KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pasca keruntuhan rejim Uni Soviet di Rusia pada tahun 1991, polaritas dunia berubah dari sistem Bipolar (dua kekuatan dunia yang seimbang yang mengontrol dunia) antara Blok Barat yang kapitalis pimpinan Amerika Serikat (AS) dengan Blok Timur yang sosialis-komunis pimpinan Uni Soviet menjadi sistem Unipolar (satu kekuatan dunia) yang di komandani oleh Amerika Serikat.1

Dalam perkembangannya, dunia yang unipolarism ini selalu ingin dikontrol oleh Amerika Serikat, sebagai Super Power yang bertindak sebagai polisi dunia, yang memaksakan kehendaknya keseluruh dunia yang tidak sejalan dengan prinsip kebijakan luar negerinya. Hal ini telah menimbulkan penolakan dan konflik sampai dengan jalan peperangan. Salah satu wilayah yang sering dilanda konflik akibat campur tangan Amerika Serikat ini adalah Timur Tengah. Selain itu, konflik Timur Tengah kontemporer juga bermula dari munculnya paham dan gerakan Zionisme pada penghujung abad ke-19.

Asal mula konflik orang-orang Yahudi/Israel dengan orang-orang Arab/Palestina dapat ditelusuri dari munculnya keinginan orang Yahudi untuk mendirikan negara di tanah Palestina setelah selama lebih kurang 1.800 tahun menjadi bangsa yang tersebar di beberapa negara

1

Lihat Siti Mutiah Setiawati (ed.). 2004. Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia. Yogyakarta: Kerjasama Pusat Pengkajian Masalah Timur Tengah FISIPOL UGM Dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri DEPLU RI, hal. 53.


(2)

Afrika, Amerika, dan Eropa. Keinginan tersebut mereka wujudkan kedalam suatu gerakan nasionalisme Yahudi yang muncul pada abad ke-19 sebagai reaksi terhadap gerakan anti ras Semit (ras Yahudi dan Arab) yang muncul di Eropa. Secara resmi, gerakan ini lahir pada saat diselenggarakannya Kongres Zionis Internasional di Basel Swiss, pada tahun 1897.2

Hasil dari kongres Zionis pertama tersebut, menetapkan dua keputusan penting; Pertama, menetapkan Theodore Hertzl sebagai ketua gerakan Zionis; dan Kedua, dipilihnya tanah Palestina sebagai negara nasional bagi bangsa Yahudi (pada tahun 1910 dalam kongres kedua), sesuai dengan yang termaktub dalam kitab suci Perjanjian Lama. Hertzl, dalam pidatonya mengemukakan tentang pentingnya negara nasional bagi bangsa Yahudi yang berdiaspora ke berbagai belahan dunia. Bangsa Yahudi, wajib memberikan bantuan dana dan dukungan politik bagi cita-cita Israel Raya. Sejak saat itulah, Bangsa Yahudi mulai bermigrasi ke tanah yang dijanjikan, yang berlanjut dengan pendirian negara Israel pada tanggal 14 Mei 1948, dan masih berdiri hingga 2011 sekarang.

Salah satu negara di kawasan Timur Tengah yang sangat menentang Zionisme dan Amerika Serikat adalah Irak, terutama sejak dibawah kepemimpinan Saddam Hussein melalui partai Ba’ath Irak. Dalam pandangan Irak, Zionisme Israel merupakan proyek imperialisme dan fasisme baru negara-negara Barat. Irak memandang negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat tidak perlu ikut campur terhadap urusan negara ”Dunia Ketiga”, terutama negara-negara di Kawasan Timur Tengah.

Irak, yang muncul sebagai hegemon di Kawasan Timur Tengah pasca Perang Teluk I antara Irak melawan Iran sangat dimusuhi oleh Barat (terutama AS), karena penentangannya

2


(3)

terhadap kebijakan-kebijakan AS. Awalnya, Irak dirangkul oleh Amerika Serikat dan Negara-negara Barat lainnya sebagai sekutu di kawasan, dalam upayanya untuk mempertahankan pengaruh yang memudar setelah Revolusi Islam Iran 1979 yang dilakukan oleh kaum Mullah di Iran dalam menumbangkan Syah Reza Pahlevi, penguasa Iran dan sekutu dekat AS di Timur Tengah.

Dalam dinamika ini, beberapa kali Irak terlibat dalam peperangan regional di kawasan, dimana dalam satu perang yang pertama, Irak bertindak sebagai sekutu Barat (AS) dalam melawan Iran (1980-1988), dan dalam dua peperangan yang terakhir bertindak sebagai musuh AS dan Israel (1990 dalam invasi terhadap Kuwait, atas provokasi Amerika Serikat yang berlanjut pada perang Teluk II tahun 1991, dan perang tahun 2003 atas dasar peristiwa 11 september 2001). Selain itu, Irak juga pernah terlibat dalam peperangan Arab melawan Israel pada tahun 1948, 1967, dan 1973 bersama dengan Mesir, Suriah, Arab Saudi, dan Yordania.3

Pendirian dari Saddam Husein yang tetap mengutamakan kepentingan bangsanya dari pada kepentingan asing, dalam hal ini kepentingan Amerika Serikat, memunculkan permusuhan baru yang sebenarnya klasik dalam sejarah Kolonialisme Barat. Hal ini memunculkan keyakinan yang kuat dikalangan pengambil kebijakan di White House, bahwa Irak di bawah Saddam Husein tidak akan bisa ditundukan, kecuali dengan kekuatan militer.

Berkali-kali Saddam Husein berusaha untuk dijatuhkan, maupun diadu domba dengan rejim Arab moderat yang berseberangan dengan pandangan partai Ba’ath Irak, semisal Arab Saudi. Hal ini tentunya akan memunculkan konflik yang tidak berujung di kawasan Timur Tengah, karena biasanya intervensi asing bersifat Centrifugal (memecah). Dalam artian, ketika

3

Dari berbagai Sumber, Lihat buku Alan R. Taylor (terj.). 1990. Pergeseran-Pergesaran Aliansi Dalam Sistem


(4)

intervensi itu dilakukan, maka biasanya dilakukan dengan cara mengadu domba antara pihak-pihak yang bertikai karena perbedaan pandangan, misalnya Sunni dengan Syi’iah.

Keputusan Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush, untuk menyerang dan menginvasi Irak pada 20 Maret 2003 menunjukan bahwa negara itu merupakan negara Super Power yang tidak tertandingi. Pernyataan ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa AS mengabaikan keberatan anggota Dewan Keamanan PBB dan protes dunia internasional agar Irak tidak diserang, serta pertunjukan mesin-mesin perang dengan teknologi mutakhir seperti kapal induk Kitty Hawk yang mampu membawa 100 lebih pesawat terbang, Jevelin Roket, dan lain-lainnya.4

Perang tahun 2003 merupakan perang yang terdahsyat dalam sejarah Irak dan Timur Tengah, menciptakan kerugian materi dan nyawa yang tidak terhitung jumlahnya, seperti halnya dalam Invasi AS dan Koalisi terhadap Afghanistan tahun 2001. Dalam perang Irak 2003 ini, Irak mengalami kehancuran yang cukup parah, baik pada infrastruktur militer maupun sipil, serta mengalami kemunduran puluhan tahun kebelakang. Hal ini terbukti dengan hancurnya sebagian besar infrastruktur publik dan militer Irak, dan terutama perpustakaan pusat di Baghdad yang menyimpan berbagai manuskrip kuno.

Atas dasar tuduhan meyimpan senjata pemusnah massal NUBIKA (Nuklir, Biologi, dan Kimia), terutama klaim menyimpan senjata kimia berbahaya Binari dan Virus Antrax, tuduhan rejim yang tidak demokratis, serta mendukung para pelaku teror 11 September tahun 2001 yang menghancurkan WTC (World Trade Center) di New York, pusat kendali ekonomi AS; dan gedung Departemen Pertahanan AS Pentagon di Virginia; serta ”serangan” yang gagal terhadap

4


(5)

pusat kendali politik AS, Gedung Putih, Amerika Serikat dan sekutunya dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization) kemudian melakukan penggalangan kekuatan militer, ekonomi, dan politik yang berujung dengan invasi militer tahun 2003 terhadap Irak yang berakibat jatuhnya rejim Partai Ba’ath Irak pimpinan Saddam Hussein, dan berlanjut dengan dihukum matinya Saddam Hussein beserta pengikutnya.

Perang yang berlarut-larut di Irak, bahkan sampai penulisan penelitian ini peneliti susun belum menampakan tanda-tanda akan berakhir, walaupun ada wacana dari Presiden Amerika Serikat, Barak Husein Obama untuk menarik mundur tentaranya dari kota-kota di Irak, menyisakan 50.000 tentara di pangkalan militer luar kota, dan mengirim kembali tentaranya ke Afghanistan untuk memperkuat pertahanan NATO (North Atlantic Treaty Organization) di sana. Malah kemudian AS menambah kekuatan militernya di Irak sebanyak 150.000 personel dalam rangka penguatan militer AS dalam perang anti geriliya.

Invasi AS dimulai pada tanggal 19 Maret 2003 dan dinyatakan berakhir oleh Bush pada tanggal 1 Mei 2003. Perang yang membuat ratusan ribu rakyat sipil Irak tewas ini, serta juta-an lainnya menjadi pengungsi ke berbagai negara tetangga Irak, dinilai oleh dunia Islam sebagai bentuk arogansi Barat terhadap Islam. Hal inilah yang membuat keprihatinan yang dalam dari peneliti, sehingga peneliti berikhtiar untuk meneliti permasalahan ini, untuk kemudian dituangkan dalam tulisan ilmiah, sebagai sumbangsih peneliti bagi dunia akademisi dan dunia empiris peradaban kita.

