Pengaruh pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi (Survei pada Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga Dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei Pada Mahasiswa Fidkom Uin Syarif Hidayatullah

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Dwi Isti Anggraini NIM: 109051000022

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi syarat salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan tiruan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Depok, 8 Juli 2013


(5)

i

dalam Memilih Perguruan Tinggi

(Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Pengungkapan diri adalah membagi informasi mengenai pribadi secara jujur. Pengungkapan diri memiliki kaitan erat dengan pengambilan keputusan. Pada remaja, memilih perguruan tinggi membutuhkan dampingan orang lain. Keluarga dan kelompok sebaya dianggap paling memengaruhi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga memiliki peranan fundamental dalam memengaruhi keputusan seorang anak. Di lain sisi, pada usia remaja pengakuan dari kelompok sebaya pun dianggap penting. Pengambilan keputusan terjadi dalam keseharian kita. Apalagi pada usia remaja yang baru memasuki masa pendewasaan. Sehingga muncul pertanyaan dari penulis, Apakah pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya memiliki pengaruh simultan dalam memilih perguruan tinggi? Apakah terdapat pengaruh secara parsial antara pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi? Kemudian, manakah di antara keluarga dan kelompok sebaya yang memiliki pengaruh lebih besar dalam memilih perguruan tinggi?

Pengungkapan diri di dasarkan pada teori De Vito yang berdimensi jumlah, valensi, kecermatan dan kejujuran, maksud dan tujuan, dan keakraban. Sedangkan, proses pengambilan keputusan sebagaimana dikemukan oleh Mondy dan Premeaux yaitu, mengidentifikasi masalah, membuat alternatif, mengevaluasi alternatif, implementasi keputusan, dan mengevaluasi keputusan.

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dengan metode penelitian survei. Analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Jumlah responden dihitung dengan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan sampel 95% atau taraf kesalahan 5%. Penyebaran dilakukan dengan teknik proportional random sampling.

Berdasarkan hasil analisis diketahui pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya secara simultan (uji F) berpengaruh dalam memilih perguruan tinggi. Berdasarkan uji t, pengungkapan diri dengan keluarga lebih berpengaruh dibandingkan kelompok sebaya. Riset ini pun menunjukkan 20,6% pengambilan keputusan dipengaruhi oleh pengungkapan diri dengan keluarga dan kelompok sebaya, sedangkan sebesar 79,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah kepada keluarga dan kelompok sebaya memiliki sedikit pengaruh terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.

Kata kunci: pengungkapan diri, keluarga, teman sebaya, pengambilan keputusan, dan perguruan tinggi.


(6)

ii

Syukur alhamdulillah penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga dan Kelompok Sebaya Dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei pada

Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”dengan baik.

Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan yang baik kepada seluruh umat manusia.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada ayahanda tercinta Almarhum Hari Wahyono dan ibunda tercinta Endang Budiningsih serta kakak tersayang Mardiana Hayati Solehah. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Dan penulis pun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bantuan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan I. Drs. Mahmud Djalal,

MA selaku Wakil Dekan II. Drs. Study Rizal, LK, MA selaku Wakil Dekan III. 3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran


(7)

iii

yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas. Khususnya Ibu Bintan Humeira, Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, Bapak Suhaimi, Ibu Ana Shabana Azmy, Bapak Rahmat Baihaky yang bersedia berbagi ilmunya dengan cara amat mudah dipahami sehingga menambah cakrawala keilmuan penulis.

6. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan KPI, Dewan Eksekutif Mahasiswa FIDKOM, Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA) yang akan selalu menjadi “Rumah Berproses” bagi penulis.

7. Sahabat-sahabat tersayang yang tak pernah berhenti menemani hari-hari penulis, Ayu, Nani, Nurani, Irmalia, Alyssa, Ika, dan teman-teman lain di kelas KPI A.

Juga untuk mereka yang senantiasa mendukung serta membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi insiprasi kepada pembaca.

