EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L ) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus

(1)

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

NURCAHYANI OKTAVIA HASTUTININGRUM G 0006133

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum, NIM : G0006133, Tahun : 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 3 Februari 2010 Pembimbing Utama

Nama : Darukutni, dr., Sp.Par K.

NIP : 19470809 197603 1 001 (...)

Pembimbing Pendamping

Nama : Murdjati, dr., M.Kes. NIP : 19480825 198203 1 002 (...) Penguji Utama

Nama : Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes.

NIP : 19511211 198602 1 001 (...) Anggota Penguji

Nama : Mujosemedi, Drs., Msc.

NIP : 19600530 198903 1 001 (...)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr, M.Kes., DAF(K). Prof. Dr. H. AA Subijanto, dr., MS. NIP: 19450824 197310 1 001 NIP : 19481107 197310 1 003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 3 Februari 2010

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum G0006133


(4)

ABSTRAK

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum, G0006133, 2010. Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu cara untuk pemberantasan malaria yaitu dengan mengendalikan vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles aconitus. Minyak atsiri daun cengkeh dengan kandungan eugenolnya memiliki kemungkinan dapat digunakan sebagai larvasida alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan post test only control group design. Sampel penelitian adalah larva nyamuk Anopheles aconitus instar III sejumlah 625 ekor yang dibagi menjadi 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan minyak atsiri; konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh masing-masing kelompok adalah 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Masing-masing kelompok berisi 25 ekor larva dan dilakukan 5 kali ulangan. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan dihitung jumlah larva yang mati.

Hasil analisis data penelitian dengan uji Kruskal Wallis pada taraf kepercayaan (α) 0,05, didapatkan adanya perbedaan yang signifikan diantara kelompok uji (p = 0,000; p< 0,05), kemudian dengan uji Mann-Whitney didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antar pasangan kelompok uji (p = 0,003, p = 0,005, p = 0,008 ; p < 0,05). Dari hasil perhitungan statistik dengan analisis Probit didapatkan LC50 54,145 ppm dan LC99 129,052 ppm.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC50 54,145 ppm dan LC99 129,052 ppm.


(5)

ABSTRACT

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum, G0006133, 2010. The Effect of Clove (Syzygium aromaticum L.) Leaves Essential Oil to the Mortality of Anopheles aconitus Larvae. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Malaria is one of the health problems in Indonesia. A method of eradication is by controlling the vector, Anopheles aconitus. Clove leaves essential oil contains eugenol that has possibility as a natural larvacide. The purpose of this research is to know the effect of clove (Syzygium aromaticum L.) leaves essential oil to the mortality of Anopheles aconitus larvae.

This research is laboratory experiment using post test only control group design. The subject is 625 Anopheles aconitus larvae that are divided into 5 groups; 1 control group and 4 treatment groups of essential oil. The concentration of clove leaves essential oil each group is 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. Each group contains 25 larvae and is repeated four times. The observation of this research is done 24 hours after the treatment and counted the sum of the dead larvae.

The result of this research is analyzed by Kruskal Wallis test with

α = 0,05, shows that there is a significant different value among treatment groups

(p = 0,000; p < 0,05). Then analyzed with Mann-Whitney test, shows that there is a significant different value among paired treatment groups (p = 0,003, p = 0,005, p = 0,008 ; p < 0,05). The statistic result of Probit Analysis shows that LC50 is 54,145 ppm and LC99 is 129,052 ppm.

From this research, it can be concluded that the clove leaves essential oil has an effect to the mortality of Anopheles aconitus larvae with LC50 is 54,145 ppm and LC99 is 129,052 ppm.


(6)

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayahNya, sehingga dengan itu semua peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus”.

Penelitian ini disusun dan diajukan peneliti guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. AA Subiyanto, dr., MS. selaku Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Wahjono, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Darukutni, dr., Sp.Par K selaku pembimbing utama dalam penelitian ini atas bimbingan dan masukan yang diberikan.

4. Murdjati, dr. M.Kes. selaku pembimbing pendamping dalam penelitian ini atas bimbingan dan masukan yang diberikan.

5. Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes. selaku penguji utama atas masukan, kritik dan saran yang telah diberikan.

6. Mujosemedi, Drs., Msc. selaku anggota penguji atas masukan, kritik dan saran yang telah diberikan.

7. Hasan Boesri, Drs., MS selaku Kepala Bidang Pelayanan Penelitian Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Mbak Lulus beserta semua staf (BPVRP) yang telah membantu dalam penyediaan larva.

8. Bapak, Ibu dan adekku yang telah memberikan dorongan, doa, bantuan moral dan materi

9. Teman-teman PBL D5 dan Kost CD3 terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

10. Mas Nardi dan Mbak Wiwit terimakasih atas bantuan dan dukungannya. 11. Seluruh teman-teman angkatan 2006.

12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari akan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat peneliti harapkan. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Surakarta, 3 Februari 2010 Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum


(7)

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 4

B. Kerangka Pemikiran ... 16

C. Hipotesis... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 17

B. Lokasi Penelitian ... 17

C. Subyek Penelitian ... 17

D. Teknik Sampling... 17

E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 17


(8)

G. Desain Penelitian ... 21

H. Alat dan Bahan Penelitian ... 23

I. Cara Kerja ... 23

J. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 29

1. Uji Pendahuluan... 29

2. Penelitian ... 29

B. Analisis Data ... 31

BAB V PEMBAHASAN ... 33

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GRAFIK

halaman Grafik 1. Grafik jumlah kematian larva Anopheles aconitus pada


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan Lampiran 2. Hasil Uji Kruskal Wallis

Lampiran 3. Hasil Uji Mann-Whitney

Lampiran 4. Hasil Uji Analisis Probit Penelitian

Lampiran 5. Foto Tanaman Cengkeh (Syzygium aromatikum L.) Lampiran 6. Foto Saat Penelitian

Lampiran 7. Foto Alat dan Bahan Penelitian Lampiran 8. Perhitungan

Lampiran 9. Tabel Chi-Square Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji

dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai

konsentrasi pada uji pendahuluan...28 Tabel 2: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji

dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai

konsentrasi selama 24 jam………..29 Tabel 3: Hasil uji statistik dengan Uji Kruskal Wallis………..30


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia hingga saat ini. Tercatat 1,8 juta kasus malaria pada tahun 2006 dan mengalami peningkatan 2,5 – 3 juta kasus pada tahun 2007 (Global Health Reporting, 2008). Terdapat 310 kabupaten dan kota yang merupakan daerah endemik malaria, diantaranya yaitu Kabupaten Jepara dan Magelang, Jawa Tengah. Tingginya jumlah kasus malaria akibat kondisi lingkungan yang sangat mendukung terjadinya penularan, hal ini berkaitan dengan kehidupan vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles sp. (Lok, 2007; Mardiana dkk, 2005; Ristiyanto dkk, 2007).

