PENGELOLAAN konservasi KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGA

PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI SEBAGAI MODAL
DASAR PEMBANGUNAN NEGARA

Oleh : Hiskia Pandapotan
110810101078
S1 Ilmu Ekonomi Studi dan Pembangunan
Kelas D

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI DAN PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi, yang ditandai dengan ekosistem, jenis dalam ekosistem, dan plasma nutfah (genetik)
yang berada di dalam setiap jenisnya.
Dengan demikian, Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia
dan dikenal sebagai Negara mega-biodiversity. Keanekaragaman hayati yang tinggi tersebut
merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat serga buna, dan mempunyai

manfaat yang vital dan strategis, sebagai modal dasar pembangunan nasional, serta
merupakan paru-paru dunia yang mutlak dibutuhkan, baik di masa kini maupun yang akan
datang.
Namun demikian, Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat keterancaman
lingkungan yang tinggi, terutama terjadinya kepunahan jenis dan kerusakan habitat, yang
menyebabkan menurunnya keanekaragaman hayati. Hal ini disebabkan karena proses
pembangunan, dimana jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah menyebabkan
kebutuhan dasar pun semakin besar, sehingga sering terjadi perubahan fungsi areal hutan,
sawah dan kebun rakyat baik oleh pemerintah maupun swasta.
Keadaan demikian menyebabkan menyusutnya keanekaragaman hayati dalam tingkat
jenis. Ketika pembangunan pemukiman, perkantoran, dan industri berjalan dengan cepat,
secara bersamaan terjadi penurunan populasi jenis tumbuhan, hewan dan mikroba. Maka dari
itu Indonesia merupakan salah satu wilayah prioritas konservasi keanekaragaman hayati
dunia.
Di samping itu sumberdaya hayati banyak yang merupakan sumberdaya milik
bersama seperti sumberdaya laut dan sumberdaya hutan. Sumberdaya yang sifatnya milik
bersama ini memberi kesempatan semua orang dapat masuk untuk memanfaatkannya, dan
karena sifat manusia ingin mendapatkan manfaat sebesar-besarnya maka akibatnya terjadi
tragedi kebersamaan (Garrett Hardin, 1968:1244). Maka dari itu konservasi keanekaragaman
hayati menjadi suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.

Potensi keanekaragaman hayati Indonesia juga diikuti dengan ancaman terhadap
kepunahan atau degradasi dari keanekaragaman hayati itu sendiri.Untuk mengantisipasi dan
mengatasi hal tersebut, Indonesia berkomitmen dalam pelestarian keanekaragaman hayati
salah satunya dengan meratifikasi Konvensi keanekaragaman Hayati (Convention on

Biodiversity). Mandat internasional atas keberadaan kawasan pelestarian kehati juga dijamin
dengan peraturan perundangan Indonesia dan keputusan-keputusan pemerintah lainnya.
Realisasi penandatangan konvensi yang secara legal mengikat (legally binding) atas
Indonesia menjadi tolak ukur bagi prestasi bangsa Indonesia di mata dunia sehingga
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta dan seluruh elemen masyarakat Indonesia
memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan keanekaragaman hayati. Berbagai upaya
telah dilakukan dalam usahanya untuk melestarikan kekayaan alam hayati yang dapat
menjadi tanda keseriusan negara Indonesia dalam komitmennya.

1.2 Pemecahan Masalah
1. Apa itu keanekaragaman hayati dan segala isinya
2. Mengetahui apa perkembangan berkelanjutan
3. Tantangan apa saja yang dihadapi dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati
untuk menjadi modal negara


1.3 Tujuan
1. Mengumpulkan data dengan keanekaragaman hayati dan pengetahuan
tradisional terkait yang ada di Indonesia.
2. Mengetahui status keekonomian kekayaan alam hayati di Indonesia
3. Merumuskan rekomendasi kebijakan untuk pemanfaatan pembangunan berkelanjutan
terhadap kekayaan alam hayati Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Keanekaragaman Hayati
Pengertian keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari

semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem
akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini
meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem (Convention on Biological
Diversity, 1993).
Pengertian keanekaragaman hayati menurut pendapat ahli yang lain yaitu Sudarsono
dkk (2005: 6) menyebutkan bahwa keanekaragaman hayati adalah ketersediaan
keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah

(keanekaragaman genetik di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman
ekosistem.
Pengertian Keanekaragaman hayati atau biodiversitas menurut Global Village
Translations (2007:4) adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur
dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman
sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat
baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya.
Pengertian keanekaragaman hayati yang lebih mudah dari keanekaragaman hayati
adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan dan hewan) yang
terdapat di muka bumi (Ani Mardiastuti, 1999: 1).

