PROFIL KELUARGA, DINAMIKA KEPRIBADIAN DAN PROFIL TEMAN SEBAYA PELAKU TINDAK BULLYING

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus-kasus akibat bullying yang dilakukan oleh remaja makin sering
ditemui di sekolah. Mulai dari saling ejek antar teman, memaki, mengucilkan,
bahkan sampai menganiaya antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hal
yang memprihatinkan adalah kejadian dilakukan dalam lingkungan pendidikan
(sekolah), tempat yang seharusnya menjadi pengharapan atas generasi penerus
bangsa. Maraknya tindak bullying yang dilakukan oleh remaja banyak mendapat
perhatian dari masyarakat, pendidik, maupun dari psikolog. Tindak bullying yang
terjadi pada sesama remaja sering muncul dalam berbagai alasan, seperti berebut
pacar, penghinaan, perbedaan pendapat.
Masa remaja merupakan puncak perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan

fisik,

terutama

organ-organ


seksual

akan

mempengaruhi

berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang
belum dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk
berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan
emosi cenderung menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat
terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan
tempramental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung); sedangkan
remaja akhir cenderung sudah mampu untuk mengendalikan emosinya (Hurlock,
1980).

1

2


Hal tersebut di atas dapat menjadi indikasi remaja sangat rentan terjadinya
perilaku bullying, karena perkembangannya sedang berada dalam tahap mencari
identitas diri. Di dalam pikiran dan jasmaninya, remaja mewarnai dan
mengeksplorasi

dunianya

dengan

penuh

keberanian.

Remaja

mencoba

mengidentifikasikan diri mereka dengan orang lain, untuk menemukan jati diri
mereka sendiri. Eksplorasi mereka untuk mencapai individualisasi, seringkali
berbenturan dengan pihak luar, dalam hal ini pihak luar tidak dapat menerima

pencarian jati diri yang dilakukan oleh remaja dengan perilaku bullying yang
merugikan orang lain. Perilaku bullying seringkali muncul karena persoalan
sederhana yang menjadikan remaja menjadi mudah tersulut secara emosi ataupun
hanya sekedar untuk mencari kepuasan serta kesenangan dari orang lain yang
memiliki kekuatan yang lebih lemah dari dirinya.
Istilah bullying diilhami dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti
“banteng” yang suka menanduk. Bullying adalah merupakan sebuah situasi
dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok (Sejiwa, 2008). Pihak yang kuat tidak hanya berarti
kuat dalam ukuran fisik, tapi juga bisa kuat secara mental. Dalam hal ini, sang
korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena
lemah secara fisik dan atau mental. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan
tindakan yang disengaja oleh si pelaku terhadap korbannya, yang dilakukan secara
berulang-ulang, yang didasari adanya perbedaan power yang mencolok.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku
agresif yang disengaja dan berulang untuk menyerang target atau korban, yang

3

secara khusus adalah seseorang yang lemah, mudah diejek dan tidak bisa

membela diri.
Duane Alexander, M.D. (2001), Direktur Institut Nasional Kesehatan
Anak dan Perkembangan Manusia atau National Institute for Children and
Human Development (NICHD) di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa,
“Bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut mendapat perhatian.
Orang-orang yang menjadi korban bullying semasa kecil, kemungkinan besar
akan menderita depresi dan kurang percaya diri dalam masa dewasa. Sementara
pelaku bullying, kemungkinan besar akan terlibat dalam tindak kriminal
dikemudian hari” (Sejiwa, 2008). Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa
perilaku ini sangat memprihatinkan sebagai dampak bullying terhadap sikap dan
mental remaja, baik itu pelaku ataupun korban bullying tersebut. Oleh sebab itu,
dalam membentuk individu yang berkualitas di kemudian hari, aktivitas bullying
harus mendapatkan perhatian yang serius dari seluruh kalangan, khususnya dari
bidang pendidikan, sehingga tidak akan terjadi lagi perilaku bullying dalam
kehidupan sehari-hari.
Penelitian mengenai fenomena bullying di Indonesia dapat dikatakan
tergolong relatif masih baru, sehingga belum ada data yang memadai untuk
memfasilitasinya. Hasil studi pada 2006 yang dilakukan oleh ahli intervensi
bullying asal Amerika Dr. Amy Huneck, mengungkapkan bahwa 10-16 persen
siswa Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan,

tendangan, ataupun didorong, sedikitnya sekali dalam seminggu. Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku bullying masih banyak terjadi dalam lingkungan
pendidikan, khususnya sekolah. Ketua Umum Komisi Nasional (Komnas)

