Dinamika Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT
DAN SIMPANAN KARBON DI KABUPATEN KUBU RAYA
DAN SANGGAU TAHUN 1990-2013

SAFIRA SUKMA HANJANI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Penggunaan
Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 1990-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015

Safira Sukma Hanjani
NIM A14100040

ABSTRAK
SAFIRA SUKMA HANJANI. Dinamika Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit
dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 1990-2013.
Dibimbing oleh MUHAMMAD ARDIANSYAH dan SUPIANDI SABIHAM.
Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati
dengan menggunakan data spasial penggunaan/penutupan lahan dari titik tahun
yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan
penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau, mengetahui
dinamika perkebunan sawit, dan mengetahui kehilangan simpanan karbon yang
terjadi selama tahun 1990-2013. Selama periode tahun ini, perubahan penggunaan
lahan terjadi secara dinamis. Penggunaan/penutupan lahan hutan konsisten
menurun sedangkan penggunaan/penutupan (non-hutan): lahan terbuka, semak
belukar, semak belukar rawa, dan kebun sawit relatif meningkat. Kebun sawit di

Kabupaten Kubu Raya bertambah dari penggunaan lahan hutan rawa sekunder
pada periode tahun 1990-2009, sedangkan pada periode 2009-2013 dari lahan
non-hutan. Kebun sawit di Kabupaten Sanggau didominasi bertambah dari
penggunaan lahan non-hutan. Kehilangan simpanan karbon yang paling tinggi
terjadi pada periode tahun 2006-2009 di Kabupaten Kubu Raya dan pada periode
tahun 2011-2013 di Kabupaten Sanggau.
Kata kunci : Perubahan penggunaan/penutupan lahan, perkebunan sawit,
simpanan karbon
ABSTRACT
SAFIRA SUKMA HANJANI. Land Use/Cover Change Dynamics of Oil Palm
Plantation and Carbon Stock in Kubu Raya and Sanggau District during 19902013. Supervised by MUHAMMAD ARDIANSYAH dan SUPIANDI
SABIHAM.
Land use/cover change can be observed with spatial data of land use/cover
from different time period. Objectives of this research were to identify land
use/cover change in Kubu Raya and Sanggau District, determine dynamic of oil
palm plantation, and determine carbon stock loss which was occured during 19902013. During this period, land use/cover change have occured dynamically. Forest
land use consistently decreased while non-forest land such as open land, shrub
land, swamp shrub land, and oil palm plantation relative increased. Oil palm
plantation in Kubu Raya increase from forest land (secondary swamp forest)
during 1990/2009 whereas in the 2009-2013 period from non-forest land. Oil

palm plantation in Sanggau dominated increase from non-forest land. Highest
carbon stock loss occured during 2006-2009 period in Kubu Raya district and
during 2011-2013 period in Sanggau District.
Keywords : Land use/cover change, oil palm plantation, carbon stock

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN SAWIT
DAN SIMPANAN KARBON DI KABUPATEN KUBU RAYA
DAN SANGGAU TAHUN 1990-2013

SAFIRA SUKMA HANJANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik
dan lancar. Tidak lupa pula, shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad
Sallallahu „Alaih Wasallam, yang berkat jasa beliau manusia bisa mengenal Allah
SWT lewat Islam. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penginderaan
Jarak Jauh Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan dan Departemen
Manajemen Hutan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan Mei 2014 ini ialah perubahan penggunaan lahan, dengan judul Dinamika
Penggunaan Lahan Perkebunan Sawit dan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu
Raya dan Sanggau tahun 1990-2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Drh Djony
Istori dan Sartika Tisna Amidjadja atas doa, kasih sayang dan dukungan yang
selalu diberikan. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada Bapak Dr Ir Muhammad Ardiansyah dan Bapak Prof Dr Ir Supiandi
Sabiham MAgr selaku pembimbing, serta Bapak Prof Dr Ir I Nengah Surati Jaya
Magr dan Bapak Uus Saepul SHut yang telah banyak memberi saran dan arahan

dalam karya ilmiah ini. Penghargaan dan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada seluruh dosen dan staf Departemen ITSL IPB atas bimbingannya. Ucapan
terima kasih penulis juga sampaikan kepada Novita Wulandari, Kak Artika
Afifatus Soleha, dan teman-teman dari Laboratorium Penginderaan Jarak Jauh
Manajemen Hutan atas bantuannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada Akbar Pratama atas doa, dukungan, dan kesabarannya selama ini. Terima
kasih kepada Dinda Lestari, Farid Ridwan, Yuni, Vyatra, dan Wahyuning Titah
sebagai teman satu bimbingan serta keluarga Ilmu Tanah 47, dan seluruh teman
penulis yang tidak terucapkan atas doa, dukungan, dan persahabatannya. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan usulan penelitian ini,
maka diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dalam
penulisan selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap semoga apa yang dihasilkan dari penelitian ini
membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kualitas penulis dan
pembaca dalam ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2015

