Konservasi Keanekaragaman Hayati Pertanian Pada Lanskap Pekarangan Untuk Mendukung Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga

SRATEGI PENINGKATAN JUMLAH DEBITUR BERBASIS
ANALISIS PENILAIAN RASIO KECUKUPAN MODAL PADA
LKMS KOPERASI SEJAHTERA BANGSAKU

ADE RACHMAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Srategi Penambahan
Jumlah Debitur Berbasis Analisis Penilaian Rasio Kecukupan Modal
pada
LKMS Koperasi Sejahtera Bangsaku adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014

Ade Rachmawan
NIM H251100314

RINGKASAN
ADE RACHMAWAN. Srategi Peningkatan Jumlah Debitur Berbasis Analisis
Penilaian Rasio Kecukupan Modal pada LKMS Koperasi Sejahtera Bangsaku.
Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO dan Tb. NUR AHMAD
MAULANA
Peranan kredit mikro dalam pengentasan kemiskinan sangat penting. Di
Indonesia, kredit mikro disalurkan melalui unit mikro Bank Umum/Bank Umum
Syariah, BPR/BPRS , Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro. Jangkauan
layanan kredit mikro kepada masyarakat miskin dan pengusaha mikro masih
rendah. Persepsi akan tingginya resiko kredit dari kredit mikro terutama pinjaman
kepada orang miskin dan kurangnya rasio kecukupan modal (CAR) dari
Koperasi/BPR/LKM menjadi hambatan intermediasi lembaga keuangan penyalur

kredit mikro kepada orang miskin/pengusaha mikro atau lembaga keuangan yang
akan bekerjasama dengan Koperasi/BPR/LKM untuk penyaluran kredit mikro.
Standardized Model Approach masih menjadi dasar penghitungan CAR di
Koperasi dan BPRS. Metode ini memberi bobot risiko 100% untuk kredit dalam
penghitungan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Metode CreditRisk+
adalah metode menghitung risiko kredit dengan pendekatan credit default yang
menggambarkan informasi jumlah dan batas waktu eksposur dan pengukuran
risiko kredit sistematis dari debitur. Dengan mengunakan metode ini, risiko
kredit dihitung sebagai rasio estimasi maksimum kredit macet terhadap saldo
kredit. Untuk Koperasi/BPRS/LKM dengan kinerja NPF yang bagus, nilai
ATMR menjadi lebih kecil sehingga CAR menjadi lebih besar dibandingkan
hasil perhitungan pendekatan standar. Akibatnya jangkauan layanan LKM akan
bertambah besar karena
investor koperasi/BPRS/LKM tidak akan ragu
bekerjasama dalam penyaluran kredit mikro kepada masyarakat miskin dan
pengusaha mikro.
Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah 1). Menganalisis penerapan Metode
CreditRisk+ dalam mengukur risiko pembiayaan mikro pada LKM Koperasi
Sejahtera Bangsaku. 2). Menganalisis strategi bagi koperasi Sejahtera Bangsaku

untuk meningkatkan layanan pembiayaan mikro berdasarkan hasil penerapan
metode CreditRisk+ dalam pengukuran MCR.

Kata kunci : CAR, jangkauan layanan, LKM

SUMMARY
ADE RACHMAWAN. Strategy of Increasing The Number of Borrowers based
on Valuation CAR Analysis at MFIs Koperasi Sejahtera Bangsaku under
supervision of ABDUL KOHAR IRWANTO
and Tb. NUR AHMAD
MAULANA.
The role of micro credit in poverty alleviation is very important. In
Indonesia, the program is performed by the Commercial Bank or Islamic Banks
of micro units, cooperative, rural bank or rural Islamic bank, and MFIs. Outreach
of microfinance services to the poor and micro enterprises in Indonesia is still
low. Perception of high risk especially loans to the poor/micro enterprises and
lack of capital adequacy ratio (CAR) of rural Islamic bank/cooperative become
obstacles for Financial institutions microlenders intermediation to the poor/micro
enterprises or to financial institutions that will collaborate with MFIs in micro
lending.Standardized model approach is the basis for calculating CAR for

financial institutions microlenders in Indonesia. This method gives a risk
weighting of 100% in the assessment of credit risk as a component of Risk
Weighted Assets (RWA). CreditRisk+ is a method of measuring credit risk
models based on credit default approach that describes the amount and time limit
information exposure and measurement of systematic credit risk of the borrower.
By using this method, the credit risk is calculated as the ratio of the maximum
estimate of bad debts to the credit balance. For MFIs with good performance of
the NPF, then the value of RWA will be smaller, so the CAR is much bigger.
With this result, outreach MFI services will increase as investors would not
hesitate to cooperate in the delivery of microfinance to poor communities/micro
enterprises.
Referring to the formulation of the problem as described above, the purpose
of this study is ; 1). Analyze financial risks measurements using CreditRisk+ in
MFI Cooperative Sejahtera Bangsaku. 2). Analyze strategies for Cooperative
Sejahtera Bangsaku to increase microfinance services based on measurements of
CAR by applying the method CreditRisk_
Keywords : creditRisk+, CAR, MFIs, outreach

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SRATEGI PENINGKATAN JUMLAH DEBITUR BERBASIS
ANALISIS PENILAIAN RASIO KECUKUPAN MODAL PADA
LKMS KOPERASI SEJAHTERA BANGSAKU

ADE RACHMAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Mayor Ilmu Manajemen


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian : Dr Ir Abdul Basith, MS

Judul

Nama
NIM

: Srategi Peningkatan Jumlah Debitur Berbasis Analisis Penilaian
Rasio Kecukupan Modal
pada LKMS Koperasi Sejahtera
Bangsaku
: Ade Rachmawan
: H251100314


Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Ketua

Ir Tb Nur Ahmad Maulana, MBA MSc PhD
Anggota

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi
Ilmu Manajemen

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 30 September 2014


Tanggal Lulus :

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Srategi Peningkatan Jumlah Debitur Berbasis
Analisis Rasio Kecukupan Modal pada LKMS Koperasi Sejahtera
Bangsaku”.
Penulis sangat berterima kasih atas bantuan berbagai pihak dalam
penyusunan tesis ini. Ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan, bimbingan, pengarahan, perhatian, dukungan dan kesabaran yang telah
diberikan oleh komisi pembimbing, yaitu Bapak Dr.Ir. Abdul Kohar, MSc dan
Bapak Ir Tubagus Nur Ahmad Maulana, MSc, MBA, PhD. Selain itu juga kepada
dosen penguji sidang Tesis yaitu Bapak Dr.Ir.Abdul BAsith, MS dan Bapak
Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku Ketua Departemen Ilmu Manajemen yang
telah banyak memberi saran dan masukan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penghargaan penulis sampaikan kepada Koperasi Sejahtera Bangsaku,
pengurus dan manajemen yaitu Bapak Dr Muhammad Yazid, MS, Saudara