Di Indonesia telah ditemukan 20 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria, salah satunya yaitu Anopheles aconitus (Hiswani, 2004). Anopheles aconitus telah terbukti sebagai vektor malaria di Kabupaten Banjarnegara, Semarang, Karanganyar, Jepara dan Magelang, Jawa Tengah (Boewono dan Nalim, 1991; Boesri dkk, 2006). Kondisi daerah tersebut yang berupa persawahan dengan musim tanam yang tidak serempak sepanjang tahun dan umur padi yang bervariasi menjadikan nyamuk Anopheles aconitus ditemukan setiap waktu dengan puncak kepadatan sekitar bulan Februari-April dan sekitar bulan Juli-Agustus. Keadaan topografi tersebut sangat sesuai bagi perkembangbiakan nyamuk Anopheles aconitus, sehingga merupakan salah


(13)

satu faktor yang berpotensi dalam penularan malaria sepanjang tahun (Ristiyanto dkk, 2007). Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengendalikan malaria yaitu dengan mengendalikan vektor malaria.

Penggunaan insektisida kimia sebagai salah satu pemberantasan vektor malaria saat ini banyak menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran lingkungan, kematian serangga bukan target, resistensi serangga sasaran, membunuh hewan piaraan bahkan juga manusia (Cavalcanti et al., 2004). Oleh karena itu perlu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida alternatif yang dapat membunuh serangga sasaran namun tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Tanaman cengkeh yang banyak tumbuh di Indonesia memiliki kemungkinan dapat digunakan sebagai insektisida alternatif untuk membunuh vektor malaria. Minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol (Kardinan, 2003). Eugenol pada minyak atsiri serai wangi telah diteliti dapat membunuh larva Anopheles aconitus dengan LC50 pada konsentasi 0, 0097104 % (Cahyati, 2005). Sehingga minyak atsiri daun cengkeh memiliki kemungkinan dapat membunuh larva Anopheles aconitus (Kardinan, 2003). Oleh karena itu perlu dilakukan uji laboratorik untuk mengetahui apakah minyak atsiri daun cengkeh memiliki efek terhadap mortalitas Anopheles aconitus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul suatu permasalahan: Adakah efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus ?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus..

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritik

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan mengenai pemanfaatan daun cengkeh dan sebagai kajian teori untuk penelitian selanjutnya.

2. Aspek Aplikatif

Membuka kemungkinan pemanfaatan daun cengkeh sebagai larvasida alternatif untuk pengendalian vektor malaria sehingga diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian malaria.


(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) a. Sinonim

Syzygium aromaticum L., Eugenia caryophyllata, Eugenia aromatica, Caryophyllus aromaticus, Jambos carryhophyllus (Thomas, 2007).

b. Taksonomi

Divisio : Spermatophyta Sub-Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub-Kelas : Choripetalae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium aromaticum L. (Bulan, 2004).

c. Nama Lokal

Clove (Inggris); Cengkeh (Indonesia, Jawa dan Sunda); Wunga Lawang (Bali); Bungeu lawang (Gayo); Sake (Nias); Cangkih (Lampung); Hungolawa (Gorontalo); Canke (Ujung Pandang); Cengke


(16)

(Bugis); Sinke (Flores); Pualawane (Ambon); Gomode (Halmahera dan Tidore) (Thomas, 2007).

d. Deskripsi Tumbuhan

Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat (Thomas, 2007). Daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6-13,5 cm, lebar 2,5-5 cm, warna hijau muda atau cokelat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua (Kardinan, 2003). Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007). Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600-1.100 meter di atas permukaan laut (dpl) di tanah yang berdrainase baik (Kardinan, 2007).


(17)

e. Minyak atsiri 1) Definisi

Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil (Wikipedia, 2009b).

Minyak atsiri dari tanaman cengkeh dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove leave oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), minyak bunga cengkeh (clove bud oil). Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan. Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang pedas, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi cokelat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan (Zulchi dan Nurul, 2006).

2) Pembuatan minyak atsiri


(18)

a) Solvent extraction (ekstrasi dengan pelarut)

Cara ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan pada keadaan khusus terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar, beberapa senyawa atsiri dengan berat molekul rendah mudah untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien. b) Aerasi (pengaliran dengan udara)

Aerasi dilakukan dengan cara mengalirkan uap yang terbawa udara melalui pereaksi yang sekurang-kurangnya bereaksi dengan beberapa komponen menghasilkan turunan yang tak atsiri.

c) Distilasi (penyulingan)

Penyulingan dilakukan dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga menghasilkan uap atau dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan.

Ada tiga macam cara penyulingan :

a) Hidrodestilasi (penyulingan dengan air) b) Penyulingan dengan air dan uap

c) Penyulingan langsung dengan uap (Hargono dkk, 1986)

Cara penyulingan minyak atsiri, pertama-tama adalah memasukkan bahan baku dari tanaman yang mengandung minyak ke dalam ketel pendidih atau ke dalam ketel penyulingan dan dialiri


(19)

uap. Air yang panas dan uap, akan mempengaruhi bahan tersebut sehingga di dalam ketel terdapat dua cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahan-lahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa pendingin dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya (Sinar Tani, 2008).

3) Komponen utama

Komponen utama dalam minyak atsiri daun cengkeh adalah senyawa eugenol, eugenol asetat dan caryophylene (Zulchi dan Nurul, 2006). Kadar eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh umumnya antara 80-88% (Nurdjannah, 2004).

Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol. Eugenol dapat dikelompokkan dalam keluarga alilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Berat molekul 164,20 dan titik didih 250 -255°C. Warnanya bening hingga kuning pucat, kental seperti minyak. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik (alkohol, eter dan kloroform). Eugenol memberikan bau dan aroma yang khas pada minyak cengkeh, berbau keras, dan mempunyai rasa pedas.


(20)

Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di udara terbuka (Wikipedia, 2009a; Bulan, 2004).