Safira Sukma Hanjani


DAFTAR ISI
ABSTRAK

ii

PRAKATA

vi

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Penggunaan/Penutupan Lahan

3

Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan

3

Penginderaan Jauh

4


Simpanan Karbon

5

METODE

7

Waktu dan Tempat Penelitian

7

Bahan dan Alat

8

Tahap Pengolahan Data

9


Reinterpretasi dan Interpretasi Peta Penggunaan/Penutupan
Lahan Tahun 1990, 2000, 2003, 2006, 2009, 2011 dan 2013

9

Identifikasi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Tahun 1990-2013
Tahap Analisis Data

13
13

Analisis Penggunaan/Penutupan Lahan,
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan
Dinamika Perkebunan Sawit

13

Analisis Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon


13

PEMBAHASAN

16

Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Kubu Raya dan
Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013

16

Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Kabupaten Kubu Raya
dan Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013

20

Dinamika Perkebunan Sawit di Kabupaten Kubu Raya dan
Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013

21

Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon di Kabupaten Kubu Raya
dan Sanggau tahun 1990-2013

25

Serapan/Kehilangan Simpanan Karbon karena Konversi menjadi
Perkebunan Sawit

26

KESIMPULAN

30

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

57
DAFTAR TABEL

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.
9.

Teks

Halaman

Bahan yang digunakan dalam penelitian
8
Pengertian penggunaan/penutupan yang digunakan
10
Simpanan karbon dari beberapa penggunaan lahan
14
Luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Kubu Raya
tahun 1990-2013
18
Luas penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Sanggau
tahun 1990-2013
19
Dinamika penambahan luas lahan kebun sawit dari penggunaan/penutupan
lahan hutan dan non-hutan
di Kabupaten Kubu Raya tahun 1990-2013
24
Dinamika penambahan luas lahan kebun sawit dari penggunaan/penutupan
lahan hutan dan non-hutan
di Kabupaten Sanggau tahun 1990-2013
24
Serapan/kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi kebun sawit
di Kabupaten Kubu Raya
28
Serapan/kehilangan simpanan karbon karena konversi menjadi kebun sawit
di Kabupaten Sanggau
29
DAFTAR GAMBAR

No.
1

Teks
Citra Landsat dari Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau tahun 2013

Halaman
9

No.
2
3
4
5

Teks
Diagram tahapan penelitian
Peta penggunaan/penutupan lahan tahun 1990, 2000,
2003, 2006, 2009, 2011, dan 2013
Dinamika luas perkebunan sawit di Kabupaten Kubu Raya
Dinamika luas perkebunan sawit di Kabupaten Sanggau

Halaman
15
17
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Teks
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 1990
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 2000
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 2003
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 2006
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 2009
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 2011
Peta penggunaan/penutupan lahan Kabupaten Kubu Raya dan
Sanggau tahun 2013
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 1990-2000
di Kabupaten Kubu Raya
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2000-2003
di Kabupaten Kubu Raya
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2003-2006
di Kabupaten Kubu Raya
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2006-2009
di Kabupaten Kubu Raya
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2009-2011
di Kabupaten Kubu Raya
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2011-2013
di Kabupaten Kubu Raya
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 1990-2000
di Kabupaten Sanggau
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2000-2003
di Kabupaten Sanggau
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2003-2006
di Kabupaten Sanggau
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2006-2009
di Kabupaten Sanggau
Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2009-2011
di Kabupaten Sanggau

Halaman
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

No.