Asadullah, Aziz M Abduh dan Muhammad Khafidzin yang telah memberikan ijin
penelitian, mendukung dan membantu selama pengumpulan data dan penelitian.
Penghargaan juga penulis sampaikan kepada orang-orang yang selama ini
membantu penyelesaian studi, yaitu Asep Rakhmat dan Roni Jaya Winangun.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istriku tercinta Agriani
Pancawati, anak-anakku terkasih yaitu Muhammad Ghozi Ataya, Fathir
Muhammad Taqi dan Muhammad Salman Khalid. Terima kasih juga penulis
haturkan kepada orang tua Ayahanda Endang Dunianto dan Ibunda Nani
Supriatin, serta tak lupa untuk mertua dan adik-adik tercinta atas doa, dukungan
dan kasih sayang selama penulis menyelesaikan studi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

Ade Rachmawan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


Halaman
xi

DAFTARGAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

DAFTAR ISTILAH

xii

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
3
3
4

2. TINJAUAN PUSTAKA
Keuangan Mikro
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Keuangan Mikro dan LKM di Indonesia
Kredit
Risiko
Analisis Lingkungan Perusahaan
Alternatif Strategi
Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

5
5
6
6
6
8
13
16
17

3. METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data

18
18
18
19

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Pembiayaan
Penghitungan Risiko Pembiayaan dengan Metode CreditRisk+
Analisis Internal dan Eksternal Koperasi Sejahtera Bangsaku
Implikasi Managerial

27
27
30
37
46

5. SIMPULAN DAN SARAN

48

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

53

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kredit Mikro untuk orang miskin dan pengusaha pengusaha mikro
Perbandingan Basel I dan Basel II
Segmen pasar pembiayaan KSB
Sebaran debitur KSB di wilayah layanan
Pembagian Band
Hasil Perhitungan EL dan UL pembiayaan Mikro LKMS KSB
bulan Juli 2013 – Juni 2014
7. Prosentasi EL dan UL terhadap total saldo pembiayaan
8. Perbandingan expected loss dan PPAP bulan Juli 2013 – Juni 2014
9. Rasio keuangan penting KSB 2013
10. Matriks IFE KSB bulan Juni 2014
11. Matriks EFE KSB bulan Juni 2014
12. Matriks QSPM KSB bulan Juni 2014

2
10
28
28
30
33
34
34
39
43
42
46

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kerangka pemikiran penelitian
Diagram komposisi debitur KSB berdasarkan plafond
Diagram alokasi pembiayaan KSB tahun 2013
Grafik perbandingan NPF dengan proyeksi kerugian maksimum (UL)
Diagram batang perkembangan debitur KSB
Grafik pembiayaan KSB antara tahun 2008 -2013
Grafik sumber dana KSB tahun 2013
Rekam jejak Koperasi Sejahtera Bangsaku
Matriks IE KSB Juni 2014
Matriks SWOT strategi kunci KSB Tahun 2014

19
28
29
35
37
38
39
41
44
46

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Hasil penelitian terdahulu yang relevan
Matriks IFE , matriks EFE dan Matriks IE
Matriks SWOT dan Matriks QSPM
Eksposur pembiayaan LKMS KSB bulan Juli -Juni 2014
dan Jumlah orang berdasarkan kualitas tunggakan angsuran
5. Saldo pembiayaan LKMS KSB bulan Juli 2013- Juni 2014
berdasarkan band
6. Komposisi saldo pembiayaan LKMS KSB berdasarkan Band (%)
7. Eksposur pembiayaan mikro LKMS KSB berdasarkan Band
bulan Juli 2013 – Juni 2014
8. DR pembiayaan mikro LKMS KSB Juli 2013 – Juni 2014
9. DR bulan Juli 2013 dan Desember 2013
10. PD dan cumPD September 2013
11. Perhitungan LGD, EL dan UL bulan Mei 2004

55
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Perbandingan NPF dengan estimasi maksimum kerugian (UL)
LGD, Expected Loss, Unexpected Loss Juni 2014
Perhitungan LGD, EL dan UL Januari 2014 dan November 2013
Perhitungan total EL dan UL November 2013 dan Januari 2014
Perhitungan total EL dan UL Maret 2014
Perhitungan total EL dan UL Mei 2014
Perhitungan CAR metode Standar
Perhitungan CAR metode CreditRisk
Kuesioner penilaian peringkat faktor-faktor internal dan eksternal
Kuesioner penilaian bobot faktor-faktor internal dan eksternal

67
68
69
70
71
72
73
74
75
79

DAFTAR ISTILAH
ATMR

Aktiva tertimbang menurut resiko; Aktiva yang diberi penilaian
bobot berdasarkan risikonya, digunakan untuk menghitung CAR.
BAIK
Baytul Ikhtiar ; LKM dengan prinsip syariah replikasi Grameen
Bank. Beroperasi di Bogor, Bandung, Garut. Tahun 2013 ,sudah
melayani pembiayaan mikro sekitar 30.000 masyarakat miskin.
BCBS
Basel Committee on Banking Supervision ; Komite dari bank-bank
Sentral dan Lembaga Pengawas Bank (sejenis OJK) dari mayoritas
Negara industry yang bertemu 3 bulan sekali di Bank For
International Settlement (BIS) di Basel.
BI
Bank Indonesia ; Bank sentral di Indonesia.
BKD
Badan Kredit Desa ; Bank desa, didirikan tahun 1904.
BMT
Baytul Mall Wat Tamwill ; Koperasi simpan pinjam dengan prinsip
syariah. Menerima zakat, infak, sodaqoh dan tabungan sebagai
sumber dana. Selain memberikan akad komersil untuk pembiayaan
mikro seperti murabahah, mudharabah juga memberikan akad
kebajikan/non komersil seperti qordul hasan.
BPR
Bank Prekreditan Rakyat ; Bank lokal yang beroperasi dalam satu
provinsi. Memberikan kredit mikro serta menerima tabungan dan
deposito.
BPRS
Bank Pembiayaan Rakyar Syariah; BPR dengan prinsip syariah.
BPS
Biro Pusat Statistik; Lembaga Negara pusat pengolahan data secara
statistic di Indonesia.
BTPN
Bank Tabungan Pensiunan Nasional; Salah satu bank BUMN di
Indonesia.
CAR
Capital Adequacy Ratio; ratio yang dipergunakan untuk mengukur
kecukupan modal bagi Lembaga Keuangan.
CSFB
Credit Suisse Firs Brown ; Lembaga riset yang menerbitkan ‗Credit
portofolio modeling‘.
CPP
Cadangan Penghapusan Piutang ; akun beban yang dipakai ketika
menjurnal penghapusan piutang.
CumPD
Cumulative Probability default : Peluang kredit macet maksimum
dalam satu lembaga keuangan dalam perhitungan CreditRisk+.
DR
default rates ; tingkat kejadian kredit macet suatu lembaga
keuangan.
EFE
External Factor Evaluation; Matriks yang menggambarkan hasil
evaluasi ekternal (peluang dan ancaman) suatu lembaga.
EL
Expected Loss : Nilai rata-rata kredit macet suatu lembaga keuangan
dalam perhitungan Creditrisk+.
Gema PKM Gerakan Bersama Pengembangan Keuangan Mikro; Fasilitator dari
berbagai kalangan antara lain lembaga pemerintah, lembaga
keuangan,/bank, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor, dsb
yang dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat wong cilik
yang tergabung dalam kelompok swadaya masyarakat.

