Pemisahan eugenol dari minyak atsiri daun cengkih (Syzygium aromaticum) sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo

PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK ATSIRI DAUN
CENGKIH (Syzygium aromaticum) SEBAGAI PELANGSING
AROMATERAPI SECARA IN VIVO

FAHMI HASIM

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemisahan Eugenol
dari Minyak Atsiri Daun Cengkih (Syzygium aromaticum) sebagai Pelangsing
Aromaterapi secara In Vivo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Fahmi Hasim
NIM G44100022

ABSTRAK
Fahmi Hasim. Pemisahan Eugenol dari Minyak Atsiri Daun Cengkih (Syzygium
aromaticum) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo. Dibimbing oleh
IRMANIDA BATUBARA dan IRMA HERAWATI SUPARTO.
Cengkih mengandung minyak atsiri dengan eugenol sebagai komponen
utamanya. Penelitian ini bertujuan memisahkan eugenol di dalam minyak daun
cengkih dan menganalisis potensinya sebagai pelangsing aromaterapi secara in
vivo. Eugenol dari minyak atsiri daun cengkih dipisahkan secara kimia dan
diperoleh 2 fraksi, yaitu fraksi eugenol dan fraksi nonpolar. Hasil analisis
kromatografi gas-spektrometri massa menunjukkan bahwa fraksi eugenol
mengandung eugenol dengan tingkat kemurnian 85%. Sementara itu, senyawa
dominan pada fraksi nonpolar adalah β-kariofilena sebesar 35%. Hasil uji in vivo
menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diinhalasi minyak atsiri daun cengkih
memiliki rerata bobot badan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok

yang diinhalasi fraksi eugenol dan berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95%.
Inhalasi minyak cengkih juga menunjukkan kecenderungan respons penurunan
bobot badan yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa inhalasi minyak atsiri daun cengkih dengan kadar 1%
berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi dengan cara menurunkan bobot badan
tikus sebesar 13%.
Kata kunci: eugenol, minyak atsiri daun cengkih, pelangsing aromaterapi

ABSTRACT
Fahmi Hasim. Separation of Eugenol from Essential Oil of Clove Leaves
(Syzygium aromaticum) as Slimming Aromatherapy by In Vivo Assay. Supervised
by IRMANIDA BATUBARA and IRMA HERAWATI SUPARTO.
Clove contains essential oil with eugenol as major component. This study
aims to separate eugenol in the essential oil of clove leaves and analyze its
potency as slimming aromatherapy by in vivo assay. Eugenol from essential oil of
clove leaves was separated by chemical and gave 2 fractions, namely eugenol
fraction and nonpolar fraction. Analysis of gas chromatography-mass
spectrometry showed that eugenol fraction contain eugenol with the purity of
85%, while the nonpolar fraction containd 35% of β-caryophyllene. In vivo assay
showed that the rat group inhalated essential oil of clove leaves had significant

difference in average weight as compared with group inhalated eugenol fraction in
level of confidence 95%. Inhalation of essential oil of clove leaves also tend to
have lower response on the body weight as compared to the negative control
group. It showed that inhalation of clove leaves with 1% concentration is potential
as slimming aromatherapy by decreasing 13% of rats weight .
Key words: essential oil of clove leaves, eugenol, slimming aromatherapy

PEMISAHAN EUGENOL DARI MINYAK ATSIRI DAUN
CENGKIH (Syzygium aromaticum) SEBAGAI PELANGSING
AROMATERAPI SECARA IN VIVO

FAHMI HASIM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Pemisahan eugenol dari minyak atsiri daun cengkih (Syzygium
aromaticum) sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo
: Fahmi Hasim
: G44100022

Disetujui oleh

Dr Irmanida Batubara, MSi
Pembimbing I

Dr dr Irma Herawati Suparto, MS

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul
“Pemisahan Eugenol dari Minyak Atsiri Daun Cengkih (Syzygium aromaticum)
sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Irmanida Batubara, MSi
selaku pembimbing pertama dan Dr dr Irma H Suparto, MS selaku pembimbing
kedua yang senantiasa memberikan arahan, dorongan semangat, dan doa kepada
penulis selama melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada Ayah, Ibu, dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Ucapan
terima kasih juga penulis ucapkan kepada Baiq Amelia Riyandari dan Rizki