Selain dari itu, kita bisa melihat ketakutan Barat akan sebuah kebangkitan Islam, yang bermula dari kebangkitan dan persatuan Bangsa Arab diseluruh wilayah Timur Tengah, yang meliputi Jazirah Arabia, Afrika Utara, Syam, dan Irak. Oleh karena itu, prospek persatuan yang


(6)

diprediksi akan dimulai dari Irak ini, dinilai sebagai ancaman oleh AS, bagi hegemoni-nya di kawasan. Maka dari itu, kemudian AS menginvasi Irak, karena merupakan ancaman bagi Israel. Apalagi jika kemudian persatuan Dunia Arab menjadi terlaksana, walaupun digerakan oleh Partai Ba’ath yang sekuler.

Jika pandangan yang dikatakan oleh peneliti ini benar adanya, maka kasus Irak bisa menjadi pelajaran bagi setiap muslim di seluruh negeri di dunia, termasuk umat Islam Indonesia, sebagai penduduk muslim terbesar di dunia. Invasi terhadap Irak dalam pandangan peneliti, hanyalah awal dari bentuk peperangan-peperangan berikutnya. Buktinya, AS melalui NATO menyerang Libya secara terbatas Maret 2011 (walaupun Kongres AS tidak menyetujui intervensi Libya), dengan legitimasi dari DK PBB, dan sedang merencanakan menyerang Suriah dan Iran, dengan terlebih dahulu mengacaukan kondisi dalam negeri melalui demonstrasi.

Sejarah Irak penuh dengan kegemilangan, dan juga kepiluan, ketika berbagai bangsa berbondong-bondong untuk menguasainya, silih berganti. Kita bisa melihat kegemilangan Irak di masa Khilafah Abbasiyah, dimana Baghdad menjadi kota peradaban, dan rujukan ilmu pengetahuan dari seluruh dunia masa itu. Kita juga bisa melihat kemalangan yang menimpa Irak, ketika dua kali Bangsa Mongol menyerang negeri-negeri di seluruh dunia, termasuk Irak. Akibatnya jutaan penduduk Baghdad dipenggal kepalanya.

Melihat sejarah yang demikian panjang, dan eskalasi konflik yang tajam akibat Invasi AS terhadap Irak tahun 2003, membuat ketertarikan yang dalam dari peneliti untuk meneliti persoalan Perang Irak 2003 ini. Selain dari itu, peneliti melihat pentingnya fenomena Perang Irak untuk diteliti, dari perspektif kepentingan Elit Amerika Serikat.


(7)

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjawab rumusan permasalahan yang di anggap penting sebagai berikut: Mengapa Amerika Serikat melakukan invasi militer terhadap Irak tahun 2003?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:

1.3.1. Untuk memahami dan menjelaskan latar belakang Amerika Serikat dalam melakukan Invasi terhadap Irak tahun 2003.

1.3.2. Untuk mengetahui siapa-siapa saja aktor-aktor yang berperan dominan terhadap invasi militer terhadap Irak tahun 2003 tersebut.

1.3.3. Untuk menganalisis penyebab Perang Irak tahun 2003 tersebut.

1.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terkait dengan invasi Amerika Serikat dan NATO ke Irak tahun 2003 telah di lakukan. Di antaranya adalah ”Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia”, yang dilakukan oleh Siti Muti’ah Setiawati (ed.).5 Dipandang dari tujuannya, penelitian Setiawati ini termasuk jenis riset eksploratori6 dengan strategi deskriptif. Penelitian ini mencoba menemukan cara pandang baru,

5

Setiawati, Op.Cit. 6

Riset eksploratori adalah riset yang dilakukan pada topik yang belum banyak diteliti sehingga menghasilkan informasi-informasi baru bagi penelitian yang lebih luas. Penelitian ini mencoba menggunakan cara pandang yang baru, dan lebih komperehensif.


(8)

dengan menggunakan pendekatan sejarah, dari perspektif keilmuan hubungan internasional terkait dengan perang Irak yang telah berlangsung sangat lama, sejak tahun 2003.

Penelitian ini termasuk penelitian awal. Menjelaskan prospek perdamaian, eskalasi konflik sektarian (Sunni, Sy’iah, Kurdi), serta upaya ”Negara-negara Islam” yang berusaha untuk mencari jalan penyelesaiannya. Fokus penelitian dihadapkan pada permasalahan dan dillema dunia Islam, dalam mendukung Palestina dan Irak, ataukah kepentingan Amerika Serikat yang akan menjamin keberlangsungan eksistensi rejim-rejim moderat Dunia Arab dan Timur Tengah umumnya.

Selain itu, dalam penelitian ini Setiawati melihat pentingnya peranan dari Indonesia sebagai wakil dari Islam Moderat di dunia, dalam berupaya pro-aktif dalam menciptakan perdamaian di Kawasan Timur Tengah. Namun, Setiawati melihat belum maksimalnya peranan dari Indonesia untuk ikut berperan pro-aktif dalam tercitptanya perdamaian kawasan tersebut. Bahkan diharapkan, Indonesia bisa memimpin negara-negara lain dalam Non-Blok untuk ikut pro-aktif dalam perdamaian dunia, terutama kawasan Timur Tengah.

Diantara temuan baru yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah dilanggarnya oleh AS dan koalisinya—terkait Perang Irak 2003—prinsip-prinsip hubungan internasional yang telah disepakati bersama pasca Perang Dunia I dan II. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip non-intervention (larangan untuk melakukan intervensi), the right of self determination (hak untuk menentukan sendiri masa depannya), pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan sovereignty (kedaulatan negara). Hal ini karena invasi yang dikomandani Amerika Serikat ini mengabaikan legalitas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai lembaga Supra Nation (lembaga yang memiliki wewenang di atas negara atas dasar kesepakatan bersama).


(9)

Prinsip-prinsip ini telah mendasari lahirnya Liga Bangsa tahun 1919, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945.

Selain itu, temuan yang dianggap paling penting dalam penelitian ini adalah adanya keterkaitan erat antara eskalasi konflik Israel versus Palestina dengan kehadiran pasukan Amerika Serikat di Irak yang bertujuan untuk mengamankan negeri Zionis tersebut. Diungkapkan juga, bahwa dengan dihancurkannya Irak, tidak ada lagi negara Arab di kawasan yang secara tegas dan konsisten berniat untuk menghancurkan Israel. Selain itu, dalam upayanya untuk menjaga kekuatan dan kedigdayaan Pax Americana (kekuatan Super Power Amerika Serikat yang mengontrol dunia), Amerika Serikat selalu menerapkan kebijakan standar ganda (double standart), terutama dalam menghadapi rejim Zionis Israel dan elit Arab di kawasan.

Berbeda dengan penelitian Setiawati, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh penjelasan lebih jauh mengapa Amerika Serikat menggalang kekuatan koalisi untuk menjatuhkan Saddam Hussein dan menghancurkan Irak melalui invasi militer koalisi pada tahun 2003, meskipun peneliti memiliki asumsi yang sama, yaitu invasi Irak 2003 dilakukan AS demi kepentingan Israel.

Peneliti akan membuktikan kepentingan Amerika Serikat yang sebenarnya dibalik invasi yang tidak direstui oleh dunia internasional (PBB) ini. Padahal Irak telah menjadi negara yang lemah dan rakyatnya banyak yang menderita kelaparan sejak dijatuhkan sanksi ekonomi dan militer oleh PBB sejak tahun 1991. Penelitian ini menggunakan strategi eksplanatori (penelitian eksplanatif) dengan pendekatan deduktif, yaitu mencoba menjelaskan dari hal yang umum, kedalam sesuatu yang bersifat khusus. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pre-emptive strike, dengan di padu teori kelompok (sub-state), yaitu teori elit, untuk menjelaskan perilaku


(10)

agresifisitas Amerika Serikat dalam dinamikanya terhadap Dunia Arab dan Timur Tengah pada umumnya.

Sementara itu, James Petras dalam bukunya, “Zionisme dan Keruntuhan Amerika; Bagaimana Lobi Yahudi Menindas Negara-negara Muslim dan Menghancurkan Amerika Serikat Dari Dalam (terj.)”,7 menggambarkan bagaimana kerajaan militer Amerika Serikat berusaha untuk menjatuhkan rejim-rejim nasionalis di seluruh Timur Tengah yang dapat membahayakan Israel.

Hal ini tidak terlepas dari peranan kelompok Neo-Konservatif dan kelompok ZPC (Zionis Power Configuration)8 yang berusaha untuk mendorong pemerintah Amerika Serikat untuk berperang dengan negara-negara yang diklaim sebagai tidak demokratis, karena dapat membahayakan kelangsungan kerajaan militer Amerika Serikat dan sekutu hegemonnya di Timur Tengah, yaitu Israel.

Hal inilah yang mendorong Amerika Serikat untuk berperang dengan Irak tahun 2003, karena rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi Israel. Selain itu, Amerika Serikat berusaha untuk menciptakan peta politik baru di kawasan, dengan menunjukan kekuatannya pada sekutunya, antara lain mendukung penuh pendirian negara Kurdistan (meliputi wilayah Turki, Irak, Iran, Azerbaijan, dan Suriah) bagi Suku Kurdi dengan ibu kota Irbil.

Meskipun memiliki Asumsi yang mirip dengan James Petras dalam memandang kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat, yang bertujuan untuk melindungi sekutu

7

James Petras, (terj.). 2009. Zionisme dan Keruntuhan Amerika; Bagaimana lobi Yahudi menindas negara-negara

muslim dan menghancurkan Amerika Serikat dari dalam. Jakarta : Zahra Publishing House.

