis dari rumpon
portable, mengetahui komposisi dan jumlah hasil tangkapan, dan panjang
dan berat ikan yang ditangkap.
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang produktifitas rumpon portable ini terinspirasi dari
beberapa penelitian terdahulu yakni, Penelitian yang dilakukan oleh
Yusfiandayani (2013) dengan judul Uji coba rumpon tali rafia sebagai alat
pengumpul ikan di Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu serta Penelitian
tentang rumpon portable oleh Yusfiandayani et al (2013) dengan Judul
Pengkajian Terhadap Rumpon Portable untuk Pengelolaan Ikan Tuna dan
Cakalang Secara Berkelanjutan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui gaya apung dan gaya tenggelam dari rumpon portable;
2. Mengetahui komposisi jenis dan jumlah hasil tangkapan yang dominan
tertangkap;
3. Menentukan hubungan panjang dan berat ikan hasil tangkapan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini :
1. Memberikan informasi terkait performansi seluruh komponen pada
rumpon portable;
2. Memberikan informasi terkait data hasil tangkapan pada Rumpon
portable;
3. Memberikan luaran yang mampu menambah ilmu pengetahuan
mengenai rumpon portable.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember 2014.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium water tank Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, FPIK IPB. Penelitian lapang dilakukan pada tanggal
23-28 Agustus 2014 di perairan Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat
(Gambar 1).

3

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

GPS (Global Positioning System);
Measuring boarddan meteran untuk mengukur panjang ikan;
Timbangan digital untuk mengukur berat ikan;
Alat tulis untuk pencatatan data dan informasi;
Tali PE untuk pengikat rumpon portable dengan kapal;
Kapal rumpon.
Bahan yang digunakan dalam penelititan ini adalah :

1. Selama penelitian digunakan satu buah rumpon portable. Bahan yang
digunakan untuk membuat rumpon portable ialah tas dengan ukuran 60
cm x 45 cm x 35 cm yang digunakan sebagai rangka rumpon,Tali PE
berdiameter 5 cm sebagai tali utama, tali rafia warna biru, lampu LED 10
watt dan electric fish attractor sebagai atraktor, sterofoam sebagai
pelampung, timah sebagai pemberat, baut stainless steel, jaring kawat
alumunium, dan kabel ties.
Tabel 1. Rincian bahan-bahan pembuatan rumpon portable
No
1
2
3
4

Komponen
Kerangka
Atraktor
Tali utama
Pemberat

Bahan
Koper
Tali rafia
PE
Batu

Ukuran
60 x 45 x 35 (cm)
100 cm
6 (m) diameter 2,5 (cm)
25 x 12 x 9 (cm)

Jumlah
1 buah
220 helai
1 buah
1 buah

4

2. Alat tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan dalam pengambilan data adalah
pancing ulur.Setiap satu unit pancing ulur terdapat 3 buah mata pancing
(Gambar 2).Jumlah alat tangkap yang digunakan adalah tiga unit.

Gambar 2. Konstruksi alat tangkap pancing ulur
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode experimental
fishing, yaitu uji coba langsung terhadap rumpon portable sebagai alat
pengumpul ikan.Penelitian ini dilakukan dengan 4 tahapan, yakni tahap
pembuatan rumpon portable, tahap pengujian laboratorium, tahap operasi
penangkapan ikan, dan tahap analisis data.
1. Tahapan-tahapan pada pembuatan rumpon portable.
1.1 Persiapan
Mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat
rumponportable antara lain koper, tali PE berdiameter 5 cm, tali rafia,
sterofoam, timah, baut stainless steel, jaring kawat alumunium dan
kabel tie. Keseluruhan bahan-bahan diperoleh di sekitar Jabodetabek.
1.2 Pembuatan
Tahapan pembuatan rumpon portable dilakukan dalam tiga bagian,
yakni bagian rangka, tali utama dan atraktor (Gambar 3).
1.2.1

Tahapan pembuatan rangka rumpon portable adalah :
1 Rangka rumpon portable berupa koper;
2. Pembersihan bagian dalam koper, yakni pelepasan kain
pelindung bagian dalam koper;
3. Pembuatan lubang dengan bor pada koper;
4. Pemasangan baut stainless pada setiap lubang pada koper;
5. Pemotongan serta pemasangan streofoam sesuai dengan ruang
pada bagian dalam koper;

5

6. Pemasangan lampu, accu serta pembuatan jalur kabel pada
sterofoam;
7. Pemotongan kawat alumunium sesuai dengan bagian yang akan
tertutupi pada bagian dalam koper;
8. Pemasangan kawat alumunium pada koper;
9. Pembuatan lubang penyangga sebanyak 3 buah;
10. Pemasangan kabel ties pada bagian penyangga sebanyak 3 buah
untuk setiap lubangnya;
11. Pengeratan setiap baut yang terdapat pada rangka.
12. Peletakkan tali utama, atraktor dan electric fish attractor pada
rangka rumpon portable (Gambar 4).
13. Pengemasan akhir segala komponen rumpon portable dan
penutupan rangka rumpon yang siap untuk dioperasikan
(Gambar 5).