Teks

19. Matriks transisi luas penggunaan lahan tahun 2011-2013
di Kabupaten Sanggau
20. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 1990-2000
di Kabupaten Kubu Raya
21. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2000-2003
di Kabupaten Kubu Raya
22. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2003-2006
di Kabupaten Kubu Raya
23. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2006-2009
di Kabupaten Kubu Raya
24. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2009-2011
di Kabupaten Kubu Raya
25. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2011-2013
di Kabupaten Kubu Raya
26. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 1990-2000
di Kabupaten Sanggau
27. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2000-2003
di Kabupaten Sanggau
28. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2003-2006
di Kabupaten Sanggau
29. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2006-2009
di Kabupaten Sanggau
30. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2009-2011
di Kabupaten Sanggau
31. Serapan/kehilangan simpanan karbon periode tahun 2011-2013
di Kabupaten Sanggau

Halaman
51
52
52
52
53
53
54
54
55
55
55
56
56

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan lahan merupakan semua bentuk intervensi (campur tangan)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup baik materiil
maupun spiritual (Arsyad, 1989). Penggunaan lahan mengalami perubahan sejalan
dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk dalam menjalankan
kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang pada akhirnya berdampak positif
maupun negatif akibat perubahan penggunaan lahan tersebut. Perubahan
penggunaan lahan dari hutan ke non-hutan misalnya, dapat mengakibatkan
menurunnya daya kemampuan hutan untuk menjalankan fungsi ekologisnya
sehingga dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang serius seperti
perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati dan ketersediaan sumber
daya air serta terjadinya erosi tanah (Basyar, 1999).
Pola penggunaan lahan menyebabkan perubahan pola tutupan lahan di
wilayah Kubu Raya. Pola penggunaan lahan selama tiga dekade mengalami
perubahan yang signifikan. Tutupan lahan hutan Kubu Raya pada dekade 1970-an
masih 100%. Kemudian mulai dekade berikutnya sampai tahun 1991, wilayah
hutan gambut Kubu Raya mulai banyak dibuka untuk perkebunan rakyat dan
perkebunan besar maupun perkebunan campuran (Iswati et al., 2013). Untuk di
Kabupaten Sanggau dalam periode 1996-2005 perubahan tutupan lahan hutan dan
wanatani menurun sangat signifikan serta meningkatnya usaha perkebunan.
Tanaman perkebunan utama di kabupaten ini adalah sawit (Sirait et al., 2013).
Perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan kehilangan simpanan
karbon. Kehilangan simpanan karbon inilah yang menjadi salah satu isu dalam
pemanasan global akibat konversi hutan menjadi non-hutan, misalnya perkebunan
sawit. Selain itu, perubahan lahan terutama di lahan gambut disertai proses
drainase, yang dapat menyebabkan percepatan dalam proses pelapukan, sehingga
karbon yang tersimpan di lahan gambut akan teremisi dan membentuk gas rumah
kaca (GRK), terutama gas CO2. Untuk mengetahui hal ini secara pasti, perlu
diketahui apakah perubahan penggunaan lahan menjadi perkebunan sawit berawal
dari pembukaan hutan atau penggunaan lahan lainnya, dan apakah terjadi di tanah
gambut atau mineral.
Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati
dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan/penutupan lahan dari titik
tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto
udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan/penutupan lahan.
Biasanya data dalam bentuk citra selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna
membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi,
kehutanan, geografi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya. Beberapa contoh
manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah untuk mengidentifikasi
penutupan lahan (land cover), untuk mengidentifikasi dan memonitor pola
perubahan lahan, dan menjadi bahan pertimbangan dalam manajemen dan
perencanaan wilayah.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, dikembangkan pula teknik
manajemen data yang sangat membantu pekerjaan penafsir, yakni Sistem
Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang

2

mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),
manipulasi dan analisis serta keluaran (Aronoff, 1989). Tujuan pokok dari
pemanfaatan sistem informasi geografis adalah untuk mempermudah
mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek.
Dengan menggunakan kombinasi teknologi dan SIG dapat dilakukan
pengamatan mengenai penambahan luas perkebunan sawit pada tanah mineral dan
tanah gambut di wilayah Kabupaten Sanggau dan Kubu Raya. Dari beberapa titik
waktu penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat
diketahui penggunaan lahan awal sebelum perkebunan sawit, sehingga diharapkan
dapat menjawab pertanyaan apakah perkebunan sawit merupakan faktor paling
utama dalam terjadinya penurunan luas hutan di kedua kabupaten ini.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dinamika perubahan penggunaan dan penutupan lahan pada
tahun 1990-2013 di lokasi penelitian
2. Bagaimana penambahan luas perkebunan sawit di tanah mineral dan tanah
gambut
3. Bagaimana serapan/kehilangan simpanan karbon pada tahun 1990-2013 di
lokasi penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten
Kubu Raya dan Sanggau dari tahun 1990-2013
2. Mengetahui dinamika perkebunan sawit dari tahun 1990-2013 yang
dibedakan berdasarkan tanah mineral dan tanah gambut
3. Mengetahui serapan/kehilangan simpanan karbon yang tersimpan akibat
konversi penggunaan lahan menjadi kebun kelapa sawit dari tahun 19902013
Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat menjadi data dasar
serta bahan masukan bagi instansi daerah, instansi pusat serta pihak-pihak yang
terkait dalam pengelolaan bentang alam Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau yang
berhubungan dengan cadangan karbon dan konversi lahan tersimpan dalam
mengambil suatu kebijakan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas dinamika perubahan penggunaan dan penutupan
lahan dari tahun 1990-2013 khususnya perkebunan sawit. Selain itu, dalam

