Efek Fumigan Minyak Atsiri Bunga Cengkih ( Syzygium aromaticum),Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon), dan Daun Mint (Mentha piperita) terhadap Mortalitas Cryptolestes sp. (Coleoptera:Cucujidae)

EFEK FUMIGAN MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKIH
(Syzygium aromaticum), KULIT JERUK LEMON (Citrus limon),
DAN DAUN MINT (Mentha piperita) TERHADAP
MORTALITAS Cryptolestes sp. (Coleoptera: Cucujidae)

HERRY BERTUS

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fumigan Minyak
Atsiri Bunga Cengkih (Syzygium aromaticum), Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon),
dan Daun Mint (Mentha piperita) terhadap Mortalitas Cryptolestes sp.
(Coleoptera: Cucujidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015
Herry Bertus
A34100115

ABSTRAK
HERRY BERTUS. Efek Fumigan Minyak Atsiri Bunga Cengkih (Syzygium
aromaticum), Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon), dan Daun Mint (Mentha
piperita) terhadap Cryptolestes sp. (Coleoptera: Cucujidae). Dibimbing oleh
IDHAM SAKTI HARAHAP.
Kumbang pipih Cryptolestes sp. merupakan hama sekunder pada biji-bijian
dan serealia di tempat penyimpanan. Pengendalian hama ini biasanya dilakukan
dengan fumigasi fosfin. Minyak atsiri mempunyai potensi digunakan sebagai
fumigan alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji keefektifan minyak
atsiri dari bunga cengkih, kulit lemon, dan daun mint terhadap kumbang
Cryptolestes sp. Minyak atsiri diuji dengan meneteskan ke dalam kertas saring

ukuran 10 mm, dikeringanginkan dan ditempelkan ke bagian dalam tutup cawan
petri. Sebanyak 20 serangga uji dan pakannya dimasukkan ke dalam cawan petri.
Cawan petri kemudain ditutup degan tutupnya dan disegel dengan plastisin agar
kedap udara. Kematian seranga uji diamati setelah 72 jam. Hasil penelitian
menunjukan bahwa minyak atsiri cengkih menyebabkan kematian 94%, pada
dosis 0.02 ml/l udara, minyak atsiri kulit lemon menyebabkan kematian 70% pada
dosis 0.2 ml/l udara, dan minyak atsiri daun mint menyebabkan kematian 94%,
pada dosis 0.04 ml/l udara.
Kata kunci : minyak atsiri, fumigan, Cryptolestes sp.,mortalitas

ABSTRACT
HERRY BERTUS. Fumigant effects of Essential Oils distilled from Cloves,
Limon, and Mint against Cryptolestes sp. (Coleoptera: Cucujidae). Supervised by
IDHAM SAKTI HARAHAP.
Flat grain beetle, Cryptolestes sp. is a secondary pest of cereal grains in
storage. Controlling this pest is commonly conducted by fumigation with
phospine. Certain essential oils have the potency to be used as alternative
fumigant. The aims of this research was to test the effectiveness of essential oils
distilled from clove, lemon peel, and mint leaves against Cryptolestes sp.
Essential oils to be tested was dripped onto 10 mm filter paper, air dried, and

sticked on to inside part of petri dish cap. Twenty tested insects and their food
then transferreed into petri dish, the petri dish then covered with its cap and
sealed with plasticine to make it gastight. Mortality of test insects was observed
after 72 hours. The results showed that clove essential oil caused 94% mortality at
the dose of 0.02 ml/l of air, lemon oil that caused 70% mortality at the dose of 0.2
ml/l of air, and mint oil caused 94% mortality at the dose of 0.04 ml/l of air.
Keywords : Essential oils, fumigant, flat grain beetle, mortality

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EFEK FUMIGAN MINYAK ATSIRI BUNGA CENGKIH

(Syzygium aromaticum), KULIT JERUK LEMON (Citrus limon),
DAN DAUN MINT (Mentha piperita) TERHADAP
MORTALITAS Cryptolestes sp. (Coleoptera: Cucujidae)

HERRY BERTUS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YHE atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Fumigan

Minyak Atsiri Bunga Cengkih (Syzygium aromaticum), Kulit Jeruk Lemon (Citrus
limon), dan Daun Mint (Mentha piperita) terhadap Mortalitas Cryptolestes sp.
(Coleoptera: Cucujidae)”. Penelitian dilaksanakan dari Juni 2014 sampai
Novembert 2014.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap,
M.Si. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa memberikan
bimbingan, masukan, pengetahuan, saran dan arahan kepada penulis. Dr. Ir.
Supramana, M.Si selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan masukan
kepada penulis. Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si selaku dosen pembimbing akademik
yang senantiasa memberikan bimbingan, masukan, pengetahuan, saran dan arahan
kepada penulis. SEAMEO BIOTROP atas kesedianya menerima penulis untuk
melakukan penelitian dan segala fasilitas yang diberikan. Ir. Sri Widyanti selaku
supervisor Laboratorium Entomologi dan Heriyanto selaku teknis; Laboratorium
Entomologi SEAMEO BIOTROP yang selalu memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis. Bapak, ibu, kakak, adik, serta seluruh keluarga, atas doa dan
kasih sayang. Teman-teman Departemen Proteksi Tanaman angkatan 47 yang
telah mendukung terlaksananya laporan tugas akhir penulis. Serta pihak lain yang
turut membantu dalam penyusunan laporan tugas akhir ini. Pemda Bengkayang
yang telah memberikan dukungan dana selama perkuliahan melalui Beasiswa
Utusan Daerah (BUD).

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, Februari 2015
Herry Bertus

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Metode Penelitian
Analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efek Fumigasi Minyak Cengkih
Efek Fumigasi Minyak Kulit Jeruk Lemon

Efek Fumigasi Minyak daun Mint
SIMPULAN
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
4
4
4
4
4
6
6
6

8
9
11
11
12
14
16

DAFTAR TABEL
1. Mortalitas imago Cryptolestes sp. akibat perlakuan minyak bunga cengkih 6
2. Mortalitas imago Cryptolestes sp. akibat perlakuan minyak lemon
8
3. Mortalitas imago Cryptolestes sp. akibat perlakuan minyak daun Mint
10

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva persamaan regresi linier antara dosis minyak bunga cengkih
terhadap mortalitas imago Cryptolestes sp.
2. Kurva persamaan regresi linier antara dosis minyak kulit jeruk lemon

terhadap mortalitas imago Cryptolestes sp.
3. Kurva persamaan regresi linier antara dosis minyak daun mint
terhadap mortalitas imago Cryptolestes sp.