8

Neo-Konservatif adalah Kelompok yang telah memisahkan diri dari kelompok liberal lama, dan berusaha untuk menerapkan kebijakan keamanan baru yang lebih agresif bagi AS. Sementara Zionis Power Configuration adalah kelompok elit kolaborasi dari kelompok Zionis, pro-Israel, atau lobi Yahudi, yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan perang AS di Timur Tengah. Lihat James, Ibid. Hal. 9.


(11)

permanennya di kawasan, yaitu Israel (yang kemudian berujung pada invasi koalisi yang dipimpin AS terhadap Irak tahun 2003), namun peneliti lebih menekankan penelitian ini pada studi mengenai latar belakang Amerika Serikat dalam melakukan Invasi militer terhadap Irak tahun 2003. Jadi, penelitian dari peneliti ini lebih spesifikasi pada persoalan kepentingan AS dalam perang Irak tahun 2003 tersebut.

Selain itu, penelitian ini yang membuat berbeda dengan penelitian dari James Petras maupun yang lainnya, adalah penekanan pada masalah yang dihadapi oleh dunia Islam, yaitu keberadaan tantangan dari kekuatan militer yang besar dari AS dan Israel. Dalam invasi tersebut, Amerika Serikat melibatkan kekuatan sekutu yang sangat besar, meliputi 500.000 prajurit tempur dan peralatan militer dengan tekhnologi sangat canggih, serta didukung oleh para pejuang Peshmarga Kurdi. Para pejuang Kurdi ini terutama dari kelompok Patriotik Union Kurdistan (PUK) pimpinan Jalal Talabani, yang kemudian menjadi Presiden Irak perwakilan Suku Kurdi.

Selain itu, Trias Kuncahyono, dalam bukunya “Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish”,9 menjelaskan, bahwa dalam upaya mengatasi krisis keamanan nasionalnya, AS yang dimotori kaum Hawkish10 (terutama tiga serangkai Hawkis, menteri pertahanan waktu itu, Donald Rumsfeld, Wakil Presiden Dick Cheney, dan penggagas Perang Irak, Deputi Menteri Pertahanan Paul Wolfowitz; mantan Direktur Bank Dunia), menciptakan strategi keamanan nasional baru yang memungkinkan untuk menyerang negara lain yang berpotensi mengancam Keamanan Nasional AS dan sekutunya. Dikatakan bahwa kelompok-kelompok Hawkish dalam pemerintahan AS terus berusaha mendesak Pemerintahan Bush untuk segera mnyerang Irak,

9

Trias Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 10

Pecinta perang dalam pemerintahan AS, dan berusaha untuk selalu menaikan anggaran militer AS. kemudian terbukti, bahwa sejak tahun 2001, ketika Bush naik menjadi Presiden, anggaran militer AS telah naik 329 miliar dolar, menjadi 400 miliar dolar tahun 2003. Untuk sekarang, 2011, telah naik dengan sangat signifikan. Lihat juga Nainggolan (ed.). 2002. Terorisme dan Tata Dunia Baru. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.


(12)

karena negara ini tengah mengembangkan senjata pemusnah massal yang dapat mengancam AS dan kepentingan AS di Timur Tengah.

Walaupun memiliki banyak kesamaan dengan penelitian Kuncahyono, namun penelitian dari peneliti lebih melihat persoalan dari sudut pandang kelompok elit AS yang berafiliasi dengan Zionis—yang disebut Zionis Power Configuration (juga AIPAC)—untuk mengarahkan politik luar negeri Amerika Serikat terkait dengan permasalahan Timur Tengah, terutama kebijakan perang AS di kawasan. Selain itu juga dilihat pengaruh dari organisasi Lobi Yahudi AS dalam mempengaruhi kebijakan AS, melalui wakil-wakilnya di Kongres dan pemerintahan untuk menyerang Irak.

Negara Irak yang melawan puluhan (23) Negara Sekutu tentu saja menjadi mengalami kekalahan dan kehancuran. Apalagi kemudian diketahui bahwa, terjadi perbedaan pendapat di dalam negeri Irak sendiri terhadap masalah strategi dalam menghadapi kekuatan militer sekutu. Kemudian peneliti berusaha untuk membangun cara pandang baru dalam memandang persoalan perang Irak tahun 2003 ini, dimana masalah ini akan dicoba untuk dijelaskan dalam perspektif yang berbeda, sesuai dengan metodologi Ilmu Hubungan Internasional, serta dari perspektif persoalan yang dihadapi oleh dunia Islam pada umumnya. Permasalahan ini akan dilihat dalam unit analisis nation-state AS, dimana peneliti mencoba menjelaskan kepentingan AS dalam invasi terhadap Irak tahun 2003. Hal ini peneliti asumsikan relevan dengan penelitian peneliti terkait dengan Perang Irak tahun 2003 ini, selain untuk mengembangkan hipotesis dari peneliti.


(13)

1.5.1. Konsep Pre-Emptive Strike (Serangan Penghancuran Terhadap Kekuatan Teror)

Ketidakpastian masa pasca-Perang Dingin merupakan tantangan serius bagi apa yang diyakini sebagai misi surgawi Amerika untuk mengembangkan demokrasi ke seluruh penjuru dunia. Selama hampir setengah abad terjerat dalam suasana perang dingin, mereka akrab dengan tantangan-tantangan yang bersifat statis. Metafor yang sering digunakan adalah metafor-metafor defensif, seperti tembok besi (iron curtain), dan pembendungan (containment). Dominasi perspektif realis pada masa itu menjadikan Amerika menganggap penangkalan (deterrence) cukup andal untuk menyangga perdamaian.11

Pasca serangan terorisme terhadap WTC dan Pentagon di AS tahun 2001, AS kemudian melakukan pembangunan ulang dari konsep keamanan nasionalnya. Hal ini dilakukan, karena strategi keamanan nasional yang bersifat deterrence (pencegahan) dianggap tidak efektif untuk menanggulangi serangan dari luar terhadap AS. maka dari itu, kemudian AS membangun Strategi keamanan baru yang bersifat agresif, yaitu pre-emptive strike.12 Inilah dasar dari lahirnya konsep ini, yaitu terjadinya serangan terhadap WTC di New York (pusat kendali ekonomi AS), dan Pentagon di Virginia, yang merupakan pusat daripada koordinasi dan kendali militer AS. Dalam hal ini AS melihat kelemahan dari strategi keamanan nasionalnya, dalam menanggulangi ancaman dari luar, sehingga pasca Peristiwa 11 September tersebut mengubahnya menjadi lebih agresif.

11

Trias Kuncahyono. 2005. Op.Cit. Hal. xxv-xxvi. 12

Pengantar oleh Kusnanto Anggoro dalam buku Trias Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal. xxv dan xliii, dan Trias Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal. 26-27. Op.Cit.


(14)

Peristiwa 9/11 memang tidak hanya memunculkan perubahan paradigma tentang “keamanan dan ancaman nasional”, khususnya bagi AS dan negara-negara sekutunya, dimana kelompok Hawkish kemudian berhasil memaksa Bush untuk merealisasikan doktrin pre-emptive strike, sebuah doktrin yang membenarkan AS untuk menghancurkan pihak manapun yang potensial untuk menjadi ancaman bagi keamanan nasional mereka. Artinya, siapapun atau negara manapun yang oleh AS dianggap “mengancam” harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum ancaman itu menjelma menjadi kenyataan.13

Dalam konsep ini, dinyatakan bahwa Amerika Serikat berhak untuk menyerang terlebih dahulu negara/kelompok yang di anggap sebagai pendukung kekuatan teror/pelaku teror, sebelum teror itu sampai menyerang sasarannya. Hal ini dimaksudkan untuk melegitimasi penyerangan atas negara-negara yang di curigai mendanai dan melatih terorisme. Dengan adanya konsepsi ini, AS dan negara-negara Barat “demokratis” berhak untuk menyerang negara-negara lainnya yang sebagian besar mayoritas muslim, seperti Irak dan Afghanistan, atas dasar asumsi demi keamanan nasionalnya.

Prinsip inilah yang dianut, dan menjelaskan keberanian Amerika Serikat dan sekutunya menyerang Irak tahun 2003 tanpa mendapatkan restu dunia internasional, dalam hal ini legitimasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai lembaga Supra National resmi yang telah di akui. Demikian pula penyerangan yang dilakukan terhadap Afghanistan tahun 2001, karena pemerintah Taliban Afghanistan dituduh sebagai dalang dibalik serangan 11 September 2001 terhadap AS, bekerjasama dengan jaringan teroris Al Qaidah pimpinan Osamah Bin Ladin. Padahal dalam Perang Irak ini AS telah melanggar dari pada piagam PBB itu sendiri yang telah disepakati sejak awal mula berdiri. Prinsip itu adalah prinsip non-intervention (larangan untuk

13


(15)

melakukan intervensi), the right of self determination (hak untuk menentukan sendiri masa depannya), pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia dan sovereignty (kedaulatan negara).

Sebenarnya, strategi pre-emption dapat dilihat dari lahirnya “Doktrin Bush”14 yang terdiri dari tujuh elemen penting, dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terkait dengan konstruk ulang konsep keamanan nasional Amerika Serikat. Sebelum itu, telah dikeluarkan sebuah dokumen terkait dengan Strategi Keamanan Nasional (National Security Strategi/NSS) Amerika Serikat yang baru, pada tanggal 17 September 2002. Adapun ketujuh elemen doktrin Bush tersebut adalah; Pertama, komitmen untuk memprtahankan dunia yang unipolar, dengan AS sebagai sumbunya yang berarti tidak ada pesaingnya. Kedua, analisis baru tentang ancaman global dan bagaimana ancaman itu harus ditangani. Ancaman baru itu adalah terorisme.