Damayanti yang turut membantu selama penelitian berlangsung. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada staf Kependidikan Laboratorium Kimia
Analitik, yaitu Bapak Eman, Ibu Nunung, Bapak Dede, dan Bapak Kosasih, serta
pihak di Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB khususnya di unit kandang hewan
percobaan (UKHP), yaitu drh Aidell dan Bapak Mulyadi. Penelitian ini
merupakan bagian dari penelitian kerja sama Luar Negeri dan Publikasi
Internasional yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan
nomor kontrak 084/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V/2013. Penulis berharap karya ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2014
Fahmi Hasim

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian


2

METODE

2

Alat dan Bahan

2

Preparasi Sampel

3

Kadar Air

3

Kadar Abu


3

Isolasi Minyak Atsiri dengan Distilasi Uap

3

Isolasi Eugenol

4

Identifikasi Senyawa dengan GC-MS

4

Uji In Vivo pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

4

Penentuan Bobot Deposit Lemak pada Hewan Uji


5

Uji Statistik

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kadar Air, Kadar Abu, dan Isolasi Minyak Atsiri Daun Cengkih

5

Isolasi Eugenol

6

Analisis Komponen dalam Minyak Atsiri Daun Cengkih, Fraksi Eugenol,
dan Fraksi Nonpolar dengan GC-MS


7

Hasil Uji In Vivo Terhadap Bobot Badan, Bobot Pakan, Bobot Feses dan
Urin, serta Lemak Tubuh

9

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Konsentrasi senyawa dominan dalam minyak atsiri daun cengkih, fraksi
eugenol, dan fraksi nonpolar
2 Rerata bobot badan tikus pada akhir masa adaptasi dan masa perlakuan
3 Rerata bobot deposit lemak tikus pada akhir masa perlakuan

8
9
11

DAFTAR GAMBAR
1 Mekanisme reaksi isolasi eugenol
2 Sampel, (i) fraksi nonpolar, (ii) fraksi eugenol, dan (iii) minyak atsiri
daun cengkih
3 Beberapa senyawa yang terkandung di dalam minyak atsiri daun
cengkih
4 Perubahan rerata bobot badan tikus tiap kelompok selama masa
perlakuan
5 Jumlah pakan yang dikonsumsi setiap kelompok selama masa
perlakuan
6 Jumlah feses dan urin yang diekskresikan setiap kelompok selama
masa perlakuan

7
7
9
10
10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Diagram alir penelitian
Komposisi pakan yang diberikan kepada hewan uji
Kelompok perlakuan pada hewan uji
Hasil determinasi tanaman cengkih
Kadar air daun cengkih
Kadar abu daun cengkih
Rendemen minyak atsiri daun cengkih
Kromatogram GC-MS, (a) minyak atsiri daun cengkih, (b) fraksi
eugenol, dan (c) fraksi nonpolar