Depok, 8 Juli 2013


(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL. ...viii

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ...6

C. Hipotesis ...8

D. Tujuan Penelitian ...8

E. Manfaat Penelitian ...9

F. Tinjauan Pustaka ...10

G. Sistematika Penulisan ...11

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengungkapan Diri 1. Pengertian Pengungkapan Diri.......13

2. Dimensi Pengungkapan Diri...14

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Diri...16

4. Fungsi Pengungkapan Diri.....19

5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri.......21

B. Remaja 1. Pengertian Remaja ...22

2. Ciri Khas Remaja ...23

3. Pengungkapan Diri Remaja dengan Keluarga ...24


(9)

v

3. Proses Pengambilan Keputusan ...31

4. Komunikasi Antarpribadi dan Pengambilan Keputusan ...35

D. Kerangka Berpikir ...36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...38

B. Jenis dan pendekatan Penelitian ...38

C. Populasi dan Sampel ...39

D. Data dan Sumber Data ...41

E. Teknik Pengumpulan Data ...42

F. Definisi Operasional Variabel ...42

G. Skala Pengukuran ...47

H. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Instrumen ...49

2. Analisis Regresi Linier Berganda ...52

3. Pengujian Hipotesis ...53

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ....57

B. Struktur Organisasi dan Personalia ...60

C. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Serta Strategi ...62

D. Jurusan/Program Studi 1. Komunikasi dan Penyiaran Islam ...66

2. Konsentrasi Jurnalistik ...67

3. Bimbingan dan Penyuluhan Islam ...67


(10)

vi

6. Pengembangan Masyarakat Islam ...69

7. Kesejahteraan Sosial ...70

E. Data dan Informasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ...72

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Alat Ukur ...73

B. Uji Coba Alat Ukur ...76

C. Validitas dan Reliabilitas ...77

D. Analisis Regresi Linier Berganda ...84

E. Uji Koefisien Determinasi (R2) ...85

F. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Simultan (Uji F) ...86

2. Pengujian Parsial (Uji t) ...87

G. Pembahasan ...89

H. Keterbatasan Penelitian ...95

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 96

B. Implikasi Penelitian 1. Implikasi Akademis ...97

2. Implikasi Sosial ...97

C. Rekomendasi Penelitian ...98

DAFTAR PUSTAKA ...99


(11)

vii

Tabel 2.1 Karakteristik/Ciri Khas Remaja ... 23

Tabel 3.1 Gambaran Populasi Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012 ... 40

Tabel 3.2 Gambaran Sampel Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012 ... 41

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Pengungkapan Diri...44

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pengambilan Keputusan... 46

Tabel 3.5 Blue Print Self-disclosureMahasiswa dengan Keluarga ... 48

Tabel 3.6 Blue Print Self-disclosureMahasiswa dengan Kelompok Sebaya ...48

Tabel 3.7 Blue PrintPengambilan Keputusan memilih perguruan tinggi ... 49

Tabel 3.8 Bobot Nilai ... 49

Tabel 5.1 Sebaran Aitem SkalaSelf-disclosureMahasiswa dengan Keluarga ... 74

Tabel 5.2 Sebaran Aitem SkalaSelf-disclosureMahasiswa denganPeer Group.75 Tabel 5.3 Sebaran Aitem Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi ... 76

Tabel 5.4 Jadwal Pelaksanaan Pre-test... 77

Tabel 5.5 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga N = 20 ... 78

Tabel 5.6 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga... 78

Tabel 5.7 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga N = 14 ... 79

Tabel 5.8 Distribusi Aitem Valid Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Keluarga ... 79

Tabel 5.9 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Kelompok Sebaya N = 20... 80


(12)

viii

Mahasiswa dengan Kelompok Sebaya... 80

Tabel 5.11 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Kelompok Sebaya N = 14... 81

Tabel 5.12 Distribusi Aitem Valid Skala Pengungkapan Diri Mahasiswa dengan Kelompok Sebaya... 81

Tabel 5.13 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi N = 30 ... 82

Tabel 5.14 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi ... 82

Tabel 5.15 Indeks Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi N = 19... 83

Tabel 5.16 Distribusi Aitem Valid Skala Pengambilan Keputusan Memilih Perguruan Tinggi... 83