Elemen ketiga adalah tidak bisa lagi mempertahankan konsep deterrence (pencegahan) seperti yang digunakan dalam perang dingin. Pencegahan, kedaulatan, dan perimbangan kekuatan bekerja secara bersama-sama. Elemen keempat, pembongkaran dan penyusunan ulang pengertian kedaulatan sebagai akibat munculnya doktrin keamanan baru. Hal itu harus dilakukan, karena kelompok teroris tidak dapat dihalangi, ataupun dicegah, maka AS harus siap melakukan invasi kemanapun setiap saat guna menghadapi ancaman.

Elemen kelima adalah strategi baru itu merupakan depresiasi umum terhadap aturan-aturan dan perjanjian-perjanjian internasional serta kemitraan keamanan internasional. Keenam, AS akan memainkan peran secara langsung dan secara leluasa dalam menjawab ancaman-ancaman. Pendirian ini didasarkan atas anggapan bahwa tidak ada negara lain atau koalisi— bahkan Uni Eropa sekalipun—memiliki kemampuan untuk menanggapi teroris. Ketujuh, dalam

14

Lihat Kuncahyono. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, Op.Cit, Hal. 114-118.


(16)

visi strategi barunya, AS berpendapat bahwa perlu menilai ulang terhadap stabilitas internasional. Pada dasarnya, Amerika Serikat berpendapat bahwa pandangan-pandangan tentang stabilitas yang hidup di zaman Perang Dingin sudah harus dihapus, dan kemudian diganti dengan pandangan baru, dimana pandangan ini lebih bersifat agresif untuk menyerang kekuatan-kekuatan teror atau ancaman dari luar.

Dalam perang melawan teroris ini, pemerintahan Bush menerapkan kebijakan pre-emption, dengan doktrin strike first atau menyerang lebih dulu sebelum diserang kembali.15 Strategi ini ditempuh dengan alasan sistem pertahanan tradisional yang selama ini diterapkan ternyata tidak mampu melindungi negara Amerika Serikat dari serangan musuh, dan ancaman terhadap Amerika datang tanpa adanya peringatan terlebih dahulu. Dengan pemikiran ini kebijakan pre-emption dianggap sah sebagai strategi pertahanan Amerika Serikat dalam menghadapi musuhnya yang terbaru, yakni terorisme internasional.16

Kerjasama multilateral hanya merupakan salah satu faktor dari upaya perlawanan dalam perang melawan terorisme. Dalam menangani masalah terorisme internasional, kerjasama multilateral memang penting, namun dianggap kurang efektif karena Amerika juga harus mempertimbangkan kepentingan nasional negara lain.17 Dari sini terlihat mulianya prinsip moral yang coba dibangun AS, melindungi pihak lain dari ancaman kejahatan terorisme. Padahal, justeru perang melawan terorisme yang didoktrinkan, dan dilaksanakan oleh AS keseluruh dunia, adalah sama sekali tidak bermoral, dan menciptakan imperialisme baru, seperti fenomena di Irak, contohnya.

15

Dan Peisch, “View Abroad: Bush’s War On Terrorism is Floundering”, dalam Poltak Partogi Nainggolan (ed.). 2002. Terorisme dan Tata Dunia Baru. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Op.Cit. Hal. 172.

16

Jack Spencer, “TheNew National Security Strategi: An Effective Blueprint for the War on Terror”, dalam Poltak Partogi Nainggolan (ed.). Ibid.

17


(17)

Strategi baru ini diperuntukan bagi negara-negara yang dianggap secara sepihak oleh Amerika Serikat sebagai pihak yang dapat menimbulkan ancaman bagi mereka. Amerika Serikat merasa berhak untuk menyerang dan menghabisi kekuatan pihak yang dianggap musuh, meskipun ancaman yang dikhawatirkannya belum terbukti. Rupanya kebijakan ini dianggap tepat dan menyeluruh dapat digunakan Amerika Serikat untuk melawan terorisme internasional. Ancaman dan pernyataan perang terhadap terorisme internasional ini menjadi sebuah pengesahan baru bagi Amerika Serikat untuk terus melaksanakan keinginanannya menjadi polisi dunia. Setelah komunisme dianggap hancur bersamaan dengan berakhirnya perang dingin, terorisme internasional merupakan musuh yang harus dihadapi Amerika Serikat diera Perang Dingin.18

Selain itu, keagresifan Amerika Serikat dalam memerangi negara-negara yang tidak mendukung kepentingan Amerika juga dapat dilihat dari perubahan paradigma yang dikembangkan dalam sistem pertahanan, yakni menyangkut paradigma pertahanan pre-emptive self defense sebagaimana telah disinggung diawal. Paradigma ini memberi landasan para pemimpin yang berada di Gedung Putih untuk menyerang negara-negara yang dapat menjadi ancaman bagi Amerika Serikat. Jika pada masa perang dingin Amerika akan bersifat menunggu (defensive) terhadap ancaman dari luar, maka berdasar paradigma ini sistem pertahanan Amerika akan lebih bersifat ofensif terhadap ancaman militer dari luar. Di samping juga perlu dipahami kondisi psikologis masyarakat Amerika pasca tragedi World Trade Center. Oleh karena itu, berbagai upaya di lakukan untuk memerangi jaringan terorisme internasional. Combating international terorism menjadi agenda para pejabat Gedung Putih di Washington DC.19

1.5.2. Teori Elit (Elit Politik dan Elit Ekonomi)

18

Ibid. 19


(18)

Teori ini didasarkan pada Argumen adanya pandangan bahwa politik luar negeri suatu negara di manipulasi oleh kepentingan elit. Menurut Deutsch, Adapun yang dimaksudkan dengan Elit adalah, “sejumlah kecil orang (biasanya kurang dari 0,5 % dari penduduk) yang memiliki paling tidak satu nilai dasar dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari pada rata-rata penduduk pada umumnya”.20 Jadi, tergantung pada nilai dasar atau sumber daya yang dipunyai, kita bisa menyebut elit ekonomi, yaitu mereka yang memiliki kekayaan jauh lebih banyak, elit politik, yaitu yang memiliki kekuasaan lebih banyak, elit ilmuwan, yaitu yang memiliki ilmu pengetahuan lebih banyak, dan sebagainya. Adapun elit yang akan dibahas disini adalah elit politik dan elit ekonomi.21

Menurut teorisasi elit politik, kebijaksanaan pemerintahan mencerminkan kehendak dan nilai-nilai yang di anut oleh elit-elit yang memerintah. Pendapat yang menyatakan bahwa kebijaksanaan publik adalah pengejawantahan kehendak “rakyat” sebenarnya lebih merupakan mitos daripada kenyataan. Teori Elit mengungkapkan bahwa “rakyat” atau “publik” itu sebenarnya apatis, dan tidak tahu banyak tentang kebijaksanaan pemerintahan. Karena itu, kebijaksanaan publik yang muncul sebenarnya adalah kebijaksanaan yang memenuhi keinginan kaum elit politik. Pegawai pemerintah semata-mata menjalankan kebijaksanaan yang diputuskan oleh kaum elit. Kebijaksanaan mengalir dari elit ke massa, bukan sebaliknya.22

Kemudian berangkat dari teori Deutsch diatas, dapat dijabarkan bahwa elit ekonomi, adalah orang-orang yang memiliki kapabilitas ekonomi lebih banyak dari rata-rata penduduk pada umumnya, sehingga kebijakan yang dibuat, terutama kebijakan luar negeri, terkait dengan

20

Karl W. Deutsch, The Analysis of International Politics, dalamMohtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional; Tingkat Analisis dan Teorisasi. 1990. Yogyakarta: Pusat Studi Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gajah Mada, hal. 56.

21

Mohtar Mas’oed,1990. Studi Hubungan Internasional; Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Pusat Studi Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gajah Mada. Loc Cit.


(19)

kebijakan ekonomi maupun politik adalah merupakan hasil manipulasi/pengaruh dari kepentingan elit ekonomi yang memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan. Dalam hal ini, biasanya para elit ekonomi ini berkolaborasi dengan politikus dan militer, untuk semakin menancapkan pengaruh mereka dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam konteks penelitian ini, kelompok elit ekonomi yang dimaksud adalah organisasi AIPAC yang mampu mempengaruhi kebijakan luar negeri AS dengan mendelegasikan wakilnya kedalam pemerintahan AS. Hal ini dapat dilakukan dengan mendukung dana kampanye yang diberikan kepada para politisi yang mendukung program Zionisme mereka, dan atau memberikan insentif-insentif yang menguntungkan bagi ekonomi maupun karir mereka.

Dalam kasus Indonesia misalnya, kita bisa melihat ketika pada medio tahun 2010 kemarin, didalam pembahasan UU kesehatan kita yang baru, ada penghilangan ayat tembakau, sehingga menggegerkan rakyat di seluruh Indonesia. Dalam kasus AS, perusahaan-perusahaan besar, berusaha untuk mempengaruhi kebijakan, melalui pengaruh mereka di dalam Kongres AS maupun pemerintahan, seperti misalnya, penggelontoran dana talangan sebesar 700 miliar dollar AS untuk menyelamatkan perekonomian AS dan perusahaan-perusahaan besar AS.