2.2

Tingkatan Keanekaragaman Hayati
Tingkatan Keanekaragaman Hayati, mencakup semua bentuk kehidupan di muka

bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu
berpikir seperti manusia (Bappenas, 2004: 6).
Tingkatan Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi,
termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan,
jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai

sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari
kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi
spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang
mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen
yang belum diketahui (Mochamad Indrawan, 2007: 16-18).
2. Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara
populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu
dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara
satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena setiap individu mempunyai bentukbentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima
kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang
terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi
genetik dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang
berbeda-beda (Mochamad Indrawan, 2007: 15-25).
3. Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi

yang berbeda serta

asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing (Mochamad
Indrawan, 2007: 15). Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai ekosistem. Ekosistem
tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis vegetasinya atau tumbuhan penyusunnya.
Vegetasi ini dipengaruhi oleh jenis tanah, iklim, dan ketinggian suatu ekosistem.
Beberapa contoh keanekaragaman ekosistem adalah ekosistem danau, ekosistem
hujan tropis, ekosistem mangrove, dan ekosistem terumbu karang.

2.3

Konsep Pengelolaan SDA
Selanjutnya menurut Baiquni (2007) konsep pengelolaan sumberdaya perdesaan yang

berkelanjutan merupakan siklus perencanaan, aksi dan refleksi yang dirumuskan dalam tiga
gatra, yaitu :
1. Pengelolaan sumberdaya perdesaan secara berkelanjutan pada dasarnya merupakan
upaya mengintegrasikan perspektif ekonomi dan ekologi dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan. Secara praktis, berupaya memperhatikan kepentingan

penduduk perdesaan dalam meningkatkan penghidupan dan kesejahteraan serta secara
simultan

berusaha

melakukan

konservasi

sumberdaya

sebagai

basis

bagi

keberlanjutanpenghidupannya.

2. Pengelolaan sumberdaya perdesaan secara berkelanjutan memberikan prioritas untuk
memperkuat dinamika sosial ekonomi lokal dan memberdayakan pelaku dan
kelembagaan lokal dalam pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya. Upaya ini
tentu saja perlu memperhitungkan dan berinteraksi dengan faktor eksternal seperti
inovasi teknologi, perkembangan pasar dan kebijakan pemerintah.
3. Pengelolaan sumberdaya perdesaan secara berkelanjutan seyogyanya memahami
permasalahan sumberdaya dan potensi yang dikandungnya dalam rangka kesamaa
akses bagi kelompok-kelompok sosial dan kepentingan antar generasi. Pemahamam
semacam itu perlu proses pencerahan melalui serangkaian refleksi sebagai upaya
untuk mempelajari apa yang telah dicapai dan apa yang perlu dilakukan di masa
mendatang.

BAB III PEMBAHASAN
Ancaman terhadap keanekaragaman hayati tersebut dapat terjadi melalui berbagai
cara berikut :

1. Perluasan areal pertanian dengan membuka hutan atau eksploitasi hutannya sendiri
akan mengancam kelestarian varietas liar/lokal yang hidup di sana (seperti telah
diketahui bahwa varietas padi liar banyak dijumpai di hutan belukar, hutan jati dan
hutan jenis lain). Oleh karena itu, sebelum pembukaan hutan perlu dilakukan

ekspedisi untuk pengumpulan data tentang varietas liar/lokal.

2. Rusaknya habitat varietas liar disebabkan oleh terjadinya perubahan lingkungan
akibat perubahan penggunaan lahan

3. Alih fungsi lahan pertanian untuk penggunaan di luar sektor pertanian menyebabkan
flora yang hidup di sana, termasuk varietas padi lokal maupun liar, kehilangan tempat
tumbuh.

4. Pencemaran lingkungan karena penggunaan herbisida dapat mematikan gulma serta
varietas tanaman budidaya termasuk padi.

5. Semakin meluasnya tanaman varietas unggul yang lebih disukai petani dan
masyarakat konsumen, akan mendesak/tidak dibudidayakannya varietas lokal.

6. Perkembangan biotipe hama dan penyakit baru yang virulen akan mengancam
kehidupan varietas lokal yang tidak mempunyai ketahanan.
Strategi konservasi keanekaragaman hayati ini dalam Agenda 21 Indonesia (1997) dibagi
sebagai berikut :
1. Meningkatkan pembentukan sistem kawasan lindung berikut pengelolaannya secara

efektif.
2. Melestarikan keanekaragaman hayati pada kawasan agroekosistem dan kawasan nonlindung.
3. Pelestarian keanekaragaman hayati secara ex-situ.
4. Melindungi sistem pengetahuan masyarakat tradisional serta meningkatkan seluruh
sistem pengetahuan yang ada tentang konservasi dan keanekaragaman hayati.
5. Mengembangkan dan mempertahankan sistem pengelolaan keanekaragaman hayati
6. berkelanjutan, termasuk pembagian keuntungan yang adil.

