Karakteristik Biologi Hasil Tangkapan pada Rumpon Portable di Perairan Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat.

KARAKTERISTIK BIOLOGI HASIL TANGKAPAN
PADA RUMPON PORTABLE
DI PERAIRAN PALABUHANRATU SUKABUMI,
JAWA BARAT

MAULANA AKSAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Biologi
Hasil Tangkapan pada Rumpon Portable di Perairan Palabuhanratu Sukabumi,
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Maulana Aksan
NIM C44110038

ABSTRAK
MAULANA AKSAN. Karakteristik Biologi Hasil Tangkapan pada Rumpon Portable di
Perairan Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh MULYONO S
BASKORO dan ROZA YUSFIANDAYANI.
Rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut yang berfungsi
untuk memikat ikan agar berkumpul. Rumpon portable merupakan rumpon yang tidak
diletakkan secara tetap di perairan, tetapi diletakkan pada saat akan melakukan kegiatan
penangkapan ikan. Ikan cenderung mencari makanan pada daerah yang kaya akan
sumberdaya makanan yang disukainya. Tujuan penelitian ini menganalisis kelimpahan
plankton, menganalisis tingkat kematangan gonad ikan, menganalisis isi perut ikan, dan
menghitung indeks keragaman, keseragaman, dan dominasi plankton yang ada di sekitar
rumpon portable. Lokasi penelitian dan pengambilan data adalah di perairan

Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Ikan cenderung untuk mencari makanan di daerah
yang kaya sumber daya makanan ia menyukai. Penelitian dilakukan selama 6 hari di
perairan Palabuhanratu. Total hasil tangkapan ikan yang diperoleh sebanyak 179 ekor
dengan 4 spesies, yaitu tuna sirip kuning sebanyak 106 ekor, cakalang 68 ekor, lemadang
4 ekor, dan salem 1 ekor. Tingkat kematangan gonad ikan tuna terbanyak adalah TKG 1
yang merupakan ikan tidak layak tangkap, dan ikan cakalang terbanyak TKG IV dan
TKG V yang merupakan ikan layak tangkap sehingga rumpon portable ini lebih efektif
dioperasikan untuk penangkapan ikan cakalang. Komposisi makanan yang teridentifikasi
yaitu ikan kecil, udang, cumi-cumi, dan kepiting. Kelimpahan fitoplankton tertinggi pada
hari ke-6 dengan nilai kelimpahan fitoplankton sebesar 8.2161 sel/m3 dan kelimpahan
zooplankton tertinggi pada hari ke-5 sebesar 4887 individu/m3 dengan didominasi oleh
genus Rhizosolenia sp. Nilai indeks keragaman berkisar1,016-2,352, indeks

keseragaman berkisar anatar 0,489-1, dan indeks dominansi plankon di sekitar
rumpon portable berkisar antara 0,101-0,570.
Kata kunci: kelimpahan, rumpon, portable, hasil tangkapan

ABSTRACT
MAULANA AKSAN. Biological Characteristics Catch On Portable FADs in waters
Palabuhanratu Sukabumi, West Java. Suvervised by MULYONO S BASKORO and

ROZA YUSFIANDAYANI.
FADs are fishing tools are installed in the sea which serves to lure the fish to gather.
Portable FADs is FADs not place in a fixed manner in waters, but it’s used when going
to do activity of fishing. The purpose of this research was to analyze the abundance of
plankton, analyze the level of maturity of the fish gonads, stomach contents of fish,
analyzing and calculating the index of diversity, uniformity, and the dominance of
plankton that is around rumpon portable. Location research and data retrieval is in the
waters of Palabuhanratu, Sukabumi of West Java. Fish tend to search of food in the area
which is rich in resources food he liked .The research was done in 6 days in the waters of
palabuhanratu. Total catch of fish are 179 fish with 4 species, 106 yellow fin tuna, 68
skipjack, 4 lemadang, and 1 salem. The highest level of maturity gonad for tuna is TKG I
which is not worth catching fish, and skipjack is mostly TKG IV and TKG V which is
worth catching fish so that portable FADs is more effective operated for catching
skipjack. Composition of food were identified are small fish, shrimp, crustaceans, squid,
and crab. The highest abundance of phytoplankton on the 6th day of phytoplankton
abundance value of 8.2161 cells/m3 and the highest zooplankton abundances on day 5 of
5,034 individuals/m3 with are dominated by the genus Rhizosolenia sp. The value of the
diversity index ranges between 1,016-2,352, uniformity index ranges between 0.489 to
1, and the dominance index plankon ranges between 0.101 to 0.570.
Keywords: abundance, fish agregating device (FADs), portable, catch


KARAKTERISTIK BIOLOGI HASIL TANGKAPAN
PADA RUMPON PORTABLE
DI PERAIRAN PALABUHANRATU SUKABUMI,
JAWA BARAT

MAULANA AKSAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
Pada
Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor .
Penulis pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Mulyono S. Baskoro, M.Sc dan Ibu Dr. Roza
Yusfiandayani, S.Pi, sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan serta koreksi dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada DIKTI yang telah memberikan dana BOPTN yang difasilitasi
oleh LPPM IPB dengan ketua peneliti Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi dan anggota
peneliti Prof. Indra Jaya, M.Sc dan Prof. Dr. Mulyono S. Baskoro, M.Sc sehingga
penulis dapat melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih juga untuk
Dr. Fis Purwangka S.Pi M.Si selaku dosen penguji dan Dr. Mochammad Riyanto
S.Pi M.Si selaku komisi pendidikan yang telah bersedia hadir pada ujian sidang
skripsi dan memberikan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik . Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada orang tua
peneliti serta keluarga yang telah mendukung dan memberikan doa agar usulan
penelitian ini lancar. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan untuk Anti Siti

Fatimah yang telah memberi dukungan dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh tim peneliti rumpon
(Wawan, Dani, Genta, Doni, dan Ihsan), tim laboratorium Ekobiologi dan
Konservasi Sumberdaya Perairan, keluarga psp 48, serta semua pihak yang telah
membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2015
Maulana Aksan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBA
iv
DAFTAR LAMPIRAN
iv
PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
1
Penelitian Terdahulu
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
3
Waktu dan Tempat
3
Alat dan Bahan
3
Metodologi
6
Pengambilan Sampel Air
7
Pengambilan Isi Perut Ikan
7

Analisis Data
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Hasil Tangkapan Ikan di Sekitar Rumpon Portable
10
Tingkat Kematangan Gonad Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
11
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
13
Analisis Isi Perut Ikan
14
Analisis Kelimpahan Plankton di Sekitar Rumpon Portable
15
Analisis Indeks keragaman, Keseragaman, dan Dminansi plankton di Sekitar
Rumpon Portable
17
KESIMPULAN DAN SARAN
18
Kesimpulan