3

penelitian ini dibahas juga serapan/kehilangan simpanan karbon di agro-ekosistem
kelapa sawit di Kabupaten Kubu Raya dan Sanggau, Kalimantan Barat.

TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan/Penutupan Lahan
Definisi lahan menurut Sitorus (2004) merupakan bagian dari bentang alam
(landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi
atau relief, hidrologi termasuk keadaan vegetasi alami yang semuanya secara
potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Menurut Hardjowigeno
dan Widiatmaka (2001) lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi,
mencakup semua komponen biosfer, termasuk atmosfer serta segala akibat yang
ditimbulkan oleh manusia di masa lalu dan sekarang.
Menurut FAO yang dikutip oleh Notohadiprawiro (2006) lahan merupakan
dataran bumi yang ciri-cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang
bersifat cukup mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur, dari
biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan,
serta hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini, sejauh tanda-tanda
pengenal tersebut memberikan pengaruh atas penggunaan lahan oleh manusia
pada masa kini dan masa mendatang.
Sutanto (1997) mendefinisikan penggunaan lahan berhubungan dengan
kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan penutupan lahan lebih
merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa
mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Sistem
penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu penggunaan
lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian
antara lain tegalan, sawah, ladang, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan
lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non pertanian antara lain penggunaan
lahan perkotaan atau pedesaaan, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya
(Arsyad, 1989).
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati
dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan/penutupan lahan dari titik
tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto
udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan/penutupan lahan.
Nasoetion (1991) menyatakan beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses
perubahan penggunaan lahan antara lain besarnya tingkat urbanisasi dan
lambatnya proses pembangunan di pedesaan, peningkatan jumlah kelompok
golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah perkotaan yang
berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman (komplek-komplek
perumahan), transformasi struktur perekonomian yang akan menggeser kegiatan
pertanian/lahan hijau khususnya di perkotaan, dan fragmentasi pemilikan lahan
menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.

4

Penggunaan lahan di permukaan bumi dari waktu ke waktu selalu
mengalami perubahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut dapat dipetakan
dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mampu
mengelola data yang bersifat spasial. Untuk memanfaatkan teknologi ini
dibutuhkan satu metode analisis tertentu untuk memperoleh informasi sesuai
kebutuhan. Pada studi ini, metode yang digunakan melalui proses tumpang susun
dengan menggunakan analisis perbandingan (Deliar, 2000).
Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan merupakan perwujudan fisik
objek-objek yang menutupi lahan dan berkembang dengan kegiatan manusia pada
bidang-bidang lahan tersebut. R.P. Sitorus (1992) menyatakan bahwa penggunaan
lahan adalah penggunaan utama atau penggunaan kedua (apabila merupakan
penggunaan berganda) dari sebidang lahan seperti lahan pertanian, lahan hutan,
padang rumput, dan sebagainya, jadi lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh
masyarakat. Penggunaan lahan juga dapat diartikan sebagai bentuk intervensi
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
spiritual (Arsyad, 1989).
Barlowe (1986) menyatakan bahwa penggunaan lahan dipengaruhi oleh tiga
faktor penting, yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta faktor kelembagaan.
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah faktor-faktor yang
terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor lingkungan yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya
tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengelolaan lahan dan kelestarian
lingkungan. Faktor fisik ini meliputi iklim, sumberdaya air dan kemungkinan
perairan, bentuk lahan dan topografi (elevasi dan lereng), serta karakteristik tanah
yang secara bersamaan akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan
pada sebidang lahan (Sys et al. dalam Gandasamita, 2001).
Sementara menurut Muiz (2009), perubahan penggunaan lahan diartikan
sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke
penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan
konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur
sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersial
maupun industri. Perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan pada
umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan
lahan dan penutupan lahan dari titik tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh
seperti citra satelit, radar, dan foto udara sangat berguna dalam pengamatan
perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan umumnya bersifat
irreversible (tidak dapat balik), karena untuk mengembalikannya dibutuhkan
modal yang sangat besar.
Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh atau remote sensing adalah ilmu yang mempelajari
tentang peralihan informasi suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek,
daerah, atau fenomena yang dikaji (Sutanto, 1997). Biasanya teknik ini
menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi
guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian,
arkeologi, kehutanan, geografi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya.