Menurut Pareto, yang disebut dengan kelompok elit adalah sekelompok kecil individu yang memiliki kualitas-kualitas terbaik, yang dapat menjangkau pusat kekuasaan sosial-politik. Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat. Pareto meyakini bahwa elit yang tersebar pada sektor pekerjaan yang berbeda itu umumnya berasal dari kelas yang sama, yakni orang-orang yang kaya dan pandai. Ia menggolongkan masyarakat ke dalam dua kelas, lapisan atas (elite) dan lapisan bawah ( non-elite). Lapisan atas atau kelas elit terbagi dalam dua kelompok, yakni elit yang memerintah (governing elite) dan elit yang tidak memerintah (non-governing elite). Sementara Gaetano


(20)

Mosca menyebutkan bahwa di setiap masyarakat yang berbentuk apapun senantiasa muncul dua kelas, yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang memerintah memiliki jumlah yang sedikit, memegang semua fungsi politik, monopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang didapatnya dari kekuasaan, yang kadang-kadang bersifat legal, arbitrer, dan menggunakan kekerasan.23

Mosca meneliti komposisi elit lebih dekat lagi dengan mengenali peran ‘kekuatan sosial’ tertentu. Mosca mengenalkan konsep ‘sub elite’ yang merupakan kelas menengah dari para pegawai negeri sipil, para manajer industri, ilmuwan dan mahasiswa. Kelas menengah ini dianggapnya sebagai elemen vital dalam mengatur masyarakat. Menurutnya, stabilitas politik ditentukan oleh lapisan kelompok menengah ini. Sementara menurut Pareto, antara governing elite dan non-governing elite senantiasa berebut kesempatan untuk mendapatkan porsi kekuasaan sehingga terjadilah sirkulasi elit. Setiap elit yang memerintah, hanya dapat bertahan apabila secara kontinuitas memperoleh dukungan dari masyarakat bawah. Akan tetapi sirkulasi elit akan tetap berjalan karena secara individual baik elit keturunan, maupun elit yang diangkat atau ditunjuk akan mengalami kemunduran sesuai dengan waktu dan sebab-sebab biologis.24

Kekuasaan elit menurut Mosca adalah sebagai akibat sifat-sifat yang tak terbantahkan dari watak sosial manusia. Selanjutnya dikatakan, bahwa kelas politik yang tidak adaptatif dengan zaman tidak akan bisa mempertahankan diri. Sementara elit lain akan terbentuk dari kalangan yang diperintah, dan dengan perjalanan waktu akan mengambil alih kekuasaan meskipun dengan kekerasan. Sistem demokrasi, menurut Mosca tidak memiliki dasar substantif

23

Lihat SP. Varma, 2007. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 206-207. Dalam http://www.scribd.com/doc/22992480/Elit-Dan-Sirkulasi-Elit-Studi-perbandingan-politik, diakses tgl 1 april 2011, pkl. 09.44 WIB.

24Ibid


(21)

sebagai kekuasaan mayoritas, bahkan dianggap sebagai penyebab kemerosotan elit. Oleh karenanya semua kelompok penguasa harus mempertahankan sistem pewarisan secara turun temurun agar tetap dapat memanipulasi kekuasaannya. Akan tetapi Mosca juga menyadari, bahwa rekruitmen dari kelas mayoritas sangat dibutuhkan demi stabilitas organisasi politik.25

Berikut Skema yang menjelaskan alur kebijakan elit AS sesuai dengan pandangan Deutsch, Pareto, maupun Mosca:

Teori ini dalam pandangan peneliti sangat mewakili kondisi politik domestik Amerika Serikat dari dalam, dimana elit-elit politik dan ekonomi tersebut sangat menentukan arah dari kebijakan/politik luar negeri AS. Kebijakan itu terutama berkaitan masalah di Timur Tengah (diantaranya masalah perang), terutama dalam mendukung kepentingan Israel, sehingga dalam realitanya bantuan dana miliyaran dolar kepada negara Israel terus mengalir setiap tahunnya. Pengaruh kebijakan AS tersebut, dalam konteks penelitian ini dipengaruhi oleh kepentingan elit Zionis Power Configuration (ZPC) dan elit American-Israel Public Affairs Committee (AIPAC).

25

http://www.scribd.com/doc/22992480/Elit-Dan-Sirkulasi-Elit-Studi-perbandingan-politik, diakses tgl. 1 April

2011, pkl. 09.44 WIB. Loc.Cit. Elit yang

memerintah

Elit yang tidak memerintah

Decision Making Proses

Output atau Kebijakan

Rakyat/Massa


(22)

Selain hibah ekonomi, dukungan politik juga tetapterus mengalir kepada Israel setiap tahunnya. Belum lagi dukungan militer dalam bentuk bantuan teknik dan tehnologi. Semua ini akan menjelaskan terhadap terjadinya invasi Irak tahun 2003.

1.6. Hipotesis

Dalam Invasi Irak oleh koalisi yang dipimpin oleh AS, kelompok elit AS yang dinamakan dengan Zionis Power Configuration serta American Israel Public Affairs, yang terobsesi oleh dukungan terhadap Zionisme dan eksistensi Israel sangat berperan dalam menciptakan dan mendukung invasi ini, terutama di Kongres dan lingkaran eksekutif pemerintahan AS di bawah George W. Bush. Kepentingan Amerika Serikat dalam Invasi Irak 2003 adalah untuk melindungi Israel dari bahaya ancaman militer Irak.

1.7. Metode Penelitian


(23)

Jika dilihat dari tujuannya, penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian eksplanatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu hipotesis.26 Dalam penelitian jenis ini, permasalahan diuraikan dalam bentuk dua variabel atau lebih yang kemudian di uji hubungan kausalitasnya melalui sebuah atau beberapa teori.27 Dalam konteks penelitian ini, variabel dependen/unit analisisnya adalah Amerika Serikat (nation-state), dan variabel independen/unit eksplanasinya adalah kelompok elit Amerika Serikat (group of individual). Dengan demikian, kelompok tingkat analisisnya bersifat reduksionis, karena unit eksplanasi lebih rendah dari unit analisa. Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu dibuat hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya dalam uji teoritis tersebut.

Peneliti akan menggambarkan secara komprehensif bagaimana invasi militer koalisi yang dipimpin Amerika Serikat dalam perang Irak tahun 2003 tersebut, dengan konsep pre-emptive strike (serangan penghancuran), serta teori elit (utamanya elit politik dan elit ekonomi). Dengan mengetahui perilaku politik perang Amerika Serikat tersebut, penulis kemudian melakukan analisis terhadap kebijakan AS dalam invasi terhadap Irak tahun 2003 di Timur Tengah, dan mengapa kemudian Amerika Serikat sangat berkepentingan untuk menyerang Irak, negara yang sudah sedemikian lemah tersebut, dalam menghadapi kekuatan militer koalisi yang besar.

1.7.2. Tingkat Analisis

Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan level analisis negara-bangsa, yaitu mencoba melihat permasalahan pada tingkat negara-bangsa tertentu, dalam hal ini Amerika Serikat. Adapun kelompok tingkat analisisnya adalah dengan menggunakan metode reduksionis, yaitu metode analisis yang unit eksplanasinya (variabel

26

Rianto Adi, 2004. Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit, hal. 5. 27

Variabel adalah “konsep yang bisa diukur atau dinilai”, sedangkan konsep adalah abstraksi dari gejala atau fenomena yang akan diteliti”, Ibid. Hal. 21.


(24)

independennya kelompok elit AS) lebih rendah daripada unit analisisnya (variabel dependennya adalah nation-state AS).28 Unit analisis dalam penelitian ini adalah nation-state Amerika Serikat, sedangkan unit eksplanasinya adalah kelompok elit Amerika Serikat.

Ada beberapa alasan yang mendasari metode analisis ini; Pertama, model reduksionis akan memberikan peluang bagi penulis untuk menjelaskan secara komprehensif terhadap masalah yang akan diteliti. Dari metode ini, penulis akan lebih mudah melihat pergerakan dalam sistem domestik AS yang dipengaruhi oleh perilaku elit Amerika Serikat, yang menghasilkan kebijakan invasi terhadap Irak tahun 2003.

Kedua, level analisis ini sesuai dengan konsep pre-emptive strike (serangan penghancuran), dalam rangka bertujuan untuk menciptakan keamanan nasional AS beserta sekutunya dari ancaman teror, serta teori elit yang menjelaskan persoalan pada tingkat sub-state AS. Penggunaan teori dan konsep ini sebagai bagian dari dinamika politik di dalam negeri Amerika Serikat dalam memandang Dunia Arab dan kawasan Timur Tengah, bertujuan untuk lebih mengangkat persoalan ini kepermukaan, meneliti hal-hal yang sekiranya belum diketahui oleh umum, ataupun oleh penelitian lainnya.

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka, yaitu data telah diolah oleh orang lain dalam bentuk dokumen baik tulisan maupun verbal dan publikasi.29 Data jenis ini di antaranya adalah surat kabar, jurnal, buku, artikel di surat kabar

28

Moehtar Maso’ed membagi level analisis kedalam tiga kategori : 1. Reduksionis, yaitu tingkat analisis yang unit eksplanasinya (variabel independen) lebih rendah dari unit analisisnya (variabel dependen); 2. korelasionis, yaitu level analisis yang antara unit ekspalanasi dan unit analisisnya pada tingkat yang sama; 3. induksionis, yaitu level analisis yang unit eksplanasinya lebih tinggi dari unit analisisnya. Maso’ed. 1990. Op. Cit. Hal. 39.

29


(25)

maupun internet, laporan penelitian, hasil survei, foto, rekaman video, dan lain-lain. Dari sumber-sumber tersebut, data dikumpulkan sebanyak-banyaknya, kemudian dipilah-pilah untuk ditempatkan sesuai dengan sistematika penulisan. Penelitian ini bertempat di perpustakaan pusat UMM, dan Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional UMM.

1.7.4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode/pendekatan kualitatif (yaitu menjelaskan permasalahan dalam bentuk kalimat-kalimat argumentatif) dengan metode, logical analysis dan proposing hypotheses. Logical analysis adalah metode untuk mencari hubungan antara variabel dengan konsep, sedangkan proposing hypotesis adalah metode analisis data untuk mengembangkan hipotesis.

Pengumpulan data-data kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang mudah dipahami. Kemudian dilakukan penyederhanaan data dengan tanpa mengurangi maknanya maupun menghilangkan data yang dibutuhkan. Data yang dikumpulkan kemudian di analisis, untuk mengetahui latar belakang AS dalam invasi terhadap Irak tahun 2003 tersebut, sehingga dapat diketahui motifnya. Terakhir, temuan mengenai hubungan kausalitas tersebut akan menjadi bahan pembanding bagi kebijakan luar negeri AS, serta politik dalam negeri AS sendiri.