Tantangan yang dihadapi di Abad ke-21
1. Bumi akan dihuni dengan populasi yang akan terus meningkat baik dalam jumlah
maupun dari laju pertumbuhannya.
2. Kesenjangan kondisi ekonomi antara negara yang maju industrinya dengan negara
berkembang akan semakin jauh.
3. Isu perubahan ilklim (climate change) : Pemanasan global.
4. Pencemaran wilayah perairan.
5. Perpindahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) melintasi antar negara.
6. Kerusakan lapisan ozon.

Pembangunan Berkelanjutan
Dalam agenda 21 Indonesia disebutkan definisi pembangunan berkelanjutan sesuai dengan

definisi yang dibuat oleh Komisi Sedunia Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World
Commission on Environment and Development, WCED), yaitu usaha untuk memenuhi
kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Untuk dapat mencapai tujuan berkelanjutan, WCED
mensyaratkan harus dipenuhinya : peningkatan potensi produksi dengan pengelolaan yang
ramah lingkungan hidup serta menjamin terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi
semua orang.
Maka dari itu pembangunan berkelanjutan menurut Baiquni (2007) setidaknya membahas
berbagai hal yang antara lain berkaitan dengan :
1. Upaya memenuhi kebutuhan manusia yang ditopang dengan kemampuan daya
dukung ekosistem.
2. Upaya peningkatan mutu kehidupan manusia dengan cara melindungi dan
memberlanjutkannya.
3. Meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa
mendatang.
4. Mempertemukan kebutuhan kebutuhan manusia secara antar generasi.

BAB IV KESIMPULAN
Konservasi sumber daya alam hayati dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadinya
kerusakan ataupun kepunahan, mengupayakana agar berbagai variasi gen dan jenis dapat
dimanfaatkan serta mengupayakan agar penggunaan Sumber Daya Hayati dapat berdasarkan
prinsip-prinsip konservasi hayati.
Perlindungan yang dilakukan dengan mengatur undang-undang seperti penetapan
kawan cagar alam yang dilindungi, taman nasional dan lain-lain sebagai kawasan yang harus
dilindungi guna pelestarian keanekaragaman hayati yang ada di indonesia.
Indonesia yang merupuakan negara mega-biodiversity sangat rentan dengan rusaknya
keanekaragaman hayati karena banyaknya unsur-unsur yang ingin mendapatkan hasil untuk
keperluan individu dan untuk mendapatkan keuntungan bagi indivisu yang secara tidak
bertanggun jawab memanfaatkan kenaekaragaman hayati di Indonesia. Guna itu makanya
setiap unsur wajib ikut menjaga dan melestarikan agar dapat menjadi modal utama untuk
memajukan perkembanagan negara.

DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, 2007. Strategi Penghidupan Di Masa Krisis, IdeAs Media, Yogyakarta
Daniel Murdiyarso, 2003. CDM : Mekanisme Pembangunan Bersih. Jakarta :
Penerbit Buku Kompas
Kementerian Lingkungan Hidup, 2004. Rencana Tindak Pembangunan
Berkelanjutan : Indikator Keberhasilan, Program dan Kegiatan. Jakarta.
https://docs.google.com/document/d/16vXPCFCeUH9FciY9a5KPy00N5uog9S
Upyt-48nWlM6g/edit?pli=1

Dokumen yang terkait

ANALISIS KONSEP KEANEKARAGAMAN HEWAN PADA BUKU TEKS BIOLOGI SLTP KELAS I

1 76 13

EVALUASI PENERAPAN AUDIT OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PADA CV. MAMUR JAYA MALANG

1 27 1

POLA PENGELOLAAN ISU PT. KPC (KALTIM PRIMA COAL) Studi pada Public Relations PT. KPC Sangatta, Kalimantan Timur

2 50 43

ANALISIS TERHADAP PEMBATALAN PERJANJIAN BANGUN GUNA SERAH (BUILD OPERATE AND TRANSFER) OLEH PEMERINTAH DAERAH SERTA AKIBAT HUKUM BAGI INVESTOR YANG MENGALIHKAN HAK PENGELOLAAN KEPADA INVESTOR LAIN

3 64 161

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

INTEGRASI APLIKASI METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN NEMATODA PATOGEN SERANGGA SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI HAMA URET LEPIDIOTA STIGMA YANG MENYERANG TANAMAN TEBU

5 78 10

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

KEMELIMPAHAN JENIS PLANKTON DAN KEANEKARAGAMAN TERUMBU KARANG DI GOSONG SUSUTAN TELUK LAMPUNG

6 40 61

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POSTER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Neg

0 28 68

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Mataram Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 27 50