7
9
11

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel uji anova perlakuan minyak bunga cengkih terhadap imago
Cryptolestes sp.
2. Tabel uji anova perlakuan minyak kulit jeruk lemon terhadap imago
Cryptolestes sp.
3. Tabel uji anova perlakuan minyak daun mint terhadap imago
Cryptolestes sp.

14
14
15


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting dalam
penanganan pascapanen. Hasil-hasil pertanian baik berupa biji-bijian ataupun
hasil olahannya akan mengalami kerusakan selama penyimpanan. Kerusakan di
tingkat penyimpanan dapat menyebabkan penurunan mutu hasil pertanian baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Kerusakan selama penyimpanan umumnya
disebabkan oleh serangan hama gudang seperti serangga, tungau, tikus dan
cendawan. Diantara hama-hama gudang, serangga yang berasal dari ordo
Coleoptera menyebabkan kerusakan terbesar selama pascapanen (Kartasapoetra
1991).
Sekitar 1660 jenis serangga berpotensi menyerang hasil pertanian pada fase
yang berbeda-beda setelah panen. Fase yang berbeda tersebut seperti saat
dilakukan pengangkutan, pengolahan, pemasaran, dan penyimpanan (Hagstrum
dan Subramanian 2009). Kehilangan hasil akibat serangan hama gudang dapat
merusak 5 - 10% pada daerah yang beriklim sedang (sub tropis) dan 20 - 30%
pada daerah tropis (Nakakita 1998). Asia Tenggara merupakan daerah yang
beriklim tropis dan lembab. Kerusakan yang disebabkan oleh hama pascapanen
diperkirakan mencapai 30% dan sekitar 5 - 15% di antaranya disebabkan oleh

hama gudang (Hayasi 2003).
Hama dari ordo Coleoptera tidak hanya menyerang produk yang baru
dipanen. Hama ini juga menyerang produk industri hasil pertanian lainnya seperti
berbagai macam tepung, kopra, dan beras. Keragaman komoditas yang diserang
dipengaruhi oleh kemampuan serangga hama tersebut untuk berkembang biak.
Kemampuan berkembang biak pada hama gudang (Ordo Coleoptera) sangat cepat
karena berukuran kecil dan kemampuan beradaptasinya yang tinggi terhadap
lingkungan. Hal ini disebabkan hama gudang mempunyai kemampuan
berkembang biak dengan cepat, mudah menyebar da dapat mengundanf
pertumbuhan kapang dan jamur.
Salah satu hama gudang yang mempunyai kemampuan berkembang biak
cukup tingi adalah kumbang karat pipih Cryptolestes sp. (Coleoptera: Cucujidae).
Kumbang ini merupakan hama sekunder yang menyerang beras dan produk
olahan lainnya. Beras yang diserang adalah butir yang telah rusak, pecah, atau
terserang cendawan. Pada serealia (yang belum diolah) kerusakan disebabkan oleh
larva yang melakukan penetrasi dan menyerang bagian embrio sehingga biji tidak
mampu berkecambah (Anggara dan Sudarmaji 2009). Imago betina meletakkan
telur diantara butir-butir beras atau lainnya. Telur yang semula berwarna putih
bening berubah keruh saat menjelang menetas. Pupa berkembang biak di dalam
kokon (Prevett 2000). Kumbang karat pipih akan menyebabkan tepung menjadi
rentan terhadap cendawan serta dapat mencemari komoditas dengan sekresi dari
kelenjar bau dan hasil pergantaian ganti kulit saat ditemukan dalam jumlah yang
besar.
Pengendalian terhadap hama gudang merupakan upaya untuk mempertahan
kualitas bahan pangan agar sesuai dengan standar mutu dan aman untuk
dikonsumsi. Salah satu pengendalian yang dilakukan yaitu sanitasi. Sanitasi

2
merupakan tindakan pengendalian dengan mencegah adanya serangan hama
gudang terhadap komoditas yang diserang (Dosland 2000; Koehler 2003).
Selain sanitasi, penggunaan insektisida sintetik merupakan metode yang
umum digunakan dalam mengendalikan serangga hama gudang. Penggunaan
metil bromida (CH3Br) untuk kegiatan fumigasi mampu membunuh serangga
yang terdapat di dalam biji-bijian dan penyemprotan permukaan stapel dengan
senyawa organofosfat, karbamat atau peritroid yang berasal dari tumbuhan
Chrysanthemum cinerariaefolium yang mempunyai efek knock down yang
sangat kuat dan banyak digunakan untuk mengendalikan serangga rumah,
nyamuk dan lalat (Dadang 2004). Penggunaan metil bromida untuk fumigasi telah
dibatasi karena berdampak negatif terhadap lingkungan dan dapat merusak lapisan
ozon 50 kali lebih tinggi dari senyawa klorin chlorofluorocarbon (CFC) (Field &
White dalam Fachry 2005). Adanya pembatasan penggunaan metil bromida
memberikan insiprasi untuk mencari teknologi alternatif untuk mengganti metil
bromida. Senyawa- senyawa monotepernoid yang terkandung dalam tumbuhan
merupakan salah satu alternatif yang sedang dikembangkan sebagai insektisida
nabati yang ramah lingkungan dan aman terhadap makhluk hidup. Prinsip dasar
pengendalian hama gudang meliputi penanganan dan pengelolaan hasil panen,
sanitasi gudang, manipulasi lingkungan fisik, pemantauan hama, peningkatan
keterampilan dan kemampuan operasional pengelolaan gudang (Wagiman 1992;
Emery 2005). Fumigasi dengan fosfin biasanya memerlukan waktu paparan yang
cukup lama (7 hari) sedangkan fumigasi dengan metil bromida dapat
diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, biasanya 24 jam dan keberadaan
hama yang toleran dapat mempengaruhi pemilihan fumigasi yang digunakan dan
lama paparan.
Minyak atsiri biasa disebut minyak eteris atau minyak terbang (essential oil,
volatile oil), karena memiliki sifat yang mudah menguap pada suhu kamar (25
o
C). Minyak atsiri pada umumnya berbau, dapat larut dalam pelarut organik, dan
tidak larut dalam air. Secara fisiologis, minyak atsiri yang terkandung dalam
tumbuhan berfungsi membantu proses penyerbukan atau sebagai atraktan terhadap
berbagai jenis serangga atau hewan dan sebagai cadangan makanan bagi tanaman
itu sendiri (Amalia 2011).
Tanaman cengkih (Syzygium aromaticum) dalam bahasa Inggris disebut
clove, merupakan jenis tanaman rempah yang tumbuh subur di Indonesia, dan
penghasil minyak atsiri berupa minyak cengkeh. Kadar minyak paling tinggi
terdapat di bunga, yakni sekitar 20%, di batang 6% dan di daun 4% (Kardinan
2003). Minyak yang diperoleh dari bunga cengkeh mengandung beberapa
senyawa kimia seperti eugenol, dan eugenol asetat (Andries et al. 2014). Senyawa
eugenol berperan aktif dalam menghambat pertumbuhan ulat bulu (Arctornis sp)
dari ordo Lepidoptera (Gunther 1990). Senyawa eugenol juga bersifat sebagai
repellent serta dapat menghambat aktivitas makan (antifeedant) beberapa hama
gudang, seperti Tribolium castaneum dan Sitophilus zeamais, serta efektif
mengendalikan tungau pada unggas (Dermanyssus gallinae), dan serangga
pengisap darah ternak (Iodes ricinus) (Kim et al. 2004). Pada konsentrasi atau
dosis yang tinggi senyawa ini dapat bersifat membius (membuat pingsan) dan
toksik terhadap serangga namun tidak toksik terhadap hewan dan tanaman serta

