Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga

MANAJEMEN LANSKAP PEKARANGAN BAGI
PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN KELUARGA

AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Lanskap
Perkarangan Bagi Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Azka Lathifa Zahratu Azra
NIM A44090022

ABSTRAK
AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA. Manajemen Lanskap Perkarangan Bagi
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga. Dibimbing oleh HADI SUSILO
ARIFIN dan MADE ASTAWAN.
Pekarangan ditandai dengan keragaman dan stabilitas tinggi, agroekosistem
yang baik dan seharusnya dapat dioptimalkan sebagai area pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari, terutama dalam pemenuhan kecukupan gizi dari tanaman
pangan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jenis,
warna dan kandungan gizi tanaman pekarangan, membuat pola tanam pekarangan
yang disertai penataan warna tanaman serta kalender tanaman untuk mendukung
diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga. Penelitian telah dilakukan di Desa
Cikarawang, Desa Cihideung Udik dan Kelurahan Situ Gede, Bogor. Ukuran
pekarangan merupakan aspek yang dijadikan perbandingan dalam penelitian ini.
Setiap sampel pekarangan dapat ditemukan adanya pekarangan depan dan
belakang, namun tidak selalu ada pekarangan samping kanan dan kiri. Tanaman

strata II dan III merupakan strata tanaman yang dominan ditemukan di seluruh
ukuran pekarangan. Pada aspek keragaman horizontal, tanaman buah yang paling
dominan (41%). Tanaman pekarangan dapat memberikan kontribusi signifikan
terhadap peningkatan kualitas gizi keluarga adalah tanaman buah, sayur, obat, dan
tanaman penghasil pati.
Kata kunci: kalender tanaman, penataan warna, pola tanam, ukuran pekarangan

ABSTRACT
AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA. Landscape Management of “Pekarangan”
for Food Consumption Diversification of the Household. Supervised by HADI
SUSILO ARIFIN and MADE ASTAWAN.
Pekarangan is characterized by high diversity and stability, good
agroecosystems, which should be optimized as a subsistence area daily, specially
in fulfilling the nutritional adequacy of the food crops. Therefore, the purpose of
this study is to analyze the species, color and nutrients of pekarangan plants, to
arrange planting plan with color composition of plants in pekarangan, and to
propose crop calendar to support food consumption diversification of the
household. Research was carried out in Cikarawang Village, Cihideung Udik
Village, and Situ Gede Village. The size of pekarangan is used as a comparison in
this study. Each sample can be found a front and back pekarangan, but the left and

right side of pekarangan are not always found together in one pekarangan. Plants
in strata II and III are the dominant strata that found throughout the size of
pekarangan. While the horizontal aspects of diversity, plant fruit trees are the most
common (41%). Pekarangan contributed to improving the nutritional quality of
plant families, specially from the fruits, vegetables, medicinal plants, and starch
crops significantly.
Keywords: color composition, crop calendar, planting plan, size of pekarangan

MANAJEMEN LANSKAP PEKARANGAN BAGI
PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN KELUARGA

AZKA LATHIFA ZAHRATU AZRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Keluarga
: Azka Lathifa Zahratu Azra
Nama
: A44090022
NIM

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S.
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

1 4 AUG 2013


Prof. Dr.lr. Made Astawan, M.S.
Pembimbing II

Judul Skripsi : Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Keluarga
Nama
: Azka Lathifa Zahratu Azra
NIM
: A44090022

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S.
Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Made Astawan, M.S.
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah
pekarangan, dengan judul Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga. Hasil utama dari penelitian ini
adalah membuat pola tanam pekarangan dalam empat ukuran pekarangan serta
kalender tanaman untuk mendukung diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S.
selaku dosen pembimbing akademis sekaligus pembimbing skripsi I serta Prof.
Dr. Ir. Made Astawan, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan masukan, saran, dan kritik yang sangat bermanfaat dalam
penyelesaian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ummi, adik-adik, seluruh keluarga besar, teman-teman Arsitektur Lanskap 46,

keluarga Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012, serta pihak lainnya atas segala
doa dan dukungannya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat
daerah perdesaan maupun perkotaan untuk mengoptimalkan potensi pekarangan,
terutama dalam memanfaatkan fungsi produksi untuk mendukung pencapaian
penganekaragaman konsumsi pangan. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan rekomendasi bagi pihak pemerintah dan akademisi untuk
mensosialisasikan fungsi pekarangan dalam mendukung swasembada pangan
Indonesia. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Azka Lathifa Zahratu Azra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

v

v
v
1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian

2

METODE

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Alat dan Bahan

5


Metode Penelitian

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pekarangan di Lokasi Penelitian

7
7

Analisis Ukuran Pekarangan

14

Analisis Zonasi Pekarangan

15

Analisis Keragaman Strata Pekarangan (Keragaman Vertikal)


16

Analisis Keragaman Fungsi Pekarangan (Keragaman Horizontal)

17

Analisis Keragaman Warna Tanaman

19

Analisis Kandungan Gizi Tanaman Pekarangan

22

Konsep Pekarangan

24

Rekomendasi Contoh Model dan Pola Tanam Pekarangan

28

Kalender Pertanaman Pekarangan

40

Perolehan Gizi dari Tanaman Pekarangan

40

Manajemen Lanskap Pekarangan

43

SIMPULAN DAN SARAN

43

Simpulan

43

Saran

44

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

46
64

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Alat penelitian
Aspek penjelasan dari metode penelitian
Sampel pekarangan di Desa Cikarawang
Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cikarawang
Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di
Desa Cikarawang
Sampel pekarangan di Kelurahan Situ Gede
Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Situ Gede
Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di
Kelurahan Situ Gede
Sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik
Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cihideung Udik
Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di
Desa Cihideung Udik
Luas pekarangan seluruh sampel pekarangan dan rataannya
Intensitas ditemuinya zonasi pada setiap sampel pekarangan
Keragaman vertikal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap
sampel pekarangan
Keragaman horizontal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap
sampel pekarangan
Rataan keragaman jenis berdasarkan fungsi tanaman
Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan
Klasifikasi warna tanaman pekarangan dan kandungan fitokimianya
Kandungan zat gizi tanaman pekarangan
Standar
pembuatan
model
pekarangan
yang
mendukung
penganekaragaman pangan
Rekomendasi tanaman untuk pola tanam di lokasi penelitian
Perolehan gizi dari setiap ukuran pekarangan per tahun

5
5
7
9
9
10
11
12
12
13
14
14
15
16
17
19
19
21
23
24
26
40

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kerangka pikir
Lokasi penelitian
Contoh klasifikasi tanaman berdasarkan warna fisik tanaman
Konsep warna tanaman pekarangan
Pola tanam bedengan pekarangan sempit
Model pekarangan sempit
Desain penanaman model pekarangan sempit
Pola tanam bedengan pekarangan sedang
Model pekarangan sedang
Desain penanaman model pekarangan sedang
Pola tanam bedengan pekarangan besar
Model pekarangan besar
Desain penanaman model pekarangan besar
Pola tanam bedengan pekarangan sangat besar