4

Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan selama Januari-April 2007 terdapat
417 kasus kekerasan terhadap anak. Rinciannya, kekerasan fisik 89 kasus,
kekerasan seksual 118 kasus, dan kekerasan psikis 210 kasus. ”Dari jumlah itu
226 kasus terjadi di sekolah,” ujar Seto Mulyadi dalam diskusi di Jakarta, Rabu
(3/5). Data tahun lalu, menyebutkan kekerasan fisik 247 kasus (29 kasus di
sekolah), kekerasan seksual 426 kasus (67 kasus di sekolah), dan kekerasan psikis
451 kasus (96 kasus di sekolah). Seto mengatakan yang paling memprihatinkan
kekerasan terhadap anak di sekolah tidak hanya dilakukan oleh guru atau orang
dewasa lainnya. Melainkan juga, dilakukan oleh anak-anak teman sebaya secara
tersembunyi dan biasanya bullying (dalam Media Indonesia, 2008).
Beberapa dari contoh kasus yang ditemukan, perilaku bullying dapat
berpengaruh pada terjadinya bunuh diri terhadap remaja. Pada 8 April 2002
(Halifax, Nova Scotia), seorang siswa yang populer dan suka bepergian, Emmet
Fralick, 14 tahun, menembak dirinya sendiri di kamar tidurnya. Ia meninggalkan

surat bunuh diri yang menyebutkan bahwa ia tak tahan menghadapi penindasan
teman-teman sebayanya. Dilaporkan bahwa Emmet menghadapi pemerasan,
ancaman, dan pemukulan oleh remaja-remaja lainnya (Coloroso, 2007).
Selanjutnya, pada kasus Fifi Kusrini, seorang gadis remaja berusia 13
tahun yang telah meninggal sebagai akibat dari tindak bullying. Pada tanggal 15
Juli 2005, siswi SMPN 10 Bantar Gebang, Bekasi itu ditemukan tergantung di
kamar mandi rumahnya. Fifi mengakhiri hidupnya dengan menggunakan seutas
tali, namun tidak ada yang tahu dengan pasti mengapa ia mengambil keputusan
nekad seperti itu. Satu-satunya petunjuk datang dari sang ayah, yang mengatakan
putrinya merasa malu karena sering diejek teman-temannya sebagai anak tukang

5

bubur (liputan6.com, 16 Juli 2005 dan Kompas, 17 Juli 2005, dalam Sejiwa,
2008).
Kejadian serupa juga menimpa Linda Utami, 15 tahun, siswi kelas 2 di
SLTPN 12 Jakarta yang menggantung dirinya di kamar tidur rumahnya di Jalan
Nipah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Diketahui, sebelum bunuh diri, Linda
depresi karena sering diejek teman-temannya lantaran pernah tidak naik kelas
(Indosiar.com, Juni 2006, dalam Sejiwa, 2008).

Beberapa contoh di atas, menunjukkan betapa memprihatinkannya
perilaku tersebut apabila hanya didiamkan tanpa ada tindakan apa-apa untuk
mengatasinya. Bullying dapat tampil dalam berbagai ragam, antara lain bentuk
non fisik seperti ejekan dan cemoohan, tapi juga dapat muncul sebagai aksi fisik.
Kasus kematian Wahyu Hidayat, mahasiswa Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri (STPDN) pada tahun 2003 akibat dianiaya rekan-rekan mahasiswanya
(Sejiwa, 2008), adalah salah satu contoh akses dari kekerasan fisik yang bermula
dari aksi bullying. Hasilnya tetaplah sama, seorang generasi muda penerus bangsa
melayang nyawanya.
Kematian dan bunuh diri yang telah diuraikan di atas, hanyalah sedikit
contoh dari akibat bullying. Lebih banyak lagi remaja korban bullying yang terus
hidup dan tidak nekad mengakhiri hidupnya, namun cenderung tumbuh menjadi
orang-orang dengan kepribadian rapuh, mudah sedih, tidak percaya diri, atau
bahkan sebaliknya, menjadi individu yang cenderung pemarah dan agresif. Orangorang seperti ini sulit sekali meraih kesuksesan dan tidak hidup dengan bahagia.
Para pelaku bullying, biasanya muncul dalam berbagai ukuran dan bentuk;
beberapa besar, beberapa kecil; beberapa cerdas, beberapa tidak seberapa pintar;