18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
26

DAFTAR TABEL
1 Rincian bahan bahan pembuatan rumpon portable
2 Waktu pengoperasian rumpon portable
3 Komposisi tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning
(Thunnus albacares)
4 Nilai indeks relatif penting
5 Perbandingan komposisi plankton

4
6

12
15
17

DAFTAR GAMBAR
1 Peta Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat
3
2 Rumpon portable saat dioperasikan
4
3 Uji coba rumpon portable di water tank
5
4 Konstruksi alat tangkap pancing ulur
6
5 Komposisi hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon portable
11
6 Perbandingan tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning
(Thunnus albacares)
13
7 Komposisi tingkat kematangan gonad ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) 13
8 Perbandingan tingkat kematangan gonad ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)14

9 Kelimpahan fitoplankton berdasarkan waktu
16
10 Kelimpahan zooplankton berdasarkan waktu
16
11 Indeks keragaman, keseragaman, dan indeks dominansi plankton di sekitar
rumpon portable
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Total hasil tangkapan
2 Perhitungan data statistik
3 Persentase tingkat kematangan gonad
4 Perhitungan indeks relatif penting
5 Tabel nilai indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi
6 Alat yang digunakan
7 Hasil tangkapan rumpon portable
8 Organisme dalam isi perut ikan
9 Plankton di sekitar rumpon portable

21
21
22
22
23
23
23
24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Palabuhanratu merupakan salah satu kota yang memiliki potensial perikanan
yang cukup besar (PPN Palabuhanratu 2013). Sampai saat ini nelayan
Palabuhanratu masih bisa memperoleh ikan di setiap wilayah perairan
Palabuhanratu. Pertumbuhan ikan di Palabuhanratu cukup cepat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil tangkapan ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan
Palabuhanratu. Mayoritas masyarakat Palabuhanratu bermata pencaharian sebagai
nelayan dengan menggunakan beragam alat tangkap, salah satunya adalah
pancing. Menurut data statistik PPN Palabuhanratu 2013, jumlah unit alat tangkap
pancing di Palabuhanratu sebanyak 190 unit. Penangkapan dilakukan kebanyakan
menggunakan alat tangkap pancing dengan alat bantu rumpon.
Menurut PERMEN PER.02/MEN/2011 menjelaskan bahwa rumpon
merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai
bentuk dan jenis pemikat atau atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk
memikat ikan agar berkumpul. Tujuan pemasangan rumpon yaitu untuk memikat
ikan agar singgah dan berkumpul di sekitar rumpon sehingga dapat
mempermudah nelayan untuk menentukan wilayah atau daerah penangkapannya.
Menurut Monintja (1993) menyatakan bahwa manfaat penggunaan rumpon
sebagai alat bantu penangkapan ikan adalah mengurangi waktu dan bahan bakar
dalam pengejaran kelompok ikan, meningkatkan hasil tangkapan per satuan upaya
penangkapan, meningkatkan hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi
ukuran. Saat ini rumpon banyak dilakukan modifikasi agar lebih mempermudah
saat melakukan penangkapan ikan, salah satunya ialah rumpon portable.
Yusfiandayani et al (2013) menjelaskan bahwa rumpon portable merupakan
rumpon yang tidak diletakkan secara tetap di perairan, tetapi diletakkan pada saat
akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan tersebut,
sehingga ketika tidak digunakan rumpon dapat dibawa atau dipindahkan ke daerah
lain atau disimpan sampai dilakukan operasi penangkapan ikan selanjutnya.
Rumpon portable dimaksudkan untuk mengumpulkan ikan yang berasosiasi pada
rumpon yang salah satu tujuannya ialah mencari makan.
Nikolsky (1963) berpendapat bahwa ikan cenderung mencari makanan pada
daerah yang kaya akan sumberdaya makanan yang disukainya. Menurut Effendie
(2002), makanan merupakan bahan, zat, atau organisme yang dapat dimanfaatkan
ikan untuk menunjang kebutuhan hidup. Faktor-faktor yang menentukan suatu
spesies ikan akan memakan jenis makanan adalah ketersediaan makanan, ukuran
makanan, warna, rasa, tekstur, dan selera ikan terhadap makanan. Sedangkan
menurut Lagler (1956) menjelaskan bahwa kebiasaan makanan ikan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain habitat hidup, kesukaan terhadap jenis makanan
tertentu, musim, ukuran, dan umur ikan. Salah satu jenis makanan yang ada di
perairan yaitu plankton.
Plankton merupakan organisme mikroskopik bersel tunggal yang hidup
melayang-layang di dalam perairan (Odum 1996). Keberadaannya sangat
diperlukan dalam menjaga kelangsungan hidup ekosistem perairan dan memegang
peranan penting dalam rantai jaringan makanan. Beberapa parameter fisika-kimia
seperti temperatur, kecerahan, kecepatan arus, nitrat-nitrit, fosfat dan silikat

2

memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan fitoplankton dan
zooplankton di perairan. Kecerahan perairan akan mempengaruhi laju fotosintesis
dan penetrasi cahaya ke dalam perairan. Sementara unsur hara fosfat, nitrat dan
silikat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton. Subani (1972)
mengemukakan bahwa pengamatan terhadap struktur komunitas dan kelimpahan
fitoplankton dalam perairan sangat menentukan nilai ekonomis dan daya guna
perairan sebagai sumber pangan.
Beberapa hasil penelitian berupa identifikasi terhadap isi perut ikan
menunjukkan adanya korelasi antara komposisi jenis fitoplankton dan
zooplankton dalam perairan dengan keberadaan jenis-jenis ikan tertentu.
Pengamatan terhadap kelimpahan plankton dalam perairan pada rumpon portable
akan sangat bermanfaat serta untuk membantu mengidentifikasi jenis habitat dan
untuk mengetahui kondisi lingkungan perairan berdasarkan aspek biologi.
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang rumpon portable ini terinspirasi dari beberapa penelitian
terdahulu, yakni penelitian yang dilakukan oleh Yusfiandayani et al (2013)
dengan judul uji coba rumpon tali ravia sebagai alat pengumpul ikan di pulau
Karang Beras, Kepulauan Seribu, penelitian tentang rumpon portable oleh
Yusfiandayani et al pada tahun 2013 dengan judul pengkajian Terhadap Rumpon
Portable untuk Pengelolaan Ikan Tuna dan Cakalang Secara Berkelanjutan,
penelitian tentang rumpon portable oleh Fardahani (2015) yang berjudul
Produktivitas Rumpon Portable di Perairan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat,
penelitian tentang rumpon portable oleh Ariawan (2015) yang berjudul Analisis
Hasil Tangkapan Pancing Ulur (Hand Line) pada Rumpon Portable di Perairan
Selatan Palabuhanratu, Jawa Barat, serta penelitian tentang rumpon portable oleh
Lahay (2015) yang berjudul Efektivitas dan Produktivitas Electric Fish Attractor
di Perairan Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kelimpahan plankton yang tertarik pada rumpon portable di
perairan Palabuhanratu.
2. Menganalisis tingkat kematangan gonad ikan yang tertangkap di sekitar
rumpon portable
3. Menganalisis isi perut ikan hasil tangkapan di sekitar rumpon portable.
4. Menghitung indeks keragaman, keseragaman, dan dominasi plankton yang
terdapat pada isi perut ikan dan sampel air di sekitar rumpon portable
Manfaat Peneltian
1. Penelitian ini dimaksudkan agar memberikan pengetahuan tentang
kelimpahan plankton yang berkumpul di sekitar rumpon portable.
2. Memberikan informasi tentang ikan layak tangkap dengan identifikasi
tingkat kematangan gonad serta panjang dan berat ikan.