Gambar 3.Kerangka rumpon portable

Gambar 4. Rumpon tampak dalam

6

Gambar 5. Rumpon tertutup
1.2.2 Tahapan pembuatan tali utama rumpon portable adalah :
1. Tali utama yang digunakan adalah tali PE;
2. Tali PE sepanjang 6 meter dibuka plynya sepanjang 50 cm
pada kedua ujungnya serta disimpul;
3. Dilakukan pengukuran dan pemberian tanda pada tali utama
untuk tiap 50 cm yang dimulai dari ujung tali yang tidak
terburai;
4. Pemasangan kabel ties pada tiap bagian tali yang ditandai
sebelumnya.
1.2.3 Tahapan pembutan atraktor rumpon portable adalah :
1. Atraktor yang digunakan adalah tali rafia;
2. Tali rafia dipotong sepanjang 100 cm sebanyak 220 buah;
3. Tali rafia yang telah dipotong disatukan dalam satu ikat yang
terdiri dari 20 tali rafia;
4. Pemasangan kabel ties pada setiap ikat tali rafia.
Dasar pertimbangan dalam mendesain rumpon portable ini adalah dari
Tim Pengkaji Rumpon Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas perikanan, Institut Pertanian Bogor (1987) yang mengalami
perubahan pada bagian konstruksi dari yang menetap menjadi tidak
menetap.
2. Perakitan
Tahapan perakitan rumpon portable adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan rangka rumpon portable;
2. Pemasangan atraktor dan pemberat pada tali utama;
3. Pemasangan tali utama pada kabel ties penyangga rangka
rumpon portable.
3. Pengoperasian
Tahap pengoperasian rumpon portable dimulai dengan mengikat
rumpon pada pada kapal. Daerah pelepasan rumpon dipilih
berdasarkan tanda potensi sumberdaya ikan seperti burung dan
riak.Pemilihan lokasi tersebut dimaksudkan agar pengoperasian
rumpon portable optimal.Pelepasan rumpon portable diawali dengan

7

tahapan penurunan pemberat, tali utama, dan rangka rumpon
portable sebagai pelampungnya (Gambar 6). Pengoperasian rumpon
portable dilakukan pada posisi 08009,960’ LS 106026,299’ BT dan
berjarak sekitar 60 mil laut dari rumpon lain yang terdekat.

Gambar 6.Uji coba rumpon portable di water tank
4. Tahap pengujian laboratorium.
Pengujian terkait gaya apung dan gaya tenggelam dari rumpon portable
dilakukan di water tank departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK
IPB.
Tahap pengujian water tank adalah sebagai berikut :
1. Simulasi pengoperasian rumpon portable pada water tank;
2. Pengamatan mengenai performansi rumpon portable selama satu
hari;
5. Tahap operasi penangkapan ikan.
Tahapan-tahapan operasi penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan
persiapan
pada
operasi
penangkapan
adalah
mempersiapkan alat tangkap berupa pancing ulur, kapal perikanan,
dan perbekalan.Persiapan alat tangkap meliputi pembuatan unit alat
tangkap pancing ulur sebelum menuju fishing ground.Persiapan
kapal meliputi persediaan logistik, pemasangan alat GPS (Global
Positioning System).Persiapan perbekalan meliputi bahan makanan
dan minuman serta umpan yang diperlukan selama operasi
penangkapan, dan selanjutnya pergi ke fishing ground.
2. Penangkapan
Operasi penangkapan ikan dilakukan sebanyak empat kali ulangan dalam
satu hari, dengan waktu operasi selama tiga jam.Pengoperasian rumpon
portable dioperasikan dalam 4 waktu operasional yang dapat dilihat pada
Tabel 2.

8

Tabel 2. Waktu pengoperasian rumpon portable
Kategori
Waktu Operasi
Waktu
operasional
kesatu (I)
Waktu
operasional
kedua (II)
Waktu
operasional
ketiga (III)
Waktu
operasional
keempat (IV)

1
05.00
s/d
08.00
09.00
s/d
11.00
13.00
s/d
15.00
15.00
s/d
18.00

2
05.00
s/d
08.00
09.00
s/d
11.00
13.00
s/d
15.00
15.00
s/d
18.00

Hari ke3
4
05.00 05.00
s/d
s/d
08.00 08.00
09.00 09.00
s/d
s/d
11.00 11.00
13.00 13.00
s/d
s/d
15.00 15.00
15.00 15.00
s/d
s/d
18.00 18.00

5
05.00
s/d
08.00
09.00
s/d
11.00
13.00
s/d
15.00
15.00
s/d
18.00

6
05.00
s/d
08.00
09.00
s/d
11.00
13.00
s/d
15.00
15.00
s/d
18.00

Operasi penangkapan ikan dimulai setelah 1 jam rumpon diturunkan.
Hal tersebut bertujuan agar proses pengoprasian rumpon terlebih dahulu
dilaksanakan. Tahapan selanjutnya adalah operasi penangkapan ikan
dengan alat tangkap pancing ulur yang telah dipersiapkan sebelumnya
sebanyak lima unit pancing ulur. Penurunan (setting) alat tangkap
dilakukan secara bersamaan disisi kiri, kanan dan belakangkapal yang
kemudian dilanjutkan dengan pengangkatan alat tangkap pancing
(hauling) ketika sudah terasa ada ikan yang memakan pancing. Proses
setting dan hauling berlangsung selama dua jam di sekitar rumpon
portable.
Data yang dikumpulkan berupa data primer.Pengambilan data pimer
didapat melalui pengamatan secara langsung melalui metode experimental
fishing, yaitu berupa operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkap pancing ulur sebanyak tiga unit.
Data primer yang dikumpulkan :
1. Jenis spesies ikan di sekitar rumpon portable; dan
2. Berat dan panjang ikan total yang tertangkap.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif terhadap komposisi jenis dan
ukuran ikan hasil tangkapan.Ukuran panjang yangdigunakan adalah ukuran
panjang total, untuk mengetahui distribusi frekuensi panjang ikan hasil
tangkapan yang dominan tertangkap.
Penentuan jumlah selang kelas dan interval kelas unutk ukuran panjang
total ikan dihitung menggunakan rumus distribusi frekuensi (Walpole, 1995)
yaitu:

9



= 1 + 3,32 log .............................................................. (1)
� max − � �
=
......................................................... (2)

Keterangan :
K
= Jumlah kelas;
n
= Banyak data;
i
= Lebar kelas;
N max = Nilai terbesar; dan
N min = Nilai terkecil