3
4
22
25
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

15
16
17
18
19

Model pekarangan sangat besar
Desain penanaman model pekarangan sangat besar
Kalender pertanaman di lokasi penelitian
Total bobot pangan setiap model pekarangan per tahun
Kandungan gizi dari setiap model pakarangan per tahun

38
39
41
40
42

DAFTAR LAMPIRAN
1 Intensitas ditemuinya tanaman di lokasi penelitian
2 Tanaman pekarangan di Desa Cikarawang dan zonasi keberadaannya
3 Tanaman pekarangan di Kelurahan Situ Gede dan zonasi
keberadaannya
4 Tanaman pekarangan di Desa Cihideung Udik dan zonasi
keberadaannya
5 Klasifikasi keragaman vertikal dan horizontal tanaman pekarangan
6 Data hortikultura tanaman dan estimasi perolehan bahan pangan
7 Perolehan zat gizi pada contoh model pekarangan sempit
8 Perolehan zat gizi pada contoh model pekarangan sedang
9 Perolehan zat gizi pada contoh model pekarangan besar
10 Perolehan zat gizi pada contoh model pekarangan sangat besar

46
47
50
53
56
58
60
61
62
63

PENDAHULUAN
Indonesia yang memiliki sumber daya alam melimpah sudah seharusnya
dapat berkontribusi dalam pemenuhan pangan dalam skala mikro, meso maupun
makro. Pekarangan sebagai lanskap mikro khas Indonesia dapat mengakomodasi
pemiliknya dalam berkontribusi untuk membantu asupan pangan keluarga,
terutama dalam wujud sayur, buah, bumbu, dan peningkatan pendapatan keluarga.
Khusus untuk wilayah perdesaan, manfaat tanaman pekarangan masih sangat
terasa, namun nilai estetika dari pekarangan tersebut masih seringkali terabaikan.
Padahal pekarangan seperti halnya wujud rumah secara tidak langsung merupakan
cerminan dari pemilik pekarangan tersebut. Nilai estetika dapat dicapai dengan
penataan warna tanaman pekarangan, sehingga pemanfaatan pekarangan yang
optimal seharusnya tidak hanya dari keragaman pangan yang diperoleh, namun
juga peningkatan kualitas estetika yang bisa timbul dari manajemen pekarangan
yang baik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan inventarisasi
eksisting pekarangan pedesaan berdasarkan ukuran, zonasi, keragaman vertikal
dan keragaman horizontal, analisis warna tanaman dengan kandungan gizinya,
serta pembuatan kalender tanaman dan rencana penanaman berdasarkan warna
tanaman pekarangan.

Latar Belakang
Keanekaragaman hayati dan kekayaan sumber daya alam Indonesia
sangatlah berlimpah. Berdasarkan hal ini sudah seharusnya Indonesia bisa
memenuhi kebutuhan pangan secara berkecukupan. Dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pangan sehari-hari, pada abad ke-12 masyarakat kawasan Jawa Tengah
telah dapat memanfaatkan lahan untuk menanam tanaman produktif, salah satunya
melalui pekarangan rumah. Pekarangan rumah khas pedesaan pada saat itu
dicirikan dengan keragaman dan stabilitas yang tinggi, agroekosistem yang baik,
dan struktur yang menyerupai miniatur hutan hujan tropis (Kehlenbeck et al.
2007). Hal ini disebabkan oleh keberadaan berbagai jenis tanaman tropis yang
dapat menghijaukan area rumah mereka sendiri. Selain itu, dua musim di
Indonesia yang dapat menjamin kondisi suhu udara relatif hangat dan kelembaban
tinggi dapat menyebabkan produksi biologi tanaman dapat berlangsung sepanjang
tahun (Arifin et al. 2008).
Pekarangan rumah masyarakat Indonesia memiliki keragaman struktur yang
kompleks, serta dimensi fungsi ekobiologis. Hal ini dikarenakan keberagaman
jenis tanaman yang berada di areal pekarangan dimaksudkan sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup mereka sehari-hari, seperti bahan makanan, bahan untuk upacara
adat dan kebudayaan setempat, serta salah satu upaya dalam meningkatkan
kualitas estetika di kawasan tempat tinggal. Selain itu, seiring dengan banyaknya
jenis tanaman pangan yang dibudidayakan, kualitas estetika dari pekarangan
tersebut menjadi semakin dianggap penting. Setiap tanaman yang dibudidayakan
memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing yang seharusnya dapat
dikombinasikan penataannya agar terlihat lebih estetis.

2
Perumusan Masalah
Berdasarkan potensi yang dimiliki, sudah semestinya lahan pekarangan
dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berkreasi
dalam penataan pekarangan berdasarkan warna tanaman yang bukan saja untuk
meningkatkan nilai estetika pekarangan, tetapi juga dapat meningkatkan gizi
keluarga. Oleh karena itu, perlu diteliti mengenai manajemen lanskap pekarangan
berdasarkan penataan dari warna bagian-bagian tanaman yang dapat dikonsumsi
langsung dan dapat meningkatkan gizi keluarga pemilik pekarangan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. menginventarisasi eksisting pekarangan perdesaan berdasarkan ukuran,
zonasi, keragaman vertikal dan keragaman horizontal,
2. menganalisis warna tanaman dengan kandungan gizinya, dan
3. menyusun kalender tanaman dan rencana penanaman berdasarkan warna
tanaman pekarangan.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah pedoman penanaman tanaman pekarangan
yang memanfaatkan warna dan kandungan gizi tanaman, khususnya di area
perdesaan. Oleh karena itu, manfaat dari hasil penelitian ini dapat menjadi
alternatif bagi masyarakat dalam melakukan pengelolaan pekarangan, khususnya
optimalisasi pekarangan pada fungsi produksi yang mendukung pencapaian
penganekaragaman konsumsi pangan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada pembuatan rencana penanaman (planting plan)
dan kalender pertanaman yang dapat mendukung penganekaragaman pangan
keluarga. Selain berfungsi sebagai pemenuhan pangan keluarga pemilik
pekarangan, model pekarangan yang tercipta juga memiliki nilai estetika dari
penataan warna tanaman pekarangan. Model dibuat dalam empat ukuran
pekarangan, yaitu pekarangan sempit, pekarangan sedang, pekarangan besar, dan
pekarangan sangat besar.