GRT
IDB
IFE
IE
IRB
KPR
KSB

KSP
LDKP

LGD

LKM

LKMS
LPD
LR
LSM
LWK
MBK

MCR
MFI
NPF
NPL
OECD

OJK

Group Recognition Test ; Salah satu tahapan penilaian kelayakan
kredit dalam Grameen bank.
Islamic Develovment Bank; Bank pembangunan Islam. Berpusat di
Jeddah, Arab Saudi.
Internal Factor Evaluation: Matriks yang menggambarkan hasil
evaluasi internal (kekuatan dan kelemahan ) suatu lembaga.
Internal External ; Matriks yang menggambarkan posisi relative
perusahaan ; merupakan hasil gabungan matriks EFE dan IFE.
Internal Rating Based: Model penilaian risiko kredit yang dilakukan
internal lembaga keuangan.
Kredit Pemilikan Rumah ; skim kredit dari Bank untuk memiliki
rumah.
Koperasi Sejahtera Bangsaku ; LKM replikasi grameen dengan
prinsip syariah. Beroperasi di Tasikmalaya dan Ciamis. Tahun 2013
sudah melayani sekitar 3000 debitur kredit mikro.
Koperasi Simpan Pinjam ; Koperasi yang usaha utamanya simpan
pinjam dari dan kepada anggota.
Lembaga Dana Kredit Pedesaan ; Lembaga kredit mandiri di tingkat
pedesaan yang didirikan pada tahun 1970 untuk mengelompokkan
lembaga mikro kredit non bank yang didirikan di tiap provinsi.
Loss Given Default ; merupakan real loss, LGD adalah sisa saldo
kredit macet yang sudah atau akan dihapus buku setelah dikurangi
nilai recovery.
Lembaga Keuangan Mikro ; Lembaga keuangan yang menyalurkan
kredit mikro kepada masyarakat miskin. Diakui secara formal
melalui UU RI no 1 tahun 2013.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah; LKM dengan prinsip syariah.
Lembaga Perkreditan Desa ; Nama LDKP yang beroperasi di Bali.
Likelihood
Ratio; Uji validitas suatu model, salah satunya
digunakan menguji validitas CreditRisk+.
Lembaga Swadaya Masyarakat; Kelompok masyarakat relawan yang
peduli kepada masalah sosial kemasyarakatan.
Latihan Wajib Kelompok ; Salah satu tahapan penilaian kelayakan
kredit dalam Grameen bank.
Mitra Bisnis Keluarga ; LKM replikasi grameen terbesar di
Indonesia dengan prinsip syariah. Beroperasi di jawa Barat. Tahun
2013 sudah melayani sekitar 300.000 debitur kredit mikro.
Minimum Capital Requirement ; Modal minimum yang harus
dimiliki lembaga keuangan untuk mengcover risiko.
Micro Finance Institution ; istilah LKM dalam bahasa Inggris.
Non Performing Financing ; Istilah NPL dalam prinsip syariah.
Non Performing Loan ; Kelompok kredit tidak lancar di lembaga
keuangan
Organisation For Economic Coordination and Development ;
Istilah yang dipakai untuk kelompok Negara maju ketika menyusun
basel 1
Otoritas Jasa Keuangan ; Lembaga Pengawas Bank Di Indonesia.

OSS
PAR
PD
PEMK

PNPM

PPAP
ROA
ROE
RR
SBI
SOP
SWBI
SWOT
TAS
UL
UKM
UPDB
QSPM

Operating Self Sufficiency: Rasio untuk mengukur coverage pendapatan terhadap beban lembaga keuangan mikro.
Portfolio at Risk ; penggolongan kredit bermasalah dalam LKM.
Probability default ; Peluang rata-rata kredit macet dalam satu
lembaga keuangan dalam perhitungan CreditRisk+.
Pemberdayaaan Ekonomi Masyrakat Kelurahan ; Program
kesejahteraan masyarakat di DKI Jakarta melalui mengembangkan
Koperasi Jasa Keuangan (KJK) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Kelurahan (PEMK) di Kelurahan sudah dimulai sejak tahun 2009
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ; PNPM Mandiri
diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal
30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Program ini
merupakan pengembangan yang lebih luas dari program-program
penanggulangan kemiskinan pada era-era sebelumnya.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif ; akun untuk menampung
cadangan pengahpusan piutang di lembaga keuangan.
Return on Assets ; Rasio pengembalian investasi terhadap asset
lembaga.
Return on Equity ; Rasio pengembalian investasi terhadap tot ekuiti
lembaga..
Recovery rate; Tingkat pengembalian kredit macet.
Sertifikat Bank Indonesia ; Salah satu Intrumen BI untuk
mengendalikan inflasi.
Standard Operational Procedure; Pedoman operasional baku dalam
lembaga.
Sertifikat Wadiah Indonesia : SBI dengan perhitungan syariah (bagi
hasil).
Strenghts Weakness Opportunities Threats ; Metode analisa dalam
kerangka manajemen strategis yang dikenalkan oleh Fred R David.
total attractiveness score; Metode penghitungan skor dalam matriks
QSPM.
Unexpected Loss; Estimasi maksimum kredit macet hasil
penghitungan CreditRisk+.
Usaha Kecil Menengah ; Salah satu golongan usaha berdasarkan
skala ekonomi.
Unit Pengelola Dana Bergulir : Lembaga yang mengelola dana
bergulir PEMK di DKI Jakarta.
Quantitative Strategic Planning Model : Salah satu tahapan dalam
perumusan manajemen strategis.