Data berat hasil tangkapan diuji kenormalannya dengan menggunakan
Uji One-Way ANOVA pada Software SPSS Package (Santoso, 1999) vide
Ristiani (2012). Uji One-Way ANOVA digunakan untuk membandingkan
dua mean populasi yang berasal dari populasi yang sama. Bila data yang
didapat menyebar secara normal, maka akan dilakukan analisis data
menggunakan Uji-F untuk mengetahui perbandingan hasil tangkapan setiap
pengambilan data. Bila data tidak menyebar normal, maka akan dilakukan
analisis data non parametrik menggunakan Uji Kruskall Walls. Hipotesis
untuk Uji One-Way ANOVA yaitu :
H0 : Posisi pengoperasian tidak berpengaruh terhadap berat hasil
tangkapan ikan
H1 : Posisi pengoperasian berpengaruh terhadap berat hasil tangkapan.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
Hubungan Panjang Berat
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang.Hubungan
panjang dan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan
sebagai pangkat tiga. Namun sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan
panjang ikan berbeda-beda sehingga untuk menganalisis hubungan panjangberat masing-masing spesies ikan tongkol digunakan rumus yang umum
sebagai berikut (Effendie 1997) :
=
Keterangan : W = Berat
L = Panjang
a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-berat
dengan sumbu y)
b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat
Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t (uji parsial), dengan
hipotesis:
H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik.
H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik.

10

dimana: Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat
daripada pertambahan panjang) dan, Allometrik negatif, jika b ttabel : tolak hipotesis nol (H0)
thitung< ttabel : gagal tolak hipotesis nol
Perhitungan Gaya Apung dan Gaya Tenggelam
Perhitungan teknis dilakukan pada setiap material rumpon, yaitu
menghitung gaya apung dan gaya tenggelam material rumpon portable.
Menurut Tim Pengkajian Rumpon Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas perikanan, Institut Pertanian Bogor (1987) untuk melihat
kedudukan/posisi rumpon di dalam air maka perlu dilakukan perhitungan
gaya keatas dan gaya tenggelam dari rumpon tersebut. Untuk melihat aspek
teknis rumpon di dalam air, maka dapat diperoleh melalui perhitungan
sebagai berikut:
Total Gaya Keatas

=

×

.............................................................................. (3)

Total Gaya Tenggelam
= − .................................................................................. (4)
Ekstra Gaya Apung

�=



Keterangan : F
w
b
w
Fs
EB
TF
TFs

× 100% .............................................................. (5)
= gaya apung (gs)
= berat jenis air laut (gs/cm3)
= berat jenis benda (gs/cm3)
= berat komponen (gs)
= gaya tenggelam (gs)
= ekstra gaya apung (gs)
= total gaya apung (gs)
= total gaya tenggelam (gs)

Menurut Tipler (1991), bila kerapatan suatu benda lebih besar dari
kerapatan air maka benda akan tenggelam. Bila kerapatan suatu benda lebih
kecil dari kerapatan air maka benda akan mengapung. Gaya apung

11

tergantung pada kerapatan fluida dan volume benda, tetapi tidak tergantung
pada komposisi atau bentuk benda.
Perhitungan teknis gaya apung dan gaya tenggelam dilakukan setelah
diperoleh data volume dan data berat setiap material rumpon portable.
Menurut Stewart (1998) data volume diperoleh melalui perhitungan dengan
rumus sebagai berikut :
Silinder : V = r2h ......................................................................... ( 6)
1

2ℎ ................................................................ (7)
Kerucut : =
3
Keterangan : V = volume (cm3)
r = jari-jari (cm)
h = tinggi (cm)
Menurut Tipler (1991) data berat diperoleh melalui pendekatan ukuran
volume dengan rumus sebagai berikut :
= ............................................................................................... (8)
Keterangan :

= berat jenis (gs/cm3)
w = berat (gs)
v = volume (cm3)

Berdasarkan rumus (3) dan rumus (8), maka dapat dilakukan
penyederhanaan rumus untuk perhitungan gaya apung. Hal ini dapat terlihat
pada uraian berikut ini.

=

×

................................................................... (3)

= ................................................................................. (8)
=

×

..................................................................... (3)

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya-gaya
eksternal tidak berpengaruh pada konstruksi rumpon portable.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konstruksi, Gaya Apung dan Gaya Tenggelam Rumpon Portable
Konstruksi rumpon portable sendiri terdiri dari koper, tali PE,
sterofoam, pemberat, tali rafia, baut, dan kawat alumunium. Pelampung
yang digunakan ialah sterofoam yang direkatkan pada koper dan ditutup
dengan kawat alumunium.Penutupan dengan kawat alumunium bertujuan
untuk menjaga dan memperkuat bahan pelampung tersebut agar tidak
mudah patah dan rusak.Pemilihan sterofoam didasarkan atas sifat sterofoam
yang ringan dan mudah dibentuk.Atraktor dirangkai secara vertikal pada tali
rumpon hingga menyerupai dedaunan.Atraktor yang digunakan ialah tali

12

rafia berwarna biru yang merupakan bahan yang murah, kuat dan dapat
menarik perhatian ikan.Tali rumpon yang digunakan ialah tali PE.Pemberat
yang digunakan ialah batu batako.
Masing-masing komponen tersebut berperan penting dalam
menunjang kinerja dari rumpon portable itu sendiri.perhitungan yang
dilakukan adalah menghitung gaya apung dan gaya tenggelam dari tiap
komponen rumpon portable.
Gaya tahan rumpon di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal merupakan faktor yang
dihasilkan dari gaya-gaya yang dihasilkan oleh rumpon itu sendiri dan
faktor eksternal merupakan faktor luar yang bekerja pada rumpon seperti
gaya keatas dari suatu fluida. Material-material yang digunakan dalam
pembuatan rumpon portable yang diteliti tergolong memenuhi persyaratan
umum material rumpon seperti yang telah dijelaskan oleh Tim Pengkajian
Rumpon Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas perikanan,
Institut Pertanian Bogor (1987) yang meliputi ponton, atraktor, tali-temali
dan pemberat. Kinerja teknis dari rumpon portable yang berupa gaya apung
dan gaya tenggelam dapat terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kinerja teknis dari rumpon portable
Komponen