Struktur molekul eugenol:

Dalam bidang industri pemanfaatan eugenol masih terbatas pada industri parfum. Dalam kesehatan digunakan sebagai antiseptik dan anastesi lokal. Eugenol juga digunakan dalam memproduksi isoeugenol untuk pembuatan vanilin. Jika eugenol dikombinasikan dengan zinc oxide dapat berfungsi sebagai material semen yang digunakan oleh dokter gigi untuk menambal karies gigi sementara (Harrison, 2007). Eugenol yang terkandung dalam semen ini mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan tetapi disamping itu juga memiliki keunggulan dengan daya antibakterinya (Wahyudi, 2008).

Menurut Thompson et al (1989) eugenol mempunyai sifat neurotoksik. Eugenol dapat mempengaruhi susunan saraf yang khas dipunyai oleh serangga dan tidak terdapat pada hewan berdarah panas (Isman, 1999). Neurotoksik bekerja dalam proses penekanan terhadap sistem saraf serangga, paralisis, selanjutnya terjadi kematian, ditandai dengan tubuh yang apabila disentuh terasa lunak dan lemas (Sanjaya dan Safaria, 2006).


(21)

f. Manfaat

Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh (Nurdjannah, 2004).

Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu khas India atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat digunakan sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul, sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel darah putih (Waluyo, 2004; Plantus, 2008).

2. Anopheles aconitus a. Taksonomi

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Sub famili : Culicinae Tribus : Anophelini Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles aconitus (Gandahusada dkk., 1998).


(22)

b. Morfologi

Telur Anopheles diletakkan terpisah satu persatu pada permukaan air (Dharmawan, 1993). Bentuknya seperti perahu dengan bagian bawahnya konvek dan bagian atasnya konkaf dan mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral (Gandahusada dkk., 1998).

Larva nyamuk terdiri atas kepala, thorax dan abdomen. Kepala dihubungkan dengan thorax oleh leher membran sehingga dapat berputar 180° agar bagian mulut di ventral dapat mengarah ke permukaan air untuk mencari makan. Thorax terdiri atas 3 segmen yang menyatu, yaitu pro-, meso-, dan meta-thorax (Dharmawan, 1993). Abdomen memiliki bulu-bulu palma pada bagian lateral dan lempeng punggung (tergal plate) pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen. Pada bagian ujung posterior abdomen terdapat alat pernapasan berupa spiracle yang berbentuk bulat menyerupai cincin. Shipon pada larva anopheles pendek sekali atau mengalami rudimentair (Gandahusada dkk., 1998).

Pupa terdiri atas cephalothorax tanpa segmen dan abdomen yang memiliki banyak segmen. Pada cephalothorax terdapat corong udara (terompet), bakal mata, mulut, kaki, dan sayap. Abdomen meliputi 8 segmen dan sepasang kayuh pada ujungnya yang berguna untuk berenang (Dharmawan, 1993).


(23)

Nyamuk dewasa terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Kepala berhubungan dengan thorax melalui leher yang kecil (Dharmawan, 1993). Kepala mempunyai probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Di kiri kanan probosis terdapat palpus dan sepasang antena (Gandahusada dkk, 1998). Palpus hampir sama panjangnya dengan probosis. Pada nyamuk jantan, palpus ujungnya membesar seperti bentuk gada atau club form. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) sedangkan pada nyamuk betina berambut jarang (pilose). Sebagian besar thorax yang tampak (mesonotum), diliputi bulu halus. Posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang berbentuk melengkung (rounded). Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai 6 vena; vena ke 2, 4, dan 5 bercabang. Sayap ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Abdomen berbentuk silinder dan terdiri atas 10 ruas. Dua ruas terakhir berubah menjadi alat kelamin. Bagian posterior abdomen tidak seruncing nyamuk Aedes dan juga tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi sedikit maruncing (Gandahusada dkk, 1998; Dharmawan, 1993).

c. Siklus hidup

Nyamuk Anopheles aconitus mengalami metamorfosa sempurna atau holometabola (Haryati, 1999). Telur diletakkan dipermukaan air satu persatu atau bergerombol tetapi saling lepas


(24)

(Nurmaini, 2003). Stadium telur ini biasanya berlangsung 3 hari (Barodji dkk., 1985). Kemudian telur menetas menjadi larva. Selanjutnya larva akan tumbuh dan berkembang melalui 4 stadium (instar) yaitu: instar I (berumur ± 1 hari), instar II (berumur ± 1-2 hari), instar III (berumur ± 2 hari), instar IV (berumur ± 2-3 hari) (Hiswani, 2004).

Perpindahan stadium diikuti dengan pelepasan kutikula dan larva bertambah besar sebelum kutikula berikutnya mengeras. Proses pergantian kutikula ini diatur oleh faktor hormonal dan faktor lingkungan (suhu, periode gelap terang, ketersediaan makanan dan tingkat kepadatan). Hormon yang berperan yaitu:

1) Hormon aktivasi, dihasilkan oleh sel-sel neurosekretor pada otak yang mengatur reaktivasi tubuh setiap kali sesudah pergantian kutikula.

2) Hormon moulting, dihasilkan oleh kelenjar prothorax yang mengatur proses pergantian kutikula, pertumbuhan dan morphogenesis.

3) Hormon juvenile, dihasilkan oleh corpora allata yang mengatur pertumbuhan larva, fungsi folikel pada nyamuk dewasa dan beberapa fungsi dan struktur organ lainnya (Dharmawan, 1993). Larva-larva ini berenang-renang dan mencari makan (Gandahusada dkk, 1998; Noble, 1989). Cara makan larva adalah ’filter feeding’ yang menggunakan sikat maxilla dan palatum untuk


(25)

menangkap partikel makanan dan membawanya ke mulut. Makanan larva adalah mikroorganisme dan partikel-partikel kecil. Larva bernafas melalui spiracle, sedangkan pupa melalui terompet (Dharmawan, 1993).

Dari larva akan tumbuh menjadi pupa yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Stadium ini memerlukan waktu 1-2 hari. Setelah cukup waktunya, dari pupa akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya (Hiswani, 2004). Pupa jantan menetas lebih dahulu, nyamuk jantan ini biasanya tidak pergi jauh dari tempat perindukannya, menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi. Nyamuk betina kemudian menghisap darah yang diperlukan untuk pembentukan telur (Gandahusada dkk, 1998). Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48 jam dari saat keluarnya dari pupa (Hiswani, 2004). Nyamuk dewasa baik jantan maupun betina maksimal hidup sampai 25 hari di laboratorium (Barodji dkk, 1985).

d. Perilaku

Aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Anopheles aconitus biasanya aktif menggigit pada waktu malam hari, hampir 80% biasanya dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00-22.00 (Hiswani, 2004). Anopheles aconitus bersifat


(26)

zooantropofilik yaitu lebih menyukai darah binatang dari pada darah manusia, namun jika tidak tersedia atau tidak ada pilihan Anopheles aconitus akan mencari host lain (Depkes RI, 1983b).