6

beberapa menarik dan beberapa lainnya tidak begitu atraktif; beberapa populer

dan beberapa benar-benar tidak disukai, nyaris oleh siapa pun (Coloroso, 2007).
Pelaku bullying tidak selalu dapat diidentifikasi melalui penampilan-penampilan
mereka, namun dapat dilihat dari perilaku mereka. Mereka memiliki kalimat dan
tindakan yang buruk, peran-peran mereka kerap dilatihkan di rumah. Mereka
terkadang mendapat petunjuk dari film-film yang mereka saksikan, permainan
yang mereka lakukan, anak-anak yang bergaul bersama mereka, sekolah yang
mereka datangi, dan budaya yang mengelilingi mereka. Untuk mata yang tidak
terlatih, tampaknya mereka hanya menggoda, sekedar berpura-pura, bermain
tinju-tinjuan, atau sekedar memiliki perasaan dengki antar saudara kandung.
Mereka sama sekali tidak demikian. Mereka terlibat dalam pertunjukan yang
serius dengan konsekuensi-konsekuensi serius untuk diri mereka sendiri, anakanak yang mereka jahati, dan komunitas secara keseluruhan.
Timbulnya perilaku bullying pada remaja merupakan hasil interaksi atau
saling berhubungan pada berbagai macam faktor, salah satunya adalah dari adalah
faktor keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah,
seperti orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi
rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Dalam hal ini, anak akan
mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada
orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak
ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu,
ia akan belajar bahwa ”mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk

berperilaku agresif, dan berperilaku agresif dapat meningkatkan status dan
kekuasaan seseorang”. Dari sini, anak tidak hanya mengembangkan perilaku

7

bullying, melainkan juga sikap dan kepercayaan yang lebih dalam lagi, bahwa
perilaku tersebut dilegitimasi oleh lingkungan sosial, sehingga dia akan
melakukan perilaku tersebut secara berulang-ulang, sampai akhirnya menjadi
kebiasaan dan tidak dapat menghilangkan perilaku tersebut sampai kapanpun.
Berdasarkan hasil penelitian, Priyatna (2010) menjelaskan bahwa
kebanyakan anak yang menjadi pelaku bullying adalah anak yang kurang
mendapatkan kehangatan dan kasih sayang dari keluarganya, bahkan sebaliknya,
dia hanya mendapati sosok orang tua yang hanya berfokus pada kekuasaan dan
dominasi. Selanjutnya, hasil penelitian pun menunjukkan bahwa pelaku bullying
kebanyakan berasal dari anak yang tumbuh tanpa figur ayah dan mereka pun
sering kali pernah menjadi korban kekerasan fisik dan emosional di keluarganya,
bisa oleh kedua/salah satu orang tua, ataupun oleh saudara-saudaranya (Priyatna,
2010). Dengan hal tersebut, perilaku ”haus kekuasaan” dan dominansi pun akan
timbul, yang mana dalam hal ini orang tua terhadap anak, antara anak terhadap
saudaranya, kemudian antara anak terhadap kawan-kawan di sekolah atau di

lingkungannya. Perilaku agresif yang ditunjukkan si anak, bukan hanya karena
selalu ditolerir oleh keluargnya, tetapi boleh jadi memang sudah merupakan
cerminan dan nilai-nilai yang dianut oleh keluarganya di rumah.
Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa keluarga merupakan salah satu
faktor pembentuk remaja dalam melakukan tindak bullying. Kurangnya
kehangatan serta kasih sayang dari orangtua, memiliki pengaruh yang sangat
besar

pada

anak

dalam

membentuk

kepribadiannya,

yang


kemudian

termanifestasikan dalam perilakunya sehari-hari. Selain itu, dari lingkungan
keluarga tersebutlah pada awalnya anak mengenal segala macam hal yang

8

diajarkan kepadanya, memperoleh banyak hal yang dapat dicontoh untuk
kemudian ditunjukkannya dalam perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
sebab itu, perilaku bullying yang muncul pada pelaku tindak bullying, dapat
dikatakan memiliki pengaruh dari lingkungan keluarga dimana individu tersebut
berada.
Selain faktor keluarga yang dimiliki oleh seorang individu, faktor lain
yang juga dapat menyebabkan seorang anak bisa menjadi pelaku bullying adalah
faktor kepribadian dari individu tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Septian Reiswandy (2009) mengenai Profil Kepribadian Remaja yang Melakukan
Tindak Bullying, dapat disimpulkan bahwa remaja yang melakukan tindak
bullying memiliki pola pikir imajinatif dan belum mencapai tingkat kedewasaan
(kekanak-kanakan) serta adanya perasaan tidak mampu dalam dirinya. Hal itu
menjadikan mereka kurang tegas dengan diri sendiri yang kemudian ditunjukkan
dengan tindakan tanpa pikir panjang terlebih dahulu. Dalam menghadapi masalah,
individu cenderung mudah cemas, mudah frustrasi, merasa tidak aman dan kurang
percaya diri. Sifat mereka yang cenderung introvert membuat mereka cenderung
menyembunyikan permasalahan yang ada. Sebagian dari mereka, cenderung lari
dari permasalahan yang dihadapi dengan membiarkan masalah tersebut selesai
dengan sendirinya, sehingga masalah tidak terselesaikan dengan baik. Untuk
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya, sebagian besar remaja yang
melakukan tindak bullying tersebut memiliki adaptasi dan penyesuaian diri yang
kurang baik. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan cemas dalam diri mereka
untuk mencapai kontak sosial yang ada di masyarakat. Dalam lingkungan
keluarganya, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh yang diterapkan adalah