16
17
18
19
20
20
20
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Obesitas didefinisikan sebagai suatu penimbunan jaringan lemak di dalam
tubuh secara berlebihan yang dapat memberi efek buruk pada kesehatan. Lewis &
Liu (2012) menyatakan bahwa lemak yang terdapat di dalam tubuh akan
dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi monogliserida dan asam lemak.
Peningkatan aktivitas lipase pankreas akan sebanding dengan meningkatnya
penyerapan monogliserida dan asam lemak yang akan berpengaruh pada obesitas.
Obesitas merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas sumber daya
manusia karena obesitas merupakan prediktor dari beberapa penyakit degeneratif.
Beberapa penyakit degeneratif yang dapat ditimbulkan oleh seseorang yang
menderita obesitas, di antaranya hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah,
diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al.
2008).
Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh obesitas tersebut dapat
dihindari dengan melakukan pencegahan atau penanganan terhadap potensi
terjadinya obesitas. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan obat sebagai
alternatif pelangsing, misalnya orlistat. Orlistat merupakan suatu inhibitor enzim
lipase yang akan menghalangi kerja dari lipase dalam menghidrolisis lemak (Heck
et al. 2000). Hal ini akan menyebabkan tidak terpecahnya trigliserida menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil sehingga lemak yang tidak tercerna akan terus
menuju saluran pencernaan dalam bentuk tidak berubah dan tidak diserap dalam
aliran darah yang pada akhirnya berdampak pada penurunan berat badan. Obat
pelangsing ini tergolong dalam obat sintetik dengan beberapa efek samping yang
dapat berdampak pada menurunnya kesehatan. Selain obat pelangsing sintetik,
terdapat juga obat pelangsing alami yang dibuat secara tradisional. Umumnya
kedua jenis obat ini dikonsumsi secara oral. Sebenarnya, terdapat beberapa
metode terapi lain yang sedang dikembangkan untuk melangsingkan tubuh, yaitu
metode akupuntur dan aromaterapi. Minyak atsiri yang terkandung di dalam
beberapa tanaman herbal inilah yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi.
Minyak atsiri merupakan suatu zat yang berupa cairan kental pada suhu
ruang dan memiliki sifat yang mudah menguap sehingga memberikan aroma yang
khas. Cengkih merupakan salah satu tanaman herbal Indonesia yang mengandung
minyak atsiri. Minyak atsiri cengkih mengandung senyawa eugenol dengan kadar
tinggi dan dilaporkan memiliki beberapa aktivitas hayati, yaitu sebagai antifungal
(Pinto et al. 2009), antiinflamasi (Daniel et al. 2009), antikanker (Aisha et al.
2012), antibakteri (Saeed et al. 2013), dan antioksidan (Ivanovica et al. 2013),
akan tetapi potensi minyak atsiri cengkih dan eugenol sebagai pelangsing
aromaterapi belum dikaji secara luas. Sebelumnya, kajian mengenai potensi
minyak atsiri dari beberapa jenis tanaman sebagai pelangsing aromaterapi telah
dilakukan. Anggraeni (2010) melaporkan bahwa senyawa β-elemenona yang
terkandung di dalam minyak atsiri temulawak berpotensi sebagai pelangsing.
Astuti (2012) juga melaporkan bahwa senyawa sitral yang terkandung di dalam
minyak atsiri serai dapur berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi dengan cara
menjaga perkembangan bobot badan tikus serta menurunkan konsumsi pakan.

2
Selain itu, aroma dari minyak atsiri jeruk diketahui dapat menstimulasi saraf
simpatik, mengendalikan jaringan adiposa putih dan cokelat, menghambat saraf
parasimpatik lambung, meningkatkan lipolisis, dan konsumsi energi sehingga
berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi (Shen et al. 2005). Berkaitan dengan
hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk memisahkan eugenol yang
terkandung dalam minyak atsiri daun cengkih dan menganalisis potensinya
sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo.

Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan menganalisis potensi minyak atsiri daun cengkih
sebagai pelangsing aromaterapi, mendapatkan eugenol, dan fraksi nonpolar
minyak cengkih, serta mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung di
dalamnya, beserta aktivitasnya secara in vivo.

Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan mengikuti diagram alir pada Lampiran 1
yang meliputi preparasi sampel, penentuan kadar air dan kadar abu, isolasi minyak
atsiri daun cengkih dengan alat distilasi uap, pemisahan eugenol dan fraksi
nonpolar dari minyak atsiri daun cengkih, dan analisis fraksi yang diperoleh
menggunakan gas chromatograph-mass spectrometer (GC-MS). Selanjutnya,
sampel minyak atsiri kasar, fraksi eugenol, dan fraksi nonpolar diuji aktivitas
pelangsing aromaterapinya secara in vivo selama 5 minggu terhadap hewan uji
yang telah melewati masa adaptasi selama 2 minggu. Bobot pakan tiap kelompok
hewan uji ditimbang setiap hari dan bobot badan setiap hewan uji ditimbang tiap
minggu. Pada minggu ke-5 setelah masa perlakuan, lemak hewan uji dikeluarkan
dan ditimbang bobotnya. Semua perlakuan terhadap hewan uji pada penelitian ini
dilakukan dengan memerhatikan aspek kesejahteraan hewan dan mengikuti
pedoman etik dalam penggunaan hewan laboratorium.

METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, tanur listrik, neraca analitik,
instrument GC-MS (Shimadzu-QP-5050A), oven, peralatan distilasi uap,
pembakar bunsen, dan kandang hewan uji berukuran 20×20×30 cm3 yang
dilengkapi tabung inhalator. Bahan-bahan yang digunakan adalah daun cengkih
(Syzygium aromaticum), pakan standar dan pakan kolesterol, tikus jantan galur
Sprague dawley serta kandang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka IPB, dan
beberapa bahan kimia lainnya yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analitik,
Departemen Kimia, FMIPA, IPB.
.