Jarak terbang Anopheles aconitus biasanya 0,5-3 km, dapat dipengaruhi oleh transport dan kencangnya angin (Susilorini, 1985). Tempat perindukan Anopheles aconitus umumnya di persawahan dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan dengan tanaman rumput ditepinya (Gandahusada dkk, 1998). Nyamuk dewasa pada umumnya lebih menyukai tempat istirahat yang lembab, teduh dan aman, seperti tebing-tebing gelap atau diantara semak belukar, sering juga ditemukan hinggap di dalam rumah atau di kandang. Di dalam rumah sebagian besar hinggap di dinding pada ketinggian kurang dari satu meter (Depkes RI, 1983a).


(27)

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus.

Variabel luar terkendali: a. Stadium larva b. Kepadatan larva c. Tempat hidup d. Kualitas air e. Kesehatan larva f. Suhu

Minyak atsiri daun cengkeh

Minyak atsiri daun cengkeh dalam bentuk

emulsi

Eugenol: neurotoksik

Paralisis sistem saraf serangga Larva Anopheles aconitus

mati


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan desain penelitian post test only control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Jawa Tengah.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah larva Anopheles aconitus instar III yang diperoleh dari Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Jawa Tengah.

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan cara simple random sampling.

E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas


(29)

2. Variabel terikat

Jumlah kematian larva Anopheles aconitus. 3. Variable luar terkendali

a. Stadium larva b. Kualitas air c. Tempat hidup d. Kepadatan larva e. Kesehatan larva. f. Suhu

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh (berskala rasio).

Pada penelitian ini dipakai minyak atsiri daun cengkeh yang diperoleh dari petani minyak di daerah Watu Agung, Kecamatan Tambak, Banyumas yang dibuat melalui peoses penyulingan dengan air (hidrodestilasi). Minyak ini kemudian dibuat dalam bentuk emulsi supaya larut dalam media (air) menggunakan emulgator Tween 80 (Mayangsari, 2009). Kadar emulgator Tween 80 yang dipakai yaitu 10%. Konsentrasi minyak atsiri yang dipakai dalam penelitian ditentukan berdasarkan uji pendahuluan. Konsentrasi minyak atsiri yang dipakai dalam uji pendahuluan adalah 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm, dan 120 ppm.


(30)

2. Variabel terikat

Jumlah kematian larva Anopheles aconitus adalah banyaknya larva Anopheles aconitus yang telah mati (berskala rasio).

Larva dianggap mati apabila tidak ada tanda-tanda kehidupan, misalnya: a. Larva diberi gerakan rangsangan air tidak ada respon gerakan b. Larva disentuh dengan lidi tidak ada respon gerakan.

Larva dianggap hidup apabila; a. Larva aktif bergerak.

b. Larva diberi rangsangan gerakan air ada respon gerakan c. Larva disentuh dengan lidi ada respon gerakan.

Larva Anopheles aconitus instar III diperoleh di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

3. Variabel luar terkendali a. Stadium larva

Adalah umur larva sejak telur menetas. Pada percobaan ini dipakai instar III yaitu larva umur 6-7 hari.

b. Kualitas air

Dikendalikan dengan mengambil air dari tempat dan waktu yang sama. c. Tempat hidup


(31)

d. Kepadatan larva

Dikendalikan dengan menyamakan jumlah larva dalam satuan volume air tiap kelompok uji.

e. Kesehatan larva

Dikendalikan dengan memperbanyak jumlah larva dalam populasi. f. Suhu


(32)

G. Desain Penelitian 1. Uji Pendahuluan

Uji Analisis Probit ∑ Larva hidup Kelompok I (kontrol) Air sumur + emulgator Kelompok II Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 20 ppm Kelompok III Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 40 ppm Kelompok IV Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 60 ppm Kelompok V Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 80 ppm Kelompok VI Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 100 ppm

25 larva Anopheles aconitus

Kelompok VII Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 120 ppm 24 Jam ∑ Larva mati


(33)

2. Penelitian

Uji Analisis Probit ∑ Larva hidup Kelompok I (kontrol) Air sumur + emulgator Kelompok II Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh A ppm Kelompok III Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh B ppm Kelompok IV Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh C ppm Kelompok V Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh D ppm

25 larva Anopheles aconitus

24 Jam

∑ Larva

mati

Uji Kruskal Wallis


(34)

H. Alat dan Bahan 1. Alat penelitian

Wadah plastik ukuran 250 ml Gelas ukur 100 ml

Labu ukur 100 ml Pipet ukur 10 ml Vortex

Mikropipet

Mikrotube 1000 µL Lidi

Alat penghitung (counter) 2. Bahan penelitian

Minyak atsiri daun cengkeh Emulgator Tween 80 Larva Anopheles aconitus Air sumur

I. Cara Kerja

1. Pembuatan emulsi minyak atsiri daun cengkeh 0,1%

a. 100 µL minyak atsiri daun cengkeh diambil menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan kedalam mikrotube 1000 µL.

b. Tambahkan 10 µL emulgator Tween 80 kedalam mikrotube 1000 µL yang berisi minyak atsiri daun cengkeh. Campur dengan menggunakan


(35)

vortex sampai minyak atsiri daun cengkeh dan emulgator Tween 80 tercampur.

c. Masukkan campuran minyak atsiri daun cengkeh dan emulgator Tween 80 kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan air sumur sampai volume 100 ml kemudian digojok.

2. Tahap Uji Pendahuluan

a. Minyak atsiri daun cengkeh dalam bentuk emulsi 0,1% diambil dengan pipet ukur lalu dimasukkan kedalam gelas ukur. Volume emulsi minyak atsiri yang diambil dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:

M1 : Konsentrasi mula-mula V1 : Volume larutan mula-mula M2 : Konsentrasi sesudah diencerkan V2 : Volume sesudah diencerkan

Konsentrasi minyak atsiri yang akan dipakai adalah 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, dan 120 ppm. Jadi volume emulsi minyak atsiri 0,1% yang diambil adalah 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml dan 12 ml.

b. Air sumur ditambahkan ke dalam gelas ukur hingga volume 80 ml, kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah plastik bervolume 250 ml.