9

pola asuh otokratis (otoriter). Hal-hal tersebutlah yang akhirnya membuat mereka
melakukan tindak bullying terhadap orang lain, yang mana disini pelaku memiliki
kekuasaan terhadap korbannya yang berada dalam posisi yang lebih lemah dari
pelaku. Bullying tersebut dilakukan sebagai kompensasi bahwa mereka lebih
unggul dari orang lain.
Ditemukan banyak alasan mengapa seseorang menjadi pelaku bullying.
Namun, alasan yang paling jelas adalah bahwa pelaku bullying merasakan
kepuasan apabila ia “berkuasa” dikalangan teman sebayanya. Dengan melakukan
bullying, ia mendapat label betapa “besar”nya ia dan betapa “kecil”nya sang
korban (Sejiwa, 2008). Selain itu, tawa teman-teman sekelompoknya saat ia
mempermainkan sang korban memberinya sanjungan karena ia merasa punya
selera humor yang tinggi, keren dan populer. Hal tersebut akan membuat
kepercayaan dirinya menjadi lebih tinggi. Dengan adanya pengakuan dari temantemannya, membuat dia lebih merasa di atas angin dan akan terus-menerus
melakukan tindakan tersebut sehingga identitas dirinya sebagai ”jagoan” akan
tetap melekat pada dirinya. Tidak semua pelaku bullying melakukannya sebagai
kompensasi karena kepercayaan diri yang rendah. Banyak diantara mereka justru
memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi dan sekaligus mendorong untuk
selalu menindas dan menggencet anak yang lebih lemah (Sejiwa, 2008). Ini
disebabkan karena mereka tidak pernah dididik untuk memiliki empati terhadap
orang lain, untuk merasakan perasaan orang lain yang mengalami siksaan dan
aniaya.
Selain itu juga, pelaku bullying pada umumnya temperamental (Sejiwa,
2008). Mereka melakukan bullying terhadap orang lain sebagai pelampiasan

10

kekesalan dan kekecewaannya. Ada kalanya karena mereka merasa tidak punya
teman, sehingga ia menciptakan situasi bullying supaya memiliki “pengikut” dan
kelompok sendiri. Bisa juga meraka takut menjadi korban bullying, sehingga lebih
dulu mengambil inisiatif sebagai pelaku bullying untuk keamanan dirinya sendiri.
Pelaku bullying kemungkinan besar juga sekedar mengulangi apa yang pernah ia
lihat dan alami sendiri. Ia menganiaya anak lain karena mungkin ia sendiri
dianiaya orang tuanya di rumah. Ia juga mungkin pernah ditindas dan dianiaya
anak lain yang lebih kuat darinya di masa lalu.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat gambaran kepribadian yang
dimiliki oleh remaja yang menjadi pelaku tindak bullying. Hal tersebut
menunjukkan bahwa faktor kepribadian tertentu yang dimiliki oleh remaja
berpotensi untuk menjadikannya sebagai pelaku tindak bullying. Dalam hal ini,
ketika gambaran kepribadian yang nampak pada seorang remaja memiliki
kesesuaian dengan gambaran kepribadian pelaku tindak bullying, maka dapat
dicurigai bahwa dalam kesehariannya ia merupakan pelaku tindak bullying.
Perilaku bullying selain disebabkan karena faktor keluarga dan faktor
kepribadian, ada faktor lain yang juga memungkinkan memiliki pengaruh dalam
membentuk remaja untuk melakukan tindak bullying kepada orang lain, yaitu
faktor lingkungan sosial khususnya faktor teman sebaya. Harrocks dan Benimoff
(dalam Hurlock, 1980) menjelaskan pengaruh kelompok sebaya pada masa remaja
sebagai berikut:
”kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan
panggung dimana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam
kelompok sebaya, ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya;
disinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang
tidak dapat memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin
dihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda

11

dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku
bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh
teman-teman seusianya. Jadi, di dalam masyarakat sebaya inilah remaja
memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan disitu
pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak
sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Kecuali itu, kelompok
sebaya merupakan hiburan utama bagi anak-anak belasan tahun.
Berdasarkan alasan tersebut kelihatanlah kepentingan vital masa remaja bagi
remaja bahwa kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota tertentu dari
teman-temannya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya ia sendiri
bergantung”.
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman
sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh temanteman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih
besar daripada pengaruh keluarga. Dalam usaha penyesuaiannya dalam
lingkungan sosialnya, remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan
nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan
yang kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal
yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua maupun guru. Misalnya, sebagian
besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai pakaian yang sama dengan
pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk
diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota
kelompok merupakan pelaku bullying, maka remaja lainnya yang memiliki minat
yang sama cenderung mengikuti agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Meskipun demikian, tidak selalu remaja yang memiliki minat untuk
menunjukkan perilaku bullying saja yang berusaha untuk masuk dalam kelompok,
mereka yang hanya sekedar menonton ataupun mendukung aksi bullying juga
tidak jarang berusaha untuk dapat diterima dalam kelompok tersebut. Hal itu
disebabkan, dengan berada dalam kelompok tersebut, kemungkinan untuknya

12

menjadi korban bullying menjadi lebih kecil, sehingga ia dapat merasa lebih aman
berada dalam kelompok tersebut. Selain itu, hal lain yang dapat dijadikan alasan
adalah bahwa dengan berada dalam kelompok akan membuat dirinya
mendapatkan penghargaan dan diakui keberadaannya dalam lingkungan
pergaulannya (Hurlock, 1980).
Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa teman sebaya memainkan peran
yang penting dalam perkembangan sosial anak dan remaja. Kemunculan riset juga
telah menunjukkan bahwa teman sebaya adalah penting dalam mendukung dan
memelihara bullying dan perilaku kekerasan di sekolah. Seperti yang diungkapkan
oleh Andri Priyatna (2010), bahwa pergaulan dapat beresiko seorang individu
untuk menjadi pelaku bullying, yaitu suka bergaul dengan anak yang biasa
melakukan bullying; bergaul dengan anak yang suka dengan tindak kekerasan;
anak agresif yang berasal dari status sosial tinggi dapat saja menjadi pelaku
bullying demi mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan sepergaulannya; atau
sebaliknya anak yang berasal dari status sosial yang rendah pun dapat saja
menjadi pelaku tindakan bullying demi mendapatkan penghargaan dari kawankawan di lingkungannya. Selain itu juga, ada beberapa teori yang dominan dalam
menunjukkan bahwa anak belajar melakukan tindak bullying kepada orang lain
dari teman sebaya mereka. Apalagi, beberapa siswa yang menjadi pelaku bullying
adalah merupakan siswa yang paling populer dan dihormati oleh yang lain
(Swearer, S. M., Espelage, D. L. & Napolitano, S. A., 2009).
Berdasarkan uraian-uraian beserta fenomena-fenomena dan penelitianpenelitian yang telah dijabarkan di atas, dapat dilihat bahwa remaja melakukan
tindak bullying dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor kepribadian,

13

faktor keluarga, dan faktor teman sebaya. Aktivitas tersebut tentunya sangat
memperihatinkan apabila hanya didiamkan saja tanpa adanya tindakan ataupun
penanganan yang intensif dalam usaha untuk meredamnya. Hal itulah yang
menjadi latar belakang peneliti tertarik mengangkat tema bullying sebagaimana
yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, khususnya ”Profil
Keluarga, Dinamika Kepribadian dan Profil Teman Sebaya Pelaku Bullying”.
Penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu pemahaman konseptual
akademik dalam usaha membantu pencegahan, penyelesaian, serta intervensi yang
efektif dalam menanggulangi kasus tindak bullying di Indonesia, khususnya di
sekolah. Selain itu juga, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khasanah
pengetahuan yang lebih mendalam terkait dengan pelaku tindak bullying
khususnya, serta menambah konsep teoritis mengenai perilaku bullying pada
umumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, terdapat
beberapa permasalahan yang akan di teliti dalam penelitian ini. Dalam hal ini,
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana profil keluarga dari pelaku tindak bullying?
2. Bagaimana dinamika kepribadian remaja yang menjadi pelaku tindak
bullying?
3. Bagaimana profil teman sebaya dalam membentuk perilaku bullying pada
pelaku tindak bullying?