3
kemungkinan menstimuli pertumbuhan tanaman (Noveriza & Tombe 2000).
Selain itu minyak cengkih juga mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial.
Jeruk (Citrus spp.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Asia bagian
selatan, Jepang, dan Indonesia. Citrus terdiri dari dua subgenus, yaitu Papeda
yang merupakan kelompok buah yang sangat asam dan Eucitrus yang merupakan
kelompok buah yang banyak digunakan secara komersial dalam kegiatan industri
(Weiss 1997). Spesies tanaman yang tergolong dalam genus Citrus diantaranya
adalah jeruk lemon (Citrus limon). Komposisi senyawa yang terdapat di dalam
minyak atsiri yang dihasilkan dari kulit buah jeruk lemon berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan diantaranya adalah lemonin (Chutia et al. 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa monoterpen
memiliki aktivitas sebagai antitumor. Sebagai contoh, limonen yang dihasilkan
dari minyak kulit jeruk dengan persentase lebih dari 90% memiliki aktivitas
kemopreventif terhadap kanker kelenjar susu, kulit, hati, dan paru-paru pada tikus.
Salah satu bahan aktif utama kulit jeruk lemon yang memiliki efek toksik adalah
limonen. Senyawa limonen diketahui memiliki aktifitas menghambat
pertumbuhan larva, anti feedant, dan repellent. Minyak atsiri pada C. limon dapat
berpotensi sebagai insektisida. Minyak atsiri tersebut bersifat toksik pada rentang
pH yang tinggi, stabil terhadap cahaya dan panas, dan tidak membentuk lapisan
yang permanen pada permukaan air untuk waktu yang lama (Al Dakhil 1999).
Mentha spp. merupakan salah satu famili Labiatae yang berasal dari
daerah Sub-tropik yang dikembangkan di Asia dan diduga berasal dari Eropa.
Mentha spp. pertama kali disebarkan oleh bangsa Spanyol di daerah Semenanjung
Malaysia dan Singapura (Anon 2008). Tanaman ini berdasarkan kandungan bahan
aktif, aroma dan penggunaanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Mentha
piperita merupakan penghasil mentol dan minyak mentha kasar/mentha Jepang
(Nuryani 2004), dengan pangsa pasar dunia mencapai 75% (Anon 2009).
Minyak pepermint dihasilkan oleh M. piperita yang mengandung mentol,
menthone, menthyl esters, dan bahan aktif lain yang merupakan derivasi dari
monoterpene. Senyawa monoterpene yang dihasilkan terdiri atas pulegone,
piperitone, dan menthofurane. Menthol pada minyak peppermint lebih pedas
dibandingkan dengan menthol yang dihasilkan oleh varietas mentha lainnya.
Minyak pepermint digunakan dalam industri roti, makanan dari coklat dan
kembang gula (confectionery), industri pengolahan teh, makanan dan minuman
yang mengandung malt (kecambah pada biji-bijian serealia yang telah
dikerigkan), farmasi, jamu, sabun dan bahan pembersih keperluan rumah tangga
termasuk pasta gigi, dan kosmetik.
Seperti halnya pestisida nabati lainnya, penggunaan minyak atsiri sebagai
fumigan, karena aktivitas biologinya yang berspektrum sangat luas, sistemik,
kompatibel, dan mudah terdegradasi. Di samping itu minyak atsiri relatif tidak
toksik terhadap mamalia, burung, dan ikan. Pestisida nabati minyak atsiri juga
aman bagi lingkungan, karena bersifat tidak persisten. Hal ini karena minyak atsiri
mudah diurai secara alami, sehingga tidak tahan lama di air, udara, di dalam
tanah, dan tubuh mamalia. Salah satu kelebihan fumigan minyak atsiri karena sifat
dari minyak atsirinya itu sendiri yang volatil dan tidak stabil atau tidak tahan
terhadap sinar matahari. Keefektifan pestisida minyak atsiri sebagai fumigan
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pestisida kimia sintetik dan kerjanya
lebih lambat (Koul et al 2008).

4
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum minyak atsiri dari bunga
cengkih, kulit jeruk lemon, dan daun mint digunakan sebagai fumigan dalam
gudang atau pabrik untuk mengendaliakan hama gudang yaitu, (1) mencari
tanaman yang memiliki kandungan senyawa kimia tinggi, (2) pengembangan
formulasi dan cara aplikasi yang dapat meningkatkan keefektifan senyawa
tersebut, (3) perlu pengujian keefektifan terhadap serangga hama gudang lain; (4)
perlu pengujian keefektifan di lapangan (dalam gudang), dan (5) pengaruh
aplikasi minyak atsiri terhadap kualitas produk (Arifin 2013).