(36)

c. Mengambil 10 µL emulgator Tween 80 dengan mikropipet, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan air hingga volume 80 ml sebagai kontrol.

d. Pada masing-masing wadah plastik bervolume 250 ml dimasukkan 25 ekor larva Anopheles aconitus instar III , termasuk kontrol, kemudian tambahkan air sumur sampai volume 100 ml.

e. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan tanpa diberi makan.

3. Tahap Penelitian

a. Minyak atsiri daun cengkeh dalam bentuk emulsi 0,1% diambil dengan pipet ukur lalu dimasukkan kedalam gelas ukur.

Konsentrasi minyak atsiri yang akan dipakai berdasarkan uji pendahuluan adalah 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm.

b. Air sumur ditambahkan ke dalam gelas ukur hingga volume 80 ml, kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah plastik bervolume 250 ml.

c. Mengambil 10 µL emulgator Tween 80 dengan mikropipet, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan air hingga volume 80 ml sebagai kontrol.

d. Pada masing-masing wadah plastik bervolume 250 ml dimasukkan 25 ekor larva Anopheles aconitus instar III , termasuk kontrol, kemudian tambahkan air sumur hingga volume 100 ml.


(37)

e. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan, tanpa diberi makan.

f. Banyaknya ulangan dalam eksperimen dihitung dengan rumus: (Hanifah, 1993).

t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan (5 –1) (r –1) ≥ 15 4(r-1) ≥ 15 4r-4 ≥ 15 4r ≥ 19 r ≥ 4,75

Sesuai rumus didapatkan banyaknya ulangan adalah 5 kali ulangan.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan:

1. Uji Kruskal Wallis

Uji ini digunakan untuk membandingkan rata-rata lebih dari dua kelompok dan untuk menguji apakah kelima kelompok perlakuan memiliki rata-rata jumlah kematian larva yang berbeda signifikan atau tidak.


(38)

Hipotesis:

H0 : Kelima rata-rata kelompok adalah sama H1 : Kelima rata-rata kelompok adalah tidak sama Pengambilan keputusan :

Jika Statistik Hitung > Statistik Tabel, maka H0 ditolak. Jika Statistik Hitung < Statistik Tabel, maka H0 diterima. Berdasarkan Probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

2. Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan rerata jumlah kematian antar kelompok perlakuan.

Hipotesis :

H0 : Perbedaan rerata jumlah kematian antara kelompok yang dibandingkan tidak signifikan

H1 : Perbedaan rerata jumlah kematian antara kelompok yang dibandingkan signifikan

Pengambilan keputusan :

Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima


(39)

3. Analisis Probit

Untuk mengetahui daya bunuh minyak atsiri daun cengkeh terhadap larva Anopheles aconitus yang dinyatakan dengan LC (Lethal Concentration) yaitu LC50 (Lethal Concentration 50%) dan LC99 (Lethal Concentration 99%).


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan

Setelah dilaksanakan uji pendahuluan pada tanggal 28-29 September 2009 di Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Jawa Tengah., diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 1: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji dengan

minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai konsentrasi pada uji pendahuluan.

Kelompok Jumlah kematian larva

I. Kontrol 0

II. 20 ppm 6

III. 40 ppm 3

IV. 60 ppm 5

V. 80 ppm 14

VI. 100 ppm 18

VII. 120 ppm 22

Dari hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dakan tabel 1, setelah dianalisis Probit (lampiran 1) didapatkan hasil LC50 = 76,94 ppm dan LC99 = 174,346 ppm.

2. Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 3-4 Oktober 2009 di Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Jawa Tengah, diperoleh hasil sebagai berikut:


(41)

Tabel 2: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai konsentrasi selama 24 jam.

Jumlah kematian larva Kelompok

1 2 3 4 5

Jumlah Rerata

I. Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 (0%)

II. 50 ppm 6 6 4 9 7 32 6.4 (25.6%)

III. 100 ppm 18 19 14 18 19 88 17.6 (70.4%) IV. 150 ppm 25 23 23 23 25 119 23.8 (95.2%) V. 200 ppm 25 25 25 25 25 125 25 (100%)

Persentase kematian larva Anopheles aconitus pada berbagai konsentrasi Minyak atsiri daun cengkeh dapat dilihat pada grafik berikut.

0 20 40 60 80 100 120

kontrol 50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

konsentrasi minyak atsiri

p e rs e n ta s e k e m a ti a n

Grafik 1: Grafik jumlah kematian larva Anopheles aconitus pada berbagai konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh


(42)

B. Analisis Data

1. Uji Kruskal Wallis

Dari hasil percobaan pada tabel 2, setelah dilakukan uji Kruskal Wallis dengan program SPSS 16.0 for Windows pada taraf kepercayaan

(α) 0,05 didapatkan statistik hitung (23,075) dan p (probabilitas ) = 0.000.

Dengan melihat tabel Chi-square untuk df (derajat kebebasan) = 4 dan

tingkat signifikansi (α) = 5 %, maka didapatkan statistik tabel = 9,487.

Sehingga statistik hitung > statistik tabel dan p < 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat perbedaan jumlah kematian larva yang signifikan diantara kelompok uji.

2. Uji Mann-Whitney

Hasil pengujian data dengan uji Mann-Whitney menggunakan SPSS 16.0 for Windows, didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antara masing-masing pasangan kelompok (p = 0,003, p = 0,005, p = 0,008 ; p < 0,05), kecuali antara kelompok IV dan kelompok V (p = 0.05) tidak signifikan. Berarti kelompok IV dan kelompok V memiliki pengaruh yang sama terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus. Hasil uji Mann-Whitney selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Analisis Probit

Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program SPSS 16.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk


(43)

mendapatkan nilai LC50 dan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva Anopheles aconitus sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 54,145 ppm dengan interval antara 41,910 ppm dan 87,019 ppm. Sedangkan kematian larva sebesar 99% (LC99) didapatkan pada konsentrasi 129,052 ppm dengan interval antara 93,273 ppm dan 227,491 ppm. Hasil analisiis Probit selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.


(44)

BAB V PEMBAHASAN

Pada uji pendahuluan didapatkan LC50 pada konsentrasi 76,94 ppm dengan interval antara 57,769 ppm dan 102,972 ppm, sedangkan LC99 pada konsentrasi 174,346 dengan interval antara 134,571 ppm dan 298,008 ppm. Karena tidak dilakukan ulangan pada uji pendahuluan maka hasilnya digunakan sebagai dasar penetapan konsentrasi pada penelitian, maka konsentrasi minyak atsiri yang digunakan dalam penelitian yaitu 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa minyak atsiri daun cengkeh mempunyai pengaruh terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus.. Hasil analisis menunjukkan bahwa antar kelompok konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh mempunyai efek larvasida yang berbeda (p = 0.000). Secara garis besar, kenaikan konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh juga diikuti kenaikan jumlah kematian larva sampai tingkat konsentrasi tertentu seperti yang dapat dilihat pada grafik 1.