3

3. Memberikan pengetahuan tentang organisme apa saja yang di makan oleh
ikan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan sebagai acuan umpan
buatan pada saat dilakukan penangkapan ikan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Desember 2014. Lokasi penelitian
dan pengambilan data adalah di perairan Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat.
Penelitian laboratorium dilakukan pada bulan Januari 2015 di laboratorium
Ekobiologi dan Konservasi Sumberdaya Perairan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Sumber.: Fardhani, 2015
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Alat tulis untuk mencatat data-data;
2. Kamera untuk dokumentasi penelitian;
3. Alat bedah untuk membedah isi perut ikan hasil tangakapan;

4

Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi dan arah kapal;
Alat ukur untuk menentukan panjang ikan dan berat ikan serta body girth;
Mikroskop untuk mengamati sampling air yang telah diambil;
Plankton net untuk mengambil sampel air;
Kapal sebagai alat transportasi penelitian di laut;
Alat tangkap pancing sebagai alat tangkap yang digunakan untuk
penangkapan ikan pada pebelitian ini.
10. Rumpon portable sebagai alat bantu penangkapan ikan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Formalin 10% sebagai pengawet isi perut ikan.
2. Lugol/Iodium-kalium iodida(I₂KI) sebagai pengawet dan pewarna
plankton pada sampel air ;
3. Botol film sebagai wadah untuk sampel air yang diambil menggunakan
plaknton net;
4. Plastik untuk wadah untuk isi perut ikan hasil tangkapan;
5. Kertas label untuk pemberian label pada tiap sampel air dan isi perut ikan
agar sampel tidak tertukar.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Rumpon portable
Rumpon portable sebagai alat pengumpul ikan agar ikan mudah
tertangkap

Gambar 2. Rumpon portable saat dioperasikan
Sumber: Yusfiandayani, 2013

No
1
2
3
4

Tabel 1. Rincian bahan-bahan pembuatan rumpon portable
Komponen Bahan
Ukuran
Jumlah
Berat
Kerangka Koper
60 x 45 x 35 (cm)
1 buah
4,26 kg
Atraktor
Tali rafia 100 cm
220 helai 220 grm
Tali utama PE
6 (m) diameter 2,5
1 buah
1,08 kg
(cm)
Pemberat
Batu
25 x 12 x 9 (cm)
1 buah
5,2 kg

5

Dasar pertimbangan dalam mendesain rumpon portable ini adalah dari Tim
Pengkaji Rumpon Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas
perikanan, Institut Pertanian Bogor (1987) yang mengalami perubahan pada
bagian konstruksi dari yang menetap menjadi tidak menetap.
1. Pengoperasian rumpon portable
Tahap pengoperasian rumpon portable dimulai dengan mengikat rumpon
pada pada kapal. Daerah pelepasan rumpon dipilih berdasarkan tanda
potensi sumberdaya ikan seperti burung dan riak.Pemilihan lokasi tersebut
dimaksudkan agar pengoperasian rumpon portable optimal. Pelepasan
rumpon portable diawali dengan tahapan penurunan pemberat, tali utama,
dan rangka rumpon portable sebagai pelampungnya (Gambar 3).
Pengoperasian rumpon portable dilakukan pada posisi 08009,960’ LS
106026,299’ BT dan berjarak sekitar 60 mil laut dari rumpon lain yang
terdekat.

Gambar 3. Uji coba rumpon portable di water tank
Sumber: Fardhani, 2015
2. Pengujian laboratorium.
Pengujian terkait gaya apung dan gaya tenggelam dari rumpon portable
dilakukan di water tank departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB.
Tahap pengujian water tank adalah sebagai berikut :
1. Simulasi pengoperasian rumpon portable pada water tank;
2. Pengamatan mengenai performansi rumpon portable selama satu hari;
3. Tahap operasi penangkapan ikan.
Tahapan-tahapan operasi penangkapan ikan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan persiapan pada operasi penangkapan adalah mempersiapkan alat
tangkap berupa pancing ulur, kapal perikanan, dan perbekalan.Persiapan
alat tangkap meliputi pembuatan unit alat tangkap pancing ulur sebelum
menuju fishing ground.Persiapan kapal meliputi persediaan logistik,
pemasangan alat GPS. Persiapan perbekalan meliputi bahan makanan dan
minuman serta umpan yang diperlukan selama operasi penangkapan, dan
selanjutnya pergi ke fishing ground.

6

Alat tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan dalam pengambilan data adalah pancing
ulur. Setiap satu unit pancing ulur terdapat 3 buah mata pancing (Gambar 4).
Jumlah alat tangkap yang digunakan adalah tiga unit.

Gambar 4. Konstruksi alat tangkap pancing ulur
Sumber: Yusfiandayani, 2013
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan yaitu experimental fishing, yaitu dengan
melakukan penangkapan ikan secara langsung menggunakan alat tangkap pancing
ulur serta pengambilan sampel air menggunakan plankton net di sekitar rumpon
portable. Metode ini merupakan pengambilan data secara langsung di lapangan
yang berupa data primer. Pengambilan data dilakukan selama 6 hari di sekitar
rumpon portable di Samudra Hindia 8º07.615ʹ LS dan 106º24.89ʹ BT sampai
dengan 8º21.03ʹ LS dan 106º26.89ʹ BT.
Tabel 2. Waktu pengoperasian rumpon portable
Hari keKategori Waktu
Operasi
1
2
3
4
5
Waktu
05.00
05.00
05.00
05.00
05.00
operasional
s/d
s/d
s/d
s/d
s/d
kesatu (I)
08.00
08.00
08.00
08.00
08.00
Waktu
09.00
09.00
09.00
09.00
09.00
operasional kedua s/d
s/d
s/d
s/d
s/d
(II)
11.00
11.00
11.00
11.00
11.00
Waktu
13.00
13.00
13.00
13.00
13.00
operasional ketiga s/d
s/d
s/d
s/d
s/d
(III)
15.00
15.00
15.00
15.00
15.00
Waktu
15.00
15.00
15.00
15.00
15.00
operasional
s/d
s/d
s/d
s/d
s/d
keempat (IV)
18.00
18.00
18.00
18.00
18.00
Sumber: Fardhani, 2015