Volume
(cm3)

Berat
(g)

Jumlah

 air
(g/cm3)

Koper

204750

4260

1 buah

1,03

Tali PE
Sterofoam
Pemberat
Tali rafia
Baut 18 cm
Baut
7,5
cm
Kawat
alumunium

29,44
63900
2700
8
113,04
23,55

1080
315
5200
220
150
45

1 buah
1 buah
1 buah
20 ikat
8 buah
4 buah

1,03
1,03
1,03
1,03
1,03
1,03

Gaya
apung
(gs)
209868,7
5
29372,03
65497,50
2767,50
8,20
115,87
24,14

848,60

50

1 buah

1,03

869,61

Gaya
tenggelam
(gs)
205608,75

819,61

28292,03
65182,50
-2432,50
-211,80
-34,13
-20,86

Hasil perhitungan menyebutkan bahwa total gaya apung yang
material rumpon adalah sebesar 309562,874 gs dan total gaya tenggelam
adalah 292877,874 gs. Hal ini bermakna bahwa rumpon portable akan
mengapung dipermukaan perairan dengan nilai extra buoyancy sebesar
5,389%. Perhitungan teknis tersebut menunjukkan indikasi jika rumpon
portable akan mudah dipengaruhi gaya eksternal berupa arus. Pengaruh ini
dapat berupa perpindahan posisi dari rumpon portable. Pada penelitian yang
dilakukan dilapangan, kinerja teknis dari rumpon portable sama seperti
perhitungan yang telah dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan rumpon
portable mampu mengapung dengan kondisi sebagian pelampung tercelup
kedalam air.

13

Hasil Tangkapan Rumpon Portable
Ikan hasil tangkapan yang diperoleh disekitar rumpon portable terdiri
dari 5 jenis ikan, yakni ikan tuna, cakalang, lemadang, salem, dan jelidin.
Jumlah keseluruhan ikan yang tertangkap disekitar rumpon ialah 185 ekor
ikan. Sebanyak 96,7% hasil tangkapan merupakan ikan ekonomis tinggi
yang terdiri oleh dua jenis ikan, yakni sebanyak 111 ekor ikan tuna dan 68
ikan cakalang, sedangkan 3,24% merupakan ikan ekonomis rendah yang
terdiri dari tiga jenis ikan, yakni 4 ekor ikan lemadang, 1 ekor salem, 1 ekor
jelidin. Komposisi dari hasil tangkapan di sekitar rumpon portable dapat
dilihat pada Gambar 7.
120

111

Jumlah

100
80

68

60
40
20

1

1

4

0

Spesies

Gambar 7. Komposisi jenis ikan di rumpon portable

Hasil tangkapan perhari selama penelitian memiliki sebaran data yang
fluktuatif. Pada hari pertama memperoleh hasil tangkapan berjumlah 17
ekor. Pada hari kedua sebanyak 27 ekor. Pada hari ketiga sebanyak 59 ekor.
Pada hari keempat sebanyak 35 ekor. Pada hari kelima sebanyak 31 ekor.
Pada hari keenam sebanyak 16 ekor (Gambar 8).

14

Jumlah Hasil Tangkapan

70

59

60
50

35

40
30
20

31

27
17

16

10
0
Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari ke-

Gambar 8. Hasil tangkapan berdasarkan hari operasi penangkapan

Hasil tangkapan yang didapat setiap harinya memiliki jenis dan
jumlah yang relatif beragam.Hari pertama terdapat ikan tuna sebanyak 9
ekor, cakalang sebanyak 7 ekor dan lemadang sebanyak 1 ekor.Hari kedua
terdapat tuna sebanyak 16 ekor dan cakalang sebanyak 11 ekor.Hari ketiga
terdapat tuna sebanyak 32 ekor, cakalang sebanyak 25 ekor dan lemadang
sebanyak 2 ekor. Hari keempat terdapat tuna sebanyak 23 ekor, cakalang
sebanyak 9 ekor, lemadang sebanyak 1 ekor, salem sebanyak 1 ekor, dan
jelidin sebanyak 1 ekor. hari kelima terdapat tuna sebanyak 21 ekor dan
cakalang sebanyak 10 ekor. Hari keenam terdapat tuna sebanyak 10 ekor
dan cakalang sebanyak 6 ekor (Gambar 9).
35

Frekuensi

30
25
Tuna

20
15

Cakalang

10

Lemadang
Salem

5
0

Jelidin
1

2

3

4

5

6

Hari ke-

Gambar 9. Proporsi hasil tangkapan per hari

Hasil tangkapan yang diperoleh pada 4 waktu operasional selama 6
hari penelitian ini sangatlah bervariasi. Hasil bahwa hasil tangkapan
terbanyak diperoleh pada waktu operasional kesatu (I) pada pukul 05.00-

15

08.00 WIB yakni sebanyak 63 ekor ikan dan pada waktu operasional
keempat (IV) pada pukul 15.00-18.00 WIB sebanyak 58 ekor ikan. Data
hasil tangkapan berdasarkan pengelompokkan waktu operasional dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data hasil tangkapan berdasarkan waktu operasional
Waktu Operasional
I

II

III

IV

Jenis HT Jumlah Hasil Tangkapan (ekor)
Tuna
38
Cakalang
23
Lemadang
2
Total
63
Tuna
11
Cakalang
11
Lemadang
1
Total
23
Tuna
18
Cakalang
15
Lemadang
1
Total
34
Tuna
39
Cakalang
19
Lemadang
0
Total
58

Sebaran Frekuensi Panjang dan Berat Total Ikan
Keseluruhan hasil tangkapan ikan yang didapat disekitar rumpon
portable terdapat dua jenis ikan yang mendominasi secara jumlah, yaitu ikan
tuna sirip kuning dan ikan cakalang. Oleh karena itu hanya kedua jenis
tersebut yang dianalisis sebaran panjangnya. Ukuran panjang ikan tuna sirip
kuning yang tertangkap disekitar rumpon portable berkisar antar 39,3 cm –
107,3 cm. Frekuensi panjang tertinggi terdapat pada selang kelas 48,3-57,2
cm yakni sebanyak 73 ekor ikan. Sebaran panjang ikan tuna dapat dilihat
pada Gambar 10.