1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kredit mikro kepada masyarakat miskin dan usaha mikro sangat penting
posisinya untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia. Muhamamad Yunus, tokoh
dan penemu Grameen Bank mengatakan bahwa salah satu cara pengentasan
masyarakat miskin adalah dengan memberikan kredit kepada mereka (Yunus dan
Jolis 2007). Data publikasi BPS bulan September 2013 menyebutkan jumlah
penduduk miskin sebanyak 28,55 juta orang atau 11,47% dari total penduduk
Indonesia. Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan data jumlah pengusaha
mikro kecil pada tahun 2012 adalah 55.856.176. Jumlah pengusaha mikro
sebanyak 56.536.560 pengusaha atau 98,79% dari total unit usaha.
Pelayanan kredit mikro di Indonesia dilakukan oleh bank dan non bank.
Perbankan melalui BPR/BPRS dan berbagai unit mikro bank umum, seperti
Danamon Simpan Pinjam, Unit Mikro Bank Mandiri dan Bank Unit Desa BRI.
Lembaga non bank dikenal sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Badan
hukum LKM berbentuk Perseroan Terbatas atau koperasi. LKM ada juga yang
berasal dari berbagai program dana bergulir dari pemerintah, seperti Lembaga
Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB), Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM), Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) seperti Lembaga
Perkreditan Kecamatan (LPK) di Jawa Barat, Lumbung Putih, Badan Kredit Desa
(BKD) serta Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali. LKM non bank dari
kalangan non pemerintah adalah koperasi simpan pinjam, koperasi kredit,
Koperasi Baitul Mal Wat Tamwil (KBMT) dan berbagai kredit mikro dari LSM.
Definisi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) jika mengacu pada Undang
Undang No.1 tahun 2013 tentang LKM adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro
kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa
konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan
(Baskara 2013).
Tabel 1 di bawah menyatakan jumlah kredit mikro untuk masyarakat miskin
5.83 juta rekening sementara jumlah masyarakat miskin Bulan September 2013
sebanyak 28,55 juta orang, dengan demikian ada sekitar 22,72 juta orang miskin
yang belum terlayani kredit mikro. Jumlah pengusaha mikro yang belum dlayani
40,92 juta orang karena baru 14,95 juta rekening kredit mikro untuk pengusaha
mikro sementara pengusaha mikro 55,9 juta orang. Dengan kata lain 87,7% orang
miskin dan 63,2% pengusaha mikro yang belum tersentuh oleh lembaga
keuangan. Ini jelas jauh ketinggalan dengan kredit mikro di kawasan Asia
Pasifik. Data yang dipublikasikan Microcredit Summit Campaign tahun 2012,
sebanyak 1.746 program pembiayaan mikro telah dilakukan dan mencapai sekitar
169 juta klien pada tahun 2010 untuk kawasan Asia-Pasific saja. Tingkat
jangkauan program yang diberikan LKM atau Micro Finance Institution (MFI)
mencapai 68,8%, dengan kata lain dari sekitar 182,4 juta penduduk miskin di

2

kawasan ini, 125,53 juta yang mendapat akses dalam program pembiayaan mikro
(Baskara 2013).
Tabel 1 . Kredit mikro untuk masyarakat miskin dan pengusaha mikro
Juta rekening
Total Kredit Mikro untuk Masyarakat Miskin
5.83
Kredit Mikro disalurkan oleh LDKP **
1.33
Kredit Mikro disalurkan oleh Program PNPM
3.17
Kredit MiKro oleh PT Mitra Bisnis Keluarga
0.33
**
Kredit Mikro disalurkan oleh lainnya
1.00
Total kredit mikro Untuk Pegusaha Mikro
14.95
Kredit Mikro disalurkan oleh Perbankana
10.81*
Kredit Mikro disalurkan oleh KSP
3.05**
Koperasi Syariah (BMT)
1.76 **
Credit Union
0.67***
Sumber : *OJK (2012); **) Siregar (BI 2005) ***)
a
Termasuk kredit kecil dan menengah;
Hambatan intermediasi lembaga keuangan kepada masyarakat miskin dan
pengusaha mikro di Indonesia, khususnya oleh bank dan koperasi adalah karena
masih adanya anggapan bahwa risiko pada kredit mikro itu besar . Besarnya
risiko kredit mikro dikarenakan tidak ada agunan yang bisa dijaminkan oleh
pengusaha mikro dan masyarkat miskin. Karena ketiadaan jaminan tersebut,
maka cadangan penghapusan piutang (CPP) yang dilakukan lembaga keuangan
semakin besar sehingga akan mengurangi rentabilitas lembaga. Faktor inilah yang
menyebabkan risiko kredit mikro masih dianggap besar.
Pada sisi yang lain, managemen risiko untuk kredit mikro akhir-akhir ini
mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini terjadi terutama setelah
diperkenalkannya
metode Grameen Bank yang berhasil menekan Non
Performing Loan (NPL) kredit mikro untuk masyarakat miskin sampai dibawah
0,5%. Metode Grameen Bank sendiri mengantarkan Muhammad Yunus,
penggagasnya mendapatkan nobel perdamaian tahun 2006 (Yunus dan Jolis
2007).
Selain faktor persepsi besarnya risiko kredit pada kredit mikro, faktor
yang tidak kalah pentingnya yang menghambat jangkauan pelayanan kredit
mikro adalah ketentuan tentang
Minimum Capital Requirement (MCR).
Pembobotan risiko sebesar 100% untuk kredit sebagai salah satu komponen
ATMR dalam penghitungan kecukupan modal minimum, menghambat lembaga
keuangan mikro untuk melakukan ekspansi kredit mikro.
Penelitian tentang CreditRisk+ menunjukkan bahwa metode ini cukup
baik untuk digunakan mengukur risiko kartu kredit dan hasil perhitungan
kebutuhan modal minimum menunjukkan bahwa penyediaan modal yang
dibutuhkan dengan menggunakan metode ini hanya sebesar 0,51% , jauh lebih
rendah dibandingkan metode basic standardised untuk kredit ritel yang
menuntut modal sebesar 6,29% dari eksposur (Tjahjowijoyo 2005).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah penerapan metode CreditRisk+ untuk mengukur

3

risiko kredit pada kredit mikro yang dilakukan lembaga keuangan mikro sehingga
berdampak positif pada pengukuran kebutuhan modal minimum. Penelitian
dilakukan di Lembaga Keuangan Mikro Syariah Koperasi Sejahtera Bangsaku
(LKMS KSB), LKMS replikasi Grameen Bank dengan pola syariah di
Tasikmalaya dan Ciamis. KSB memiliki nasabah pembiayaan sejumlah 3050
nasabah dengan NPF di bawah 0,5%.
Perumusan Masalah
Berbagai LKM di Indonesia telah berhasil membuktikan bahwa risiko
pembiayaan kepada masyarakat miskin dan usaha mikro bisa dikelola dengan
baik. Ini ditunjukkan dengan angka NPL dibawah 5%, bahkan untuk LKM
dengan model replikasi Grameen Bank, nilai NPLnya rata-rata dibawah 0,5%.
Pengukuran kecukupan modal yang menjadi acuan LKM, baik peraturan
Bank Indonesia tentang tingkat kesehatan BPR/BPRS ataupun penilaian
kesehatan koperasi dalam Permenkop masih mengacu kepada Basel I, yaitu
penerapan bobot risiko kredit sebesar 100% dalam penilaian ATMR. Metode
penilaian ini menjadikan LKM yang memiliki kinerja baik dalam pengelolaan
risiko kredit tetap dinilai sama dengan LKM lain yang kinerjanya lebih buruk
untuk penilaian ATMR . Akibatnya untuk melakukan ekspansi kredit, LKM
yang sehat tetap harus melakukan penambahan modal terlebih dahulu, padahal
dengan metode penilaian ATMR dengan cara IRB approach, maka
penambahan modal bisa jadi tidak diperlukan karena modal yang ada sudah
memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah Metode CreditRisk+ bisa diterapkan pada LKMS Koperasi
Sejahtera Bangsaku untuk menentukan Minimum Capital Requirement
(MCR)?
2.
Strategi apa yang bisa diterapkan untuk meningkatkan ekspansi layanan
pembiayaan mikro pada LKMS Koperasi Sejahtera Bangsaku ?
Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis penerapan Metode CreditRisk+ dalam mengukur risiko
pembiayaan mikro pada LKMS Koperasi Sejahtera Bangsaku.
2.
Menganalisis
strategi bagi koperasi Sejahtera Bangsaku untuk
meningkatkan layanan pembiayaan mikro berdasarkan hasil penerapan
metode CreditRisk+ dalam pengukuran MCR.
Manfaat Penelitian