Kerangka Pikir
Setiap pekarangan pasti mempunyai pola penataan ruang tertentu. Penelitian
ini menghasilkan rekomendasi pola tata ruang (zonasi) pekarangan, pola tanam
dan kalender petanaman yang dapat mendukung keanekaragaman pangan
keluarga. Penelitian ini diawali dengan tahap survei penentuan pekarangan untuk
memperoleh jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat di lokasi

3
penelitian. Selanjutnya akan dilakukan analisis warna dan kandungan zat gizi dari
tanaman pekarangan, pembuatan rekomendasi rencana penanaman (planting plan)
dengan memanfaatkan warna tanaman pada empat ukuran pekarangan, serta
pembuatan kalender pertanaman untuk setiap jenis tanaman yang digunakan pada
model pekarangan. Oleh karena itu, model pola pertanaman yang terbentuk dapat
berfungsi sebagai pemenuhan keanekaragaman pangan keluarga pemilik
pekarangan sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika pekarangan (Gambar 1).
Lahan Pekarangan Kurang Dimanfaatkan

Masalah Pangan

Optimalisasi Lahan Pekarangan untuk Penganekaragaman Pangan
Fungsi Estetika
Penentuan Sampel Pekarangan (Arifin 1998)

Zonasi
Depan
Samping
Belakang

Ukuran
Sempit (1000 m2)

Strata

Fungsi

(Keragaman Vertikal)

(Keragaman Horizontal)

Strata I (< 1m)
Strata II (1-2 m)
Strata III (2-5 m)
Strata IV (5-10 m)
Strata V (>10 m)

Tanaman Hias
Tanaman Obat
Tanaman Sayuran
Tanaman Buah
Tanaman Bumbu
Tanaman Penghasil
Pati
Tanaman Industri
Tanaman Lainnya

Pengkarakterisasian Warna dan Kandungan Nutrisi Tanaman
Perhitungan Perolehan Gizi dari Tanaman Pekarangan per Tahun
Pembuatan Kalender Pertanaman
Penyusunan Manajemen Lanskap Pekarangan Bagi
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarga
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di pekarangan-pekarangan yang ada di
tiga desa yang berlokasi di kawasan lingkar Kampus IPB Darmaga, yaitu Desa
Cikarawang dan Desa Cihideung Udik yang berada di Kabupaten Bogor, serta
Kelurahan Situ Gede di Kota Bogor, Jawa Barat (Gambar 2). Jumlah pekarangan
yang digunakan di setiap desa adalah sebanyak empat pekarangan dengan
pengulangan pada setiap ukuran pekarangan sebanyak tiga kali. Tiga lokasi yang
menjadi lokasi penelitian merupakan pengulangan dari setiap jenis ukuran
pekarangan. Penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Mei 2013.

Sumber: maps.google.com

Gambar 2 Lokasi penelitian: (1) Desa Cihideung Udik, (2) Desa
Cikarawang, dan (3) Kelurahan Situ Gede, Bogor

5
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan peralatan dalam bentuk perangkat keras
maupun lunak (Tabel 1). Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
berupa lembar survei dan peta lokasi penelitian.
Tabel 1 Alat penelitian
Alat
Perangkat keras (hardware)
Lembar survei
Kamera digital
Meteran
Abney level
Perangkat lunak (software)
Adobe Photoshop
Auto CAD
Google Sketchup Pro
NutriSurvey

Kegunaan
Penyimpan data sementara dari hasil survei di lapang
Pengambilan data visual kondisi wilayah setempat
Pengukuran luas pekarangan dan tanaman
Pengukuran ketinggian tanaman
Pembuatan ilustrasi dan finishing gambar
Pembuatan gambar rancangan
Pembuatan rancangan 3D
Pembuatan analisis perolehan gizi

Metode Penelitian
Metode penelitian terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan tujuan yang ingin
diperoleh, yaitu:
1. Inventarisasi kondisi pekarangan dan tanaman eksisting dilakukan dengan
metode survei dan wawancara. Kegiatan inventarisasi pekarangan
berdasarkan ukuran, zonasi, keragaman vertikal dan keragaman horizontal
dilakukan berdasarkan metode Arifin (1998). Aspek inventarisasi dan
standar yang diacu dapat dilihat pada Tabel 2.
2. Analisis warna tanaman dengan metode klasifikasi warna pangan yang
langsung dapat dikonsumsi menurut Astawan (2008). Analisis kandungan
gizi dengan mengacu pada Tabel Komposisi Pangan Indonesia yang
dipublikasi oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) tahun 2009.
3. Penyusunan kalender pertanaman dan rencana penanaman dengan
menggunakan hasil survei dan wawancara kepada pemilik pekarangan
serta penyesuaian dengan kalender tanaman aktual di lokasi penelitian.
Tabel 2 Aspek penjelasan dari metode penelitian
Aspek
Standar
Metode
Penelitian
Ukuran
Klasifikasi menurut Arifin Survei
(1998):
1. sempit (120 m2)
2. sedang (120-400 m2)
3. besar (400-1000 m2)
4. sangat besar (>1000 m2)

Alat yang
dibutuhkan
Meteran,
GPS, dan
lembar
survei

Analisis
Membandingkan
ukuran minimum,
maksimum dan
rataan ukuran
pekarangan di
lokasi penelitian

6
Tabel 2 Aspek penjelasan dari metode penelitian (lanjutan)
Aspek
Standar
Penelitian
Zonasi
Klasifikasi menurut Arifin
(1998):
1. zonasi depan
2. samping kanan
3. samping kiri
4. belakang
Keragaman Klasifikasi Arifin (1998):
vertikal
1. Strata I (10 m)
Keragaman Klasifikasi Arifin (1998):
horizontal Tanaman hias, Tanaman
(fungsi)
obat, Tanaman sayur,
Tanaman buah, Tanaman
bumbu, Tanaman pati,
Tanaman industri dan
Tanaman lainnya
Warna
Klasifikasi warna pangan
tanaman
menurut Astawan (2008)

Kalender
tanaman

Waktu tanam, waktu
panen, dan umur tanaman
dalam setahun

Pola tanam Klasifikasi ukuran, zona,
pekarangan keragaman vertikal dan
horizontal menurut Arifin
(1998) dan warna tanaman
menurut Astawan (2008)

Metode
Survei

Survei

Alat yang
dibutuhkan
Kamera
digital, dan
lembar
survei

Analisis
Membandingkan
intensitas
ditemuinya zonasi
di setiap ukuran
pekarangan

Abney
level,
lembar
survei, dan
kamera
digital
Lembar
survey, dan
kamera
digital

Membandingkan
jumlah spesies
tanaman
berdasarkan strata
pada setiap ukuran
pekarangan
Membandingkan
jumlah spesies
tanaman
berdasarkan fungsi
pada setiap ukuran
pekarangan

Survei dan
studi
pustaka

Kamera
digital, dan
diagram
warna
tanaman

Survei,
wawancara
dan studi
pustaka

Lembar
survei

Hasil
survei dan
studi
pustaka
terkait pola
tanam

Software
untuk
mengolah
data dan
grafis

Mengklasifikasikan
warna tanaman dan
kaitannya terhadap
gizi yang diperoleh
(karbohidrat,
protein, lemak,
vitamin A, vitamin
C dan zat besi)
Mengklasifikasikan
tanaman annual
dan perennial
beserta waktu
tanam dan panen
setiap tanaman
Membuat pola
tanam berdasarkan
rataan tiap ukuran
pekarangan saat
pengamatan.