1.7.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut:


(26)

2. Batasan Materi: Batasan wilayah terletak pada domestik Amerika Serikat. Karena penelitian ini mengambil analisis dari sudut pandang AS, dan mengambil eksplanasi dari sudut pandang elit AS.

1.8. Sistematika Penulisan

Peneliti telah menyusun sistematika penelitian ini sebagai berikut:

BAB. I PENDAHULUAN: Terdiri dari beberapa sub-bab, yaitu : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Sub-bab Kerangka Pemikiran berisi Konsep dan Teori. Terakhir, dalam Metode Penelitian terdapat sub-bab Jenis Penelitian, Tingkat Analisis, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Ruang Lingkup Penelitian.

BAB. II KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAK: Bab ini dibagi dalam dua sub-bab. Sub-bab pertama menjelaskan ancaman Irak bagi kepentingan elit AS, ancaman Irak bagi kepentingan AS, dan kebijakan anti Zionisme Irak dimasa Saddam Husein berkuasa. Sub-bab kedua menekankan signifikansi informasi tentang Invasi Irak tahun 2003 oleh koalisi. Perang Teluk III dimulai tanggal 20 Maret 2003, dan berakhir pada 1 Mei 2003.

BAB. III KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT: Bab ini menguraikan lebih lanjut pembahasan dari bab dua, berisi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat, terutama terkait dengan permasalahan Perang Irak tahun 2003. Dalam politik luar negerinya, AS selalu membangun berdasarkan pragmatisme politik, dimasa pasca Perang Dingin menjadi lebih agresif lagi. Selain itu dalam bab ini, dibahas mengenai beberapa kelompok elit di AS yang berperan


(27)

dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri negara tersebut, diantaranya adalah AIPAC, ZPC. Hal ini sebagai aplikasi dari teori elit politik dan teori elit ekonomi.

BAB. IV KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003: Berisi mengenai tujuan sebenarnya dari Kepentingan Amerika Serikat dalam Invasi terhadap Irak tahun 2003. Tujuan dari politik luar negeri Amerika Serikat adalah membantu strategi dominasi Israel di Timur Tengah, dan untuk melindungi negara Zionis tersebut dari ancaman musuh-musuhnya, melalui kekuatan politiknya di PBB, dan militer di dalam NATO. Hal ini tidak lepas dari pengaruh kelompok elit ZPC dan AIPAC di AS yang menguasai pemerintahan, diantaranya adalah George W. Bush, Dick Cheney, Donald Rumsfeld, Paul Wolfowitz.

BAB. V PENUTUP: Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya pandangan Zionisme dalam elit-elit AS, yaitu kelompok ZPC dan AIPAC untuk merealisasikan strategi dominasi Israel di Kawasan Timur Tengah, dan melindungi Israel dari ancaman musuh-musuhnya. Di bagian saran, peneliti menyarankan agar meneliti lebih lanjut terkait dengan persoalan Zionisme, dan pengaruh elit-elit Zionist Power Configuration di dalam Sistem Politik AS.


(28)

i

SKRIPSI

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003

(Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Jenjang Strata Satu (S.1) Jurusan Hubungan Internasional

Universitas Muhammadiyah Malang)

Oleh :

IMAM KURNIAWAN 06260142

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(29)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Imam Kurniawan

NIM : 06260142

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : “KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT (AS) DALAM

INVASI IRAK TAHUN 2003”

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING Pembimbing I

Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif, S.IP, MA

Pembimbing II

Amaria Qori ‘Ula, S.IP

Mengetahui Dekan

FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Ketua Jurusan Hubungan Internasional


(30)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Imam Kurniawan

NIM : 06260142

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : “KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT (AS) DALAM

INVASI IRAK TAHUN 2003”

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional dan dinyatakan LULUS

Pada: Hari Sabtu Tanggal: 16 April 2011

Tempat: Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

A. Victory Pradhitama, S.Sos, M.S.i Penguji 1 ( )

B. M. Syaprin Zahidi, S.IP Penguji 2 ( )

C. M. Qobidl ‘Ainul Arif, S.IP, M.A Penguji 3 ( )


(31)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Imam Kurniawan

NIM : 06260014

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul:

“KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT (AS) DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003”

Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 19 April 2011 Yang menyatakan,


(32)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Imam Kurniawan

2. NIM : 06260142

3. Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional 4. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

5. Judul Skripsi : “KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT (AS) DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003”

6. Pembimbing : 1. M. Qobidl ‘Ainul Arif, S.IP, M.A 2. Amaria Qori ‘Ula, S.IP

7. Kronologi Bimbingan:

Tanggal Paraf Pemb I Tanggal Paraf Pemb. II Keterangan

12-11-10 12-11-10 Pengajuan Judul dan Proposal

17-12-10 17-12-10 ACC Judul dan Proposal

25-01-11 25-01-11 ACC Bab II

12-02-11 12-02-11 ACC Bab III

10-04-11 10-04-11 ACC Bab IV dan V


(33)

vi

Imam Kurniawan, 2011, 06260142, Universitas Muhammadiyah Malang,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT (AS) DALAM INVASI IRAK

TAHUN 2003”, Dosen Pembimbing I: Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif, S.IP,

M.A, Dosen Pembimbing II: Amaria Qori ‘Ula, S.IP

ABSTRAKSI

Perang Irak 2003 merupakan perang yang terpanas di Timur Tengah. Untuk itu, penulis melakukan penelitian dengan Judul “Kepentingan Amerika Serikat (AS) Dalam Invasi Terhadap Irak tahun 2003”. Metode penelitian: jenis penelitian eksplanatif, level analisis nation-state, unit eksplanasinya adalah kelompok elit AS, kelompok tingkat analisisnya adalah dengan menggunakan metode reduksionis, Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Pustaka, Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode/pendekatan kualitatif. Adapun hipotesisnya adalah Invasi Irak oleh AS

dipengaruhi kelompok elit AS yang dinamakan dengan Zionis Power

Configuration (ZPC) serta American Israel Public Affairs Committee (AIPAC),

yang terobsesi oleh dukungan terhadap Zionisme dan eksistensi Israel sangat berperan dalam menciptakan dan mendukung invasi ini, terutama di Kongres dan lingkaran eksekutif pemerintahan AS dibawah George W. Bush. Dalam invasi ini, AS memiliki kepentingan, yaitu, menjamin kepentingan untuk melindungi Israel dari ancaman Irak. Temuan dalam penelitian ini adalah karena kekuatan militer dan politik yang dimiliki oleh Irak di kawasan Timur Tengah dapat mengancam eksistensi Israel, maka kemudian AS melakukan Invasi terhadap Irak tahun 2003. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kelompok elit yang dinamakan dengan ZPC dan AIPAC dalam “Decision Making Proses” di dalam pemerintahan AS, serta lembaga legislatif dan Pentagon. Dalam melaksanakan rencananya, AS menggunakan legitimasi dari peristiwa 11 September 2001, sehingga melahirkan sebuah paradigma keamanan baru, yaitu konsep pre-emptive strike. AS menuduh Irak terlibat dalam peristiwa 11 September 2001 yang menghancurkan Pentagon dan WTC; Memiliki senjata pemusnah massal yang berbahaya, dan sebuah rejim otoriter yang harus di demokratiskan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori elit, dan konsep pre-emptive sebagai alat analisa. Penelitian ini bisa sebagai bahan kajian akademis bagi penelitian selanjutnya.

Kata kunci: Perang Irak 2003, pre-emptive, elit, ZPC, AIPAC, teroris, senjata pemusnah massal.

Malang, 19 April 2011 Peneliti,

Imam Kurniawan

Pembimbing I Pembimbing II


(34)

vii

Imam Kurniawan, 2011, 06,260,142, University of Muhammadiyah Malang,

Faculty of Social and Political Sciences, Department of International Relations,

THE UNITED STATES (USA) IN IRAQ INVASION OF THE YEAR

2003”, Mayor-Advisor: Muhammad Qobidl 'Ainul Arif, S. IP, MA , Co-Advisor: Amaria Qori 'Ula, S. IP

ABSTRACT

Iraq War 2003 was the hottest war in the Middle East. For that, the authors conducted research with the title "The interests of the United States (U.S.) In the 2003 Invasion Of Iraq." Method: the type of research explanatif nation-state level of analysis, the unit is a group of elite U.S. eksplanasinya, group-level analysis is to use the reductionist method, data collection techniques to be used in this research is literature study, analysis of the data in this study using the method / qualitative approach. The hypothesis is influenced by the U.S. invasion of Iraq by the U.S. elite group called the Zionist Power Configuration (ZPC) and the American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), which is obsessed by the support of Zionism and the existence of Israel was instrumental in creating and supporting this invasion, especially in Congress and the executive circle the U.S. government under George W. Bush. In this invasion, the U.S. has an interest, namely, safeguarding the interests to protect Israel from Iraqi threat. The findings in this study is that political and military power possessed by Iraq in the Middle East region could threaten Israel's existence, then the U.S. did against Iraq's invasion in 2003. This is not free from the influence of an elite group called the ZPC and AIPAC in "Decision Making Process" in the U.S. government, as well as the legislature and the Pentagon. In implementing the plan, the U.S. uses the legitimacy of the events of 11 September 2001, hence the birth of a new security paradigm, namely the concept of pre-emptive strike. U.S. accuses Iraq was involved in the events of 11 September 2001 that destroyed the Pentagon and the WTC; Has a dangerous weapon of mass destruction, and an authoritarian regime that must be in demokratiskan. In this research, the author uses the theory of elites, and the concept of pre-emptive as the analyzer. This research can be as academic study materials for further research.