3
Preparasi Sampel
Daun cengkih dicuci dan dibersihkan, kemudian dikeringudarakan. Selama
dikeringudarakan, daun cengkih tersebut dijaga agar terhindar dari sinar matahari.
Setelah itu, daun cengkih didistilasi dengan peralatan distilasi uap.

Kadar Air (AOAC 2006)
Wadah kosong dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 ºC selama 3 jam
kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Sampel daun
cengkih sebanyak 3 gram ditimbang di dalam wadah yang telah diketahui
bobotnya. Wadah yang berisi sampel dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 ºC
selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya.
Proses pengeringan dilakukan hingga didapatkan bobot yang konstan.
Kadar air % =

W1 − �2
× 100%
W1

W1 = bobot sampel sebelum pengeringan (g)
W2 = bobot sampel setelah pengeringan (g)

Kadar Abu (AOAC 2006)
Cawan porselin dan tutupnya dikeringkan di dalam tanur pada suhu 600 ºC
selama 30 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang
bobotnya. Sampel daun cengkih sebanyak 1 gram ditimbang di dalam cawan
porselin yang telah diketahui bobotnya. Cawan yang berisi sampel dipanaskan di
atas bunsen dengan tutup setengah terbuka hingga tidak terbentuk lagi asap.
Cawan ditempatkan di dalam tanur dalam keadaan tertutup kemudian dilakukan
pengabuan pada suhu 600 ºC hingga diperoleh residu yang berwarna abu-abu.
Abu yang telah diperoleh didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sampai
diperoleh bobot yang konstan.
Kadar abu % =

bobot abu g
× 100%
bobot sampel g

Isolasi Minyak Atsiri dengan Distilasi Uap (Muchtaridi et al. 2005)
Daun cengkih yang telah diiris halus ditimbang sebanyak 750 g dan
didistilasi uap selama 3 jam dengan akuades (nisbah 1:2) pada suhu 95-105 ºC.
Distilat yang diperoleh didiamkan selama 24 jam kemudian minyak dipisahkan
menggunakan corong pisah. Selanjutnya, minyak dimasukkan ke dalam botol dan
disimpan di dalam refrigerator untuk dianalisis pada tahap selanjutnya.

4
Isolasi Eugenol (Fitri & Kawira 2006)
Minyak cengkih hasil distilasi ditambahkan larutan NaOH 4% dengan
nisbah 1:5 dan dikocok dengan kecepatan 100 rpm selama 3 jam kemudian
didiamkan selama 19 jam. Selanjutnya, campuran dipisahkan dengan corong pisah
sehingga diperoleh lapisan eugenol yang larut dalam NaOH dan fraksi nonpolar.
Kemudian, lapisan eugenol dipindahkan ke dalam corong pisah dan diekstraksi
dengan n-heksana teknis 3 kali dengan nisbah volume fase air dan n-heksana
sebesar 1:1, 1:1/2, dan 1:1/2. Lapisan eugenol yang tidak larut dalam n-heksana
dipisahkan, kemudian ditambahkan HCl 3% dengan nisbah 1:2, lalu didiamkan
selama 24 jam. Selanjutnya, lapisan eugenol dipisahkan dengan corong pisah dan
dicuci dengan akuades, lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring.

Identifikasi Senyawa dengan GC-MS
Minyak atsiri kasar, fraksi eugenol, dan fraksi nonpolar hasil isolasi
diinjeksikan ke dalam injektor GC-MS (Shimadzu-QP-5050A) dengan
menggunakan kolom DB-5 MS (dimensi 0.25 mm × 30 m) dan gas pembawa
Helium dengan laju alir 42 mL/menit. Suhu injektor dan detektor sama, yaitu
250 °C sedangkan suhu kolom yang digunakan adalah suhu terprogram, yaitu
diawali dengan 70 °C ditahan selama 2 menit kemudian diubah perlahan-lahan
dengan laju kenaikan suhu sebesar 5 °C/menit hingga suhunya mencapai 250 °C
dan suhu dibiarkan pada kondisi 250 °C selama 8 menit. Spektrometer massa
yang digunakan ialah energi ionisasi 70 eV, dengan mode ionisasinya adalah
ionisasi tumbukan elektron (EI), split ratio: 25.0, dan area deteksinya adalah 40500 m/z. Setiap puncak yang muncul dalam kromatogram ion total diidentifikasi
dengan menganalisis hasil spektrum massa yang terdapat pada library index MS.