Survei dan
wawancara

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Pekarangan di Lokasi Penelitian
Pekarangan Desa Cikarawang
Desa Cikarawang memiliki luas 226,56 Ha dan memiliki ketinggian tanah
sebesar 700 m dari permukaan laut. Desa ini termasuk ke daerah yang
bertopografi atau berdataran tinggi dengan suhu rata-rata sebesar 25oC-30oC.
Berikut ini adalah lokasi sampel pekarangan (Tabel 3) luasan masing-masing
pekarangan dan pemenuhan pekarangan tersebut terhadap kriteria-kriteria sampel
pekarangan di Desa Cikarawang (Tabel 4), dan uraian statistik sederhana dari
jumlah spesies tanaman pekarangan berdasarkan fungsinya (Tabel 5), serta zona
keberadaannya (Lampiran 2).
Tabel 3 Sampel pekarangan di Desa Cikarawang
Zona Pekarangan
No Pekarangan
Denah
Depan
Samping

1

Sempit 1

2

Sempit 2

3

Sempit 3

4

Sedang 1

5

Sedang 2

Belakang

8
Tabel 3 Sampel pekarangan di Desa Cikarawang (lanjutan)
Zona Pekarangan
No Pekarangan
Denah
Depan
Samping

6

Sedang 3

7

Besar 1

8

Besar 2

9

Besar 3

10

Sangat
Besar 1

11

Sangat
Besar 2

12

Sangat
Besar 3

Belakang

9
Tabel 4 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cikarawang
Simbol
ukuran

Luas
(m2)

Zonasi

Keragaman Vertikal
(jumlah spesies)
II
III IV
7
2
0
3
4
1
5
2
0
8
3
0
7
5
1
5
8
1
9
11
1
2
7
0
8
3
1
5
3
0
10
4
1
11
6
0

Keragaman Horizontal
(jumlah spesies)
b c d e f
0 2 2 4 0
0 0 6 1 0
0 0 3 0 0
0 1 6 1 2
0 1 9 0 1
0 2 12 1 0
0 7 11 5 0
0 0
9 0 0
0 1 4 2 1
0 0 7 0 1
0 2 9 1 2
0 2 11 1 3

D S B
I
V
a
Sem1
116 1 1 1
2
1
4
Sem2
108 1 1 1
7
2
10
Sem3
115 1 1 1
8
1
13
S1
261 1 1 1
2
3
6
S2
353 1 1 1
6
4
12
S3
327 1 1 1
4
6
9
B1
581 1 1 1
8
2
7
B2
535 1 1 1
0
3
3
B3
474 1 1 1
6
1
11
SB1
1 914 1 1 1
6
8
12
SB2
1 056 1 1 1
5
4
10
SB3
1 617 1 1 1
6
7
13
Keterangan:
a. Simbol ukuran pekarangan: Sempit (Sem), Sedang (S), Besar (B), Sangat Besar (SB)
b. Zonasi Depan (D), Samping (S), dan Belakang (B)
c. Keragaman Vertikal 10m (V)
d. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias (a), Obat (b), Sayur (c), Buah (d), Bumbu (e),
Penghasil Pati (f), Industri (g), dan lainnya (h)

g
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0

Tabel 5 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di
Desa Cikarawang
Fungsi Tanaman
Tanaman Hias
Tanaman Obat
Tanaman Sayur
Tanaman Buah
Tanaman Bumbu
Tanaman Penghasil Pati
Tanaman Industri
Tanaman lainnya

Maksimal
14
0
7
13
5
3
2
2

Jumlah Spesies Tanaman
Minimal
Rata-rata
3
9.75
0
0
0
1.5
2
7.5
0
1.4
0
0.75
0
0.2
0
0.17

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa masyarakat masih
berusaha untuk mengoptimalkan pekarangannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini berkaitan dengan kondisi pekarangan yang memiliki area
budidaya tanaman berbagai fungsi (keragaman horizontal) dan juga memiliki
home range bagi hewan ternak. Namun pada desa ini sudah tidak ada tanaman
pekarangan yang difungsikan sebagai obat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih
memilih untuk membeli obat yang penggunaannya instan dibandingkan tanaman
obat yang rata-rata butuh pengolahan tertentu untuk pemakaiannya.

Pekarangan Kelurahan Situ Gede
Kelurahan Situ Gede memiliki luas 232,47 Ha dan terletak pada ketinggian
244 m dpl. Suhu udara rata-rata pada daerah ini berkisar 24,8oC-25oC. Berikut ini
adalah lokasi sampel pekarangan (Tabel 6), luasan tiap pekarangan pemenuhan
pekarangan tersebut terhadap kriteria-kriteria sampel pekarangan di Kelurahan
Situ Gede (Tabel 7), uraian statistik sederhana dari jumlah spesies tanaman

h
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0

10
pekarangan berdasarkan fungsinya (Tabel 8), dan jenis tanaman beserta zona
keberadaannya (Lampiran 3).
Tabel 6 Sampel pekarangan di Kelurahan Situ Gede
No

Pekarangan

1

Sempit 1

2

Sempit 2

3

Sempit 3

4

Sedang 1

5

Sedang 2

6

Sedang 3

7

Besar 1

8

Besar 2

Denah

Depan

Zonasi
Samping

Belakang

11
Tabel 6 Sampel pekarangan di Kelurahan Situ Gede (lanjutan)
Zonasi
No Pekarangan
Denah
Depan
Samping
9

Besar 3

10

Sangat
Besar 1

11

Sangat
Besar 2

12

Sangat
Besar 3

Belakang

Tabel 7 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Kelurahan Situ Gede
Simbol
ukuran

Luas
(m2)

Zonasi

Keragaman Vertikal
(jumlah spesies)
II
III IV
1
1
0
6
4
0
6
5
0
2
3
0
4
2
0
6
7
1
5
1
0
4
4
1
2
5
0
5
5
1
4
5
1
11
8
0

Keragaman Horizontal
(jumlah spesies)
a b c d e f
0 0 0 3 1 1
6 0 0 6 3 1
9 0 1 5 0 1
7 0 0 5 0 0
5 0 0 6 0 0
11 1 0 8 2 0
0 0 1 3 2 2
4 0 0 7 1 1
5 0 0 5 1 0
8 0 0 9 2 0
0 0 1 7 1 2
9 1 1 11 4 2