6
05.00
s/d
08.00
09.00
s/d
11.00
13.00
s/d
15.00
15.00
s/d
18.00

7

Pengambilan Sampel Air
1. Pengambilan sampel air laut menggunakan plankton net dengan
menggunakan metode towing, yaitu dengan menarik plankton net di
permukaan air dengan keadaan kapal bergerak (Santika, 2011).
2. Penurunan plankton net dilakukan pada kedalaman 5 meter.
3. Pengambilan 1 botol sampel untuk pagi pada jam 06.00 WIB, 1 botol pada
jam 10.00 WIB, 1 botol pada jam 14.00 WIB, dan 1 botol pada jam 16.00
WIB.
4. Pengambilan data tersebut dilakukan selama 6 hari.
5. Hasil sampel yang diambil seluruhnya diberi 1 tetes larutan lugol pada
botol tersebut agar plankton awet.
Pengambilan Isi Perut Ikan
1. Hasil tangkapan diukur panjang total, panjang baku, body girth, serta berat
ikan.
2. Hasil tangkapan ikan yang didapat langsung diambil isi perutnya karena isi
perut ikan masih dalam keadaan segar.
3. Isi perut yang didapat kemudian diberi formalin 10% pada setiap wadah
plastik agar isi perut ikan tetap awet sebelum dilakukan pengamatan di
laboratorium.
4. Perlakuan selanjutnya dilakukan uji laboratorium serta melakukan studi
pustaka literatur terkait peneltian yang dilakukan.
Analisis Data
Tingkat Kematangan Gonad
Analisis tingkat kematangan gonad ini untuk menunjukkan kematangan
seksual pada ikan. Tahapan kematangan gonad adalah akan memijah, baru
memijah atau baru selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad
(length at first maturity, Lm) bergantung pada saat pertumbuhan ikan itu sendiri
dan tergantung pula pada lingkungannya.
Pengamatan kematangan gonad ini dilakukan dalam dua cara, yaitu
pengamatan secara langsung (visual) dan analisis laboratorium. Cara yang umum
dilakukan adalah dilakukan secara pengamatan secara langsung (visual), ini
dilakukan berdasarkan ukuran dan penampakan gonad. Sebagai catatan metode ini
bersifat subyektif.
Untuk pengamatan secara langsung (visual) ada beberapa indikator
pembagian tahapan kematangan gonad yang terdiri dari (Effendie 2002) :
1) Ukuran gonad dalam menempati rongga badan (kecil, ¼ bag, ½ bag, ¾ bag
atau penuh)
2) Berat gonad segar (ditimbang)
3) Penampakan warna gonad
4) Penampakan butiran telur (ovarium) untuk ikan betina
5) Ada tidaknya pembuluh darah dan lain-lain.

8

Pengamatan yang dilakukan ini bersifat subyektif, maka sering terjadinya
perbedaan tahap TKG baik karena perbedaan observer maupun perbedaan waktu.
Effendie 2002 menjelaskan acuan standar yang digunakan terdapat 5 tahap
Tingkat Kematangan Gonad (TKG), yakni :
1) TKG I (immature, dara);
2) TKG II (developing, dara berkembang);
3) TKG III (maturing/ripening, pematangan);
4) TKG IV (mature/ripe/gravid, matang); dan
5) TKG V (spent, salin).
Isi Perut Ikan
Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu Indeks Relatif Penting
(IRP) atau Index of Relative Importance yang dikembangkan oleh Pinkas et al.
(1971). Analisis makanan golongan ikan menggunakan Index of Relative
Importance yaitu dengan cara yang ditunjukkan oleh persamaan (1).
IRP = (N + V) F…………………………...…………..………….(1)
Keterangan:
IRP : Indeks Relatif Penting
N
: persentase jumlah satu macam makanan
V
: persentase volume satu macam makanan
F
: persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
Uji laboratorium dilakukan pengidentifikasian isi perut dari masing-masing
ikan dengan menggunakan buku identifikasi Yamaji (1976). Apabila terdapat
organisme lainnya maka digunakan klasifikasi menurut Fischer dan Whitehead
(1974). Menghitung jumlah kelimpahan planktonnya dengan rumus berikut ini:

N
Vb
Vi
n

�=



��

= jumlah kelimpahan organisme dalam usus ikan
= volume pengeceran
= volume satu tetes contoh
= banyaknya organisme dalam satu tetes contoh

kelimpahan plankton digunakan untuk mengetahui jumlah kemungkinan
plankton yang terdapat dalam usus ikan maupun dalam sampel air yang diambil.
Pengamatan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran 10x10.
Hubungan Posisi dengan Kelimpahan
Data kelimpahan plankton diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji
One-Way ANOVA (Analisis of variance) pada software SPSS (Statistical
Package for the Social Sciences) yang dikemukakan oleh Santoso (1999). Uji
One-Way ANOVA membandingkan dua mean populasi yang berasal dari populasi
yang sama. Bila data yang diperoleh menyebar normal, maka akan dilakukan

9

analisis data menggunakan Uji-F untuk mengetahui perbandingan kelimpahan
plankton pada setiap masing-masing posisi. Bila data tidak menyebar normal,
maka akan dilakukan analisis data non parametrik menggunakan Uji Kruskall
Wallis. Hipotesis untuk Uji One-Way ANOVA yaitu:
H0: Posisi peletakan rumpon portable berpengaruh terhadap jumlah kelimpahan
plankton di perairan.
H₁: Posisi peletakan rumpon portable tidak berpengaruh terhadap jumlah
kelimpahan plankton di perairan.
Dasar pengmabilan keputusan:
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
Indeks Keragaman
Nilai indeks keragaman ini akan menunjukkan suatu ekosistem itu seimbang
atau tidaknya suatu ekosistem. Keragaman itu sendiri merupakan general dari
individu yang diambil secara acak dari suatu populasi (Yusfiandayani 2004).
Besarnya suatu keragaman diformulasikan sebagai berikut ini Yusfiandayani
(2004) :




� = − ∑ �� log₂ ��
�=1

Keterangan :
s
: jumlah taksa
H’
: Indeks keragaman Shannon-Weaner
pi
: ni/N
ni
: Jumlah individu jenis ke-i
N
: Jumlah total individu
Nilai indeks keragaman ini berkisar antara 0-∞, dengan kriteria sebagai
berikut ini :
H’ < 3,2
: keragaman populasi kecil
3,2 9,9
: keragaman populasi tinggi
Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman (E’) diperlukan untuk mengetahui keseimbangan
suatu komunitas, yaitu suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Untuk
mengetahuinya maka diperlukan formulasi sebagai berikut ini :
�′ =

�′

�′

��

10

Keterangan :
E’
: Indeks Keseragaman;
H’maks
: Indeks keragaman komunitas (H’maks = log₂ s);

Nilai indeks keseragaman antara 0-1 dengan kriteria sebagai berikut ini :
0 < E’ ≤ 0,5 : keseragaman kecil;
0,5 < E’≤0,75 : kesergaman sedang;
0 ,75< E’ ≤ 1 : keseragaman tinggi.