Tabel 5.17 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 84

Tabel 5.18 Koefisien Determinasi ... 85

Tabel 5.19 Uji F ... 86


(13)

ix

Gambar 2.1 Dimensi Pengungkapan Diri ... 16 Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan ... 31 Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 36 Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Personalia Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 61


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan. Pilihan-pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan alternatif dalam penyelesaian masalah.1Hal yang paling mudah, misalnya akan mengenakan pakaian apa hari ini, hendak makan siang dengan siapa, apa yang dilakukan disela-sela waktu luang, bagaimana cara melunasi hutang-hutang ketika sudah habis masa tempo, dan lain-lain. Disadari ataupun tidak, pengambilan keputusan erat sekali dalam kehidupan keseharian kita.

Pengambilan keputusan yang efektif dapat menunjang keberhasilan dari hasil yang ingin dicapai. Begitu pun sebaliknya, bila sembarang dalam pengambilan keputusan maka akan mendapatkan hasil jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan dalam mempertimbangkan plus-minus, menganalisis konsekuensi yang akan dihadapi, serta melakukan prediksi sebelum keputusan diimplementasikan.2 Sehingga, keputusan yang dihasilkan mendatangkan kelemahan minimal dan manfaat yang maksimal.

Pengambilan keputusan tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi dihadapi juga oleh remaja. Usia remaja identik dengan kecorobohan dalam pengambilan keputusan. Tetapi, pada masa ini, remaja lebih sering mengambil keputusan dalam

1

Rosemarie S,Pengambilan Keputusan Menentukan Kelangsungan Hidup Setiap Organisasi(Jurnal Universitas Kristen Maranatha, 2010).

2

Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 76-88.


(15)

hidupnya secara mandiri.3 Usia remaja sering dihadapkan pada keputusan untuk bergaul dengan siapa, menyelesaikan persoalan asmara, menjadi populer di sekolah, bagaimana meningkatkan nilai rapor pada semester mendatang, dan lain-lain. Kredibilitas remaja sebagai dewasa awal dalam mengambil keputusan sangat dibutuhkan disini.

Pada remaja salah satu pengambilan keputusan untuk melanjutkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting. Di mana seorang remaja harus memilih antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN), Perguruan Tinggi Swasta (PTS) maupun Diploma dengan segala keuntungan dan kerugiannya.4Ada beberapa tips memilih universitas yang tepat, yaitu: (1) melihat kegiatan akademis dan non-akademis yang ditawarkan. Karena Anda akan berada dan berinteraksi di dalamnya selama 3-4 tahun ke depan, (2) jarak dari tempat tinggal sebaiknya yang mudah dijangkau. Karena, mahasiswa memiliki mobilitas yang tinggi dan menuntut untuk pulang dan pergi dengan cepat, (3) durasi studi pun memiliki peranan yang dirasa cukup penting, serta (4) mengenal dengan baik universitas yang dituju. Jangan merasa malu dalam bertanya, ungkapkan apa yang menjadi keingintahuan kalian.5

Pengungkapan diri remaja memiliki kaitan yang sangat erat dengan pemecahan masalah pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi. Hal itu

3

Yusi Elsiano Rohmansyah, “Tips Mendampingi Anak Remaja”,

http://www.perkembangananak.com/2012/05/tips-mendampingi-anak-remaja/diakses pada 12 september 2013.

4

Hendi Setiawan,“Ketika Remaja Memilih Perguruan Tinggi”,

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/02/26/ketika-remaja-memilih-perguruan-tinggi/ diakses pada 17 Januari 2013.

5Caroline Demanik, “4 Tips Memilih Universitas yang Tepat”,

http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/07/15222285/4.tips.memilih.universitas.yang.tepat.untuk .studidiakses pada 12 September 2013.


