9
limbah, disamping itu kandungan logam seperti sulfida,amonia nitrogen, seng, tembaga, timbal dan Nikel dan bahan pencemar seperti benzena, naftalen,
kloroetilena, kloroetana, dan ftalat. Parameter ini dijadikan acuan batas maksimal limbah boleh dihasilkan oleh suatu industri atau sering disebut juga baku mutu
limbah. Tabel 1 memperlihatkan baku mutu limbah cair untuk industri tekstil yang sudah beroperasi.
Tabel 1 Baku mutu limbah cair untuk industri tekstil yang sudah beroperasi
Parameter Kadar maksimum
Beban pencemaran mgl
maksimum kgton
BOD 5 85
12,75 COD 250
37,5 TSS 50
9 Fenol Total
1 0,15
Krom Total 2
0,3 Minyak Dan Lemak
5 0,75
Ph 6,0 - 9,0; Debit limbah cair maksimum : 150 m
3
ton produk tekst
il www.menLh.go.id,2003
II.3.2. Instalasi Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah cair seperti yang telah dijelaskan di atas meliputi beberapa tahap pengolahan tergantung dari karakteristik limbah cairnya. Seperti
halnya proses pengolahan limbah cair pada umumnya, PT. X mengolah limbah cairnya dengan beberapa tahapan yaitu pre-treatment, primer, sekunder dan
tersier. Tahap pre-treatment bertujuan menurunkan beban limbah yang sangat tinggi baik padatan terapung, padatan organik dan minyak. Tahap primer
bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, selanjutnya tahapan sekunder melanjutkan penghilangan padatan organik dan suspensi sedangkan
tahap tersier bertujuan memperbaiki kualitas efluen agar layak dibuang ke lingkungan.
Limbah cair dari bagian dyeing masuk kedalam kolam air umum dan air warna, kemudian air limbah tersebut disaring oleh screen saringan kasar
kemudian saringan halus untuk menghilangkan padatan-padatan limbah. Limbah kemudian dialirkan ke cooling tower pendingin, hal ini bertujuan agar air limbah
yang memasuki kolam aerasi tidak mematikan organisme, lalu ditampung dalam bak ekualisasi.
10
Selanjutnya limbah dipompa masuk ke dalam tanki koagulasi. Dalam tanki ini limbah diproses menggunakan koagulan ferro sulfat Fe
2
SO
4
atau Al
2
SO
4 3
.18H
2
O yang berfungsi untuk pengikat warna. Kemudian ditambahkan polimer sebagai flokulan agar terbentuk endapan flok. Selanjutnya limbah
dimasukkan ke dalam bak sedimentasi I, sebagai bagian awal pengendapan limbah. Hasilnya ditampung di bak intermediet sebelum dialirkan ke kolam aerasi.
Dalam kolam aerasi ini ditambahkan asupan oksigen untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Dengan proses biologis, aktivitas mikroorganisme
dalam lumpur aktif mampu memotong-motong rangkaian limbah rantai panjang dan menetralkannya. Hasil dari proses ini dialirkan ke tanki sedimentasi II untuk
proses pengendapan. Sebagian hasil pengendapan dialirkan kembali return sludge ke kolam aerasi untuk menjaga kestabilan mikroorganisme. Sebagian
lagi ke sedimentasi III untuk proses pengendapan lanjutan setelah sebelumnya ditambahkan koagulan. Sebagian kecil lainnya di buang sebagai waste atau
masuk ke belt press untuk dijadikan batu bata. Hasilnya efluen yang layak dibuang ke lingkungan.
II.4. Pengolahan Limbah Cair dengan Lumpur Aktif