Dengan kriteria yang terdapat di atas, apabila suatu nilai indeks
keseragamannya kecil maka akan semakin kecil pula keseragaman populasi yang
ada.
Indeks Dominansi
Apabila ingin melihat suatu dominansi suatu jenis maka diperlukan indeks
dominansi untuk mengetahuinya. Dalam mengetahui indeks dominansi diperlukan
formulasi sebagai berikut ini :


� = ∑ ��²
�=1

Keterangan :
C
: Indeks Dominansi
Pi
: Proporsi jumlah plankton
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1 dengan kriteria sebagai berikut ini :
0 < C ≤ 0,5 : Dominansi kecil;
0,5 < C ≤0,75 : Dominansi sedang;
0 ,75< C ≤ 1 : Dominansi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tangkapan Ikan di Sekitar Rumpon Portable
Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap pancing ulur. Penangkapan
ikan dilakukan selama 6 hari di sekitar rumpon portable. Hasil tangkapan ikan
yang diperoleh sebanyak 179 ekor dengan 4 spesies. Spesies yang paling
mendominasi adalah ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) dari famili
Scombridae sebanyak 106 ekor. Spesies kedua yang mendominasi adalah
Cakalang (Katsuwonus pelamis) dari famili Scombridae. Hasil tangkapan lainnya
yaitu Lemadang (Coryphaena hippurus) dari famili Loricariidae, dan Salem
(Elagatis bipinnulatus) dari famili Salmonidae (Gambar 5).

Jumlah (ekor)

11

35
30
25
20
15
10
5
0

32
25

23
19

16
11

2

10
6

2

1 1
1

10

9

6 7

1
3

4

5

6

Hari ke-

Ikan Tuna

Ikan Cakalang

Ikan Lemadang

ikan Salem

Gambar 5. Komposisi hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon portable
Hasil tangkapan yang diperoleh selama 6 hari dengan jumlah yang berbedabeda. Hari ke-1 memperoleh ikan tuna 6 ekor, ikan cakalang 7 ekor, ikan
lemadang sebanyak 1 ekor, dan ikan salem 1 ekor. Hari ke-2 memperoleh ikan
tuna 16 ekor, ikan cakalang 11 ekor, dan ikan lemadang 2 ekor. Hari ke-3
memperoleh ikan tuna sirip kuning 32 ekor, dan ikan cakalang 25 ekor. Hari ke-4
memperoleh ikan tuna sirip kuning 23 ekor, ikan caklang 9 ekor, dan ikan
lemadang 1 ekor. Hari ke-5 memperoleh ikan tuna sirip kuning 19 ekor, dan ikan
cakalang 10 ekor. Hari ke-6 memperoleh ikan tuna sirip kuning 10 ekor,dan ikan
cakalang 6 ekor.
Uji kenormalan hubungan posisi dengan kelimpahan plankton di sekitar
rumpon portable menunjukkan data yang diperoleh menyebar secara normal,
sehingga dilakukan Uji F. Hasil perhitungan Uji F menunjukkan bahwa Tolak H0
yang berarti bahwa posisi peletakkan rumpon portable tidak berpengaruh secara
nyata terhadap jumlah kelimpahan plankton di perairan. Perbedaan jumlah
plankton pada setiap posisi peletakkan rumpon portable disebabkan oleh karakter
dari plankton itu sendiri seperti plankton berkumpul karena faktor cahaya, suhu,
arus, kekeruhan, endapan, salinitas dan lain-lain (Lampiran 2).
Tingkat Kematangan Gonad Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares)
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan salah satu cara untuk
menentukan layak atau tidak layaknya suatu tangkapan ikan yang dilihat dari
gonad ikan. Tingkat kematangan gonad (TKG) dari hasil tangkapan di sekitar
rumpon portable menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan
yang merupakan ikan tuna tidak layak tangkap. Ikan dengan TKG I, TKG II, dan
TKG III lebih mendominasi hasil tangkapan, tetapi hasil tangkapan dengan TKG I
lebih banyak dengan persentase TKG I 83 %, TKG II sebesar 15 %, TKG III
sebesar 2 %. Semua ikan hasil tangkapan tidak mencapai TKG IV dan TKG V
dengan masing- masing persentase 0% (Tabel 3).

12

Tabel 3. Komposisi tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning
(Thunnus albacares)
NO
TKG
Persentase
1
83%
I
2
15%
II
3
2%
III
4
0%
IV
5
0%
V
Total ikan yang tertangkap paling banyak adalah TKG I dengan kisaran
panjang fork length (FL) 41-61,5 cm dengan jumlah ikan sebanyak 88 ekor
(Lampiran 3). TKG II dengan kisaran FL 43-84.6 cm dengan jumlah 14 ekor.
TKG III memiliki kisaran FL 44,7-98,1 cm dangan jumlah 2 ekor. Banyaknya
ikan-ikan yang tertangkap merupakan ikan yang tidak layak tangkap juga
dipengaruhi oleh mata pancing yang digunakan.
Semakin panjang ukuran suatu ikan, maka tingkat kematangan gonad akan
ikut meningkat, hal ini berdasarkan data yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nikolysky (1996) bahwa tingkat kematangan gonad (TKG)
berhubungan dengan panjang dan berat. Tingkat kematangan gonad merupakan
pengelompokan kematangan gonad ikan berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada gonad ikan. Menurut Wahyuningsih dan Barus (2006), dasar yang
dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi
adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad
yang dapat dilihat.
Penelitian tentang tingkat kematangan gonad penting dilakukan untuk
menunjang pengelolaan perikanan sehingga dapat ditentukan ukuran berapa ikan
layak ditangkap. Sebagai contoh ikan tuna sirip kuning sebaiknya ditangkap
setelah memijah dengan berukuran FL 100 cm di Samudra Hindia. Hal ini sesuai
dengan IOTC (2010) bahwa ikan yang layak tangkap berukuran 100 cm di
Samudra Hindia, tetapi pada kenyataannya banyak ikan tuna kecil (baby tuna)
yang dibawah panjang FL 100 cm ditangkap. Hal tersebut disebabkan kebutuhan
nelayan palabuhanratu, sehingga ikan tuna yang masih berukuran kecil ditangkap.
Mereka merasa rugi apabila ikan tuna yang masih belum layak tangkap dilepaskan
kembali ke laut. Bagi mereka ikan tuna dengan ukuran panjang FL dibawah 100
cm masih dapat dijual dengan harga tinggi, sehingga mereka lebih baik
menjualnya daripada melepaskannya kembali ke laut. Jika hal tersebut dilakukan
secara terus menerus dikhawatirkan ikan tuna akan terganggu kelestariannya.
Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang lebih
tua, umumnya lebih panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina
biasanya lebih berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur, ikan mengalami
penambahan berat dan volume. Setelah bertelur beratnya akan kembali turun.
Tingkat pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan di sekitar
lingkungan hidupnya (Purnomo, 2002).
Hasil tangkapan yang diperoleh memiliki tingkat kematangan gonad yang
berbeda-beda untuk setiap harinya. Perbandingan tingkat kematangan gonad
untuk setiap harinya dapat dilihat pada Gambar 6.