Keywords: Iraq War, 2003, pre-emptive, elite, ZPC, AIPAC, terrorists, weapons of mass destruction.

Malang, 19 April 2011 Researcher,

Imam Kurniawan

Mayor-Advisor Co-Advisor


(35)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Dalam Skripsi ini, peneliti mencoba menelaah proses pengambilan kebijakan dalam Politik Amerika Serikat, terutama berkaitan dengan kebijakan AS di Timur Tengah. Hal ini penting artinya dalam menganalisis maneuver-manuver yang dilakukan negara-negara adidaya tersebut. Dalam penelitian/skripsi ini, peneliti menemukan adanya pengaruh dari para elit AS dalam decision making

proses kebijakan luar negeri negara tersebut. Dalam artian, peneliti melihat

adanya pengaruh dari para elit yang disebut sebagai Zionist Power Configuration (ZPC) dalam pembuatan kebijakan luar negeri, terutama kebijakan perang AS di kawasan Timur Tengah.

Kebijakan AS dalam menginvasi Irak menimbulkan tanda-tanya bagi berbagai pihak terhadap makna dibalik kebijakan tersebut. Dalam temuan peneliti, ternyata kebijakan perang AS tersebut diatas dipengaruhi oleh kepentingan

kelompok elit ZPC dan rekannya American Israel Publik Affairs Committe

(AIPAC). Kelompok elit tersebut terkait dengan afiliasi Zionisme yang bertujuan untuk memajukan kepentingan Israel di seluruh dunia, terutama di kawasan Timur Tengah. Tentu saja banyak kekurangan dalam penelitian ini yang perlu untuk diperbaiki. Untuk itu diperlukan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Akhir kata, harapan dari peneliti adalah adanya manfaat dari penelitian ini bagi pembangunan peradaban manusia yang berdaya guna dan bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang, 19 Mei 2011 Peneliti,


(36)

ix

Imam Kurniawan

UNGKAPAN JIWA DAN MOTTO KEHIDUPAN

“Berjuanglah sampai akhir, niscaya tujuanmu akan tercapai. Jangan lupakan tetesan darah dari leluhurmu yang telah berjuang untuk bangsa ini. Diam tertindas atau bangkit melawan kezaliman. Tuhan bersama para pejuang yang mengorbankan dirinya demi harkat dan martabat kemanusiaannya (Kurniawan

Parewa). Maja Labo Dahu, Katadapu Rawi Ma Tedi (Filosofi Bima-Dana Mbojo)”

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka peneliti dengan tak terhingga mengucapkan Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, My Lord, Rajaku, dan Junjunganku, atas rahmat dan hidayah-Nya bagi saya pribadi. Alhamdulillah ya Allah. Serta utusan-Mu Yang Mulia Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan misi pencerahannnya, sehingga terbebas dari kegelapan ini.

2. Kedua perintis saya di dunia fana ini, yakni Bapak dan Ibunda saya : Bapak Abubakar H.Ibrahim dan Ibunda Rosmini Arsyad, atas “pencerahannnya”. Kakanda Nurqomariah Prihatin, Indra Dermawansyah, Eti Mulyati, dan adinda Syahrul Akbar, atas motivasi, do’a, dukungan, dan harapan-harapannya terhadap perjuangan ananda dan adinda.

3. Kedua pembimbing saya yang terhormat: Bapak M. Qobid’l Ainul Arif S.IP, MA. dan Ibu Amaria Qori Ula’ atas arahan dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan saya sehingga telah mencapai target


(37)

x

pencapaian dalam pengerjaan skripsi ini, serta keteladanannya. Jajakumullah Khairan Katsira…

4. Segenap staf di Jurusan Hubungan Internasional UMM, terutama kepada Ibu Dyah Estu Kurniawati S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional UMM. Terima kasih Ibu atas ruangnya dalam Jurusan Hubungan Internasional, dan berbagai bimbingan serta transformasi ilmunya. Tidak lupa kepada seluruh dosen-dosen yang pernah mengajar saya di Jurusan H.I dan Fisip UMM, Bapak Victor Pradhitama S.Sos, M.Si, yang telah memberikan waktunya untuk mengarahkan dan mereview skripsi saya, dan menguji saya dalam sidang akhir skripsi, mentrasformasikan ilmunya dan nilai yang lumayan bagus selama mengampuh mata kuliah di H.I UMM. Tidak lupa juga kepada Bapak Syaprin Zahidi S.IP, yang telah menguji saya dalam sidang skripsi, serta memberikan masukan yang konstruktif bagi terselesainya skripsi ini. Dosen-dosen, H.I dan FISIP UMM, Pak Toni, Pak Ruli, Pak Gonda, Pak Saiman, Pak Budi Suprapto, Dekan FISIP periode sebelumnya, beliau sangat saya hormati, segani dan kagumi, karena kesantunannya, selama empat tahun dibawah arahan beliau. Demikian juga Ibu Melati, Ibu Ui’, dan lain-lainnya yang telah mengajar saya yang tidak dapat disebut satu-persatu. Demikian juga dengan Tata Usaha FISIP yang telah membantu proses akademik para mahasiswa.

5. Bapak Prof. H.M.Mas’ud Said Ph.D., Prof. Ishomudin yang telah mentrasformasikan ilmunya kepada kami segenap mahasiswa FISIP UMM. 6. Teman-teman seperjuangan saya di Jurusan Hubungan Internasional UMM,

Fauzan Ilman, Zaenal, Feliks, Febi, Izul, Rian dan Sonya yang telah dengan sabar dan baik hati meminjamkan bukunya. Serta seluruh teman-teman H.I yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu karena saking banyaknya.


(38)

xi

7. Bapak Wahyudi, selaku Dekan FISIP UMM dan segenap lingkungan FISIP UMM terutama para staf TU yang sigap memberikan informasinya.

8. Seluruh keluarga besar saya di Bima-Nusa Tenggara Barat yang telah lama saya tinggalkan. Ua Aji sampai jumpa, Innalillahi wa Innailaihi rojiun, ku tidak pernah bertemu denganmu. Nenekku tercinta, Kalisom yang semakin keriput karena usia, mudah-mudahan dapat segera bertemu denganmu. Ampuni dosaku. Leluhurku Di Bima, kami akan melanjutkan perjuanganmu. 9. Warga Kota Malang yang pernah saya kenal, terutama ibu kost-bapak kost

saya. Kota Malang yang Indah dan sejuk yang semakin panas membara karena pemanasan global. Kota yang indah yang telah dengan tulus menerima kami perantauan. Teman-Teman Kost Jalan Raya Tlogomas gang IVC yang saya cintai terima kasih dinamikanya selama 3 tahun terakhir, memberikan pelajaran yang berharag bagi kita semua, perantauan dari Bima.

10. Teman-teman di UKM Tapak Suci, Queen Pawn chest Club, dan Ekstra

Kampus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat ISIP Cabang Malang. Jali, Zuhudi, Totok, dan lain-lainya yang telah merefleksikan wacananya. Teman-teman LMND yang sering mengajak saya berdiskusi pada saat awal-awal di Malang. Serta Segenap Keluarga Besar Kerukunan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Bima Malang. Juga teman-teman dari Bima, Muhajirin, dan adik-adik seniorku di Malang, selamat berjuang dalam menempuh studi, dan jangan malas. Pantang Tolak Tugas, Pantang Ulur Waktu, Pantang Tugas Tidak Selesai.

Dan kepada seluruh pihak yang belum atau lupa saya sebutkan disini, saya mohon maaf dan terima kasih atas bantuan serta partisipasinya.

Wassallamu Allaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh…


(39)

xii

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Lembar Originalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... viii

Ungkapan Jiwa/Motto. Kehidupan... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Skema ... xvii

Daftar Pustaka ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Penelitian Terdahulu ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 14

1.5.1 Konsep pre-emptive strike ... 14


(40)

xiii

1.6. Hipotesis ... 25

1.7. Metode Penelitian ... 26

1.7.1. Jenis Penelitian ... 26

1.7.2 Tingkat Analisis ... 27

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28

1.7.4 Teknik Analisis Data ... 28

1.7.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 29

1.8 Sistematika Penulisan ... 29

BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAK 2.1. Kebijakan Anti Zionisme Irak ... 33

2.2 Ancaman Irak Bagi Kepentingan Elit AS ... 34

2.3 Ancaman Irak Bagi Kepentingan Nation-State AS ... 39

2.4. Invasi AS dan Koalisi Terhadap Irak 2003 ... 41

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT 3.1. Landasan Pragmatisme Dalam Kebijakan Luar Negeri AS ... 47

3.1.1. Doktrin Bush ... 52

3.2. Kebijakan Luar Negeri AS Terhadap Irak ... 60

3.3 Kelompok-Kelompok Elit Yang Berperan Dalam Mempengaruhi Kebijakan Luar-Negeri AS ... 64

3.3.1 Kelompok Elit Lembaga-lembaga Resmi Negara ... 65


(41)

xiv

3.3.1. b Kongres Amerika Serikat (United States Congress) ... 66

3.3.1. c Departemen Luar Negeri Amerika Serikat ... 68

3.3.2 Kelompok Elit Non Lembaga Negara ... 69

3.3.2. a Kelompok Military Industrial Complex (MIC) ... 71

3.3.2. b Kelompok Zionist Power Configuration (ZPC ... 72

3.3.2. c American Israel Public Affairs Committe (AIPAC) .... 73

BAB IV KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM INVASI IRAK TAHUN 2003 4.1 Kepentingan Untuk Melindungi Israel dalam Invasi Irak 2003 .. 78

4.1.1 Bantahan Terhadap Argumen War For Oil ... 88

4.2 Perancangan Invasi Terhadap Irak Tahun 2003 ... 92

4.2.1 Realisasi Invasi Irak Tahun 2003 ... 104

4.3 Peranan ZPC dan AIPAC dalam Invasi Irak tahun 2003 ... 107

4.3.1 Peranan AIPAC ... 108

4.3.2 Peranan ZPC ... 116

4.4 Kepentingan Israel Dalam Invasi Irak 2003... 122

4.5 Kebijakan Pre-Emptive AS ... 127


(42)

xv

DAFTAR GAMBAR


(43)

xvi

DAFTAR TABEL


(44)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Alur Pemikiran Penelitian/kebijakan elit AS ... 24


(45)

xviii

Daftar Pustaka

Buku-Buku :

Adi, Riyanto. 2004. Metode peneltian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Cipto, Bambang. 2007. Politik dan Pemerintahan Amerika. Yogyakarta:

Lingkaran Buku

Fukuyama, Francis (et.all). 2005. Amerika dan Dunia. Memperdebatkan Bentuk

Baru Politik Internasional. Jakarta: Kedutaan Besar AS Jakarta. Kerjasama

dengan Freedom Institut dan Yayasan Obor Indonesia.