(16)

dikarenakan remaja belum pernah menghadapi permasalahan ini sebelumnya. Meskipun mereka sudah menghadapi pengambilan keputusan memilih jenjang pendidikan di tingkat SD, SMP, atau SMA namun ini berbeda karena perguruan tinggi merupakan gerbang penentu masa depannya, sehingga bila pengambilan keputusan tidak tepat akan berdampak negatif. Beberapa dampak tersebut adalah kekecewaan dari remaja, rasa malas dalam menjalankan program studi yang ditawarkan, bahkan memutuskan untuk pindah perguruan tinggi di tahun berikutnya. Tentunya hal itu akan mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga, dan biaya.

Pengungkapan remaja dalam proses memilih perguruan tinggi antara lain: keterbukaan dalam mengungkapkan masalah yang dihadapi, mengutarakan pilihan perguruan tinggi yang diminati, berdiskusi untuk melihat kelebihan dan kelemahan dari alternatif yang dibuat, menerima masukan dari orang lain, maupun kesediaan mengubah sikap atau pendapat untuk mendapatkan hasil keputusan yang mendatangkan manfaat paling besar.6 Keterbukaan remaja biasanya didasarkan pada keakraban dan intensitas bertemu. Keluarga dan kelompok sebaya merupakan lingkungan yang diakrabi oleh remaja.

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga memang merupakan satuan terkecil dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital

6


(17)

dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap-tahap perkembangan anak.7

Masa remaja pun diwarnai dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil beranggota teman sebaya yang memiliki kesamaan terhadap hal tertentu. Minat berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang remaja. Minat ini bukan hanya membentuk kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Biasanya anggota kelompok berisi anak-anak berusia sebaya dan akrab disebutpeer group.8

Bahkan tidak jarang remaja lebih akrab dengan teman sebayanya daripada harus berinteraksi dengan orang tua. Hal itu dikarenakan dalam kelompok sosialnya remaja dinilai sebagai individu yang lepas dari pengaruh ikatan keluarga. Dalam kelompok sebaya lebih dihargai kemampuan pribadi yang dimiliki tiap-tiap anggota kelompok, berbeda bila dibandingkan dengan kondisi di rumah. Setiap anak harus mengikuti segala peraturan yang dibuat orang tua.9 Bahkan sikap penerimaan dan penolakan dari peer group pun merupakan hal penting bagi remaja. Penolakan dari peer groupdapat menimbulkan frustrasi dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya, apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan

7

Asfriyati,Pengaruh Keluarga terhadap Kenakalan Anak(Jurnal Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2003).

8

Kamanto Sunarto,Pengantar Sosiologi(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), hal. 125.

9

Psikologi Remaja, Karaketristik dan permasalahannya

http://netsains.net/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/diakses pada 17 Januari 2013.


(18)

memiliki kehormatan dalam dirinya.10 Maka tidak diherankan sama sekali bila seorang anak cenderung mengikuti kegiatan kelompoknya daripada kegiatan di dalam keluarganya.

Sebagai objek dalam penelitian ini adalah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) merupakan salah satu Fakultas favorit di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Hal itu terbukti karena bertambahnya peminat atau calon-calon mahasiswa yang ingin masuk Fakultas ini setiap tahunnya.

Tabel 1.1

Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah 2010/2011 2011/2012 2012/2013

Mendaftar 1562 1861 2048

Diterima 536 574 756

Registrasi 419 463 526

Sumber : AIS FIDKOM

10

Eka Mulyani,Masalah-masalah pada remaja,

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/masalah-masalah-pada-masa-remaja/diakses pada 17 Januari 2013.


(19)

Grafik 1.1

Proporsi Jumlah Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Pengungkapan Diri Kepada Keluarga dan Kelompok Sebaya dalam Memilih Perguruan Tinggi (Survei pada Mahasiswa FIDKOM UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta)”

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sebelum membatasi masalah, peneliti akan terlebih dahulu memberikan identifikasi masalah seputar judul yang diangkat. Masalah yang ditemukan peneliti dalam judul ini adalah seputar pengaruh pengungkapan diri mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi. Untuk mengetahui secara pasti berapa besar pengaruh pengungkapan diri keluarga dan

Mendaftar Diterima Registrasi


(20)

kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi, maka digunakan suatu teknik analisis yaitu, regresi berganda.