D S B
I
V
Sem1
117 1 1 1
1
3
Sem2
119 1 1 1
3
3
Sem3
3
2
117 1 1 1
S1
382 1 1 1
4
3
S2
394 1 1 1
2
3
S3
258 1 1 1
5
4
B1
945 1 1 1
0
3
B2
774 1 1 1
0
5
B3
503 1 1 1
1
3
SB1
1 019 1 1 1
5
3
SB2
2 097 1 1 1
0
2
SB3
1 042 1 1 1
4
5
Keterangan:
a. Simbol ukuran pekarangan: Sempit (Sem), Sedang (S), Besar (B), Sangat Besar (SB)
b. Zonasi Depan (D), Samping (S), dan Belakang (B)
c. Keragaman Vertikal 10m (V)
d. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias (a), Obat (b), Sayur (c), Buah (d), Bumbu (e),
Penghasil Pati (f), Industri (g), dan lainnya (h)

g
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0

h
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabel 7 menginformasikan bahwa tanaman pekarangan memiliki fungsi
yang beranekaragam, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan tanaman pekarangan
yang memiliki fungsi merata. Pada Tabel 7 dapat terlihat bahwa alokasi fungsi
tanaman pekarangan tidak merata, karena ada jumlah spesies tanaman yang tinggi

12
namun tidak ada sama sekali pada pekarangan lainnya. Namun, dapat diketahui
bahwa sekecil apapun pekarangan, maka setidaknya masih dapat ditemukan
tanaman buah (Tabel 8).
Tabel 8 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di
Kelurahan Situ Gede
Fungsi Tanaman
Tanaman Hias
Tanaman Obat
Tanaman Sayur
Tanaman Buah
Tanaman Bumbu
Tanaman Penghasil Pati
Tanaman Industri
Tanaman lainnya

Jumlah Spesies Tanaman
Maksimal
Minimal
Rata-rata
11
0
5.33
1
0
0.20
1
0
0.30
11
3
6.25
4
0
1.58
2
0
0.90
1
0
0.40
0
0
0.00

Pekarangan Desa Cihideung Udik
Desa Cihideung Udik berada di kaki Gunung Salak yang dibatasi oleh
Sungai Cinangneng di sebelah barat. Berikut ini adalah lokasi sampel pekarangan
(Tabel 9), luasan tiap pekarangan dan pemenuhan pekarangan tersebut terhadap
kriteria-kriteria sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik (Tabel 10), uraian
statistik sederhana dari jumlah spesies tanaman pekarangan berdasarkan fungsinya
(Tabel 11), dan jenis tanaman beserta zona keberadaannya (Lampiran 4).
Tabel 9 Sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik
No

Pekarangan

1

Sempit 1

2

Sempit 2

3

Sempit 3

4

Sedang 1

5

Sedang 2

Denah

Depan

Zonasi
Samping

Belakang

13
Tabel 9 Sampel pekarangan di Desa Cihideung Udik (lanjutan)
Zonasi
No Pekarangan
Denah
Depan
Samping
6

Sedang 3

7

Besar 1

8

Besar 2

9

Besar 3

10

Sangat
Besar 1

11

Sangat
Besar 2

12

Sangat
Besar 3

Belakang

Tabel 10 Luas dan pemenuhan kriteria sampel pada Desa Cihideung Udik
Simbol

Sem1
Sem2
Sem3
S1
S2
S3
B1
B2
B3
SB1
SB2
SB3

Luas
(m2)
116
119
199
389
304
395
681
627
579
1 194
1 032
1 253

Zonasi
D S B
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1
1 1 1

Keragaman Vertikal
(jumlah spesies)
I
II III IV V
1
5
5
1
3
0
8
2
1
1
3
0
2
0
2
1
1
3
0
3
2
0
2
0
2
1
3
3
1
3
0
1
1
0
5
2
2
2
1
2
0
3
3
0
3
3
3
2
0
1
0
6
5
0
6
3
1
6
0
6

Keragaman Horizontal
(jumlah spesies)
a b c d e f g
4 0 0 6 2 1 1
5 0 0 5 1 1 0
2 0 0 4 1 0 0
2 0 0 6 0 0 0
2 0 0 4 0 0 0
3 0 0 7 1 0 0
1 0 0 6 0 0 0
3 0 0 5 0 1 0
1 0 0 7 1 0 0
3 0 1 3 1 1 0
5 0 0 9 0 2 1
7 0 0 9 0 0 0

h
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

14
Keterangan:
a. Simbol ukuran pekarangan: Sempit (Sem), Sedang (S), Besar (B), Sangat Besar (SB)
b. Zonasi Depan (D), Samping (S), dan Belakang (B)
c. Keragaman Vertikal 10m (V)
d. Keragaman Horizontal: Tanaman Hias (a), Obat (b), Sayur (c), Buah (d), Bumbu (e),
Penghasil Pati (f), Industri (g), dan lainnya (h)

Tabel 11 Jumlah maksimal, minimal dan rata-rata spesies tanaman pekarangan di
Desa Cihideung Udik
Fungsi Tanaman
Tanaman Hias
Tanaman Obat
Tanaman Sayur
Tanaman Buah
Tanaman Bumbu
Tanaman Penghasil Pati
Tanaman Industri
Tanaman lainnya

Jumlah Spesies Tanaman
Maksimal
Minimal
Rata-rata
7
1
3.16
0
0
0.00
1
0
0.08
9
4
5.90
2
0
0.58
2
0
0.50
1
0
0.08
1
0
0.08

Dapat diketahui dari Tabel 11 bahwa fungsi dari tanaman pekarangan
beranekaragam. Namun pada desa ini sudah tidak ada tanaman pekarangan yang
difungsikan sebagai obat. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih untuk
membeli obat yang penggunaannya instan dibandingkan tanaman obat yang ratarata butuh pengolahan tertentu untuk pemakaiannya.
Analisis Ukuran Pekarangan
Ada empat jenis pekarangan menurut ukurannya yaitu pekarangan sempit
dengan luas kurang dari 120 m2, pekarangan sedang dengan luas 120 m2 - 400 m2,
pekarangan besar dengan luas 400 m2 - 1000 m2, dan pekarangan sangat besar
dengan luas lebih dari 1000 m2. Sebagai tambahan, agar pekarangan dapat
mengakomodasi semua struktur dan fungsi vegetasi, dibutuhkan luas minimum
sebuah pekarangan atau critical minimum size seluas 100 m2 (Arifin 1998).
Berikut ini adalah luasan keseluruhan dari semua sampel pekarangan beserta
klasifikasi berdasarkan ukurannya (Tabel 12).
Tabel 12 Luas pekarangan seluruh sampel pekarangan dan rataannya (m2)
Desa I
Desa II
Ukuran
Pekarangan 1
2
3
1
2
Sempit
116
108
115
117
119
Sedang
261
353
327
382
394
Besar
581
535
474
945
774
Sangat
1,914 1,056 1,617 1,019 2,097
Besar

3

1

117
258
503

116
390
681

1,042 1,194

Desa III
2
119
304
628

3
118
395
579

Mini- Rata Maksimum -an mum
108
258
474

116
341
633

119
395
945

1,032 1,253 1,019 1,358 2,097

Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa nilai minimum, rataan, dan
maksimum dari setiap sampel telah memenuhi klasifikasi Arifin (1998). Tabel
tersebut juga menginformasikan bahwa pekarangan yang dijadikan sampel
memiliki rata-rata ukuran pekarangan sempit seluas 116 m2, pekarangan sedang
seluas 341 m2, pekarangan besar seluas 633 m2, dan pekarangan sangat besar
seluas 1358 m2. Luasan pekarangan ini akan digunakan untuk pembuatan model
pekarangan untuk setiap klasifikasi ukuran pekarangan menurut Arifin (1998).