1.

Manfaat dari penelitian ini adalah :
Dengan penerapan metode Credit Risk+ untuk mengukur risiko kredit,
maka LKMS Koperasi Sejahtera Bangsaku dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan metode CreditRisk+ dalam mengukur risiko pembiayaan di
lembaganya.

4

2.

Apabila metode ini telah diterapkan pada banyak lembaga keuangan
mikro, maka bisa menjadi saran bagi Otoritas Jasa Keuangan dan
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk
menyusun peraturan pengelolaan risiko kredit yang lebih berpihak kepada
lembaga keuangan dengan tetap mengedepankan asas prudensial sehingga
jangkauan layanan kredit miro untuk masyarakat miskin dan pengusaha
mikro bisa meningkat.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada penggunaan metode CreditRisk+ untuk
mengukur kebutuhan modal minimum yang diperlukan dalam menutup risiko
pembiayaan pada Koperasi Sejahtera Bangsaku dan menghitung CAR serta
melakukan analisa SWOT untuk menemukan strategi ekspansi layanan kredit
Koperasi Sejahtera Bangsaku.

5

2. TINJAUAN PUSTAKA
Keuangan Mikro
Craig dan Cheryl dalam ‗Making Microfinance Work (2006) berpendapat
bahwa: Microfinance is the provision of finansial services to the poor on a
sustainable basis. it embodies, like few development strategies, a viable
combination of equity and efficiency because acces to financial services both
protected and empowers the poor by giving them choices.
Target jangkauan pelayanan keuangan mikro mencakup 6 hal (Schreiner
2006) yaitu :
1.
Worth to Client
Manfaat tergantung kepada desain pinjaman atau tabungan, maupun
preferensi nasabah, hambatan dan kemudahan. Untuk pinjaman, manfaat
bertambah bila nilai pinjaman mendekati permintaan. Bagi tabungan, manfaat
bertambah bila bagi hasil/bunga semakin meningkat dan mudahnya akses kepada
produk tabungan, seperti kemudahan membuka rekening tabungan serta
menyetor dan menarik tabungan.
2.
Cost to Client
Biaya bagi nasabah mencakup sejumlah suku bunga, seperti bunga/margin,
fee, dan biaya transaksi. Biaya transaksi meliputi opportunity cost seperti waktu
terbuang untuk pertemuan kelompok, dan biaya akses langsung seperti biaya
transportasi, dokumen dan pungutan yang diperlukan untuk mendapat akses
pinjaman dan tabungan.
3.
Depth
Kedalaman jangkauan merujuk pada tingkat kemiskinan nasabah LKM.
Seperti pemilihan desa, kaum perempuan, berpendidikan rendah, etnis minoritas,
perumahan kecil, plafond pinjaman kecil sebagai sasaran utama kriteria
nasabah LKM.
4.
Breadth
Keluasan jangkauan adalah jumlah nasabah. Ini penting, karena adanya
keterbatasan anggaran di satu sisi, sementara kebutuhan dan keinginan
masyarakat miskin melebihi anggaran yang tersedia.
5.
Length
Keberlanjutan jangkauan jangka waktu beroperasinya LKM. Kriteria
keberlanjutan dipenuhi apabila LKM dapat menyediakan jasa keuangan untuk
periode yang panjang. Laba yang diperoleh LKM menunjukkan kemampuan
dari LKM untuk terus bisa beroperasi dalam jangka waktu lama.
6.
Scope
Menunjukkan berbagai jenis jasa keuangan yang ditawarkan LKM.
Produk yang disediakan LKM tidak terbatas pada pinjaman untuk usaha saja,
tetapi juga bisa untuk pinjaman darurat/konsumtif, pinjaman perumahan, sewa,
tabungan, asuransi, jasa pembayaran dan jasa non keuangan.

6

Lembaga Keuangan Mikro
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Bab 1 Pasal 1, LKM adalah
lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan
usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan,
maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata
mencari keuntungan. LKM didirikan dengan tujuan
meningkatkan akses
pendanaan skala mikro bagi masyarakat, membantu peningkatan pemberdayaan
ekonomi dan produktivitas masyarakat dan membantu peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat; terutama masyarakat miskin dan/atau
berpenghasilan rendah. Badan hukum LKM adalah koperasi atau Perseroan
Terbatas.
Keuangan Mikro dan LKM di Indonesia
Jumlah LKM
menurut Aries Mufti
dalam
Gerakan bersama
Pengembangan Keuangan Mikro Indonesia (Gema PKM 2003) menyebutkan ada
5345 BKD, 2272 LDKP dan 2914 BMT sebagai penyedia kredit mikro pada
tahun 2000. Jumlah LKM di Indonesia ada 637.838 LKM yang terbagi
menjadi 31.363 LDKP, BKD dan LKM yang didirikan atas inisiatif masyarakat
serta 606.475 LKM pendukung program pemerintah (Siregar 2014).
Beberapa program kredit mikro diantaranya sebagai berikut :
1.
Program PNPM kepada masyarakat miskin yang disalurkan dengan dana
IDB dan Word Bank pada Desember 2013 telah mencapai 3.167.599 orang
dengan saldo kredit sebesar Rp1,109 trilyun dengan sasaran masyarakat
miskin 94,9 %.
2.
Mitra Bisnis Keluarga (MBK) ventura , pada bulan Desember 2013
memiliki saldo pembiayaan sebesar Rp475 milyar dengan jumlah nasabah
330.354 orang.
3.
Koperasi Baitul Ikhtiar selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan
2013 telah menyalurkan pembiayaan mikro kepada 73.485 orang posisi
saldo pembiayaan pada bulan Desember 2013 Rp17,49 milyar.
4.
Credit Union, pada bulan Juni 2006 melalui 1011 unit mempunyai anggota
668.346 orang dengan saldo pinjaman Rp 1,866 trilyun.
Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “Credete” berarti
kepercayaan. Dalam Ensiklopedia Umum, kredit dijelaskan sebagai sistem
keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai
dengan harapan akan mendapat keuntungan. Menurut Undang–Undang RI No
7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian baku tentang kredit seperti
tercantum dalam Pasal 1 Butir 12 adalah penyediaan atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.