Dari analisis Probit, didapatkan hasil estimasi besar LC50 adalah pada konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 54,145 ppm dengan interval antara 41,910 ppm dan 87,019 ppm. Bila dikonversikan kedalam satuan persen senilai 0,0054145 %. Pada penelitian lain yang menggunakan kandungan eugenol pada minyak atsiri serai wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap kematian larva Anopheles aconitus didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,0097104 % dan


(45)

pada ekstrak selasih (Ocimum basilicum) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 2,75 % (Cahyati, 2005; Fatimah, 1997). Pada penelitian lain dengan menggunakan ekstrak daun kecubung (Datura mentel) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 6,626 %, ekstrak buah tomat (Solanum lycopersicum L.) LC50 pada konsentrasi 1,271 % , dan ekstrak daun pandan wangi LC50 pada konsentrasi 0,231 % (Supriyanti, 2004; Nugroho, 2004; Hastuti, 2008).

Pemakaian istilah Lethal Concentration (LC) lebih dipilih daripada istilah Lethal Dose (LD) karena pada penelitian ini sulit untuk menentukan dosis (jumlah minyak atsiri daun cengkeh yang masuk ke dalam tubuh serangga) sehingga lebih dipilih istilah Lethal Concentration yang secara lebih tepat menggambarkan konsentrasi minyak atsiri pada media percobaan (Matsumura, 1975). Semakin rendah nilai LC50 suatu zat berarti zat tersebut mempunyai aktivitas yang lebih tinggi dalam membunuh hewan coba, karena dengan zat tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan coba dalam waktu yang lama (Chang, 2004). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromatisum L.) dengan LC50 54,145 ppm mempunyai aktivitas larvasida yang lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri serai wangi, ekstrak selasih, ekstrak daun kecubung , ekstrak buah tomat, dan ekstrak daun pandan wangi.

Sedangkan estimasi besar LC99 minyak atsiri daun cengkeh terhadap larva Anopheles aconitus didapatkan pada konsentrasi 129,052 ppm dengan interval antara 93,273 ppm dan 227,491 ppm. Estimasi konsentrasi insektisida yang diperlukan untuk mendapatkan probabilitas 0,99 untuk membunuh seekor


(46)

serangga (LC99) sangat penting karena penggunaan dosis yang lebih besar dari pada nilai estimasi ini dapat berbahaya bagi lingkungan, kehidupan binatang lain, dan kehidupan manusia. Sedangkan menggunakan dosis yang lebih kecil juga menyebabkan tidak tercapainya target dan mungkin akan berakibat adanya resistensi terhadap insektisida tersebut (Payton et al., 2003).


(47)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC50 pada konsentrasi 54,145 ppm dan LC99 pada konsentrasi 129,052 ppm.

B. Saran

Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti sarankan sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh yang diproduksi oleh petani minyak.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi minyak atsiri daun cengkeh sebagai larvasida didalam masyarakat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Barodji T., Haryanto B., Widiarti, Pradhon D.G., Shaw F.R. 1985. ”Life Cycle Studi of Malaria Vector Anopheles aconitus Donitz in the Laboratory”. Buletin Penelitian Kesehatan. 13 (1) : 1-17.

Boesri H., Boewono D.T., Widyastuti U., Sutjipto. 2006. Penentuan Vektor Malaria dan Pengendaliannya di Daerah Sekitar Candi Borobudur Kabupaten Megelang Jawa Tengah. Profesi Medika, 6: 65-74.

Boewono D.T., Nalim S. 1991. Morphological Characteristics of Anopheles aconitus Donittz from Different geographical Areas in Central Java. http://www.litbang.depkes.go.id/Publikasi_BPPK/Buletin_BPPK/BUL91 A.HTM#b. (14 Maret 2009).

Bulan R. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. http://www.google.co.id/search?hl=id&q=reaksi+asetilasi+eugenol+dan+o ksidasi+metil+eugenol&meta=&aq=f&oq. (11 April 2009).

Cahyati A.I. 2005. Perbedaan Efektivitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona aquamosa Linn.) dan Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap

Kematian Larva Anopheles aconitus.

http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&v iew=article&id=311:perbedaan-efektivitas-ekstrak-biji-srikaya-annona- aquamosa-linn-dan-minyak-atsiri-serai-wangi-cymbopogon-nardus-1- terhadap-kematian-larva-anopheles-aconitus&catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. (15 Januari 2010).

Cavalcanti E.S.B., de Morais S.M., Lima A.M.A., Santana E.W.P. 2004. Larvacidal Activity of Essential Oil from Brazilian Plants agains Aedes aegypti L. http://www.scielo.br/pdf/mioc/v99n5a15.pdf (20 Maret 2009). Chang Peter Shang-Tzen. 2004. Cinnamon Oil May Be an Environmentally

Friendly Pesticide, With the Ability to Kill Mosquito Larvae. http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404.(22 Oktober 2009) Depkes RI. 1983a. Malaria Pemberantasan. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular, p: 12.

Depkes RI. 1983b. Malaria Entomologi. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, p: 6.

Dharmawan R. 1993. Metode Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk Anopheles. Surakarta: Sebelas Maret University Press, pp: 43-53.


(49)

Fatimah S. 1997. Studi Laboratorium Uji Kepekaan Larva Anopheles aconitus terhadap Ekstrak Daun Selasih (Ocimum basilicum). http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=881. (15 Januari 2010).

Gandahusada S., Ilahude H.D., Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp: 220-231.

Global Healt Reporting. 2008. Kasus Malaria di Indonesia Meningkat menjadi

Hampir Tiga Juta pada 2007.

http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0632. (17 Januari 2010). Hanifah K.A. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali

Press, p: 35.

Hargono D., Farouq, Sutarno S. & Ratih T (eds). 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI., pp: 562-572.

Harrison K. 2007. Eugenol:cloves.

http://www.3dchem.com/molecules.asp?ID=333. (3 Maret 2009)

Haryati S. 1999. Serangga-serangga yang Penting Bagi Kesehatan. Surakarta: UNS Press, pp: 9-13.

Hastuti H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) terhadap Larva Anopheles aconitus. Skripsi.

