Trail Mengemudi dan Gerakan Roll

- radius of the rear tire cross section tr radius potongan melintang ban belakang - radius of the front tire cross section tf radius potongan melintang ban depan Tiga variable sepeda motor yang paling berpengaruh terhadap pengendalian selama bermanuver adalah wheelbase p, sudut caster ε dan trail α. Menguji efek yang dihasilkan satu variable geometris adalah tidak praktis, karena ketiga variable tersebut saling mempengaruhi.

2.2.2. Trail

Trail α adalah jarak antara titik kontak roda depan dan persimpangan poros kepala kemudi dengan bidang jalan yang diukur di tanah. Salah satu keunikan sepeda motor adalah pada sistem kemudi. Fungsi utamanya menghasilkan gaya lateral yang diperlukan, seperti mengubah arah sepeda motor atau menjaga keseimbangan. Gambar 2.2. Efek kestabilan trail positif gerakan ke depan. Dari sudut pandangan geometris, mekanisme kemudi klasik terdiri dari tiga variabel: - sudut caster ε - offset garpu d - radius roda Rf Trail normal adalah jarak tegaklurus antara titik kontak dan poros kepala kemudi sepeda motor. Trail positif terbentuk ketika titik-kontak roda depan dengan jalan berada di belakang titik persimpangan poros kepala kemudi dengan jalan, seperti ditampilkan di gambar 2.2. Trail kecil menghasilkan nilai momen gaya gesek lateral kecil. Nilai trail lebih tinggi diperoleh dari nilai sudut caster tinggi meningkatkan stabilitas gerak lurus sepeda motor, tetapi mengurangi kemampuan manufer secara drastis.

2.2.3. Mengemudi dan Gerakan Roll

Kinematika kendaraan roda dua lebih rumit dibanding kendaraan roda empat, tetapi juga memiliki beberapa aspek unik. Sebagai contoh, pada titik tertentu suatu lintasan sepeda motor ketika bergerak lurus dengan kecepatan V. Sepeda motor melintas dengan posisi vertikal, sudut kemudi adalah nol dan posisi kemiringan dengan sudut roll φ. Supaya kendaraan tetap seimbang ketika berbelok, sudut batang kemudi akan berputar sesuai dengan radius membelok dan kecepatan kendaraan. Gambar 2.3. Sepeda motor ketika belok. Tebal roda dapat dianggap nol pada perputaran kemudi, sehingga menghasilkan penurunan kepala kemudi kecil. Hal tersebut menyebabkan rangka belakang sedikit berputar ke depan di sekitar poros roda belakang perputaran pitch. Gambar 2.4. menunjukkan kasus gerakan roll murni dan gerakan dengan kelicinan lateral. Tanpa kelicinan berarti garis vektor kecepatan bergerak ke depan masuk ke titik kontak bidang roda paralel bayangan, bahkan ketika sepeda motor melaju di lintasan. Gambar 2.4. Gerakan roll murni dan dengan slippage lateral.

2.2.4. Pitch Sepeda Motor