16

73

Frekuensi

80
70
60
50
40
30
20
10
0

16

15
5

1

0

0

1

Selang Kelas

Gambar 10. Sebaran kelas panjang ikan tuna sirip kuning
Ukuran panjang ikan cakalang yang tertangkap disekitar rumpon
portable berkisar antara 40 cm– 73,1 cm. Frekuensi panjang tertinggi
terdapat pada selang kelas 40-44,79 cm sebanyak 33 ekor ikan. Sebaran
panjang ikan cakalang dapat dilihat pada Gambar 11.
35

33

32

Frekuensi

30
25
20
15
10
5

2

0

0

0

1

0

Selang Kelas

Gambar 11. Sebaran kelas panjang ikan cakalang

Hasil tangkapan disekitar rumpon portable memiliki total bobot
sebesar 392,415 kg. Total bobot ini terdiri dari 4 jenis ikan yang telah
diakumulasikan selama penelitian. Proporsi tiap total bobot hasil tangkapan
disekitar rumpon dapat dilihat pada Tabel 5.

17

Tabel 5. Bobot hasil tangkapan di rumpon portable
No
1
2
3
4

Jenis Ikan
Tuna sirip kuning
Cakalang
Lemadang
Salem

Bobot (kg)
266,80
116,06
8,98
0,58

Total (kg)
392,42

Hasil tangkapan yang diperoleh disekitar rumpon portable memiliki
jumlah yang fluktuatif.Jumlah hasil tangkapan pada hari keenam merupakan
yang paling sedikit, yaitu 16 ekor ikan. Hasil tangkapan terbanyak terjadi
pada hari ketiga yaitu 59 ekor ikan (Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah hasil tangkapan per hari
No
1
2
3
4

Jumlah hasil tangkapan per hari (ekor)
1
2
3
4
5
6
Total
Tuna sirip kuning
9
16
32
23
21
10
111
Cakalang
7
11
25
9
10
6
68
Lemadang
1
2
1
4
Salem
1
1
TOTAL
17
27
59
34
31
16
184
Jenis Ikan

Hubungan Panjang dan Berat Ikan
Analisis hubungan panjang dan berat ikan dapat menunjukkan
hubungan yang terbentuk antara panjang ikan terhadap berat ikan.
Hubungan panjang dan berat ikan sendiri ditunjukkan dengan persamaan
regresi yang berbentuk W=aLb. Model regresi hubungan panjang dan berat
yang dihasilkan dari hasil tangkapan disekitar rumpon portable akan
menunjukkan hubungan yang berbeda untuk setiap jenisnya. Model regresi
hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning adalah W= -4,6965L2,9044
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 88,7% (Gambar 12). Hal ini
bermakna bahwa model regresi ini mampu menjelaskan hubungan antara
panjang dan berat ikan tuna sirip kuning sebesar 88,7% dan korelasi sebesar
0,942 yang tergolong korelasi sangat kuat. Hal ini sesuai dengan Sugiyono
(2007) tentang pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
sebagai berikut 0,00-0,199 = sangat sendah; 0,20-0,39= rendah; 0,40-0,59=
sedang; 0,60-0,79- kuat; 0,80-1,00= sangat kuat. Nilai b yang lebih kecil
dari tiga menunjukkan pola pertumbuhan ikan tuna sirip kuning adalah
allometrik negatif, yaitu pertumbuhan panjang ikan tuna sirip kuning lebih
cepat daripada pertumbuhan berat (Effendie, 1997).Melalui nilai b yang
diperoleh, maka dilakukan uji t dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil
uji t dan membandingkan t hit dengan t tabel, diperoleh bahwa tolak H0. Hal
ini menunjukkan bahwa pola allometrik negatif pada ikan tuna sirip kuning
tidak dapat digunakan dengan tingkat kepercayaan 95%.

18

25
y = -4,6965x2,9044
R² = 0,887

Berat (Kg)

20
15
10
5
0
0

20

40

60

80

100

120

Panjang (cm)

Gambar 12. Hubungan panjang dan berat ikan tuna sirip kuning

Berat (Kg)

Model regresi hubungan panjang dan berat ikan cakalang adalah
W=-3,8121L2,3978 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 64,6%
(Gambar 13). Hal ini bermakna bahwa model regresi ini mampu
menjelaskan hubungan antara panjang dan berat ikan cakalang sebesar
64,6% dan korelasi sebesar 0,803 yang tergolong korelasi sangat kuat. Hal
ini sesuai dengan Sugiyono (2007) tentang pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut 0,00-0,199 = sangat sendah;
0,20-0,39= rendah; 0,40-0,59= sedang; 0,60-0,79- kuat; 0,80-1,00= sangat
kuat. Nilai b yang lebih kecil dari tiga menunjukkan pola pertumbuhan ikan
cakalang adalah allometrik negatif, yaitu pertumbuhan panjang ikan
cakalang lebih cepat daripada pertumbuhan berat (Effendie, 1997). Melalui
nilai b yang diperoleh, maka dilakukan uji t dengan tingkat kepercayaan
95%. Dari hasil uji t dan membandingkan t hit dengan t tabel, diperoleh
bahwa gagal tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa pola allometrik negatif
pada ikan cakalang dapat digunakan dengan tingkat kepercayaan 95%.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

y = -3,8121x2,3978
R² = 0,646

0

20

40

60

80

Panjang (cm)