Tujuan
Mengetahui pengaruh efek fumigan minyak atsiri bunga cengkih (S.
aromaticum), kulit jeruk lemon (C. limon), dan daun mint (M. piperita) terhadap
mortalitas imago Cryptolestes sp.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
minyak atsiri bunga cengkih, kulit jeruk lemon, dan daun mint sebagai bahan
alternatif yang ramah lingkungan untuk mengendalikan hama gudang Cryptolestes
sp.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2014 di
Laboratorium Entomologi, SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional
Centre for Tropical Biology).
Ala dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, pipet Mohr,
kertas saring Whatman diameter 9 cm, plastisin, alat tulis, label, stoples kaca, dan
kamera. Adapun bahan yang digunakan adalah serangga uji Cryptolestes sp. yang
diperoleh dari koleksi Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP, aseton,
lem, pakan (dedak dan pecahan jagung), fluon (fluon merupakan suspensi
berwarna putih susu yang dapat digunakan untuk membantu mencegah serangga
yang memanjat atau keluar dari perangkap, kandang, atau wadah lainnya) minyak
atsiri bunga cengkih, kulit jeruk lemon, dan daun mint.

5

Metode Penelitian
Perbanyakan Serangga Uji
Serangga uji yang digunakan ialah Cryptolestes sp. yang diperoleh dari
koleksi Laboratorium Entomologi BIOTROP. Masing-masing serangga diambil
sebanyak 500 imago dan dimasukkan ke dalam stoples kaca yang berisi pakan
(pecahan jagung dan dedak). Setelah dua minggu semua imago dikeluarkan lagi,
kemudian telur dan larvanya yang diinkubasi selama 4 minggu. Imago yang
berumur 7-14 hari digunakan untuk pengujian.
Uji Pendahuluan
Pada uji pendahuluan efek fumigan minyak atsiri dari bunga cengkih,
lemon, dan mint diuji pada dosis 0.01, 0.02, 0.03, 0.04, 0.05 dan 0.00 (kontrol)
ml/l udara. Sebanyak 0.5 ml minyak atsiri dilarutkan dengan pelarut aseton
sebanyak 10 ml untuk mendapatkan konsentrasi 5% (v/v). Masing- masing
minyak atsiri hasil pengenceran diteteskan secara merata pada kertas saring yang
telah direkatkan pada permukaan dalam tutup cawan petri Whatman dengan
diameter 9 cm. Penetesan larutan minyak atsiri dilakukan secara spiral dengan
menggunakan pipet Mohr 1 ml. Kertas saring pada kontrol diberi perlakuan
dengan. Bagian tepi dari cawan petri diolesi dengan fluon guna mencegah
serangga uji merayap ke permukaan atas cawan. Pakan (dedak dan pecahan
jagung) untuk serangga uji dimasukkan secukupnya ke dalam cawan petri.
Selanjutnya masing-masing 20 imago Cryptolestes sp. dimasukkan ke dalam
cawan petri yang berisi kertas saring. Bagian celah diantara bagian tutup dan
dasar cawan petri disekat dengan plastisin untuk mencegah terjadinya kebocoran
uap minyak atsiri tersebut. Mortalitas serangga diamati dan dihitung pada 72 jam
setelah perlakuan (JSP) (Arifin 2013).
Uji Lanjut
Hasil uji pendahuluan setiap minyak atsiri digunakan untuk menentukan 5
taraf dosis pada uji lanjut, dosis tersebut diharapkan dapat mengakibatkan
kematian serangga uji sebesar 50% dan 95% atau untuk menentukan LD50 dan
LD90. Uji pendahuluan minyak atsiri bunga cengkih diperoleh LD50 sebesar 0.004
ml/l udara dan LD90 sebesar 0.009 ml/l udara. Minyak atsiri lemon diperoleh LD50
sebesar 0.04 dan LD90 sebesar 0.114 ml/l udara, sedangkan minyak atsiri daun
mint diperoleh LD50 sebesar 0.007 dan LD90 sebesar 0.021 ml/l udara. Sehingga
dosis yang digunakan untuk uji lanjut minyak atsiri bunga cengkih yang diuji
terhadap Cryptolestes sp. adalah 0.002, 0.004, 0.009, 0.01, 0.02, dan 0.0 ml/l
udara, minyak atsiri lemon diuji pada dosis 0.025, 0.05, 0.01, 0.15, 0.2, dan 0.0
ml/l udara, dan minyak atsiri mint pada dosis adalah 0.005, 0.01, 0.02, 0.03, 0.04,
dan 0.0 ml/l udara. Perlakuan dan pengamatan yang dilakukan pada uji lanjutan
sama seperti uji pendahuluan. Mortalitas serangga uji pada 72 JSP diolah dengan
analisis probit menggunakan program POLO-PC (LeOra Software 1987).