15
Analisis Zonasi Pekarangan
Pekarangan sebagai tipe taman rumah Indonesia memiliki zonasi untuk
penataan ruang tertentu sesuai dengan lokasi geografis dan kondisi sosial budaya
yang berlaku di lingkungan pekarangan tersebut. Namun pada umumnya,
pekarangan terdiri dari tiga zona berdasarkan fungsinya, yaitu pekarangan depan,
pekarangan samping (kiri dan kanan), serta pekarangan belakang (Arifin et al.
2009). Tabel 13 menerangkan jumlah spesies tanaman berdasarkan fungsi yang
diklasifikasikan berdasarkan zona ditemukannya tanaman.
Tabel 13 Intensitas ditemuinya zonasi pada setiap sampel pekarangan
Desa I
Desa II
Desa III
Intensitas
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Sempit (1000 m2)
Dpn
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.00
Ska
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0.89
Ski
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.00
Blk
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1.00
Keterangan: Zonasi Depan (Dpn), Samping kanan (Ska), Samping kiri (Ski), dan Belakang (Blk)
Ukuran Pekarangan

Zonasi

Tabel 13 menginformasikan bahwa pada setiap sampel pekarangan
ditemui adanya pekarangan depan dan belakang. Namun untuk keberadaan
pekarangan samping kanan dan kiri tidak dapat ditemui sekaligus pada semua
sampel pekarangan. Pada pekarangan sempit, hanya ada satu pekarangan yang
memiliki zonasi lengkap, yaitu pekarangan 2 di Desa III. Pekarangan sempit
lainnya hanya ditemukan adanya zonasi depan, belakang dan salah satu dari
pekarangan samping dengan intensitas ditemuinya pekarangan samping kanan
sebesar 0.44 dan samping kiri 0.67. Pada pekarangan sedang, intensitas
ditemuinya pekarangan samping kanan dan kiri memiliki nilai lebih besar
daripada di pekarangan sempit, yaitu pekarangan samping kanan sebesar 0.78 dan
kiri sebesar 0.67. Pekarangan besar memiliki lima pekarangan dengan zonasi
lengkap, serta empat lainnya yang hanya memiliki salah satu sisi dari pekarangan
samping dengan intensitas pekarangan samping kanan dan kiri memiliki nilai
sebesar 0.78. Sementara itu, hamper semua pekarangan sangat besar meliliki zona
lengkap, kecuali sampel pekarangan 3 di Desa II yang tidak memiliki pekarangan
samping kanan. Oleh karena itu, dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa semakin
besar suatu pekarangan maka peluangnya ditemukan zonasi pekarangan yang
lengkap juga semakin besar.

16
Analisis Keragaman Strata Tanaman (Keragaman Vertikal)
Penggunaan berbagai jenis tanaman pada area pekarangan dapat
menciptakan keragaman tanaman secara vertikal dan horizontal. Keragaman
vertikal tercipta secara fisik melalui ketinggian tanaman, yaitu rumput atau herba
untuk ketinggian kurang dari 1 m (strata I), semak untuk ketinggian 1-2 m (strata
II), perdu dan pohon kecil dengan ketinggian 2-5 m (strata III), pohon sedang
yang memiliki tinggi antara 5-10 m (strata IV), dan pohon tinggi untuk ketinggian
pohon di atas 10 m (strata V) (Arifin 1998). Pengelompokan tanaman pekarangan
hasil inventarisasi ke dalam lima strata tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.
Dari data hasil penelitian, dapat diambil rata-rata jumlah spesies yang ada
di seluruh sampel pekarangan berdasarkan stratanya. Lampiran 8 memberikan
informasi terkait rata-rata jumlah spesies tanaman berdasarkan strata pada setiap
lokasi. Jika dibedakan berdasarkan ukuran dari setiap sampel pekarangan, maka
dapat diketahui nilai minimum, rataan dan maksimum dari setiap strata pada
setiap lokasi pekarangan (Tabel 14).
Tabel 14 Keragaman vertikal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap
sampel pekarangan
Ukuran
Pekarangan
Sempit
(1000 m2)

Strata
Tanaman
V
IV
III
II
I
V
IV
III
II
I
V
IV
III
II
I
V
IV
III
II
I

1
1
0
2
7
2
3
0
3
8
2
2
1
11
9
8
8
0
3
5
6

Desa I
2
2
1
4
3
7
4
0
5
7
6
3
0
7
2
0
4
1
4
10
5

3
1
0
2
5
8
6
1
8
5
4
1
1
3
8
6
7
0
6
11
6

1
3
0
1
1
1
3
0
7
6
5
3
0
1
5
1
3
1
5
5
4

Desa II
2 3
3 2
0 0
4 5
6 6
3 3
3 4
0 1
2 3
4 2
2 4
5 3
1 0
4 5
4 2
0 0
2 5
1 0
5 8
4 11
0 5

Desa III
1 2 3
3 1 2
1 1 0
5 2 2
5 8 0
1 0 3
3 2 3
0 0 1
3 2 3
1 0 3
1 2 1
5 2 3
0 1 0
1 2 3
1 2 3
0 2 0
1 6 6
0 0 0
2 5 6
3 6 1
3 0 3

Minimum
1
0
1
0
0
2
0
2
0
1
1
0
1
1
0
1
0
2
1
0

Rataan
2.00
0.33
3.00
4.56
3.11
3.44
0.33
4.00
4.00
3.00
3.00
0.44
4.11
4.00
1.89
4.67
0.33
4.89
6.22
3.56

Maksimum
3
3
5
8
6
6
1
7
7
8
6
1
9
10
6
7
1
6
12
8

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa hampir pada semua ukuran
pekarangan strata tanaman terbanyak yang ditemui adalah strata II, yaitu dengan
rataan intensitas pada pekarangan sempit sebesar 4.56, pekarangan sedang sebesar
4.00, pekarangan besar sebesar 4.00 (urutan kedua setelah strata III) dan pada
pekarangan sangat besar bernilai 6.22. Oleh karena itu, pekarangan dari
keseluruhan sampel dapat disimpulkan memiliki variasi ketinggian tanaman
tertinggi pada tanaman jenis semak (1-2 m). Selain strata II, pada pekarangan
sempit dapat ditemukan lebih banyak tanaman penutup tanah dibandingkan
tanaman berupa pohon. Namun, pada ukuran pekarangan yang lebih besar, yaitu
pekarangan sedang, besar dan sangat besar tanaman strata V rataannya meningkat