Gambar 13. Hubungan panjang dan berat ikan cakalang

19

Pembahasan
Pengoperasian rumpon portable yang dilakukan pada saat penelitian
sudah sesuai dengan pengujian awal yang dilakukan di water tank dimana
rumpon portable dapat mengapung dan tali utama serta atraktor mampu
beroprasi dengan baik. Pengoperasian rumpon portable mampu menarik
ikan-ikan untuk berkumpul disekitar rumpon yang diindikasikan oleh
tingginya jumlah hasil tangkapan yang diperoleh disekitar rumpon dengan
menggunakan pancing ulur sepanjang 10 m. Hal ini sesuai dengan fungsi
utama rumpon yakni sebagai alat bantu yang dapat mengumpulkan ikan.
Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian ini didominasi oleh
ikan tuna sirip kuning dan ikan cakalang, dengan hasil tangkapan sampingan
berupa ikan lemadang, salem dan jelidin. Dominasi hasil tangkapan yang
diperoleh ini sesuai dengan sifat ikan tuna sirip kuning dan ikan cakalang
merupakan jenis ikan yang bergerombol dan merupakan jenis ikan
permukaan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Nakamura
(1969) vide Hendriana (2007) yang menyatakan dominasi hasil tangkapan
ikan cakalang dan ikan madidihang dikarenakan ikan tuna dan sejenis tuna
pada umumnya ditemukan pada schooling campuran yang terdiri dari dua
atau lebih spesies, namun ukuran dari masing-masing ikannya relatif sama,
serta didukung dengan pernyataan Supadiningsih dan Rosana (2004) vide
Fausan (2011) yang menyatakan kedalaman renang cakalang bervariasi
tergantung jenisnya. Umumnya tuna dan cakalang dapat tertangkap pada
kedalaman 0-400 m. salinitas perairan disukai berkisar 32-35 ppt atau
diperairan oseanik. Suhu perairan berkisar 17-310C. Produktivitas dari
rumpon portable sendiri dipengaruhi oleh beberapa aspek, yakni jumlah tali
atraktor serta pantang tali utama rumpon. Jumlah tali atraktor berpengaruh
terhadap produktivitas dikarenakan dengan semakin banyak tali atraktor
yang digunakan maka uraian atraktor akan lebih rapat. Kaitan panjang tali
utama rumpon terhadapa produktivitas adalah semakin panjang tali utama
rumpon maka jangkauan dari rumpon secara vertikal akan semakin luas
sehingga ikan-ikan yang berada pada perairan yang lebih dalam dalam juga
berkumpul di sekitar rumpon portable.
Pengoperasian rumpon portable dilakukan dalam 4 waktu
operasional.Terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam hal jumlah
hasil tangkapan dalam setiap waktu operasional. Hasil tangkapan terbanyak
terdapat pada dua waktu operasional, yakni waktu operasional kesatu (I)
pada pukul 05.00-08.00 WIB sebanyak 63 ekor dan waktu operasioanl
keempat (IV) pada pukul 15.00-18.00 WIB sebanyak 58 ekor. Kedua waktu
operasional tersebut mendominasi jumlah hasil tangkapan selama 6 hari
dilakukan penelitian ini. Hal ini sesuai dengan Meza dan Garcia (2003)
videKantun (2012) yang menyatakan Keberhasilan penangkapan yellowfin
tuna kebanyakan diperoleh pada suhu 20oC dan sering hidup bergerombol
dengan lumba-lumba pada suhu permukaan laut 28oC. Dimana pada kedua
waktu operasional tersebut suhu perairan masih rendah serta intensitas panas
dari sinar matahari masih belum tinggi.
Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian ini didominasi oleh
ukuran ikan tuna yang relatif kecil (baby tuna) serta ikan cakalang yang

20

berukuran sedang.Penentuan ukuran ikan tuna yang tergolong baby tuna
serta ikan cakalang yang berukuran sedang sesuai dengan informasi yang
diperoleh dari metadata Luna S. M (2015) pada www.fishbase.org yang
mengemukakan bahwa ukuran panjang ikan tuna saat pertama kali memijah
adalah 94,5 cm sedangkan pada ikan cakalang adalah 43 cm. Pendapat lain
yang sesuai dengan hasil tangkapan yang diperoleh dikemukakan oleh Unar
(1957) vide Barata (2011) yang mengemukakan bahwa ikan telah mencapai
ukuran yang lebih besar maka akan berada pada lapisan air yang lebih
dalam.
Hasil uji t pada tingkat kepercayaan 95% terhadap nilai b dalam
hubungan panjang dan berat ikan memperoleh hasil yang berbeda.Pada ikan
cakalang diperoleh nilai dari thitung > ttabel.Hal ini menunjukkan bahwa pola
hubungan ikan cakalang yang bersifat alometrik negatif dapat diterima pada
tingkat kepercayaan 95%.Pada ikan tuna sirip kuning diperoleh nilai
thitung < ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa pola hubungan panjang dan berat
ikan tuna sirip kuning yang bersifat alometrik negatif tidak dapat diterima
pada tingkat kepercayaan 95%. Penolakan sifat alometrik negatif pada ikan
tuna dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti simpangan yang cukup
besar pada saat pengambilan data berat ikan, dan besarnya rolling dari kapal
saat melakukan pengambilan data. Simpangan yang cukup besar dapat
disebabkan oleh perbedaan ketelitian dari observer dalam penentuan berat
ikan hasil tangkapan. Besarnya rolling dari kapal dapat mempengaruhi data
berat yang diperoleh dikarenakan penggunaan timbangan digital gantung
yang diletakkan di atap kapal. Apabila pengambilan data panjang ikan
dilakukan pada saat kapal terkena puncak gelombang maka berat yang
diperoleh akan lebih sedikit dibandingkan saat kapal berada pada posisi
lembah atau kembali ke posisi normal.
Uji kenormalan berat hasil tangkapan antara posisi peletakkan rumpon
portable menunjukkan data yang diperoleh menyebar secara normal,
sehingga dilakukan uji f. Hasil perhitungan uji f menunjukkan nilai p-value
untuk hasil tangkapan sebesar 0,2850, atau diatas 0,005 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk
perbedaan posisi pengoperasian rumpon portable terhadap berat hasil
tangkapan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.