6
Analisis Data
Data mortalitas serangga uji diolah dengan analisis probit POLO-PC dan
Microsoft excel 2007. Uji Anova dilakukan menggunakan program SPSS versi
16.0 kemudian dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Efek Fumigan Minyak Cengkih terhadap Cryptolestes sp.
Pengaruh minyak atsiri bunga cengkih terhadap persentase kematian
Cryptolestes sp. ditunjukkan pada Tabel 1. Perlakuan yang dapat menyebabkan
kematian serangga uji tertinggi yaitu 94% pada dosis 0.02 ml/l udara dan
sebaliknya perlakuan yang menyebabkan kematian Cryptolestes sp. terendah
terjadi pada dosis 0.002 ml/l udara. Kematian Cryptolestes sp. pada kontrol
berbeda nyata terhadap semua perlakuan setiap dosis.
Tabel 1 Rata-rata persentase mortalitas imago Cryptolestes sp. setelah aplikasi 72
jam pada berbagai perlakuan dosis minyak cengkih
Dosis (ml/L udara)
Mortalitas (%)
Kontrol
6.0 d
0.002
82.4 c
0.004
85.0 c
0.009
89.7 b
0.01
93.5 a
0.02
94.0 a
a
Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji Duncan pada taraf nyata 5%
Pengujian minyak atsiri cengkih (S. aromaticum) dengan perlakuan
fumigasi efektif terhadap serangga uji Cryptolestes sp.. Hal ini terlihat dari dosis
tertinggi sebesar 0.02 ml/l udara yang menyebabkan kematian ≥ 94% dan akan
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya dosis, dan kematian
terendah ≤ 82.4% terjadi pada dosis 0.002 ml/l udara tidak berbeda nyata dengan
perlakuan pada dosis 0.01 ml/l udara yang menunjukan kematian yaitu sebesar
93.5% pada 72 JSP. Tingginya kematian Cryptolestes sp. pada dosis yang lebih
tinggi disebabkan oleh pengaruh senyawa yang dihasilkan oleh minyak cengkih
tersebut. Senyawa volatil (volatile oil) seperti eugenol, eugenol asetat dan metil
eugenol merupakan senyawa utama minyak cengkih (Andries et al. 2014).
Euganol memiliki sifat sebagai repellent serta dapat menghambat aktivitas makan
(antifeedant) beberapa hama gudang, seperti Tribolium castaneum dan Sitophilus
zeamais, serta efektif untuk mengendalikan tungau pada unggas (Dermanyssus
gallinae) (Kim et al. 2004). Minyak atsiri cengkih juga efektif untuk
mengendalikan hama Stegobium paniceum (Wiratno et al. 1993). Perlakuan

7
dengan konsentrasi atau dosis yang tinggi dapat bersifat membius (membuat
pingsan) dan toksik terhadap serangga namun tidak toksik terhadap hewan dan
tanaman serta kemungkinan menstimuli pertumbuhan tanaman (Noveriza &
Tombe 2000).
Hasil analisis probit minyak atsiri bunga cengkih setelah uji lanjut terhadap
serangga uji Cryptolestes sp. pada 72 JSP menunjukkan nilai LD50 berada pada
dosis 0.004 ml/l udara dan LD95 berada pada dosis 0.02 ml/l udara.

Gambar 1 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri bunga cengkih
terhadap mortalitas Cryptolestes sp.
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai konstanta 0.570; yang berarti jika
dosis (sumbu x) nilainya 0, maka kematian serangga uji Cryptolestes sp. (sumbu
y) nilainya positif yaitu sebesar 0.570. Koefisien regresi variabel dosis (x) sebesar
0.010; artinya jika dosis ditambah 1 maka kematian serangga uji Cryptolestes sp.
(y) akan memberikan pengaruh sebesar 0.010. Koefisien yang bernilai positif
menunjukan adanya hubungan positif antara pemberian dosis dengan kematian
serangga Cryptolestes sp, semakin tinggi dosis yang diberikan kematian akan
semakin tinggi pula. Pada hasil uji regresi diperoleh nilai signifikan 0.110 yang
berarti lebih besar dari F hitung yaitu 0.05 sehingga tidak ada pengaruh antara
penambahan dosis terhadap kematian serangga Cryptolestes sp. sehingga tidak
perlu mengetahui atau faktor apa saja yang mempengaruhi kematian serangga uji.
Persamaan regresi linier dari Y terhadap X dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b
x. Dimana Y sebagai variabel bebas (dependent), dan X sebagai variabel tak
bebas (independent), sedangkan a dan b nilai konstanta yang dicari, sehingga
diperoleh rumus persamaan regresi linier Y= 0.570 + 0.110 x. Berapapun nilai x
yang diberikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kematian serangga
uji. Kematian seranga uji akan semakin tinggi seiring bertambahnya dosis yang
diberikan.
Pada nilai (R square) pada anova diperoleh angka 0.689 yang artinya dosis
memberikan pengaruh sebesar 68.9% terhadap kematian imago Cryptolestes sp.
artinya 31.1 % kematian imago Cryptolestes sp. dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak dirangkum dalam analisis ini

8
Efek Fumigan Minyak Limon terhadap Cryptolestes sp.
Pengaruh minyak atsiri kulit jeruk limon terhadap persentase kematian
serangga uji Cryptolestes sp. ditunjukkan pada tabel 2. Perlakuan yang dapat
menyebabkan kematian serangga uji Cryptolestes sp. tinggi yaitu besar 70 %
pada dosis 0.2 ml/l udara dan sebaliknya perlakuan yang menyebabkan kematian
hama gudang Cryptolestes sp. terendah terjadi pada dosis 0.025 ml/l udara yaitu
sebesar 33.3%. Hal ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan pada dosis 0.15 dan
0.1 ml/l udara yang kematiannya tidak berbeda nyata yaitu sebesar 60% dan
62.5% pada 72 JSP. Kematian Cryptolestes sp. pada kontrol berbeda nyata
terhadap semua perlakuan setiap dosis.
Pada pengujian efek fumigan minyak kulit jeruk limon menunjukkan
bahwa, kematian hama gudang Cryptolestes sp. pada kontrol sebesar 6% dan pada
dosis 0.025 ml/l udara adalah 33.3%, kematian pada 0.05 ml/l udara adalah
45.5%. Kematian hama gudang Cryptolestes sp. akan semakin meningkat sejalan
dengan bertambahnya dosis kecuali pada perlakuan 4 pada dosis 0.01 yang jumlah
kematian lebih rendah dibandingkan dengan dosis 0.05 ml/l udara. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung di dalam kulit jeruk limon hanya
bersifat menghambat daya makan dan pertumbuhan serangga. Salah satu bahan
aktif atau senyawa yang terkandung di dalam kulit jeruk limon adalah limonen
yang mempunyai efek toksik pada konsentrasi atau dosis tinggi terhadap seranga.
Dari hasil percobaan menunjukan jumlah kematian hama gudang Cryptolestes sp.
yang disebabkan oleh minyak atsiri kulit jeruk limon lebih rendah jika
dibandingkan dengan ke dua minyak atsiri lainnya yaitu minyak atsiri dari bunga
cengkih dan daun mint. Rendahnya tingkat kematian hama gudang Cryptolestes
sp. dengan perlakuan fumigan yang menggunakan minyak atsiri limon dikarena
mekanisme kerja senyawa limonen itu sendiri yang hanya bersifat menghambat
daya makan dan pertumbuhan serangga. Untuk melihat jumlah kematian yang
tinggi dengan memanfaatkan minyak atsiri lemon yang terkandung dalam kulit
jeruk limon harus memerhatikan beberapa hal, seperti takaran atau dosis yang
dibutuhkan dan lama waktu inkubasinya.
Tabel 2 Rata-rata persen mortalita imago Cryptolestes sp. setelah aplikasi 72 jam
pada berbagai perlakuan dosis minyak lemon
Dosis (ml/L udara)
Mortalitas (%)
Kontrol
8.0 c
0.025
33.3 bc
0.05
45.5 bc
0.1
62.5 ba
0.15
60.0 ba
0.2
70.0 a
a
Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji Duncan pada taraf nyata 5%
Hasil analisis probit miyak atsiri kulit jeruk limon setelah uji lanjut
terhadap hama gudang Cryptolestes sp. pada 72 JSP menunjukkan nilai LD50
berada pada dosis 0.14 ml/l udara dan LD95 berada pada dosis 0.8 ml/l udara.