13

I

28

30
Jumlah (ekor)

25

II

IV

V

20

20

16

15

11
8

10
5

III

4

4
11

00

1

3

00

3
0

00

3
0

00

0

2

00

0

00

0
1

2

3

Hari ke-

4

5

6

Gambar 6. Perbandingan tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning
(Thunnus albacares)
Jumlah ikan tuna yang tertangkap dengan total 106 ekor. Berdasarkan hasil
perhitungan data di atas, ikan yang tertangkap untuk setiap harinya didominasi
oleh ikan tuna yang tidak layak tangkap. Ikan tuna (Thunnus albacares) yang
merupakan hasil tangkapan dominan nelayan berada di bawah ukuran standar
ukuran layak tangkap menurut indikator length at first maturity (103,3 cm) dari
metadata fishbase. Ukuran panjang ikan yang berada di bawah Lm ini dalam
jangka panjang dapat mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan. Grafik di atas
adalah perbandingan TKG. Hasil tangkapan ikan tuna diperoleh dengan TKG I 88
ekor, TKG II 16 ekor, dan TKG III 2 ekor.
Tingkat Kematangan Gonad Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Berdasarkan hasil tangkapan, ikan cakalang yang tertangkap merupakan
ikan yang layak tangkap. Tingkat kematangan gonad ikan cakalang didominasi
oleh TKG IV dan TKG V dengan persentase berturut-turut adalah 49% dan 31% .
Hasil tangkapan lainnya merupakan TKG yang tidak ayak tangkap (Gambar 6).

1%

12%
7%

31%

I
II
III

49%

IV
V

Gambar 7. Komposisi tingkat kematangan gonad ikan cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Jumlah ikan cakalang yang tertangkap paling sedikit adalah TKG I dengan
kisaran panjang FL 42,2 cm dengan jumlah ikan sebanyak 1 ekor. TKG II dengan
kisaran panjang FL 45,6-47,2 cm dengan jumlah 8 ekor. TKG III memiliki
kisaran panjang FL 38,2-42,7 cm dangan jumlah 5 ekor. TKG V meliliki kisaran
FL 43,5-48,3 cm dengan jumlah 33 ekor. TKG V memiliki kisaran FL 45-70 cm
dengan jumlah hasil tangkapan 21 ekor (Lampiran 3).

14

Hasil tangkapan ikan cakalang yang diperoleh selama penelitian ini
didominasi oleh ukuran ikan cakalang yang layak tangkap. Penentuan ukuran ikan
cakalang layak tangkap ditentukan sesuai dengan informasi yang diperoleh dari
metadata Luna (2015) pada www.fishbase.org yang mengemukakan bahwa
ukuran panjang ikan cakalang saat pertama kali memijah adalah 43 cm. Pendapat
lain yang sesuai dengan hasil tangkapan yang diperoleh dikemukakan oleh Unar
(1957) dalam Barata (2011) yang mengemukakan bahwa ikan telah mencapai
ukuran yang lebih besar maka akan berada pada lapisan air yang lebih dalam.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa diasumsikan rumpon portable lebih
efektif untuk dilakukan penangkapan ikan cakalang. Hal ini dapat dilihat dari hasil
tangkapan yang diperoleh yang didominasi oleh ikan cakalang yang layak
tangkap, guna menjaga kelestarian sumberdaya ikan yang ada diperairan.
Berikut ini adalah grafik perbandingan tingkat kematangan gonad ikan
cakalang dengan jumlah hasil tangkapan tiap harinya berbeda-beda.
14

12

Jumlah (ekor)

12
9

10

9

8
6

4

4
2

0 0 0

5
3

3

3
0 0

1

1

0

5

1

0

1

0

1

2

1

4
1

0

1 1

0

0
1

2

3

4

5

6

Hari keTKG I

TKG II

TKG III

TKG IV

TKG V

Gambar 8. Perbandingan tingkat kematangan gonad ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis)
Jumlah ikan cakalang yang tertangkap dengan total 68 ekor. Standar ukuran
layak tangkap menurut indikator length at first maturity (43cm) dari metadata
fishbase. Hasil tangkapan ikan cakalang diperoleh dengan TKG I 1 ekor, TKG II
8 ekor, TKG III 5 ekor, TKG V 33 ekor, dan TKG V 21 ekor. Hasil tangkapan
ikan cakalang kebanyakan merupakan ikan yang sudah layak tangkap karena
banyak ukuran panjang FL ikan yang sudah berada di atas 43 cm (Gambar 8).
Analisis Isi Perut Ikan
Komposisi makanan yang terdapat di dalam isi perut ikan dapat
mengindikasikan makanan utama, tambahan maupun pelengkap dari ikan tersebut.
Analisis isi perut ikan dilakukan dengan mengambil semua jenis ikan hasil
tangkapan yang diperoleh di sekitar rumpon portable sebanyak 179. Ikan pelagis
merupakan komoditas ikan ekonomis penting di wilayah PPN Palabuhanratu,
terutama ikan tuna dan cakalang. Hal ini lebih bermanfaat dengan dilakukannya

15

analisis isi perut ikan dengan tujuan memberikan informasi mengenai komposisi
makanan ikan yang tertangkap oleh pancing.
Ikan yang tertangkap merupakan ikan yang memiliki nilai jual yang tinggi,
seperti ikan tuna sirip kuning, dan ikan cakalang. Organisme makanan yang
dikonsumsi oleh ikan berdasarkan penelitian didominasi oleh ikan kecil. Hal
tersebut dapat dilihat dari nilai indeks relatif penting (IRP) yang diperoleh dari
hasil perhitungan. Nilai indeks relatif penting yang tertinggi terdapat pada ikan
kecil dengan nilai IRP 3790,043, sedangkan nilai IRP yang terkecil terdapat pada
organisme kepiting dengan nilai 188,1. Selain itu, organisme yang terdapat dalam
lambung ikan adalah udang, cumi-cumi dengan nilai indeks relatif penting
berturut- turut adalah 1598,085, dan 342,590. Tidak semua organisme dapat
teridentifikasi, namun ada juga organisme yang tidak teridentifikasi dengan nilai
indeks relatif penting sebesar 12,934 (Tabel 4). Penelitian ini menyimpulkan
bahwa organisme yang tidak teridentifikaksi dalam isi perut ikan merupakan
bagian dari biota lainnya yang terdapat dalam perut ikan tersebut, karena
banyaknya seripihan-serpihan organisme di dalamnya.
Tabel 4. Nilai indeks relatif penting
No