Jackson, Robert dan George Sorensen (terj.). 2005. Pengantar Studi Hubungan

Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kuncahyono, Trias. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

--- 2005. Bulan Sabit Di Atas Baghdad. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

---. 1990. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan

Teorisasi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial Universitas


(46)

xix

Mudarris, Alaudin Al (terj.). 2004. Huru-Hara Irak, Isyarat Akhir Zaman. Yogyakarta: Penerbit Cahaya Hikmah.

Minderop, Albertine. 2006. Pragmatisme, Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar

Negeri Amerika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mustofiah, Dewi. 2011. Dahsyatnya Lobi-Lobi Gila Internasional Israel.

Jogjakarta: IRCIsoD.

Nainggolan, Poltak Partogi (ed.). 2002. Terorisme dan Tata Dunia Baru. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Perwita, R. Anak Agung Banyu dan R. Yanyan Mochamad Yani 2006.

Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Petras, James. 2009. Zionisme dan Keruntuhan Amerika: Bagaimana Lobi Yahudi Menindas Negara-Negara Muslim dan Menghancurkan Amerika Serikat

Dari Dalam (terj.). Jakarta: Zahra Publishing House.

Rahman, Musthafa Abd. 2003. Laporan Dari Lapangan. Geliat Irak Menuju Era

Pasca Saddam. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rais, Amien M. 1994. Problematika Perdamaian Timur Tengah. Yogyakarta:

Pusat Pengkajian dan Penelitian Masalah-Masalah Timur Tengah (PPMTT) FISIPOL UGM.


(47)

xx

Setiawati, Siti Muti’ah (ed.). 2004. Irak di Bawah Kekuasaan Amerika,

Dampaknya Bagi Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat)

Indonesia. Yogyakarta: Kerjasama Pusat Pengkajian Masalah Timur Tengah

FISIPOL UGM dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri DEPLU RI.

Sihbudi, Riza. 1993. Bara Timur Tengah, Islam, Dunia Arab, Iran. Bandung: Penerbit Mizan.

--- (et.all). 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah, Buku Satu. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

--- 2007. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Penerbit Mizan.

Taylor, Alan R. (terj.). 1990. Pergeseran-Pergesaran Aliansi Dalam Sistem

Perimbangan Kekuatan Arab. Amarpress.

Targonski, Rosalie (ed.). 2000. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Jakarta: Kantor Program Informasi Internasional DEPLU AS.

Usman, Hussaini dan Purnomo Setiadi. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(48)

xxi

Internet (Website, Jurnal on-line, Skripsi Publikasi, Media on-line):

http://www.scribd.com/doc/22992480/Elit-Dan-Sirkulasi-Elit-Studi-perbandingan-politik. 1 April 2011.

http://forum.nttuweb.com/index.php?action=printpage;topic=99.0. 8 April 2011.

http://www.casttv.com/video/zqqaih/kekuatan-lobby-israel-di-usa-7-7-aipac-video. 10 April 2011.

http://jowo.jw.lt/pustaka/dokumen/Dokumen_03/Keamanan_Internasional_Pasca

_11_September_txt.txt. 11 April 2011.

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=1185&coid=3&caid=31&gid= 1. 11 April 2011.

http://books.google.co.id/books?id=HJ8lvTUIj4EC&pg=PA83&lpg=PA83&dq= peranan+ZPC+dalam+perang+Irak&source=bl&ots=4NMgG2nbeP&sig =JUzhM0o98rFb6BierIYsfjmu13k&hl=id&ei=V4SiTeWLoXVrQe0pvjyAg& sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBYQ6AEwAA#v=on

epage&q&f=false. 11 April 2011.

http://www.persis67benda.com/berita-141-aipac-pintu-masuk-israel-ke-as.html. 08 Mei 2011.

http://groups.yahoo.com/group/surau/message/31536. 08 Mei 2011.

http://politik.kompasiana.com/2010/06/24/2-belajar-dari-kesalahan-amerika-serikat-dalam-masalah-israel-palestina-integritas-dan-independensi/.


(49)

xxii

www.infopalestina.com, 02 April 2011.


(1)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Alur Pemikiran Penelitian/kebijakan elit AS ... 24


(2)

xviii Daftar Pustaka

Buku-Buku :

Adi, Riyanto. 2004. Metode peneltian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Cipto, Bambang. 2007. Politik dan Pemerintahan Amerika. Yogyakarta: Lingkaran Buku

Fukuyama, Francis (et.all). 2005. Amerika dan Dunia. Memperdebatkan Bentuk Baru Politik Internasional. Jakarta: Kedutaan Besar AS Jakarta. Kerjasama dengan Freedom Institut dan Yayasan Obor Indonesia.

Jackson, Robert dan George Sorensen (terj.). 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kuncahyono, Trias. 2005. Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

--- 2005. Bulan Sabit Di Atas Baghdad. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

---. 1990. Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gajah Mada.


(3)

xix

Mudarris, Alaudin Al (terj.). 2004. Huru-Hara Irak, Isyarat Akhir Zaman. Yogyakarta: Penerbit Cahaya Hikmah.

Minderop, Albertine. 2006. Pragmatisme, Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar Negeri Amerika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mustofiah, Dewi. 2011. Dahsyatnya Lobi-Lobi Gila Internasional Israel. Jogjakarta: IRCIsoD.

Nainggolan, Poltak Partogi (ed.). 2002. Terorisme dan Tata Dunia Baru. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Perwita, R. Anak Agung Banyu dan R. Yanyan Mochamad Yani 2006.

Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Petras, James. 2009. Zionisme dan Keruntuhan Amerika: Bagaimana Lobi Yahudi Menindas Negara-Negara Muslim dan Menghancurkan Amerika Serikat Dari Dalam (terj.). Jakarta: Zahra Publishing House.

Rahman, Musthafa Abd. 2003. Laporan Dari Lapangan. Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Rais, Amien M. 1994. Problematika Perdamaian Timur Tengah. Yogyakarta: Pusat Pengkajian dan Penelitian Masalah-Masalah Timur Tengah (PPMTT) FISIPOL UGM.


(4)

xx

Setiawati, Siti Muti’ah (ed.). 2004. Irak di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi Stabilitas Politik Timur Tengah dan Reaksi (Rakyat) Indonesia. Yogyakarta: Kerjasama Pusat Pengkajian Masalah Timur Tengah FISIPOL UGM dengan Badan Pengkajian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri DEPLU RI.

Sihbudi, Riza. 1993. Bara Timur Tengah, Islam, Dunia Arab, Iran. Bandung: Penerbit Mizan.

--- (et.all). 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah, Buku Satu. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

--- 2007. Menyandera Timur Tengah. Jakarta: Penerbit Mizan.

Taylor, Alan R. (terj.). 1990. Pergeseran-Pergesaran Aliansi Dalam Sistem Perimbangan Kekuatan Arab. Amarpress.

Targonski, Rosalie (ed.). 2000. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Jakarta: Kantor Program Informasi Internasional DEPLU AS.

Usman, Hussaini dan Purnomo Setiadi. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(5)

xxi

Internet (Website, Jurnal on-line, Skripsi Publikasi, Media on-line):

http://www.scribd.com/doc/22992480/Elit-Dan-Sirkulasi-Elit-Studi-perbandingan-politik. 1 April 2011.

http://forum.nttuweb.com/index.php?action=printpage;topic=99.0. 8 April 2011.

http://www.casttv.com/video/zqqaih/kekuatan-lobby-israel-di-usa-7-7-aipac-video. 10 April 2011.

http://jowo.jw.lt/pustaka/dokumen/Dokumen_03/Keamanan_Internasional_Pasca _11_September_txt.txt. 11 April 2011.

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=1185&coid=3&caid=31&gid= 1. 11 April 2011.

http://books.google.co.id/books?id=HJ8lvTUIj4EC&pg=PA83&lpg=PA83&dq= peranan+ZPC+dalam+perang+Irak&source=bl&ots=4NMgG2nbeP&sig =JUzhM0o98rFb6BierIYsfjmu13k&hl=id&ei=V4SiTeWLoXVrQe0pvjyAg& sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBYQ6AEwAA#v=on epage&q&f=false. 11 April 2011.

http://www.persis67benda.com/berita-141-aipac-pintu-masuk-israel-ke-as.html. 08 Mei 2011.

http://groups.yahoo.com/group/surau/message/31536. 08 Mei 2011.

http://politik.kompasiana.com/2010/06/24/2-belajar-dari-kesalahan-amerika-serikat-dalam-masalah-israel-palestina-integritas-dan-independensi/. 08 Mei 2011.


(6)

xxii www.infopalestina.com, 02 April 2011.