9
Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai konstanta 0.385; yang berarti jika
dosis (sumbu x) nilainya 0, maka kematian imago Cryptolestes sp. (sumbu y)
nilainya positif yaitu sebesar 0.385. Koefisien regresi variabel dosis (x) sebesar
0.016; artinya jika dosis dinaikan 1 maka kematian imago Cryptolestes sp. (y)
akan memberikan pengaruh sebesar 0.016. Koefisien yang bernilai positif
menunjukan adanya hubungan positif antara pemberian dosis dengan kematian
hama gudang Cryptolestes sp, semakin tinggi dosis yang diberikan maka kematian
akan tinggi, sejalan dengan penambahan dosis. Pada hasil uji regresi diperoleh
nilai signifikan 0.001 lebih kecil dari F hitung 0.05 sehingga ada pengaruh antara
dosis terhadap kematian hama gudang Cryptolestes sp.

Gambar 2 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri kulit jeruk lemon
terhadap mortalitas mortalitas Cryptolestes sp.
Pada nilai (R square) pada anova diperoleh angka 0,973 yang artinya dosis
memberikan pengaruh sebesar 0.973% terhadap kematian hama gudang
Cryptolestes sp. artinya 2.7% kematian Cryptolestes sp. dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak dirangkum dalam analisis ini. Persamaan regresi linier dari Y
terhadap X dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b x. Dimana Y sebagai variabel
dependent, dan X sebagai variabel independent, sedangkan a dan b nilai konstanta
yang dicari, sehingga diperoleh persamaan regresi linier: Y= 0.385 + 0.016x . Jika
X bernilai 2.7, maka nilai yang diperoleh sebesar Y= 0.385 + 0.016 (2.7) = 0.428.
Hasil regresi linier menunjukan bahwa efek minyak atsiri kulit jeruk limon
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kematian Cryptolestes sp. Hal
ini karena senyawa limonen yang terkandung dalam kulit jeruk limon bersifat
menghambat daya makan dan pertumbuhan serangga.
Efek Fumigan Minyak Mint terhadap Cryptolestes sp.
Pengaruh minyak atsiri daun mint terhadap persentase kematian imago
Cryptolestes sp. ditunjukkan pada tabel 3. Perlakuan yang dapat menyebabkan
kematian tertingi pada hama gudang Cryptolestes sp. yaitu 94% pada dosis 0.04
ml/l udara dan, sebaliknya perlakuan yang menyebabkan kematian terendah pada

10
hama gudang Cryptolestes sp. pada dosis 0.005 ml/l udara yaitu sebesar 90.6%.
Kematian terendah menujukan bahwa perlakuan pada dosis 0.005, 0.01, dan
0.02 ml/l udara tidak berbeda nyata secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
persentase kematian masing-masing sebesar 90.6%, 91.3%, dan 92.1%, namun
berbeda nyata dengan perlakuan pada dosis 0.03 dan 0.04 ml/l udara yang
persentase kematiannya mencapai 93.8% dan 94%. Kematian hama gudang
Cryptolestes sp. pada kontrol berbeda nyata terhadap semua perlakuan setiap
dosis.
Pengujian minyak atsiri daun mint dengan perlakuan fumigan terhadap
kematian hama gudang Cryptolestes sp. pada kontrol yaitu 6%. Hal ini
menunjukan bahwa kontrol berbeda nyata terhadap kematian setiap dosis pada
masing-masing perlakuan. Pada dosis 0.04 ml/l udara menyebabkan persentase
kematian tertinggi yaitu 94%. Pada perlakuan fumigan degan dosis 0.04 dan 0.03
ml/l udara menunjukkan kematian Cryptolestes sp. tidak berbeda nyata. Hal ini
dapat dilihat dari persentase masing-masing kematian serangga uji yaitu 94% dan
93.8% pada 72 JSP. Keefektifan minyak daun mint dalam mengendalikan hama
gudang Cryptolestes sp. pada dosis 0.04 ml/l udara yaitu sebesar 94% pada 72
JSP. Hal ini dikarenakan minyak atsiri dari daun mint mengandung senyawa
mentol yang tinggi. Senyawa yang terkandung di dalam minyak atsiri daun mint
(mentol) dapat menghambat pertumbuhan hama gudang seperti T. caestanum dan
C. maculatus setelah 24 dan 48 jam setelah aplikasi mencapai 90% (Tripoathi
2000). Jepang telah mengunakan minyak atsiri daun mint sebagai agensia untuk
kegiatan fumigasi dalam mengendalikan hama S. oryzae yang berada pada
pertokoan atau gudang sorgum atau jagung. Selain itu minyak atsiri daun mint
juga efektif untuk mengendalikan larva karena dapat menghambat nafsu makan
dan pertumbuhan yang tidak normal pada proses ganti kulit.
Tabel 3 Rata-rata persen mortalitas imago Cryptolestes sp. setelah aplikasi 72
jam pada berbagai perlakuan dosis minyak mint
Dosis (ml/L udara)

Mortalitas (%)