5

Teknologi penginderaan jauh berkembang pesat seiring peranannya yang
semakin diperlukan dalam proses pengambilan dan pengumpulan informasi
mengenai objek yang diamati. Murai (1996) mengklasifikasikan tipe-tipe
informasi yang bisa diekstrak melalui data penginderaan jauh, seperti tipe
klasifikasi (land cover, vegetasi), deteksi perubahan (perubahan land cover),
ekstraksi kualitas fisik (temperatur, komponen atmosfer, elevasi), ekstraksi indeks
(indeks vegetasi, indeks kekeruhan), dan tipe identifikasi feature spesifik
(identifikasi bencana alam seperti kebakaran hutan atau banjir, deteksi feature
arkeologi). Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah
untuk mengidentifikasi penutupan lahan (land cover), untuk mengidentifikasi dan
memonitor pola perubahan lahan, dan menjadi bahan pertimbangan dalam
manajemen dan perencanaan wilayah.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, dikembangkan pula teknik
manajemen data yang sangat membantu pekerjaan penafsir, yakni Sistem
Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),
manipulasi dan analisis serta keluaran (Aronoff, 1989). Tujuan pokok dari
pemanfaatan sistem informasi geografis adalah untuk mempermudah
mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek.
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1997). Karakteristik objek dapat ditentukan
berdasarkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh
objek tersebut dan terekam oleh sensor. Hal ini menunjukkan bahwa masingmasing objek mempunyai karakteristik pantulan atau pancaran elektromagnetik
yang unik dan berbeda pada lingkungan yang berbeda (Murai, 1996).
Berdasarkan sumber tenaganya, terbagi menjadi sistem penginderaan jauh
aktif dan sistem penginderaan jauh pasif. Sistem penginderaan jauh aktif
merupakan peginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan dalam
perekamannya. Hal ini didasarkan bahwa perekaman objek pada malam hari
memerlukan tenaga. Sistem penginderaan jauh pasif (foto udara dan citra raster),
yaitu sistem penginderaan jauh yang energinya berasal dari matahari. Panjang
gelombang yang digunakan oleh sistem pasif, tidak memiliki kemampuan
menembus atmosfer yang dilaluinya, sehingga atmosfer ini dapat menyerap
(absorb) dan menghamburkan (scatter) energi pantulan (reflektan) objek yang
akan diterima oleh sensor (Lillesand dan Kiefer, 1997).
Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah mampu
mengidentifikasi penutupan lahan (land cover), mengidentifikasi dan monitoring
pola perubahan lahan, mampu melakukan manajemen dan perencanaan wilayah,
mampu melakukan manajemen sumber daya hutan, dan eksplorasi mineral.
Simpanan Karbon
Dalam kegiatan konversi hutan dan perubahan penggunaan lahan berarti
karbon yang telah disimpan dalam bentuk biomasa atau dalam tanah gambut