Organisme

Indeks Relatif Penting

1

Udang

1598,08

2
3

Tak Teridentifikasi
Cumi- cumi

12,93
342,59

4

Ikan kecil

3790,04

5

Kepiting

188,1

Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk keseluruhan makanan yang
terdapat dalam ikan tuna, ikan kecil mendominasi kehadiran dalam isi perut ikan
(Tabel 2). Ikan kecil yang terdapat dalam perut ikan tidak dapat diidentifikasi
klasifikasinya karena keterbatasan alat dan kondisi ikan kecil yang sudah mulai
tercerna. Effendie (2002), menyatakan perbedaan jumlah organisme makanan
yang dimakan ikan terjadi karena perbedaan sebaran organisme tersebut pada
masing masing wilayah dan juga faktor yang mempengaruhi kesukaan organisme
perairan terhadap makanannya antara lain adalah faktor penyebaran organisme
makanan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri dan
faktor lingkungan perairan.
Analisis Kelimpahan planton di Sekitar Rumpon Portable
Menghitung kelimpahan dilakukan untuk mengetahui kelimpahan plankton
yang ada pada isi perut ikan dan sampel air menggunakan mikroskop binokuler
menggunakan perbesaran 10x10, sehingga plankton dapat terlihat. Nilai
kelimpahan ini digunakan untuk mengetahui kelimpahan plankton pada perairan
di sekitar rumpon tersebut.

16

Kelimpahan (sel/m3)

Menghitung kelimpahan dilakukan untuk mengetahui kelimpahan plankton
yang ada di sekitar rumpon portable. Berdasarkan hasil pengamatan, kelimpahan
fitoplankton tertinggi pada hari ke-6 dengan nilai kelimpahan sebesar 8.2161
sel/m3. Kelimpahan fitoplankton terendah pada hari ke-5 dengan nilai kelimpahan
7.693 sel/m3 (Gambar 9).
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0

82161

20799

1

16794

2

10500

15153
7693

3

4

5

6

Hari ke-

Gambar 9. Kelimpahan fitoplankton berdasarkan waktu
Berdasarkan hasil pengamatan, kelimpahan zooplankton tertinggi pada hari
ke-5 dengan nilai kelimpahan sebesar 4887 individu/m3. Kelimpahan plankton
terendah pada hari ke-2 dengan nilai kelimpahan 2171 individu/m3 (Gambar 10).

kelimpahan (individu/m3)

6000
4887

5000
4000

3719

3708

3543
2843

3000
2171
2000
1000
0
1

2

3

4

5

6

Hari ke-

Gambar 10. Kelimpahan zooplankton berdasarkan waktu
Komposisi plankton yang ada pada isi perut ikan dibandingkan dengan
plankton pada sampel air di sekitar rumpon portable yang telah diambil.
Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa plankton hanya beberapa genus yang
sama. Hanya saja pada sampel air lebih ditemukan genus yang lebih beragam
dibandingkan dengan plankton pada isi perut ikan, namun salah satu contoh genus
yang tidak ada di sampel air dan ada di isi perut ikan yaitu Solmaris Sp. Plankton

17

yang mendominasi adalah genus Rhizosolenia. Genus Rhizosolenia ini hampir
selalu ada pada tiap pengamatan (Tabel 5).
Plankton dari genus Rhizosolenia sp merupakan jenis plankton yang bisa
ditemukan di perairan laut dan payau, terutama di perairan yang memiliki suhu
hangat (Microbewiki, 2010). Hasil pada isi perut ikan dan sampel air juga terdapat
genus Rhizosolenia Sp. Hampir di setiap pengamatan yang dilakukan terdapat
genus tersebut, sehingga genus tersebut dapat dikategorikan genus yang
mendominasi pada penelitian ini.
Tabel 5. Perbandingan komposisi plankton
NO Organisme
isi perut ikan
sampel air
1 Rhizosolenia Sp.
v
v
2 Coscinodiscus Sp
v
v
3 Chaetoceros Sp.
v
v
4 Nitzschia Sp.
v
v
5 Tintinnopsis Sp.
v
v
6 Neomysis Sp.
v
v
7 Solmaris Sp.
v
8 Prorodon Sp
v
v
9 Calanus Sp.
v
v
Tabel di atas menunnujukkan beberapa genus plankton yang ditampilkan
dengan tujuan membandingkan antara isi perut ikan dan sampel air. Total genus
plankton yang ada di sampel air sebanyak 96 genus yang terdiri atas 35 genus
fitoplankton dan 61 genus zooplankton. Telah dijelaskan bahwa genus yang
terbanyak adalah Rhizosolenia sp karena genus tersebut terdapat di dalam isi perut
ikan dan di sampel air. Tabel perbandingan di atas hanya memperlihatkan genus
plankton yang ada di isi perut ikan. Isi perut ikan hanya terdapat 9 genus saja,
namun Solmaris sp tidak terdapat di sampel air. Hal tersebut dapat disebabkan
adanya kesalahan dari pengamat, seperti kesalahan saat melakukan pengamatan
menggunakan mikroskop.
Analisis Indeks keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Plankton di
Sekitar Rumpon Portable
Nilai indeks keragaman plankton pada sampel air rumpon portable, berkisar
antara 1,016-2,352. Indeks tersebut menunjukkan asumsi bahwa keragaman
populasi kecil. Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0,489-1. Hal ini
menunjukkan bahwa keseragaman planton tinggi dengan penyebaran jumlah
individu setiap pengambilan sampel tidak sama. Nilai indeks dominansi berkisar
antara 0,101-0,570. Hal tersebut menunjukkan bahwa indeks dominansi plankton
sedang. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.

18

Nilai (individu/ml)

2.50
2.00
1.50
Keragaman
1.00

Keseragaman

0.50

Dominansi

0.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sampel ke-

Gambar 11. Indeks keragaman, keseragaman, dan indeks dominansi plankton di
sekitar rumpon portable
Tingkat keragaman yang rendah menunjukkan keseimbangan populasi yang
rendah. Tingkat keseragaman yang tinggi menunjukkan kesamaan jumlah
individu antar spesies dalam komunitas tinggi. Tingkat dominansi yang sedang
menunjukkan adanya jumlah genus plankton yang dominan pada setiap sampel
air. Dominasi sedang tersebut mengindikasikan bahwa terdapat jenis yang secara
ekstrim mendominasi jenis lainnya serta didukung oleh kondisi lingkungan yang
stabil sehingga tidak terjadi tekanan ekologis terhadap biota di ingkungan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Perairan di sekitar rumpon portable memiliki kelimpahan plankton yang besar
dan didominasi oleh genus Rhizosolenia Sp.
2 Tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning terbanyak adalah TKG 1
dengan persentase 83 %, ikan cakalang terbanyak TKG 1 dengan persentase
62%.
3 Nilai IRP yang tertinggi terdapat pada organisme ikan kecil dengan nilai IRP
3790,043, sedangkan nilai IRP yang terendah adalah organisme kepiting
dengan nilai 188,1.
4 Nilai indeks keragaman berkisar antara 1,016-2,352, indeks keseragaman
berkisar antara 0,489-1, dan indeks dominansi plankon di sekitar rumpon
portable berkisar antara 0,101-0,570.
Saran
Perlu dilakukan peningkatan intensitas penangkapan agar diperoleh sampel
air dan usus ikan yang lebih banyak dan mewakili populasi di lokasi tersebut agar
diperoleh gambaran tentang struktur rantai makanan serta diperoleh informasi
tentang kesuburan perairan dengan parameter yang mempengarhi keberadaan dan
kelimpahan plankton di perairan tersebut