Kontrol
8.0 c
0.005
90.6 b
0.01
91.3 b
0.02
92.1 b
0.03
93.8 a
0.04
94.0 a
a
Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
uji Duncan pada taraf nyata 5%
Hasil analisis probit minyak atsiri daun mint setalah uji pendahuluan
terhadap hama gudang Cryptolestes sp. pada 72 JSP menunjukan nilai LD50 yang
dapat menyebabkan kematian Cryptolestes sp. yaitu 50 dari serangga uji berada
pada dosis 0.008 ml/l udara dan LD95 yang menyebabkan kematian hama gudang
Cryptolestes sp. yaitu 95 dari jumlah seranga uji pada dosis 0.034 ml/l udara.
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai konstanta -1.368, yang berarti jika
dosis (sumbu x) nilainya 0, maka kematian hama gudang Cryptolestes sp. (sumbu
y) nilainya negatif yaitu sebesar -1.368. Koefisien regresi variabel dosis (x) yaitu

11
0.029 artinya jika dosis dinaikan 1 maka kematian Cryptolestes sp. (y) akan
memberikan pengaruh yaitu 0.029. Koefisien yang bernilai positif menunjukan
adanya hubungan positif antara pemberian dosis dengan kematian Cryptolestes
sp. sehingga faktor luar yang berpengaruh terhadap pemberian dosis terhadap
kamtian Cryptolestes sp. tidak perlu dicari. Kematian serangga uji Cryptolestes sp
akan tersus meningkat seiring bertambahnya dosis yang diberikan.

Gambar 3 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri daun mint terhadap
mortalitas Cryptolestes sp.
Pada hasil uji regresi diperoleh nilai signifikan 0.080 lebih besar dari 0.05
sehingga tidak ada pengaruh antara penambahan dosis terhadap kematian imago
Cryptolestes sp. Persamaan regresi linier dari Y terhadap X dirumuskan sebagai
berikut: Y = a + b x. Dimana Y sebagai variabel dependent, dan X sebagai
variabel independent, sedangkan a dan b nilai konstanta yang dicari. Y= -1.368 +
0.029x.
Hasil analisis regresi daun mint pada anova ( R square) yaitu 0.771 artinya
dosis memberikan pengaruh yaitu sebasar 77.1% terhadap kematian imago
Cryptolestes sp. artinya 22.9% kematian serangga Cryptolestes sp disebabkan
oleh faktor lain. Perlakuan dosis memberikan pengaruh nyata terhadap kematian
Cryptolestes sp. kematian serangga akan terus meningkat bersamaan dengan
penambahan dosis.

SIMPULAN
Simpulan
Hasil penelitian menujukkan bahwa, secara umum fumigan, asal minyak
atsiri dari bunga cengkih, kulit jeruk lemon, dan daun mint efektif digunakan
untuk mengendalikan imago Cryptolestes sp. LD95 minyak cengkih 0.02 ml/l
udara, LD95 kulit jeruk lemon 0.2 ml/l udara, dan LD95 minayak daun mint 0.04
ml/l udara.

12

DAFTAR PUSTAKA
Arifin MC. 2013. Toksisitas kontak dan efek fumigan minyak atsiri Cinnamomum
spp. (Lauraceae) terhadap Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera:
Tenebrionidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Anggara AW, Sudarmaji. 2009. Hama Pascapanen Padi dan Pengendaliannya.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. (ID). Indonesia.
Amalia. 2011. Karakteristik tanaman Nilam di Indonesia. Di dalam: Miftahhudin,
Efiana, editor. Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Ed ke-1. Bogor
(ID): Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Hlm 1-8.
Anon. 2009. Mentha Oil Seasonal Report. Korvy Comtrade Limited. 6 p.
Anon. 2008. Pedoman Teknis Budidaya Mentha (M. arvensis L.) Direktorat
Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik. 50 hlm.
Andries JR, Gunawan PN, Supit A. 2014. Uji efek anti bakteri ekstrak bunga
cengkeh terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. J e-GiGi.
2(2). (1-8)
Al Dakhil, MA., Morsy, TA. 1999. The Larvicidal Activities of the Peel Oils of
Three Citrus Fruits against Culex pipiens. J Egypt. Soc. Parasitol. 29-347
Chutia, M. Bhuyan, DP. Pathak, MG. Sarma, TC. Boruah P. 2009. Antifungal
Activity and Chemical Composition of Citrus reticulata Blanco Essential
Oil Against Phytopathogens from North East India. Food Science and
Technology, 42, 777-780
Dadang. 2004. Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai teknologi alternatif yang
ramah lingkungan dalam pengendalian hama gudang. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor. Desember 1993. Balittro, Bogor (ID). Hal. 293-297.
Dosland W. 2000. Managing Insect Pests in Food Storage Facilities. IPM Booklet
by Copsian (Specialist in Pest Solutions).
Emery R. 2005. “Control of Stored Food Insects”. Dept. Of Agriculture and State
of Western Australia (AUS): Garden Note No. 45.
Fachry I. 2005. Keefektifan ekstrak tumbuhan terhadap Sitophylus zeamais
Motschulsky (Coleoptera: Curculionidae) (skripsi). Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Hagstrum DW, Subramanyam B. 2009. Stored-product insect resources. St. Paul
(US): AACC International. Inc.
Hayasi. T. 2003. Control of Stored Product Insect Using Natural Enemies.
JIRCAS Newsletter No. 34.
Kardinan A. 2003. Mengenal lebih dekat tanaman pengendali lalat buah.
Agromedia Pustaka. Jakarta (ID).
Kartasapoetra AG. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Ed ke-2. Jakarta
(ID): PT. Rinka Cipta.
Kim DH. Ahn YJ. 2004. Contact and fumigant activities of constituents of
Foeniculum vulgare fruit against three Coleopteran stored-product insects.
Pest Management Science, 57: 301-306.
Koehler PG. 2003. Management of Stored Grain and Peanut Pests. Dinduh pada 6
Januari 2015. Tersedia pada: http://edis.ifas.ufl.edu.