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf. (7 Maret 2009). Isman M. 1999. UBC Researcher Helps Develop Environmentaly Safe Pesticide.

http://www.publificaffairs.ubc.ca/media/releases/1999/mr-99-61.html. (12 Maret 2009).

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro Media Pustaka, pp: 2-5, 22-23, 28-29.

Kardinan, A. 2007. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro Media Pustaka, pp: 22-23.

Lok. 2007. 46,9 Persen Penduduk Beresiko Tertular Malaria. http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/malaria260407.htm. (17 Januari 2010).


(50)

Mardiana, Yusniar, Nunik A., Aminah S., Yunanto. 2005. Fauna dan Tempat Perkembangan Potensial Nyamuk Anopheles Sp. di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 15(2) : 39-43.

Matsumura F. 1975. Toxicology of Insecticides. Plenum Press. New York. pp: 17-22.

Mayangsari N.E. 2009. Emulsi Untuk Memperoleh Suatu Preparat yang Stabil dan Rata dari Campuran Dua Cairan yang Saling Tidak Bercampur (Bercampur Sebagian) pada Pembuatan Obat Minum. http://darsono-sigit.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/nanda-elok-mayangsari.pdf (5 Februari 2010).

Noble E.A. 1989. Biologi Parasit Hewan. (terj), ed. Noerhajati soeripto, Yogyakarta: Gadjah Madha University Press, pp: 744-749.

Nugroho H.B. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap Jumlah Kematian Larva Anopheles aconitus. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&v iew=article&id=304:pengaruh-pemberian-ekstrak-buah-tomat-solanum-lycopersicum-l-terhadap-jumlah-kematian-larva-anopheles- anonitus & catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. (17 Januari 2010).

Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi penggunaan Cengkeh. http://www.google.co.id/search?hl=id&q=divertifikasi+penggunaan+ceng keh&meta. (11 April 2009).

Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles aconitus Secara Sederhana. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-nurmaini1.pdf. (7 Maret 2009).

Payton M.E., Greenstone M., Schenker N. 2003. Overlapping Confidence Intervals or Standard Error Intervals: What Do They Mean In Terms of Statistical Significance. Journal of Insect Science, 3: 34.

Plantus. 2008. Syzygium aromaticum (Linn.) Merr. & Perr.-Cengkeh. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/07/30/syzygium-aromaticum-linn-merr-perr-cengkeh. (11 April 2009).

Ristiyanto, Farida D.H., Wahyuni S., Gambiro, Sucipto. 2007. Survei Dinamika Penularan Malaria di Desa Banjaretno Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 17(2):8-19.


(51)

Sanjaya Y., Safaria T. 2006. Toksisitas Racun Laba – laba Nephila sp. pada

Larva Aedes aegypti L.

http://www.unsjournal.com/D?D0702/D70221.pdf.(11 April 2009). Sinar Tani. 2008. Penyulingan Minyak Atsiri.

http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/penyulingan-minyak-atsiri-1229308546.htm (5 Februari 2010).

Supriyanti N. 2004. Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Kecubung (Datura mentel) terhadap Larva Anopheles aconitus.

http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&v iew=article&id=306:uji-daya-bunuh-ekstrak-daun-kecubung-datura-metel-terhadap-larva-anopheles-aconitus&catid=37:skripsi kedokteran & Itemid=58. (17 Januari 2010).

Susilorini T. 1985. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengerat. Banjarbaru: Akademi Penilik Kesehatan.

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-grey-2003-dewi-1628-pandan&q=aedes. (20 Maret 2009).

Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisus, pp: 22-24.

Thompson D., Norbeck K., Olsson L.I., Teodosius D.C., Zee J.V., Mold P. 1989.

Peroxidase-catalyzed Oxidation of Eugenol: Formation of a Cytotoxic Metabolite. www.jbc.org. (20 Maret 2009).

Wahyudi T. 2008. Biokompatibilitas Semen Zinc Oxide Eugenol. USU Library. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=c om_journal_review&id=4649&task=view. (12 Maret 2009)

Waluyo S., 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran. Jakarta: Elex Media, pp: 51-52.

Wikipedia. 2009a. Eugenol. http://en.wikipedia.org/wiki/Eugenol. (1 Mei 2009). Wikipedia. 2009b. Minyak Atsiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_atsiri.

(1 Mei 2009).

Zulchi T.P.H., Nurul A.R. 2006. Pengaruh Berbagai Organ Tanaman Dan Lama Penyulingan Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Minyak Atsiri Cengkeh

(Caryophillus aromaticus).

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-res-2002-try-5372-atsiri&q=Minyak. (1 Mei 2009).


(1)

serangga (LC99) sangat penting karena penggunaan dosis yang lebih besar dari pada nilai estimasi ini dapat berbahaya bagi lingkungan, kehidupan binatang lain, dan kehidupan manusia. Sedangkan menggunakan dosis yang lebih kecil juga menyebabkan tidak tercapainya target dan mungkin akan berakibat adanya resistensi terhadap insektisida tersebut (Payton et al., 2003).


(2)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC50 pada konsentrasi 54,145 ppm dan LC99 pada konsentrasi 129,052 ppm.

B. Saran

Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti sarankan sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh yang diproduksi oleh petani minyak.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi minyak atsiri daun cengkeh sebagai larvasida didalam masyarakat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Barodji T., Haryanto B., Widiarti, Pradhon D.G., Shaw F.R. 1985. ”Life Cycle Studi of Malaria Vector Anopheles aconitus Donitz in the Laboratory”. Buletin Penelitian Kesehatan. 13 (1) : 1-17.

Boesri H., Boewono D.T., Widyastuti U., Sutjipto. 2006. Penentuan Vektor Malaria dan Pengendaliannya di Daerah Sekitar Candi Borobudur Kabupaten Megelang Jawa Tengah. Profesi Medika, 6: 65-74.

Boewono D.T., Nalim S. 1991. Morphological Characteristics of Anopheles aconitus Donittz from Different geographical Areas in Central Java. http://www.litbang.depkes.go.id/Publikasi_BPPK/Buletin_BPPK/BUL91 A.HTM#b. (14 Maret 2009).

Bulan R. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. http://www.google.co.id/search?hl=id&q=reaksi+asetilasi+eugenol+dan+o ksidasi+metil+eugenol&meta=&aq=f&oq. (11 April 2009).

Cahyati A.I. 2005. Perbedaan Efektivitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona aquamosa Linn.) dan Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap Kematian Larva Anopheles aconitus. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&v iew=article&id=311:perbedaan-efektivitas-ekstrak-biji-srikaya-annona- aquamosa-linn-dan-minyak-atsiri-serai-wangi-cymbopogon-nardus-1- terhadap-kematian-larva-anopheles-aconitus&catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. (15 Januari 2010).