Isu yang kedua, peneliti menemukan bahwa teori yang kiranya tepat untuk dijadikan rujukan adalah teori pengungkapan diri (self-disclosure)

menurut Joseph A. Devito dan dielaborasi dengan teori pengambilan keputusan Mondy dan Premeaux. Teori tersebut dapat menjadi pijakan yang kuat bagi permasalahan-permasalahan yang diteliti oleh peneliti. 2. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan terperinci. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dibatasi pada remaja akhir yang telah mengambil keputusan melanjutkan ke perguruan tinggi yaitu mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012. Kemudian melihat apakah dan seberapa besar pengungkapan diri antara mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya memengaruhi proses pengambilan keputusan dalam memilih perguruan tinggi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat penulis rumuskan: a. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari pengungkapan diri

mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi?


(21)

b. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari dari pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi?

c. Manakah diantara keluarga dan kelompok sebaya yang lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih perguruan tinggi?

C. Hipotesis

1. Diduga bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga (X1) dan kelompok sebaya (X2) mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam memilih perguruan tinggi.

2. Diduga bahwa pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga (X1) lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam memilih Perguruan Tinggi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan dari pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.


(22)

2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial dari pengungkapan diri mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan keluarga dan kelompok sebaya terhadap pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.

3. Untuk menganalisis manakah di antara keluarga dan kelompok sebaya yang lebih berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memilih perguruan tinggi.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Menambah khazanah dan referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melalui kajian pengaruh pengungkapan diri kepada keluarga dan kelompok sebaya dalam memilih perguruan tinggi (survei pada mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

2. Manfaat Praktis

Kajian ini dapat memberikan informasi bahwa Mahasiswa FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memilih perguruan tinggi sedikit dipengaruhi oleh pengungkapan diri dengan keluarga dan/atau kelompok sebaya.


(23)

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam tinjauan pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu.

Denis Christian, menemukan pengaruh kelompok acuan (teman dan keluarga) terhadap pengambilan keputusan pembelian adalah sebesar 36,8% sedangkan sisanya sebesar 63,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Persamaannya adalah sama-sama menguji adakah pengaruh dari teman dan keluarga dalam pengambilan keputusan serta menggunakan alat analisis yang sama. Perbedaannya dari teori yang digunakan serta objek penelitiannya.11

Ainur Rohmah, menemukan pengaruh kelompok acuan (keluarga, peer group, dan rekan kerja) terhadap pengambilan keputusan adalah sebesar 9,5% sedangkan sisanya sebesar 80,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Persamaannya adalah sama-sama menguji adakah pengaruh dari keluarga dan peer group/kelompok sebaya dalam pengambilan keputusan serta menggunakan alat analisis yang sama. Perbedaannya dari teori yang digunakan serta objek penelitiannya.12

11

Denis Christian, Pengaruh Kelompok Acuan (Teman dan Keluarga) Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Rokok Sampoerna A Mild (Suatu Survei pada Pelanggan PT. HM Sampoerna tbk di Unikom Bandung) (Skripsi Universitas Komputer Indonesia, Jurusan Manajemen, 2005).

12

Ainur Rohmah,Pengaruh Kelompok Acuan (Keluarga, Peer Group, dan Rekan Kerja) terhadap Keputusan Pembelian Handphone Nokia (Studi Kasus pada Konsumen Handphone Nokia Professional Center Cabang Malang) (Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Jurusan Manajemen, 2008).


(24)

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini tersusun dengan rapi, maka diperlukan sistematika penulisan. Penulisan skripsi ini terdiri atas enam bab dan setiap bab memiliki sub bab. Adapun sistematika penulisannya yaitu:

Dimulai dari BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang membahas mengenai keterkaitan antara pengungkapan diri remaja kepada keluarga dan kelompok sebaya yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, khususnya memilih perguruan tinggi. Pada bab I ini, penulis menjabarkan secara singkat gambaran keseluruhan skripsi kepada pembaca dengan menyertakan jawaban sementara (hipotesis).