13
Koul O, Walias S, Dhaliwal GS. 2008. Essential oils as green pesticides: Potential
and constrains. Biopesticides International. 4 (1): 63-84.
LeOra Software, 1987. POLO-PC: A users’ guide to probit or logit analysis.
California (US): Berkeley.
Nakakita H. 1998. Stored rice and stored product insects. In: Rice inspection
technology manual. Tokyo (JP): A.C.E. Corporation. p. 49–65.
Noveriza L, Tombe M. 2000. Uji invitro limbah pabrik rokok terhadap beberapa
jamur patogenik tanaman [Internet]. [diunduh 2014 des 20]. Tersedia pada:
http://www.balitro.go.id/
Nuryani Y. 2004. Plasma Nutfah Tanaman Atsiri. Perkembangan Teknologi TRO.
16(1) : 17-26.
Prevelt PF. 2000. Stored Product Entomology. Food Storage Manual. Britain
(UK): Tropical Stored Products Centre. Ministry of Oversean and
Development.
Tripoathi AK, Prajapati V, Aggarwal KK. 2000. Repellency and toxicity of oil
from Artemisia annua to certain stored-product beetles. Journal of
Economic Entomology. 93: 43–47.
Wagiman FX. 1992. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada Komoditi
Pascapanen. Dalam: Baehaki et al. (Ed). Prosiding Simposium penerapan
Pengendalian Hama Terpadu. 3-4 September 1992. Bandung (ID): PEL.p.
72-88.
Weiss, EA. 1997. Essential Oil Crops. CAB International, Victoria, Australia
(AU).

LAMPIRAN

16

Lampiran 1 Hasil analisis regresi minyak bunga cengkih
Model Summary
Model

R

1

.890

R Square
a

Adjusted R Square

.792

Std. Error of the Estimate

.689

.19167

a. Predictors: (Constant), Y
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

.281

1

.281

Residual

.073

2

.037

Total

.354

3

F

Sig.

7.638

.110

a

a. Predictors: (Constant), Y
b. Dependent Variable: X
Coefficients

a

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B

Coefficients

Std. Error

Beta

(Constant)

.570

.219

Y

.010

.004

t

.890

Sig.

2.599

.122

2.764

.110

a. Dependent Variable: Dosis X13

Lampiran 2 Hasil analisis regresi minyak kulit jeruk
Model Summary
Adjusted R
Model

R

1

.990

R Square
a

Square

.980

Std. Error of the Estimate
.973

.06072

a. Predictors: (Constant), Y
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

.536

1

.536

Residual

.011

3

.004

Total

.547

4

F
145.243

Sig.
.001

a

17
Coefficients

a

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B

Coefficients

Std. Error

Beta

(Constant)

.385

.051

Y 14

.016

.001

t

.990

Sig.

7.506

.005

12.052

.001

Lampiran 3 Hasil analisis regresi minyak daun mint
Model Summary
Model

R

1

.920

R Square
a

Adjusted R Square

.847

Std. Error of the Estimate

.771

.15678

a. Predictors: (Constant), Y
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

.273

1

.273

Residual

.049

2

.025

Total

.322

3

F

Sig.

11.095

.080

a

a. Predictors: (Constant), Y
b. Dependent Variable: X
Coefficients

a

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
Y

a. Dependent Variable: X

Std. Error
-1.368

.629

.029

.009

Coefficients
Beta

t

.920

Sig.

-2.173

.162

3.331

.080

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 September 1988,di Dusun Tawang
Tikam, Desa Tawang, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat. Penulis adalah putra keempat dari enam bersaudara dari ayah
Pinang dan Ibu Basek (Alm). Tahun 2008 penulis lulus dari SPP-SPMAN
NEGERI KALIMANTAN BARAT, SINGKAWANG dan pada tahun 2009
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Beasiswa
Utusan Daerah (BUD) dan di terima di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas
Pertanian dengan mengikuti perkuliahan sebagai mahasiswa Prauniversitas
selama setahun (tahun ajaran 2009/2010). Setelah itu melanjutkan ke Tingkat
Persiapan Bersama (TPB) tahun ajaran 2010/2011.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi ketua Porssita tahun
2013. Penulis juga sering mengikuti berbagai organisasi baik diluar akademik
maupun didalam akademik. Adapun kegiatan yang pernah diikuti aktif di UKM
Sepak bola IPB pada tahun 2011-2013.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah meraih juara 1, 2, dan 3
dalam mengikuti beberapa kejuaraan baik didalam maupun diluar kampus yaitu
Juara Sepak sepak bola, Futsal,Volly, Estafet, dan masih banyak lagi penghargaan
yang pernah penulis raih selama mengikuti perkuliahan di IPB.

Dokumen yang terkait

Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Kulit Jeruk Telur Buaya (Citrus medica L.) Secara GC-MS dan Uji Antioksidan Dengan Metode DPPH

1 81 73

Ekstraksi Cold Press dan Karakterisasi Minyak Kulit Jeruk Lemon (Citrus limon (Linn) Burm.f)

4 25 238

Pemisahan eugenol dari minyak atsiri daun cengkih (Syzygium aromaticum) sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo

0 3 36

Efek Fumigan Minyak Atsiri Kulit Buah Lemon (Citrus Limonum), Daun Mint (Mentha Piperita), Dan Serai Wangi (Cymbopogon Nardus) Terhadap Callosobruchus Maculatus (Coleoptera: Bruchidae)

1 6 34

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L ) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus

0 8 51

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ESENSIAL DAUN MINT (Mentha piperita) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK Anopheles aconitus dan Uji Efektivitas Minyak Esensial Daun Mint (Mentha piperita) Sebagai Insektisida terhadap Nyamuk Anopheles aconitus dan Aedes aegypti.

0 4 15

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTISEPTIK TANGAN MINYAK ATSIRI JERUK LEMON (Citrus limon (L) Burm. f) Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Jeruk Lemon (Citrus Limon (L) Burm. F) Dengan Basis Hpmc Dan Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus

0 1 12

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTISEPTIK TANGAN MINYAK ATSIRI JERUK LEMON (Citrus limon (L) Burm. f) DENGAN BASIS Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Jeruk Lemon (Citrus Limon (L) Burm. F) Dengan Basis Hpmc Dan Aktivitas Antibakteri Terhadap St

0 1 13

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTISEPTIK TANGAN MINYAK ATSIRI JERUK LEMON (Citrus limon (L) Burm. f) Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Jeruk Lemon (Citrus Limon (L) Burm. F) Dengan Basis Karbopol Dan Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococ

0 2 12

FORMULASI SEDIAAN GEL ANTISEPTIK TANGAN MINYAK ATSIRI JERUK LEMON (Citrus limon (L) Burm. f) DENGAN BASIS Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Jeruk Lemon (Citrus Limon (L) Burm. F) Dengan Basis Karbopol Dan Aktivitas Antibakteri Terhada

1 5 16