19

DAFTAR PUSTAKA
Ariawan WD. 2015. Analisis hasil tangkapan pancing ulur (hand line) pada
rumpon portable di perairan selatan Palabuhanratu, Jawa Barat [skripsi].
Bogor ( ID). Institut Pertanian Bogor.
Barata et al. 2011. Sebaran Ikan Tuna Berdasarkan Suhu dan Kedalaman di
Samudera Hindia. Ilmu Kelautan Vol. 16 (3) pp. 165-170.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal.
Fachrul, M. F. 2007. Metode sampling bioekologi. Jakarta (ID). Bumi Aksara.
Fardhani I. 2015. Produktivitas rumpon portable di perairan palabuhanratu
Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Fischer W dan PJP Whitehead. 1974. FAO species identification sheets for
fisheries purpose. Eastern Indian Ocean (fishing Area 57) and Western
Central Pacific (fishing Area 71). Rome. Vol III. P 11. 508 hal.
[IOTC] International Ocean Tuna Commission. 2010. Reproductive Biology of
Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) in the Western and Central Indian
Ocean. IOTC Working Party on Tropical Tuna.
Hardiansyah, H. 2010. Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial,
Jakarta (ID). Salemba Humanika.
Peraturan Perikanan. 2011. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.02/MEN/2011/ Tentang Alat Bantu Penangkapan Ikan. Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Krebs CS. 1972. The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New
York: Harpes and Row Publisher.
Lagler KF. 1956. Freshwater Fishery Biology. W. C. Braum Co. Pulb.
Lahay MRS. 2015. Efektivitas dan produktivitas electric fish attractor di perairan
Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Michael,P. 1995. Metode ekologi untuk penyelidikan ladang dan laboratorium.
Jakarta (ID). Universitas Indonesia Press.
Microbewiki. 2010. Rhizosolenia. [internet]. [terhubung berkala] 26 Oktober
2013. Tersedia pada: http// microbewiki.com
Monintja DR. 1993. Study on the Development of Rumpon as a Fisf Aggregating
Devices (FADs). Maritek Buletin ITK, FPIK-IPB, 3(2) : 137 p
Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. Academy Press. New York. 352 p
Odum, EP. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Alih Bahasa. Cahyono,S. FMIPA IPB.
Gadjah Mada University Press. 625p.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : PER.02/MEN/2011
tanggal 31 Januari 2011 tentang jalur penangkapan ikan, penempatan alat
penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.
Pinkas L, Oliphont MS, dan Iversion IL. 1971. Food habits of albacore,Bluefin
tuna and bonito in California Waters. Clif. Dep. Fish and Game Fish Bull,
152: 1-105
[PPN Palabuhanratu] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2013. Buku
Statistik PPN Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
Purnomo E. 2002.”Teknologi Tepat Guna: Penyamakan Kulit Ikan PariI”,
Kanisius , Jogjakarta.

20

Santika, A.R. 2011. Desain dan Analisis Instalasi Pipa Bawah Laut
Menggunakan DNV OS F101 2010 & DNV 1981. Tugas Akhir tidak
Diterbitkan. Bandung (ID). Program Sarjana Institut Teknologi Bandung.
Santoso. 1999. SPSS mengolah data statistik secara profesional. Jakarta (ID).
Gramedia.
Subani, W. 1972. Alat dan cara penangkapan ikan di Indonesia. Jilid 1. Lembaga
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta (ID). Hal : 85-104
Subani, W. 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan
Indonesia. JurnalPenelitian Perikanan Laut, BPPL, Jakarta, 35: 35-45
Wahyuningsih H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,
Medan.
Yamaji L. 1976. Marine Plankton of Japan. Japan (JP). Hoikkusha Publishing Co.
Ltd, 360p.
Yusfiandayani R. 2004. studi tentang mekanisme berkumpulnya ikan pelagis kecil
di sekitar rumpon dan pengembangan perikanan di Perairan Pasauran,
Propinsi Banten [disertasi]. Bogor (ID). Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Yusfiandayani R, Jaya I, dan Baskoro MS. 2013. Pengkajian terhadap rumpon
portable untuk pengelolaan ikan tuna dan cakalang secara berkelanjutan.
[Laporan Akhir Penelitian Lintas Fakultas]. Bogor (ID). Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor.

21

Lampiran 1. Total hasil tangkapan
Hari
ke1
2
3
4
5
6
Total

Ikan Tuna
6
16
32
23
19
10
106

Jumlah ikan (ekor)
Ikan Cakalang
Ikan Lemadang
7
1
11
2
25
9
1
10
6
68
4

ikan Salem
1

1

Anova
Lampiran 2. Perhitungan data statistik
Kelimpahan
95% Confidence Interval for
Mean
N

Mean

Std.
Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

posisi 1

96

255.2813

1356.02472

138.39869

-19.4749

530.0374

posisi 2

96

197.5521

889.35277

90.76919

17.3525

377.7517

posisi 3

96

148.1146

539.46425

55.05884

38.8090

257.4202

posisi 4

96

187.4583

1043.15820

106.46689

-23.9052

398.8218

posisi 5

96

131.0417

357.65894

36.50341

58.5732

203.5101

posisi 6

96

892.7500

2687.66222

274.30838

348.1790

1437.3210

576

302.0330

1395.85479

58.16062

187.7998

416.2661

Total

22

Sum of
Squares

Mean
Square

df

F

Between
Groups

41098063.8
21

5

8219612.76
4

Within Groups

1079238024
.552

570

1893400.04
3

Total

1120336088
.373

575

4.341

Sig.
.001

Lampiran 3. Persentase tingkat kematangan gonad
Tingkat kematangan gonad ikan tuna sirip kuning
NO
Kisaran Panjang
TKG
Jumlah Ikan
1
41-61.5
I
88
43-84.6
2
II
16
3
44.7-98.1
III
2
4
IV
0
˗
5
V
0
˗
Persentase ikan cakalang
NO
KISARAN PANJANG
1
42.2
45.6-47.2
2
38.2-42.7
3
4
43.5-48.3
₋70
5

TKG
I
II
III
IV
V

Jumlah Ikan
1
8
5
33
21

Persentase
83.02
1