7

Dalam terminologi keuangan syariah, istilah kredit digantikan dengan
istilah pembiayaan. Pendapat ini disampaikan oleh Syafi‘i Antonio (2001)
sebagai berikut : “dalam perbankan syari'ah sebenarnya penggunaan kata
pinjam meminjam kurang tepat digunakan disebabkan dua hal : pertama,
pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam.
Kedua, pinjam meminjam adalah akad non komersial yang artinya bila
seseorang meminjam sesuatu ia tidak boleh diisyaratkan untuk memberikan
tambahan atas pokok pinjamannya, karena setiap pinjaman yang
menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba
itu haram. Oleh karena itu dalam perbankan syari'ah, pinjaman tidak disebut
kredit tapi disebut pembiayaan”.
Klasifikasi kredit dibagi menurut berbagai hal, berdasar besar plafond atau
pagu kredit, berdasarkan jangka waktu dan berdasar pengunaanya. Bank
Indonesia membagi kredit berdasarkan plafond, sektor ekonomi dan
jenis
pengunaan. Pendapat lain tentang penggolongan kredit adalah menurut jangka
waktu (maturity), barang jaminan (collateral) , segmen usaha, tujuan kredit dan
penggunaan kredit (Siamat 2005).
Kategori kredit menurut Bank Indonesia (2012) diantaranya sebagai
berikut:
1.
Berdasarkan besar plafond:
Kredit digolongkan menjadi 4 jenis kredit yaitu:
a.
Kredit mikro, yaitu kredit dengan plafon sampai dengan Rp50 juta.
b.
Kredit kecil, yaitu kredit dengan plafon diatas Rp50 juta sampai
dengan Rp500 juta.
c.
Kredit menengah, yaitu kredit dengan plafon diatas Rp500 juta sampai
dengan Rp5 milyar.
d.
Kredit besar, yaitu kredit dengan plafon kredit lebih dari Rp5 milyar.
2. Berdasarkan klasifikasi usaha:
a.
Kredit usaha mikro
b.
Kredit usaha kecil
c.
Kredit usaha menengah
3.
Berdasarkan sektor ekonomi digolongkan menjadi
Kredit Sektor
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, Sektor Perikanan,
Sektor
Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik,
Gas dan Air, Sektor Kontruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum, Sektor
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Sektor Perantara Keuangan,
Sektor Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan, Sektor
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Sektor
Jasa Pendidikan, Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa
Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan Perorangan Lainnya,
Sektor Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga , Sektor Badan
Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya dan sektor lain-lain.
Adapun penggolongan kredit menurut Siamat (2005) diantaranya :
1.
Kredit dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a.
Kredit jangka pendek (short term loan) yaitu kredit yang jangka
waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun.

8

Kredit jangka menengah (medium term loan) yaitu kredit yang jangka
waktu pengembaliannya antara 1 sampai dengan 3 tahun.
c.
Kredit jangka panjang (long term loan) yaitu kredit yang jangka
waktu pengembaliaanya atau jatuh temponya lebih dari 3 tahun.
Berdasarkan tujuan
Kredit dibagi menjadi :
a.
Kredit komersil
Kredit yang diberikan untuk memperlancar usaha
di
bidang
perdagangan. Seperti kredit ekspor dan kredit leverensir.
b.
Kredit Konsumtif
Kredit untuk memenuhi keperluan konsumtif. Misalnya kredit
perumahan rakyat (KPR) dan kredit pembelian mobil atau motor.
c.
Kredit Produktif
Kredit untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
Berdasarkan penggunaan
a.
Kredit modal kerja
Kredit untuk menambah modal kerja yang habis dalam satu siklus
usaha. Seperti kredit untuk kontraktor bangunan.
b.
Kredit investasi
Kredit yang digunakan untuk berinvestasi dengan membeli barangbarang modal.
Berdasarkan barang jaminan
Kredit dibagi menjadi :
a.
Kredit dengan jaminan (secured loan)
b.
Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan)
b.

2.

3.

4.

Risiko
Ada berbagai macam definisi risiko. Djohanputro (2006) menjelaskan
risiko sebagai ketidakpastian hasil sebagai akibat keputusan, atau situasi saat ini.
Risiko merupakan ukuran kuantitas, atau ukuran empiris yang dapat mengukur
kemungkinan nilai suatu kejadian dengan fluktuasinya. Risiko memiliki data
pendukung (pengetahuan) mengenai kemungkinan kejadian. Hanafi (2012)
menjelaskan risiko sebagai sesuatu yang mempunyai konotasi negatif, kejadian
yang merugikan dan muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Hal ini bisa
tercermin dari fluktuasi pergerakan yang tinggi. Semakin tinggi fluktuasi semakin
besar tingkat ketidakpastiannya.
Hanafi (2012), membagi risiko ke dalam risiko murni dan risiko spekulatif.
Risiko murni adalah risiko yang
memungkinkan kerugian ada, tetapi
kemungkinan keuntungan tidak ada. Risiko spekulatif adalah risiko saat kita
mengharapkan keuntungan dan juga kerugian.