17
dan melebihi keragaman strata I. Hal ini membuktikan bahwa pada ukuran
pekarangan yang lebih luas tanaman pepohonan yang produktif lebih disukai
daripada hanya sekedar penanaman rerumputan yang didominasi oleh tanaman
hias.
Analisis Keragaman Fungsi Tanaman (Keragaman Horizontal)
Komposisi spesies pembentuk keragaman fungsi (horizontal) yang ada di
dalam satu pekarangan dengan pekarangan lainnya dapat berbeda-beda. Namun
secara umum, pekarangan-pekarangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu altitude, tipe tanah, iklim dan status sosial-ekonomi serta latar belakang
budaya (Karyono 1990). Pengelompokan tanaman hasil inventarisasi ke dalam
delapan fungsi tanaman pekarangan dapat dilihat pada Lampiran 5. Data yang
berada pada Lampiran 5 merupakan data tanaman beserta fungsinya yang berasal
dari hasil wawancara terhadap pemilik pekarangan.
Berdasarkan Lampiran 5, tanaman buah merupakan keragaman fungsi
tanaman tertinggi pada ketiga lokasi penelitian, lalu diikuti dengan keragaman
tanaman hias pada peringkat kedua. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
masyarakat di lokasi penelitian masih memiliki keinginan untuk membuat
pekarangannya tampak indah dan bernilai estetika. Namun dikarenakan kesibukan
harian yang cukup padat, maka tanaman hias yang ditanam sebagian besar
merupakan tanaman yang memiliki variasi warna namun tidak membutuhkan
pemeliharaan yang intensif untuk merawatnya. Jika dikaitkan dengan ukuran
pekarangan, maka keragaman horizontal dari setiap tanaman yang dijumpai di
setiap sampel pekarangan memiliki nilai yang berbeda antar fungsi tanaman
(Tabel 15).
Tabel 15 Keragaman horizontal berdasarkan jumlah spesies tanaman pada setiap
sampel pekarangan
Keragaman
horizontal
Sempit
a
(1000 m2)

Pada Tabel 15 dapat diketahui bahwa keragaman horizontal tertinggi yang
ada di semua ukuran pekarangan adalah jenis jenis tanaman buah, yaitu pada
pekarangan sempit bernilai 4.4, pekarangan sedang bernilai 7.1, pekarangan besar
bernilai 6.3, dan pekarangan sangat besar bernilai 7.2. Hal ini membuktikan
bahwa preferensi masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan yang dimilikinya
sebagai lahan untuk produksi buah-buahan masih lebih tinggi dibandingkan jenis
tanaman lainnya. Selain itu, keragaman horizontal tertinggi berikutnya setelah
tanaman buah adalah tanaman hias. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rataan
pada setiap jenis ukuran pekarangan, yaitu pada pekarangan sempit bernilai 6.2,
pekarangan sedang bernilai 6.6, pekarangan besar bernilai 4.0, dan pekarangan
sangat besar bernilai 7.7. Selain itu, Tabel 15 juga membuktikan bahwa hampir
seluruh masyarakat perdesaan di lokasi penelitian sudah tidak lagi menggunakan
tanaman pekarangan sebagai ladang penanaman tanaman obat, hal ini dibuktikan
dengan nilai frekuensi ditemukannya tanaman yang difungsikan sebagai tanaman
obat memiliki nilai yang sangat kecil dibandingkan ketujuh fungsi tanaman
lainnya. Tanaman obat yang teridentifikasi berdasarkan hasil wawancara hanya
ada pada pekarangan Sedang 3 dan Sangat Besar 2 di Desa II dengan tanaman
obat yang digunakan adalah tanaman lidah buaya (Aloe vera). Sementara jika
ditinjau kembali, dari seluruh jenis tanaman hasil inventarisasi maka dapat
ditemukan beberapa jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai obat di
Indonesia, seperti jahe, kunyit, daun katuk, dan mengkudu. Fakta bahwa tanaman
tersebut sudah tidak lagi difungsikan sebagai obat dapat disebabkan oleh beberapa
hal, anatara lain pengetahuan dari pemilik pekarangan yang belum mengetahui
khasiat dari tanaman tersebut dan juga preferensi pemilik pekarangan untuk lebih
menggunakan obat kimiawi instan dibandingkan dari tanaman pekarangan yang
perlu pengolahan terlebih dahulu. Perbandingan nilai rataan jumlah spesies
tanaman yang diklasifikasikan berdasarkan fungsi tanaman dapat terlihat lebih
jelas pada Tabel 16.

19
Tabel 16 Rataan Keragaman Jenis berdasarkan Fungsi Tanaman (Keragaman
Horizontal)
Fungsi Tanaman
Tanaman Hias
Tanaman Obat
Tanaman Sayur
Tanaman Buah
Tanaman Bumbu
Tanaman Penghasil Pati
Tanaman Industri
Tanaman lainnya

Rata-rata jumlah spesies tanaman
Rata- Persentase
(%)
Sempit
Sedang
Besar Sangat Besar rata
6.2
6.6
4.0
7.7
6.13
40
0.0
0.1
0.0
0.1
0.05
0
0.3
0.4
1.0
0.8
0.63
4
4.4
7.1
6.3
7.2
6.25
41
1.4
0.4
1.3
1.2
1.08
7
0.6
0.2
0.8
1.3
0.73
5
0.2
0.1
0.2
0.4
0.23
1
0.0
0.1
0.1
0.0
0.05
0

Berdasarkan Tabel 16, dapat dinyatakan bahwa pada ketiga lokasi
penelitian, jumlah spesies tanaman yang paling tinggi adalah dari golongan
tanaman buah (41%), lalu diikuti dengan tanaman hias (40%). Pada urutan
berikutnya ada tanaman bumbu (7%), tanaman penghasil pati (5%), tanaman
sayur (3.9%), tanaman industri (2%), tanaman obat (0%), dan yang terkecil adalah
tanaman lainnya (0%).

Analisis Keragaman Warna Tanaman
Klasifikasi warna dilakukan menjadi dua tipe, yaitu warna tanaman
berdasarkan tampilan fisiknya (performance) dan juga berdasarkan warna pangan
yang dapat langsung dikonsumsi. Warna tanaman berdasarkan tampilan fisiknya
diketahui dengan cara pengamatan terhadap warna tanaman yang tertangkap oleh
mata. Warna fisik tanaman akan digunakan untuk pembuatan contoh model
pekarangan. Klasifikasi warna tanaman yang kedua adalah berdasarkan warna
pangan yang dikonsumsi. Warna yang tercatat dalam klasifikasi ini membantu
dalam melakukan analisis perolehan gizi. Tabel 17 menginformasikan terkait
warna tanaman yang ditinjau secara tampilan fisik dan juga berdasarkan warna
pangan yang siap dikonsumsi.
Tabel 17 Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan
Nama Tanaman
Tanaman Hias
Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)
Adam Hawa (Rhoeo discolor)
Agave besar (Agave angustifolia)
Chrysothemis pulchella
Iris (Neomarica longifolia)
Kacang-kacangan (Arachis pintoi)
Kucai (Carex morrowii)
Lili Paris (Chlorophytum comosum)
Melati Jepang (Pseuderanthemum sp.)
Paku Sarang Burung (Asplenium nidus)
Palisota (Palisota barteri)
Patah Tulang (Pedilanthus tithymaloides)
Philodendron (Philodendron selloum)
Ruellia (Ruellia malacosperma)
Sansiviera (Sansiviera trifasciata)