3.

Rumpon portable memiliki daya apung sebesar 309562,874 gs dan
gaya tenggelam sebesar 292877,874 gs.
Rumpon portable dapat menangkap ikan pelagis besar, yaitu 111 ekor
ikan tuna sirip kuning, 68 ekor ikan cakalang, 4 ekor ikan lemadang, 1
ekor ikan salem, dan 1 ekor ikan jelidin.
Panjang dan berat ikan tuna sirip kuning dan ikan cakalang yang
tertangkap disekitar rumpon portable memiliki pola hubungan yang
bersifat alometrik negatif.

21

Saran
1.

2.

Pengoperasian rumpon portable disarankan untuk dilakukan dengan
menggunakan penyangga pada bagian penghubung antar tas koper
untuk menjaga koper tetap tebuka sempurna.
Perlu ada penelitian lanjutan menggunakan rumpon portable dengan
atraktor yang berbeda dan dengan kedalaman perairan yang cenderung
tidak dalam.

DAFTAR PUSTAKA
Barata et al. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di
Samudera Hindia. Ilmu Kelautan Vol. 16 (3) pp. 165-170
Biring, Desriani. 2011. Hubungan Bobot Panjang dan Faktor Kondisi Ikan
Pari (Dasyatis kuhlii, Muller & Henle, 1841) yang didaratkan di
Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar Sulawesi Selatan.Skripsi.
Unversitas Hasanuddin, Makasar
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta
Fausan.2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Berbasis Sistem Informasi Geografis
diperairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo.Skripsi. Universitas
Hasanuddin, Makasar
Handriana, J. 2007. Pengoperasian Pancing Tonda Rumpon Di Selatan
Perairan Teluk Pelabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi. IPB,
Bogor.
Kantun, W. 2012.Suhu dan Tingkah Laku Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus
albacores).STITEK Balik Dewa.
Kementrian Kelautan dan Perikanan.2004. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor: KEP.30/MEN/2004 tentang Pemasangan dan
Pemanfaatan Rumpon.Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Peratunan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor: PER.02/MEN/2011 Tentang Alat Bantu
Penangkapan Ikan. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Luna, S. M. 2015. www.fishbase.orgReproduction and Maturity List of
Katsuwonus pelamis. Diakses pada April 2015
Luna, S. M. 2015. www.fishbase.orgReproduction and Maturity List of
Thunnus albacares. Diakses pada April 2015
Ristiani. 2012. Dampak Penangkapan Ikan Terhadap Keseimbangan Trofik
Level pada Habitat Lamun di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI
Jakarta. Skripsi. IPB, Bogor
Stewart, J. 1998. Kalkulus. (alih bahasa I Nyoman Susila, Hendra Gunawan,
2001). Edisi 4 Jilid 1. Jakarta. Hal 1
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung. ALFABETA

22

Tim Pengkaji Rumpon Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987. Laporan Akhir
Survei Lokasi dan Desain dari Rumpon (Payaos) di Perairan Ternate,
Tidore dan Bacan. Departemen Pemanfaatan Suberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Hal V 1-10
Tipler, P. A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Edisi ketiga jilid 1.
Erlangga. Jakarta. Hal 383-398
Walpole. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Wudianto et al. 2010.Penelitian Jenis Alat yang Sesuai untuk Menangkap
Ikan Tuna di sekitar Rumpon Laut Dalam. Dewan Riset Nasional
Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta
Yusfiandayani, R, Indra Jaya, Mulyono S. Baskoro. 2013. Pengkajian
Terhadap Rumpon Portable untuk Pengelolaan Ikan Tuna dan
Cakalang Secara Berkelanjutan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat. IPB, Bogor

Lampiran 1. Analisis data
Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Posisi 1
Posisi 2
Posisi 3
Posisi 4
Posisi 5
Posisi 6

ANOVA
Source of
Variation

Count
17
27
59
34
31
16

SS

Sum

Average
49,149
62,377
117,531
67,924
60,81
34,62

Df

Between Groups
Within Groups

13,33862
378,0362

5
178

Total

391,3748

183

Variance
2,891118
11,41442
2,310259
3,716688
1,992051
0,800331
1,997765
0,549278
1,961613
0,480939
2,16375
1,319865

MS

F

2,667723
2,123799

1,256109

Pvalue
0,285
031

F crit
2,26488

23

24
Lampiran 2. Perhitungan volume komponen rumpon portable
No
1

Nama
Koper

2

Tali PE

3

Sterofoam
Bangun (1)

Perhitungan Volume
V= p x l x t
V= 60 x 45 x 35
V= 204750 cm3
V= 3,14 x r x r x t
V= 3,14 x 3,9 x 3,9 x 600
V= 28655,6 cm3
V (1)= p x l t
V (1)= 65 x 45 x 15
V (1)= 40500 cm3

Bangun (2)

V (2)= p x l x t
V (2)= 60 x 45 x 14
V (2)= 37800 cm3

Bangun kosong (3)

V (3)= (p x l x t) + (p x l x t)
V (3)= (10 x 10 x 5,4) + (12 x 12 x 15)
V (3)= 540 + 2160
V (3)= 2700 cm3

Bangun kosong (4)

V (4)= p x l x t
V (4)= 40 x 12,5 x 23,4
V (4)= 11700 cm3
V(total)= V(1) + V(2) - V(3) - V(4)
V(total)= 40500 + 37800 – 2700 – 11700
V(total)= 63900 cm3
V= p x l x t
V= 25 x 12 x 9
V= 2700 cm3
V= p x l x t
V= 100 x 0,8 x 0,1
V= 8 cm3
V= V(1) + V(2)
V(1)= 3,14 x 1,3 x 1,3 x 18
V(1)= 95,52 cm3
V(2)= 3,14 x 1,7 x 1,7 x 1,93
V(2)= 17,52 cm3
V(total)= 95,52 + 17,52
V(total)= 113,04 cm3