9

Risiko Kredit
Menurut Coyle (2000), risiko kredit adalah suatu kerugian yang
berpotensi menimbulkan penolakan, atau ketidakmampuan konsumen kredit
untuk membayar hutangnya secara penuh dan tepat waktu. Hanafi (2007),
mendefinisikan risiko kredit sebagai risiko karena counter party gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Djohanputro (2006), mendefinisikan risiko
kredit sebagai risiko ketika debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat
membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan,
atau turunnya mutu debitur atau pembeli, sehingga persepsi mengenai
kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Definisi yang agak berbeda
dikemukakan Crouhy (2001), yang mendefinisikan risiko kredit sebagai berikut:
“ credit risk is the risk that a change in the credit quality of a counterparty will
affect the value of a bank’s position”, disini Crouhy melihat risiko kredit dari
dampaknya terhadap posisi nilai suatu bank.
Ada tiga jenis risiko dalam risiko kredit (Djohanputro 2006) yaitu :
a.
Risiko gagal bayar, adalah probability terjadinya gagal bayar pada periode
tertentu.
b.
Risiko exposure,adalah risiko yang melekat pada besarnya kredit yang akan
memasuki risiko gagal bayar.
c.
Risiko recovery, adalah risiko berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari
konsumen. Bila kredit memasuki risiko gagal bayar, maka perusahaan
akan berupaya agar ada pengembalian sehingga nominal kredit berkurang.
Jaminan biasanya dijadikan sebagai alat bayar untuk mengurangi nominal
kredit yang macet. Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase
kemungkinan recovery dari kredit macet.
Pengukuran Risiko Kredit
Salah satu pilar yang harus dilakukan dalam managemen risiko kredit
adalah bagaimana mengukur risiko kredit itu sendiri. BI tidak menetapkan secara
spesifik pendekatan pengukuran risiko kredit yang harus dijalankan oleh bank.
Meskipun demikian, BI mengacu kepada Basel Comimitee Accord sebagai
kesepakatan internasional dalam melakukan pengaturan operasional bank.
(Idroes 2008)
The Basel Commite didirikan Januari 1975 oleh gubernur sentral Negara
G10 sebagai respon terhadap gangguan pasar keuangan akibat kegagalan
beberapa bank di Eropa dan Amerika dalam megelola valuta asing. Tujuannya
adalah dan untuk meningkatkan stabilitas keuangan internasional dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengawasan dan kualitas
pengawasan perbankan di seluruh dunia (BCBS 2013).
Tahun 1988, Komite Basel mempublikasikan Kesepakatan Basel Pertama
(The First Basel Committee Accord - Basel I) yang isinya menyerukan rasio
modal minimum terhadap aktiva yang dibobot menurut risikonya sebesar 8% .
Ketetapan ini diserukan untuk dilaksanakan pada akhir tahun 1992.
Bobot risiko untuk aktiva yang diatur Basel I (Benzin 2003) sebagai
berikut:
1.
Pinjaman pemerintah yang tergabung dalam OECD : 0 %
2.
Penempatan Pada Bank kawasan OECD
: 20%
3.
Kredit Perumahan
: 50%

10

4.

Kredit Individu/perusahaan
: 100%
Basel melakukan penyempurnaan untuk perhitungan MCR pada Januari
2001 yang dipublikasikan dalam The Market Risk Amandement to the Original
Accord.
Dengan
amandemen tersebut, perhitungan modal berkembang
mencakup risiko kredit dan risiko pasar. Dalam New Basel Accord 2001 atau
dikenal sebagai Basel II, pendekatan penghitungan MCR disesuaikan dalam
bentuk diterapkannya tiga pilar utama yaitu penekanan pada penggunaan internal
model untuk mengukur risiko dan menghitung kebutuhan modal, penekanan
fungsi regulator sebagai supervisory review dan kewajiban untuk memberikan
informasi risiko kepada publik (market discipline).
Perbedaan Basel I dan Basel II dijelaskan dalam Tabel 2 berikut (Benzin et
al 2003):
Tabel 2. Perbandingan Basel I dan Basel II
Basel I Accord
Fokus pada satu pengukuran risiko
One size fits all

Broad brush structure

Basel II Accord
Penekanan pada metodolgi internal bank,
Supervisory review dan market disipline
Fleksible, banyak pendekatan, memberikan
insentife untuk managemen risiko yang lebih
baik
More risk sencitive

Sumber : (Benzin 2003)

Untuk penghitungan MCR dalam Basel II dirumuskan dalam rasio modal
sebagai berikut (Benzin 2003 et al):
total capital
═ ——————————————————————————————
Capital Ratio
……….(1)
Credit risk + Market risk + operasiotional Risk
Pengukuran risiko kredit sendiri dilakukan dengan (Benzin et all 2003) :
a.
The standardized approach (STD).
b.
The internal ratings based (IRB) approach, yang terdiri dari The IRB
model foundation approach dan The advanced IRB model approach.
Pendekatan The Standardized Approach meminta bank menggunakan
external credit rating yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat. Dalam IRB
approach baik foundation model maupun advanced model, bank diminta untuk
mengembangkan credit rating system sendiri (internal credit rating). Dengan
adanya credit rating assessment ini, bobot risiko yang akan dibebankan pada
masing-masing eksposure kredit disesuaikan dengan kondisi peringkat masingmasing debitur. Debitur dengan peringkat tinggi/bagus akan dikenakan bobot
risiko yang rendah, sehingga capital charge yang harus disediakan bank untuk
menyerap risiko kredit tersebut akan rendah pula, demikian pula sebaliknya.
Bank Indonesia mengkategorikan capital atau modal terdiri dari modal
inti dan modal pendukung (BI 2013). Modal inti adalah setoran dari pemilik,
hibah dan laba ditahan. Modal pendukung adalah modal penyertaan, pinjaman
dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Menurut Microsave
(2008), ekuitas LKM atau kekayaan bersih mewakili apa saja yang LKM miliki.

11

Capital terdiri dari dua komponen: modal disetor seperti dana hibah, modal
saham, atau modal swasta yang diinvestasikan. Yang kedua adalah akumulasi
laba / defisit dari operasi. Tidak seperti kewajiban, ekuitas atau kekayaan bersih
tidak harus dibayar kembali.
Aktiva produktif dalam lembaga keuangan adalah kredit/pembiayaan,
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)/ SBI dan penempatan dana pada bank
lain.
Kualitas pembiayaan berdasarkan besarnya tunggakan angsuran
pembiayaan digolongkan menjadi lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
Pada BPR/BPRS, klasifikasi ini dikenal dengan istilah kolektibiltas. Adapun
kriteria kolektibiltas sebagai berikut (BI 2006a) :
1.
Lancar adalah pembiayaan dengan maksimal 1 bulan tunggakan angsuran
untuk masa angsuran kurang dari 1 bulan atau tunggakan angsuran maks 3
kali untuk masa angsuran 1 bulan atau lebih.
2.
Kurang Lancar adalah pembiayaan dengan tunggakan angsuran lebih
dari 1 sampai 3 bulan untuk masa angsuran
kurang dari 1 bulan atau
tunggakan angsuran lebih dari 3 kali sampai 6 kali untuk masa angsuran 1
bulan atau lebih.
3.
Diragukan adalah pembiayaan dengan tunggakan angsuran lebih dari 3
sampai 6 bulan untuk masa angsuran
kurang dari 1 bulan atau
tunggakan angsuran lebih dari 6 kali sampai 12 kali untuk masa angsuran
1 bulan atau lebih.
4.
Macet
adalah pembiayaan dengan tunggakan angsuran lebih dari 6
bulan untuk masa angsuran
kurang dari 1 bulan atau tunggakan
angsuran lebih dari 12 kali untuk masa angsuran 1 bulan atau lebih.
Perhitungan PPAP dari baki debet pembiayaan bulan sebelumnya dengan
cara terlebih dahulu baki debet pembiayaan dikurangi nilai jaminan kemudian
dikali tarifnya. Perhitungan PPAP sebagai berikut (BI 2006b) :