14

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memberikan suatu
pemahaman konseptual akademik dalam menghadapi penyelesaian kasus tindak
bullying di Indonesia, khususnya di sekolah.
Selanjutnya, secara khusus bertujuan untuk:
1. Mengetahui profil keluarga dari pelaku tindak bullying.
2. Mengetahui dinamika kepribadian remaja yang menjadi pelaku tindak
bullying.
3. Mengetahui profil teman sebaya dalam membentuk perilaku bullying pada
pelaku tindak bullying.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai dinamika kepribadian, profil keluarga dan teman
sebaya pelaku bullying, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu
psikologi, khususnya psikologi bidang perkembangan dan pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini, diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat
secara umum, lembaga pendidikan baik formal ataupun informal, orangtua
dan pemerhati perilaku bullying mengenai profil keluarga, dinamika
kepribadian dan teman sebaya pelaku bullying, sehingga dapat bermanfaat
dalam penanganan yang berhubungan dengan pelaku tindak bullying.

15

E. Batasan Istilah
Untuk mempermudah dalam memahami maksud dari penelitian, serta
menghindari kekeliruan dalam penelitian ini dan terlalu meluasnya ruang lingkup
kajian permasalahan penelitian, maka peneliti membuat batasan-batasan istilah
yang terkait dengan konsep penelitian, sebagai berikut:
1. Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang disengaja dan berulang untuk
menyerang target atau korban, yang secara khusus adalah seseorang yang
lemah, mudah diejek dan tidak bisa membela diri. Bullying bisa berupa
kekerasan fisik seperti memukul, menampar, memalak, atau meminta paksa
yang bukan miliknya. Bisa juga verbal seperti memaki, mengejek, menggosip,
membodohkan,

dan

mengkerdilkan.

Bisa

juga

psikologis,

seperti

mengintimidasi, mengecilkan, mengabaikan, dan mendiskriminasi.
2. Remaja
Remaja adalah suatu periode antara masa pubertas dan masa kedewasaan,
yang mana individu berada pada usia 12 sampai dengan 21 tahun untuk anak
perempuan, dan individu yang berada pada usia 13 sampai dengan 22 tahun
untuk anak laki-laki.
3. Profil Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama yang secara dimensi hubungan darah merupakan suatu
kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya
(terbagi atas keluarga inti dan keluarga besar). Dalam penelitian ini, peneliti
akan memberikan gambaran keluarga pelaku tindak bullying, dengan

16

berdasarkan pada kondisi keluarga, gaya pengasuhan dan peran yang
ditunjukkan oleh orangtua.
4. Dinamika Kepribadian
Kepribadian adalah pola-pola perilaku, tata krama, pemikiran, motif, dan
emosi yang khas, yang dimanifestasikan melalui proses regnant, yaitu peran
otak untuk mengontrol dan memproses semua aspek kepribadian yang eksis di
otak (seperti perasaan, kesadaran, ingatan, keyakinan, sikap, ketakutan, nilainilai dan aspek-aspek lainnya), yang kemudian memberikan karakter kepada
suatu individu sepanjang waktu dan pada berbagai situasi yang berbeda.
Dalam hal ini, peneliti akan menguraikan dinamika kepribadian dengan
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan (needs) dan tekanan (press) yang dimiliki
oleh subyek yaitu pelaku tindak bullying.
5. Profil Teman Sebaya
Di dalam pergaulannya, remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman
sebaya; dengan mana remaja mengalami perubahan-perubahan tingkah laku
sebagai salah satu usaha penyesuaian. Penerimaan dan penolakan teman
sepergaulan serta akibat-akibat yang mungkin timbul merupakan hal yang
sangat penting. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjabarkan gambaran
teman sebaya yang mempengaruhi individu untuk menjadi pelaku tindak
bullying, baik itu gambaran teman sebaya dalam kelompoknya sendiri atupun
dari luar kelompoknya.

PROFIL KELUARGA, DINAMIKA KEPRIBADIAN DAN
PROFIL TEMAN SEBAYA PELAKU TINDAK BULLYING

Penelitian untuk Tesis Sarjana S-2
Program Studi Magister Sains Psikologi

Diajukan oleh:
SEPTIAN REISWANDY, S.Psi
NIM 09820036

PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
i

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh:
SEPTIAN REISWANDY
Nim: 09820036

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 25 Januari 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

: Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si

..................................

Sekretaris : Dra. Tri Dayakisni, M.Si, Psi

..................................

Penguji I : Dra. Cahyaning S., M.Si, Psi

..................................