Total Volume Sterofoam

4

Pemberat

5

Tali raffia

6

Baut 18 cm

25

Lampiran 2 (lanjutan)
7

Baut 7,5 cm

8

Kawat alumunium

V= V(1) + V(2)
V(1)= 3,14 x 0,95 x 0,95 x 7,5
V(1)= 21,26 cm3
V(2)= 3,14 x 1,2 x 1,2 x 0,5
V(2)= 2,29 cm3
V(total)= 21,26 + 2,29
V(total)= 23,55 cm3
V= p x l x t

Kawat alumunium (1)

V(1)= 60 x 45 x 0,2
V(1)= 540 cm3

Kawat alumunium (2)

V(2)= 60 x 25,7 x 0,2
V(2)= 308,4 cm3

Total

V(total)= V(1) + V(2)
V(total)= 540 + 308,4
V(total)= 848,4 cm3

Lampiran 3. Perhitungan gaya apung dan gaya tenggelam dari rumpon
portable
No
1

Nama
Koper

Total Koper
2

Tali PE

Total Tali PE
3

Sterofoam

Total Sterofoam
4

Pemberat

Total Pemberat

Gaya Apung
F= a x V
F= 1,025 x 204750
F= 209868,75 Gs

Gaya tenggelam
Fs= F – W
Fs= 209868,75 – 4260
Fs= 205608,75 Gs

F(total)= 209868,75 x 1
F(total)= 209868,75 Gs
F= a x V
F= 1,025 x 28655,6
F= 29372,031 Gs

Fs(total)= 205608,75 x 1
Fs(total)= 205608,75 Gs
Fs= F – W
Fs= 29372,031 – 1080
Fs= 28292,031 Gs

F(total)= 29372,031 x 1
F(total)= 29372,031 Gs
F= a x V
F= 1,025 x 63900
F= 65497,5 Gs

Fs(total)= 28292,031 x 1
Fs(total)= 28292,031 Gs
Fs= F – W
Fs= 65497,5 – 315
Fs= 65182,5 Gs

F(total)= 65497,5 x 1
F(total)= 65497,5 Gs
F= a x V
F= 1,025 x 2700
F= 2767,5 Gs
F(total)= 2767,5 x 1
F(total)= 2767,5 Gs

Fs(total)= 65182,5 x 1
Fs(total)= 65182,5 Gs
Fs= F – W
Fs= 2767,5 – 5200
Fs= -2432,5 Gs
Fs(total)= -2432,5 x 1
Fs(total)= -2432,5 Gs

26

Lampiran 3 (lanjutan)
5

6

Tali raffia

F= a x V
F= 1,025 x 8
F= 8,2 Gs

Fs= F – W
Fs= 8,2 – 220
Fs= -211,8 Gs

Total Tali raffia

F(total)= 8,2 x 20
F(total)= 164 Gs
F= a x V
F= 1,025 x 113,04
F= 115,866 Gs

Fs(total)= -211,8 x 20
Fs(total)= -4236 Gs
Fs= F – W
Fs= 115,866 – 150
Fs= -34,134 Gs

F(total)= 115,866 x 8
F(total)= 926,928 Gs
F= a x V
F= 1,025 x 23,55
F= 24,139 Gs

Fs(total)= -34,134 x 8
Fs(total)= -273,072 Gs
Fs= F – W
Fs= 24,13875 – 45
Fs= -20,861 Gs

F(total)= 24,139 x 4
F(total)= 96,555 Gs
F= a x V
F= 1,025 x 848,4
F= 869,61 Gs

Fs(total)= -20,861 x 4
Fs(total)= -83,445 Gs
Fs= F – W
Fs= 869,61 – 50
Fs= 819,61 Gs

Baut 18 cm

Total Baut 18 cm
7

Baut 7,5 cm

Total Baut 7,5 cm
8

Kawat alumunium

Total
Kawat F(total)= 869,61 x 1
alumunium
F(total)= 869,61 Gs
TOTAL
F(total)= F1+F2+..+ F8
F(total)= 309562,87 Gs

Fs(total)= 819,61 x 1
Fs(total)= 819,61 Gs
Fs(total)= F1+F2+..+F8
Fs(total)= 292877,87 Gs

Lampiran 4. Perhitungan ekstra buoyancy

EB=

Ekstra Buoyancy
F total − Fs (total )

x 100 %
F (total )
309562 ,874 –292877 ,874
EB=
x 100 %
309562 ,874
EB= 5,4 %

27
Lampiran 5. Perhitungan selang kelas ikan tuna sirip kuning dan cakalang
Kategori
Jumlah Kelas

Perhitungan Tuna Sirip Kuning
K= 1 + 3,32 K= 1 + 3,32 log 111
log n
K= 7,79
K= 8

Nilai
maksimum
Nilai minimum

Selang kelas

Data panjang
terbesar
Data panjang
terendah
N maks – N
min
i= Interval/K

Kategori kelas

SKb – Ska

Interval

107,3 cm

Cakalang
K= 1 + 3,32 log
68
K= 6,95
K= 7
73,1 cm

39,3 cm

40 cm

68 cm

33,1 cm

i= 68/8
i= 8,5 ~ 9
(1) 39,3 – 48,29
(2) 48,3 – 57,29
(3) 57,3 – 66,29
(4) 66,3 – 75,29
(5) 75,3 – 84,29
(6) 84,3 – 93,29
(7) 93,3 – 102,29
(8) 102,3 – 111,29

i= 33,1/7
i= 4,73 ~ 5
(1) 40 – 44,79
(2) 44,8 – 49,59
(3) 49,6 – 54,39
(4) 54,4 – 59,19
(5) 59,2 – 63,99
(6) 64 – 68,79
(7) 68,8 – 73,59

Lampiran 6. Perhitungan hubungan panjang dan berat ikan cakalang
Nama
J