0,5%
baki debet pembiayaan yang tergolong Lancar

10%
baki debet pembi5ayaan yang tergolong Kurang Lancar

50%
baki debet pembiayaan yang tergolong Diragukan

100% baki debet pembiayaan yang tergolong Macet
Pada LKM, pengolongan kolektibilitas menggunakan istilah yang berbeda
yaitu PAR (Portofolio At Risk). Sebagian besar LKM di dunia menggolongkan
PAR berdasarkan kelipatan setiap 30 hari tunggakan. menggolongkan PAR
sebagai berikut (Microsave 2008):
1.
PAR 0 hari
: tunggakan 0
2.
PAR 1- 30 hari
: tunggakan 1 sd 30 hari
3.
PAR 31-90 hari
: tunggakan 31 sd 90 hari
4.
PAR 91-180 hari
: tunggakan 31 sd 90 hari
5.
PAR > 180 hari
: tunggakan lebih180 hari
Penghitungan PPAP sebagai berikut :
1.
0%
saldo kredit PAR 0
2.
10%
saldo kredit PAR 30
3.
30%
saldo kredit PAR 90
4.
60%
saldo kredit PAR 180
5.
100%
saldo kredit PAR > 180
Kredit digolongkan kepada Non Performing Loan (NPL) apabila termasuk

12

kredit dengan kategori PAR > 30
Penilaian Kelayakan Kredit
Menurut Hanafi (2007), penilaian kelayakan kredit bagi calon nasabah
bank berguna untuk menganalisis kemampuan melunasi kewajiban dari calon
nasabah bank. Bank sering mengunakan pedoman 3R dan 5C. Pedoman 3R
adalah penilaian berdasar Returns (keuntungan), Repayment Capacity
(kemampuan bayar) dan Risk bearing Ability (kemampuan mengcover risiko).
Pedoman 5C mendasarkan penilaian pada Charakter (karakter), Capacity
(kapasitas pembayaran), Capital (modal yang dimiliki), Chollateral (agunan
yang dimiliki) dan Condition of macro ekonomy (situasi makro ekonomi).
Dalam metode Grameen Bank , penilaian kelayakan kredit didasarkan atas
kesediaan secara menanggung dalam satu kelompok nasabah atau tanggung
renteng. Debitur Grameen Bank adalah perempuan miskin yang minimal
berumur 18 tahun. Proses penilaian kelayakan kredit dilakukan bertahap
sebagai berikut (Alam 2010) :
1.
Assestment wilayah
Kegiatan ini adalah kegiatan pemetaan secara umum wilayah pemukiman.
Kegiatan ini meliputi pengumpulan data kepadatan penduduk/pemukiman,
fasilitas umum, data monografi desa, jenis usaha dominan, sosialisasi & kontak
person dan Pendaftaran calon penerima kredit. Penilaian dilakukan dengan
metode Grameen Bank’s “Means Test” , The Cashpor Housing Index and Asset
Test , Sef’s Participatory Wealth Ranking , Grameen Foundation’s Progress Out
of Poverty Index .
2.
Pembentukan kelompok dari calon nasabah .
Kelompok terdiri dari 5 orang perempuan yang memiliki kesamaan umur,
tempat tinggal, pendidikan dan strata ekonomi. Tidak boleh ada hubungan
saudara dalam satu kelompok. Seleksi anggota kelompok dilakukan oleh
kelompok sendiri karena mereka harus meyakini bahwa anggotanya bisa dan mau
membayar kredit. Sebab kewajiban kredit anggota akan beralih kepada anggota
kelompok lain bila anggota tersebut tidak bisa membayar dengan alasan apapun.
3.
Mini Meeting sebelum Latihan Wajib Kelompok.
Adalah kegiatan pengenalan lembaga secara umum dan skim kredit yang
akan diberikan kepada calon debitur.
4. Latihan Wajib Kelompok dalam center meeting.
Center Meeting adalah rancangan tempat dan waktu pertemuan mingguan
yang diikuti 25 – 50 orang. Sebelum mendapat kredit, untuk kelompok yang
berdekatan dilakuan Latihan wajib kelompok (LWK) selama 7 hari berturutturut selama antara 1-2 jam per hari. Materi yang diberikan adalah:
 Compulsory savings
 Seleksi Ketua kelompok
 Verifikasi ‗status‘ kemiskinan calon anggota
 Pengertian tanggung renteng, kelompok dan skim kredit yang akan
diperoleh.
5.
Group Recognition Test (GRT)
Setelah melalui training, maka anggota kelompok akan diverifikasi tentang
status kemiskinannya , saling mengenal dengan sesama anggota kelompok serta
pemahaman dan persetujuannya terhadap program Grameen. Bila lolos GRT,

13

kelompok diterima dan dilanjutkan ke pertemuan mingguan sebagai mekanisme
transaksi dan pelayanan kepada anggota.
6.
Pertemuan mingguan di Center Meeting
Dilakukan pencairan kredit, pembayaran angsuran dan transaksi keuangan
lainnya.
CreditRisk+
Pengukuran risiko kredit dengan menggunakan metode ini diperkenalkan
oleh Credit Suisse First Brown (CSFB) pada akhir tahun 1997. CreditRisk+
bertujuan untuk menghitung distribusi kegagalan dari suatu kredit portofolio
yang berdasarkan metodologi matematika. Dengan mengetahui distribusi
kegagalan akan diketahui nilai risiko dari suatu portfolio kredit dan akhirnya
dapat diketahui potensi risiko kredit jangka pendek.
CreditRisk+ digunakan untuk mencari peluang jumlah debitur yang default
dalam suatu periode tertentu. Peluang jumlah debitur default ini dinyatakan
dengan distribusi Poisson. Model ini menjadikan tingkat default sebagai peubah
acak dan memasukan keragaman tingkat default untuk mengatasi ketidakpastian.
Metode ini didasarkan pada pendekatan credit default model yang
menggambarkan informasi jumlah dan batas waktu eksposure dan pengukuran
risiko kredit sistematis dari debitur. Metode CreditRisk+ memiliki kelebihan,
yaitu relatif mudah untuk diimplementasikan dan kemudahan dalam ketersedian
data. CreditRisk+ juga memfokuskan pada kondisi default yang dibutuhkan
untuk mengestimasi potensi risiko. Data yang dibutuhkan hanya probability
default, eksposur dan recovery rate (tingkat penerimaan kembali piutang yang
sudah dihapusbukukan). CreditRisk+ memposisikan pada kondisi debitur tidak
mampu membayar kewajiban yang dibutuhkan untuk mengestimasi potensi
risiko.
Analisis Lingkungan Perusahaan
Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Lingkungan internal terdiri dari variable-variabel kekuatan dan
kelemahan yang berasal dari dalam perusahaan yang masih dapat dikendalikan
perusahaan, sedangkan lingkungan eksternal merupakan variable-variabel
peluang dan ancaman yang dating dari luar perusahaan sehingga tidak dapat
dikendalikan perusahaan (Wheelen dan Hunger 2008).
Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal adalah kegiatan identifikasi ke dalam internal
perusahaan yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam upaya mengatasi
ancaman dan memanf