Penguji II : Dra. Siti Suminarti F., M.Si, Psi

..................................

ii

PROFIL KELUARGA, DINAMIKA KEPRIBADIAN DAN PROFIL
TEMAN SEBAYA PELAKU TINDAK BULLYING

TESIS

Yang diajukan oleh:

Septian Reiswandy
Nim: 09820036

Telah disetujui
Tanggal, 13 Januari 2012

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si

Dra. Tri Dayakisni, M.Si, Psi

Direktur

Ketua Program Studi

Program Pasca Sarjana

Magister Psikologi

Dr. Latipun, M.Kes

Yudi Suharsono, M.Si, Psi

iii

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama

: Septian Reiswandy

NIM

: 09820036

Program Studi

: Magister Sains Psikologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis dengan judul
“Profil Keluarga, Dinamika Kepribadian dan Profil Teman Sebaya
Pelaku Tindak Bullying”
Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, bagi sebagian ataupun
keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsurunsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta
diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 12 Januari 2012
Yang menyatakan

Septian Reiswandy

iv

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, dengan segala kekuasaan dan kebesaran-Nya,
karunia dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat
dan salam selalu tercurah pada kekasih Allah Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat dan pengikut jejak langkahnya sampai hari akhir nanti.
Tesis ini berjudul “Profil Keluarga, Dinamika Kepribadian dan Profil
Teman Sebaya Pelaku Tindak Bullying”. Maksud dari penulisan tesis ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat Strata 2 (S-2) di
Program Magister Sains Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, menyadari sepenuhnya
bahwa penyusunan tesis ini tidak lepas dari adanya doa, dorongan, bantuan, dan
dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Dr. Latipun, M.Kes selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Yudi Suharsono, M.Si, P.Si selaku Ketua Program Studi Magister Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang atas motivasi serta dukungan yang telah
diberikan sampai saat ini.
4. Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan,
bantuan, dukungan serta saran-saran yang sangat bermanfaat selama
penyusunan tesis ini.
5. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dosen pembimbing II atas masukan-masukan,
bimbingan, dukungan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi penulis
dalam penyusunan tesis ini.

v

6. Dra. Siti Suminarti F., M.Si, Psi; M. Salis Yuniardi, M.Psi; dan Zainul Anwar
M.Si atas bimbingan dan bantuannya dalam memberikan masukan mengenai
hal-hal yang terkait dengan pemeriksaan psikologis.
7. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang senantisa membimbing penulis sejak
awal perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Ayah dan Ibu serta Adik-adikku tercinta atas do’a dan dukungan yang tiada
henti-hentinya diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
9. Anis Sa’diyah, S.Psi atas doa, bantuan, dan dukungan serta kasih sayang yang
tiada henti diberikan sehingga memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
10. Ketiga subyek (AN, DF dan Yara) yang telah meluangkan banyak waktu
dalam penelitian ini, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
11. Sahabat-sahabat (Yugo, Hilman, Ara, Cecep, Gandhi) yang senantiasa
mendukung serta memberikan semangat kepada penulis dalam penyususnan
tesis ini.
12. Teman seperjuangan Magister Sains Psikologi angkatan 2009, terima kasih
banyak atas kekompakan, motivasi serta masukan-masukannya kepada penulis
dalam penyusunan tesis ini.
13. Pihak-pihak lain yang telah berperan dalam penyelesaian tesis ini yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas beberapa
bantuan serta pencerahannya guna melengkapi penyusunan tesis ini.
Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik
sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan tesis ini. Semoga karya ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 12 Januari 2012

Penulis
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
SUSUNAN DEWAN PENGUJI .....................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................

ii

SURAT PERNYATAAN.................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iv

INTISARI.........................................................................................................

vi

ABSTRACT.....................................................................................................

vii

DAFTAR ISI....................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

xi

DAFTAR TABEL............................................................................................

xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................

1

B. Rumusan Masalah.......................................................................

13

C. Tujuan Penelitian ........................................................................

14

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

14

E. Batasan Istilah.............................................................................

15

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bullying..........................................................................

17

1. Definisi dan Bentuk-Bentuk Bullying ....................................

17

2. Faktor-Faktor Terjadinya Bullying.........................................

21

3. Tipe-Tipe Pelaku Bullying .....................................................

23

B. Remaja ........................................................................................

26

vii

C. Karakteristik Keluarga Pelaku Bullying .....................................

29

1. Definisi Keluarga ...................................................................

29

2. Karakteristik Keluarga Pelaku Bullying.................................

32

D. Karakteristik Kepribadian Pelaku Bullying ................................

34

1. Definisi Kepribadian ..............................................................

34

2. Kepribadian Menurut Teori Personologi (Henry Murray).....

38

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian ..............................

47

4. Karakteristik Kepribadian Pelaku Bullying............................

52

E. Karakteristik Teman Sebaya Pelaku Bullying ............................

54

1. Kelompok-Kelompok Teman Sebaya Sebagai Wadah
Penyesuaian Pribadi dan Sosial Remaja ................................

55

2. Karakteristik Teman Sebaya Pelaku Bullying........................

59

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA
A. Pendekatan Penelitian .................................................................