Warna Fisik

Warna Pangan

Hijau-Ungu
Hijau
Hijau-Oranye
Hijau-Kuning
Hijau-Kuning
Hijau
Hijau-Putih
Hijau-Putih
Hijau
Hijau-Oranye
Hijau-Putih
Hijau
Hijau-Ungu
Hijau-Kuning

-

20
Tabel 17 Klasifikasi warna tanaman berdasarkan tampilan fisik dan pangan (lanjutan)
Nama Tanaman
Tanaman Hias (lanjutan)
Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)
Sirih Belanda (Epipremnum aureum)
Soka (Ixora coccinea)
Teh-tehan (Acalypha macrophylla)
Zodia (Euodia suaveolens)
Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)
Bogenvil (Bougainvillea spectabilis)
Dracena (Dracaena surculosa)
Dracena Kipas (Dracaena reflexa)
Euphorbia (Euphorbiamilii)
Hanjuang Hijau (Cordyline fruticosa)
Hanjuang Ungu (Cordyline terminalis)
Palem wregu (Rhapis excelsa)
Pucuk Merah (Oleina syzygium)
Puring Besar (Codiaeum variegatum)
Puring Panjang (Codiaeum sp.)
Walisongo (Schefflera arboricola)
Strata III (Tinggi Tanaman 2-5 m)
Kamboja Jepang (Plumeria rubra)
Palem Hijau (Ptychosperma macarthurii)
Palem Merah (Cyrtostachis renda)
Strata IV (Tinggi Tanaman 5-10 m)
Palem Kipas (Bismarckia nobilis)
Strata V (Tinggi Tanaman >10 m)
Saga (Adenanthera pavonina)
Tanaman Obat
Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)
Lidah Buaya (Aloe vera)
Tanaman Sayuran
Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)
Kangkung (Ipomoea aquatica)
Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)
Cabai Hijau (Capsicum annum)
Cabai Merah (Capsicum annuum)
Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Katuk (Sauropus androgynus)
Kemangi (Ocimum basilicum)
Tomat Ceri (Solanum lycopersicum)
Tomat Merah (Solanum lycopersicum)
Strata III (Tinggi Tanaman 2-5 m)
Bengkoang (Pachyrhizus erosus)
Tanaman Buah
Strata I (Tinggi Tanaman 10 m)
Belimbing (Averrhoa carambola)
Duku (Lansium domesticum)
Durian (Durio zibethinus)
Kelapa (Cocos nucifera)
Mangga (Mangifera indica)
Manggis (Garcinia mangostana)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Rambutan (Nephelium lappaceum)
Sirsak (Annona macrocarpa)
Sukun (Artocarpus communis)
Tanaman Bumbu
Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)
Bawang (Allium cepa)
Pandan (Pandanus amaryllifolius)
Sereh (Cymbopogon nardus)
Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)
Jahe (Zingiber officinale)
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Kunyit (Curcumae Domesticae)
Tanaman Penghasil Pati
Strata I (Tinggi Tanaman >1 m)
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Warna Fisik

Warna Pangan

Hijau
Merah
Cokelat
Cokelat

Hijau
Putih
Putih
Kuning

Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Hijau
Ungu
Kuning
Merah
Hijau
Kuning

Kuning
Putih
Kuning
Putih
Kuning
Putih
Kuning
Putih
Putih
Kuning

Hijau
Hijau
Hijau

Hijau
Kuning
Hijau

Hijau
Hijau
Hijau

Kuning
Kuning
Kuning

Hijau

Ungu

Hijau
Hijau

Putih
Putih

Strata II (Tinggi Tanaman 1-2 m)
Singkong (Manihot esculenta)
Talas (Xanthosoma roseum)
Tanaman Industri
Strata V (Tinggi Tanaman >10 m)
Jati (Tectona grandis)
Sengon (Paraserianthes falcataria)

Hijau
Hijau

Klasifikasi warna tanaman berdasarkan bagian pangan yang langsung siap
dikonsumsi dapat membantu dalam mengetahui kandungan fitokimia yang ada di
dalam bahan makanan (Astawan 2008). Tabel 18 menginformasikan terkait
klasifikasi tanaman pekarangan berdasarkan warna pangan yang langsung dapat
dikonsumsi serta kandungan fitokimia yang dikandung oleh tanaman tersebut.
Tabel 18 Klasifikasi warna tanaman pekarangan dan kandungan fitokimianya
Warna Tanaman
Hijau

Ungu

Nama Tanaman
belimbing wuluh, cabai hijau, cabai
rawit, kangkung, katuk, kemangi,
tomat ceri, alpukat, belimbing wuluh,
jambu biji, jambu kristal, mengkudu,
bawang daun, pandan, salam, sereh
ubi jalar ungu, buah naga, manggis

Senyawa Fitokimia
Glucosinolates, Isothiocyanates,
Indole-3 carbinol, Asam folat

Anthocyanins, Ellagic Acid
Flavonoids

22
Tabel 18 Klasifikasi warna tanaman pekarangan dan kandungan fitokimianya
Warna Tanaman
Kuning

Oranye
Merah

Nama Tanaman
belimbing, nangka, durian, pisang,
jeruk pontianak, jeruk sunkist, jeruk
nipis, mangga, jahe, kunyit, nanas
Pepaya
tomat merah, cabai merah, jambu air,
kersen
singkong, salak, duku, bengkoang,
kelapa, sirsak, talas, lengkeng, sukun,
rambutan, lidah buaya

Putih

Senyawa Fitokimia
Vitamin C, Flavonoid

Alpha & Beta-carotene
Beta-cryptoxanthin
Lycopene, Phytoene, Phytofluene,
Vitamin E
Allyl Sulfides

Senyawa fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang
ditemukan pada sayur-sayuran dan buah-buahan yang memberikan pengaruh baik
bagi kesehatan manusia (Astawan 2008). Kehadiran fitokimia pada berbagai
macam tanaman dengan tampilan warna berbeda akan meningkatkan
keberagaman manfaat gizi dari tanaman pangan di pekarangan. Berdasarkan Tabel
18, tanaman hijau mendominasi seluruh jenis warna tanaman pekarangan yang
dapat dikonsumsi. Tanaman dengan warna lainnya, seperti warna ungu,
kuning/oranye, merah, putih, juga akan melengkapi gizi yang akan diperoleh dari
tanaman yang memiliki warna hijau. Sebagai tambahan, selain manfaat dari gizi
yang diperoleh dari tanaman pekarangan, warna tanaman yang tampak dapat
dijadikan fungsi estetika sebagai penunjang keindahan pekarangan.

(1)

(2)

(3)

(4)
(5)
Gambar 3 Contoh klasifikasi tanaman berdasarkan wa