Uji In Vivo pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
a. Masa Adaptasi
Penelitian menggunakan tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang
sehat, berumur ±2 bulan dengan bobot badan 257-261 g dan berjumlah 24 ekor.
Setiap 3 ekor tikus ditempatkan dalam satu kandang dengan ukuran 20×20×30
cm3. Proses adaptasi kondisi fisiologis, nutrisi, dan lingkungan tikus tersebut
dilakukan selama 2 minggu. Minggu pertama masa adaptasi, semua kelompok
tikus diberi pakan standar tikus dengan dosis 25 g/ekor/hari (Hau & Hoosier
2003) dan diberi air mineral secara ad libitum. Pada minggu ke-2 masa adaptasi,
semua kelompok tikus diberikan pakan tinggi kolesterol (TK). Komposisi pakan
standar dan pakan tinggi kolesterol untuk tikus disajikan pada Lampiran 2. Masa
adaptasi dilakukan dengan tujuan mengenalkan lingkungan baru bagi tikus yang
digunakan sebagai hewan uji.

b. Masa Perlakuan Aromaterapi
Uji inhalasi minyak atsiri kasar, fraksi eugenol, dan fraksi nonpolar dari
minyak atsiri daun cengkih secara in vivo yang dilakukan pada penelitian ini

5
didasarkan pada modifikasi metode Anggraeni (2010). Tikus-tikus tersebut
dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok I, II, III, dan IV (Lampiran
3). Masing-masing kelompok tersebut terdiri atas 6 ekor tikus. Selama masa
perlakuan, semua kelompok tikus tetap diberikan pakan tinggi kolesterol dengan
dosis 25 g/ekor/hari dan diberi air mineral secara ad libitum, akan tetapi pada tiap
kelompok diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok I dijadikan kontrol
negatif tanpa perlakuan inhalasi, kelompok II diinhalasi minyak atsiri daun
cengkih, kelompok III diinhalasi fraksi eugenol, dan kelompok IV diinhalasi
fraksi nonpolar. Perlakuan yang berbeda ini dilakukan selama 5 minggu. Bobot
badan setiap tikus dari semua kelompok ditimbang setiap satu minggu sekali. Sisa
bobot pakan yang dikonsumsi ditimbang setiap hari. Bobot feses dan urin
ditimbang setiap satu minggu sekali.

Penentuan Bobot Deposit Lemak pada Hewan Uji
Pada minggu ke-5 setelah masa perlakuan, masing-masing tikus dari setiap
kelompok perlakuan, yaitu kelompok I, II, III, dan IV dipuasakan selama 12 jam.
Tikus disedasi (pembiusan) dengan cara menyuntikkan ketamin (80 mg/kg bobot
badan) dan xilazin (10 mg/kg bobot badan). Setelah tikus tidak sadarkan diri
kemudian darah diambil sebanyak-banyaknya dari jantung (exsanguinous). Lemak
pada bagian perut kanan dan kiri, serta bagian testis kanan dan kiri dikeluarkan.
Selanjutnya, bobot deposit lemak tersebut ditimbang.

Uji Statistik
Data bobot badan dan bobot deposit lemak hewan uji yang diperoleh
dianalisis dengan metode rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) dan
ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf kepercayaan 95% (taraf α 0.05)
dilanjutkan dengan Duncan’s multiple range test menggunakan SPSS 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air, Kadar Abu, dan Isolasi Minyak Atsiri Daun Cengkih
Identifikasi tanaman di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa daun yang digunakan merupakan daun
cengkih (Syzygium aromaticum) (Lampiran 4). Kadar air merupakan salah satu
parameter yang dapat digunakan untuk mengoreksi rendemen dan mengetahui
ketahanan suatu sampel terhadap lama penyimpanan. Berdasarkan hasil analisis,
kadar air yang dimiliki oleh daun cengkih sebesar 36.81% (Lampiran 5). Winarno
(1992) menyatakan bahwa kadar air yang baik dari suatu sampel ialah