Cavalcanti E.S.B., de Morais S.M., Lima A.M.A., Santana E.W.P. 2004. Larvacidal Activity of Essential Oil from Brazilian Plants agains Aedes aegypti L. http://www.scielo.br/pdf/mioc/v99n5a15.pdf (20 Maret 2009). Chang Peter Shang-Tzen. 2004. Cinnamon Oil May Be an Environmentally

Friendly Pesticide, With the Ability to Kill Mosquito Larvae. http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404.(22 Oktober 2009) Depkes RI. 1983a. Malaria Pemberantasan. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular, p: 12.

Depkes RI. 1983b. Malaria Entomologi. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, p: 6.

Dharmawan R. 1993. Metode Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk Anopheles. Surakarta: Sebelas Maret University Press, pp: 43-53.


(4)

Fatimah S. 1997. Studi Laboratorium Uji Kepekaan Larva Anopheles aconitus terhadap Ekstrak Daun Selasih (Ocimum basilicum). http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=881. (15 Januari 2010).

Gandahusada S., Ilahude H.D., Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp: 220-231.

Global Healt Reporting. 2008. Kasus Malaria di Indonesia Meningkat menjadi

Hampir Tiga Juta pada 2007.

http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0632. (17 Januari 2010). Hanifah K.A. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali

Press, p: 35.

Hargono D., Farouq, Sutarno S. & Ratih T (eds). 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI., pp: 562-572.

Harrison K. 2007. Eugenol:cloves.

http://www.3dchem.com/molecules.asp?ID=333. (3 Maret 2009)

Haryati S. 1999. Serangga-serangga yang Penting Bagi Kesehatan. Surakarta: UNS Press, pp: 9-13.

Hastuti H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) terhadap Larva Anopheles aconitus. Skripsi.

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf. (7 Maret 2009). Isman M. 1999. UBC Researcher Helps Develop Environmentaly Safe Pesticide.

http://www.publificaffairs.ubc.ca/media/releases/1999/mr-99-61.html. (12 Maret 2009).

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro Media Pustaka, pp: 2-5, 22-23, 28-29.

Kardinan, A. 2007. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro Media Pustaka, pp: 22-23.

Lok. 2007. 46,9 Persen Penduduk Beresiko Tertular Malaria. http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/malaria260407.htm. (17 Januari 2010).


(5)

Mardiana, Yusniar, Nunik A., Aminah S., Yunanto. 2005. Fauna dan Tempat Perkembangan Potensial Nyamuk Anopheles Sp. di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 15(2) : 39-43.

Matsumura F. 1975. Toxicology of Insecticides. Plenum Press. New York. pp: 17-22.

Mayangsari N.E. 2009. Emulsi Untuk Memperoleh Suatu Preparat yang Stabil dan Rata dari Campuran Dua Cairan yang Saling Tidak Bercampur (Bercampur Sebagian) pada Pembuatan Obat Minum. http://darsono-sigit.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/nanda-elok-mayangsari.pdf (5 Februari 2010).

Noble E.A. 1989. Biologi Parasit Hewan. (terj), ed. Noerhajati soeripto, Yogyakarta: Gadjah Madha University Press, pp: 744-749.

Nugroho H.B. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap Jumlah Kematian Larva Anopheles aconitus. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&v iew=article&id=304:pengaruh-pemberian-ekstrak-buah-tomat-solanum-lycopersicum-l-terhadap-jumlah-kematian-larva-anopheles- anonitus & catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. (17 Januari 2010).

Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi penggunaan Cengkeh. http://www.google.co.id/search?hl=id&q=divertifikasi+penggunaan+ceng keh&meta. (11 April 2009).

Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles aconitus Secara Sederhana. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-nurmaini1.pdf. (7 Maret 2009).

Payton M.E., Greenstone M., Schenker N. 2003. Overlapping Confidence Intervals or Standard Error Intervals: What Do They Mean In Terms of Statistical Significance. Journal of Insect Science, 3: 34.

Plantus. 2008. Syzygium aromaticum (Linn.) Merr. & Perr.-Cengkeh. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/07/30/syzygium-aromaticum-linn-merr-perr-cengkeh. (11 April 2009).

Ristiyanto, Farida D.H., Wahyuni S., Gambiro, Sucipto. 2007. Survei Dinamika Penularan Malaria di Desa Banjaretno Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 17(2):8-19.


(6)

Sanjaya Y., Safaria T. 2006. Toksisitas Racun Laba – laba Nephila sp. pada

Larva Aedes aegypti L.

http://www.unsjournal.com/D?D0702/D70221.pdf.(11 April 2009). Sinar Tani. 2008. Penyulingan Minyak Atsiri.

http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/penyulingan-minyak-atsiri-1229308546.htm (5 Februari 2010).

Supriyanti N. 2004. Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Kecubung (Datura mentel) terhadap Larva Anopheles aconitus.

http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&v iew=article&id=306:uji-daya-bunuh-ekstrak-daun-kecubung-datura-metel-terhadap-larva-anopheles-aconitus&catid=37:skripsi kedokteran & Itemid=58. (17 Januari 2010).

Susilorini T. 1985. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengerat. Banjarbaru: Akademi Penilik Kesehatan.

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-grey-2003-dewi-1628-pandan&q=aedes. (20 Maret 2009).

Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisus, pp: 22-24.

Thompson D., Norbeck K., Olsson L.I., Teodosius D.C., Zee J.V., Mold P. 1989.

Peroxidase-catalyzed Oxidation of Eugenol: Formation of a Cytotoxic Metabolite. www.jbc.org. (20 Maret 2009).

Wahyudi T. 2008. Biokompatibilitas Semen Zinc Oxide Eugenol. USU Library. http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=c om_journal_review&id=4649&task=view. (12 Maret 2009)

Waluyo S., 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran. Jakarta: Elex Media, pp: 51-52.

Wikipedia. 2009a. Eugenol. http://en.wikipedia.org/wiki/Eugenol. (1 Mei 2009). Wikipedia. 2009b. Minyak Atsiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_atsiri.

(1 Mei 2009).

Zulchi T.P.H., Nurul A.R. 2006. Pengaruh Berbagai Organ Tanaman Dan Lama Penyulingan Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Minyak Atsiri Cengkeh

(Caryophillus aromaticus).

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-res-2002-try-5372-atsiri&q=Minyak. (1 Mei 2009).