63

B. Subyek Penelitian .......................................................................

63

C. Teknik Pengumpulan Data..........................................................

64

1. TAT (Thematic Apperception Test) .......................................

64

2. Wawancara.............................................................................

65

3. Observasi................................................................................

66

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian...........................................

66

E. Lokasi Penelitian.........................................................................

67

F. Analisis Data...............................................................................

69

G. Keabsahan Data ..........................................................................

70

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V

A. Deskripsi Data.............................................................................

72

1. Identitas Subyek Penelitian ....................................................

72

2. Paparan Data Penelitian .........................................................

73

B. Analisis Data...............................................................................

102

1. Analisis Data Masing-Masing Subyek...................................

102

2. Rangkuman Analisis Data Masing-Masing Subyek ..............

114

C. Pembahasan ................................................................................

117

D. Temuan Penelitian ......................................................................

132

1. Temuan Fakta.........................................................................

132

2. Temuan Prinsip ......................................................................

133

3. Temuan Konsep .....................................................................

136

PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................

141

B. Saran ..........................................................................................

143

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

146

LAMPIRAN

148

................................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Lembar Kegiatan Lapangan ..................................................

149

Lampiran 2

: Hasil Pemerikasaan Psikologis Tes T.A.T Subjek I .............

151

Lampiran 3

: Hasil Pemerikasaan Psikologis Tes T.A.T Subjek II ............

153

Lampiran 4

: Hasil Pemerikasaan Psikologis Tes T.A.T Subjek III ...........

155

Lampiran 5

: Guide Interview .....................................................................

158

Lampiran 6

: Hasil Wawancara Subjek I ....................................................

160

Lampiran 7

: Hasil Wawancara Subjek II ...................................................

165

Lampiran 8

: Hasil Wawancara Subjek III .................................................

170

Lampiran9

: Hasil Observasi Subjek I .......................................................

175

Lampiran 10 : Hasil Observasi Subjek II ......................................................

177

Lampiran 11 : Hasil Observasi Subjek III ....................................................

179

Lampiran 12 : Informed Consent ..................................................................

181

Lampiran 13 : Hasil Interpretasi Tes T.A.T Subjek I (AN) ..........................

182

Lampiran 14 : Hasil Interpretasi Tes T.A.T Subjek II (DF) .........................

184

Lampiran 15 : Hasil Interpretasi Tes T.A.T Subjek III (Yara) .....................

186

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: 20 Kebutuhan (Need) Dari Murray ..............................................

44

Tabel 2

: Identitas Diri Subjek Penelitian ....................................................

72

xi

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asrori, M. (2010). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.
Bungin, B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Chaplin, J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada.
Coloroso, B. (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak Dari
Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Malang: UMM
Press.
Edwin Tirani, (2007). Kekerasan Terhadap Anak Meningkat. diakses 2 Mei 2008
dari
http://www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=132130/kekerasanterhadap-anak-meningkat
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. (1980). Teori Kepribadian. Bandung: Penerbit Alumni.
Koeswara, E. (1991). Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco.
Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Priyatna, A. (2010). Lets End Bullying: Memahami, Mencegah & Mengatasi
Bullying. Jakarta: PT Gramedia.
Popsy-Jurnal Psikologi Populer, (2007). ”Bullying” Dalam Dunia Pendidikan
(bagian 1). diakses 18 April 2009 dari
http://popsy.wordpress.com/”bullying”-dalam-dunia-pendidikan-bagian-1/.

xii

Reiswandy, S. (2009). Profil Kepribadian Remaja yang Melakukan Tindak
Bullying. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Ryckman, Richard M. (2000). Theories of Personality (Seventh Edition).
Belmont: Wadsworth/Thomson Learning.
Sanders, C. E. & Phye, G. D. (2004). Bullying: Implications for the Classroom.
London: Elsevier Academic Press
Santrock, John W. (2003). Adolescene Perkembangan Remaja (Ed. Keenam).
Jakarta: Erlangga
Satori, D. & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Swearer, S. M., Espelage, D. L. & Napolitano, S. A. (2009). Bullying Prevention
& Intervention: Realistic Strategies for Schools. London: The Guilford
Press.
Sejiwa. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan Di Sekolah dan Lingkungan
Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo.
Shochib, M. (2010). Pola Asuh Orang Tua: Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disipliln Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Sujanto, A., Lubis, H., & Hadi, T. (2001). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wade, Carole, & Tavris, Carol. (2007). Psikologi (Ed. Kesembilan, Jilid 2).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: P.T Remaja
Rosdakarya.

xiii