6

dilepaskan ke atmosfir melalui pembakaran (tebas dan bakar) atau dekomposisi
bahan organik di atas maupun di bawah permukaan tanah. Cadangan karbon dari
suatu bentang lahan juga dapat dipindahkan melalui penebangan kayu, namun
kecepatan dalam melepaskan C ke atmosfer tergantung pada penggunaan kayu
tersebut. Diperkirakan bahwa antara tahun 1990-l999, perubahan penggunaan
lahan memberikan sumbangan sekitar 1.7 Gt/tahun dari total emisi CO (Watson et
al. dalam Lusiana et al., 2005).
Emisi dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan
Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan sebesar 2.563 Mt CO2 atau sama dengan
20% dari total emisi perubahan lahan dan hutan dunia, sebagian besar
penyumbang emisi ini adalah deforestasi dan degradasi hutan. Gas-gas tersebut
memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas
sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gas-gas tersebut meningkat
di atmosfer (Najiyati et al., 2005).
Pada sektor kehutanan, perubahan peruntukan lahan menyebabkan
terlepasnya CO2 ke atmosfer dalam jumlah yang cukup berarti. Pengalihan status
lahan hutan menjadi lahan pertanian tetap menyebabkan berkurangnya
penyimpanan karbon kawasan, sebab penyimpanan karbon pada lahan pertanian
tidak sebesar pada kawasan hutan. Pelepasan karbon ke atmosfer akibat konversi
hutan sekitar 250 mg/haC yang berasal selama penebangan dan pembakaran,
sedangkan penyerapan kembali menjadi vegetasi pohon hanya sekitar 5 mg/haC.
Pada produksi pertanian, tanaman mengkonversi karbondioksida dari atmosfer
menjadi bahan penyusun jaringannya. Pada saat daun, atau ranting, atau
keseluruhan tanaman mati, bahan ini kemudian dikembalikan ke tanah,
mengalami dekomposisi, terutama oleh mikrobia tanah. Proses dekomposisi
sebagian menghasilkan gas CO2, dilepaskan lagi ke udara, sebagian lagi tertahan
dalam tanah menjadi bahan organik tanah. Stok karbon dalam tanah
merepresentasikan keseimbangan dinamik antara input dari sisa tanaman mati dan
output berupa pelepasan ke atmosfer dari proses dekomposisi. Pelepasan karbon
tanah di masa lalu sebagian besar disebabkan oleh aktivitas pertanian, namun
sekarang ini sumbangan utama emisi karbon adalah dari pembakaran bahan bakar
fosil oleh industri dan oleh transportasi (Robert, 200l).
Hasil penelitian Tomich et al. dalam Hairiah dan Rahayu 2007,
memperlihatkan bahwa cadangan karbon (C) yang tersimpan pada hutan alam
jauh lebih besar dari tata guna lahan yang lainnya. Oleh karena itu, hutan alami
dengan keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan serasah yang banyak
merupakan gudang penyimpan C tertinggi. Bila hutan diubah fungsinya menjadi
lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau pemukiman, maka jumlah C
tersimpan akan merosot (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Karbon yang tersimpan tersebut akan hilang dengan cepat apabila hutan
ditebang. Penebangan yang diikuti dengan pembakaran mempercepat proses emisi
dari biomassa hutan gambut. Sekitar 50% dari kayu penebangan hutan dipanen
untuk dijadikan berbagai bahan perabotan dan perumahan. Karbon didalamnya
akan tersimpan dalam waktu cukup lama (10-25 tahun) sehingga bisa dianggap
menjadi bagian dari karbon tersimpan satu sampai tiga dekade sesudah hutan
dibuka, tergantung kualitas kayunya. Sisa pohon yang tertinggal di atas
permukaan tanah akan teremisi dalam waktu yang relatif singkat, baik karena
terbakarnya biomassa kayu-kayuan tersebut, maupun karena pelapukan secara

7

biologis. Dari 100 ton C/ha biomassa tanaman yang tidak digunakan sebagai
produk kayu hasil hutan, akan menjelma menjadi sekitar 367 ton CO2/ha bila
teroksidasi secara sempurna. Lahan gambut menyimpan karbon pada biomassa
tanaman, serasah di bawah hutan gambut, lapisan gambut dan lapisan tanah
mineral di bawah gambut (substratum). Dari berbagai simpanan tersebut, lapisan
gambut dan biomassa tanaman menyimpan karbon dalam jumlah tertinggi. Lahan
gambut menyimpan karbon yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanah
mineral. Di daerah tropis karbon yang disimpan tanah dan tanaman pada lahan
gambut bisa lebih dari 10 kali karbon yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada
tanah mineral (Agus dan Subiksa, 2008).
Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), cadangan karbon yang tersimpan di
daratan (teresterial) terbagi menjadi karbon di atas permukaan (above ground
carbon) dan karbon di bawah permukaan atau dalam tanah (below ground
carbon). Karbon di atas permukaan tanah meliputi biomassa pohon, biomassa
tumbuhan bawah (semak berdiameter