Selanjutnya, kajian teori pada BAB II yang membahas mengenai teori pengungkapan diri yang diungkapkan oleh De Vito, teori pengambilan keputusan, penjelasan mengenai remaja, maupun urgensi pengungkapan diri dengan keluarga dan teman sebaya bagi remaja. Tidak lupa disertakan kerangka berpikir untuk menggambarkan alur berpikir dari penelitian ini.

Disusul oleh BAB III Metode Penelitian yang menjelaskan proses pengumpulan data yang dilakukan sampai dengan analisis. Dapat dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan jenis explanatory reasearch dengan pendekatan kuantitatif dan diolah dengan teknik analisis regresi liner berganda. Peneliti memisahkan metode penelitian menjadi bab tersendiri, karena ingin menuliskan secara lebih jelas alur penelitian yang digunakan dalam riset ini.

Berikutnya asalah BAB IV yang berisi gambaran umum Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang menjadi objek penelitian berlangsung. Pada


(25)

bab ini membahas sejarah singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, struktur organisasi dan personalia, visi, misi, tujuan, dan sasaran serta strategi, sampai dengan ulasan singkat mengenai jurusan/program studi yang berada di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Dilanjutkan pada BAB V yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Semua data yaitu, kuesioner yang berisi indikator keterbukaan diri dan pengambilan keputusan dikumpulkan, kemudian diolah dengan SPSS 13, dan dianalisis menggunakan teori yang terdapat pada bab II. Pada bab ini pun, dijelaskan mengenai keterbatasan penelitian.

Akhirnya pada BAB VI yaitu, Penutup dimuat kesimpulan, implikasi penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian yang akan datang.

Penelitian ini pun dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran sebagai bahan pendukung dan penjelas.


(26)

3

KAJIAN TEORI

A. Pengungkapan Diri

1. Pengertian Pengungkapan Diri

Terdapat beberapa pengertian tentang pengungkapan diri (self-disclosure). Menurut Johnson sebagaimana dikutip A. Supratiknya, self-disclosureadalah bagaimana pengungkapan individu terhadap situasi yang sedang dihadapinya serta kesediaan memberikan informasi mengenai masa lalu yang sesuai dan berguna dalam memahami tanggapan individu tersebut.1

Arti berikutnya dikemukakan oleh Joseph A. Devito yang menyebut pengungkapan diri sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi pribadi yang biasanya disimpan atau disembunyikan, dikomunikasikan kepada orang lain.2Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi yang disampaikan haruslah baru yang belum didengar orang tersebut sebelumnya. Kemudian informasi tersebut haruslah informasi yang biasanya disimpan/dirahasiakan. Hal terakhir adalah dalam penyampaian informasi kepada orang lain haruslah secara lisan maupun tulisan.

1

A. Supratiknya,Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis(Jakarta: Kanisius, 1995), h. 14.

2

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Alih Bahasa: Ir. Agus Maulana (Tangerang Selatan: Karisma, 2011), h. 64.


(27)

Tubbs dan Moss mendefinisikan pengungkapan diri sebagai upaya memberitahukan informasi diri sendiri. Lalu menurut Fisher, pengungkapan diri adalah membeberkan informasi pribadi kepada orang lain di mana hanya orang tertentu yang mengetahui.3

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri (self-disclosure)adalah bentuk komunikasi interpersonal yang di dalamnya terdapat pemberian ide, gagasan, informasi mengenai diri sendiri yang bersifat rahasia dan belum pernah diungkapkan kepada orang lain yang dipercaya secara jujur dan tanpa dibuat-buat.

2. Dimensi Pengungkapan Diri

Menurut Devito sebagaimana dikutip Yosal Iriantara terdapat lima dimensi dalam pengungkapan diri yaitu:

a. Ukuran/Jumlah Pengungkapan Diri (Amount)

Kuantitas pengungkapan diri berkaitan dengan seberapa banyak jumlah informasi diri kita yang diberikan. Jumlah dapat diukur berdasarkan frekuensi dan durasi. Maksud frekuensi adalah seberapa sering kita menyampaikan pesan-pesan terkait diri sendiri, sedangkan durasi adalah berapa lama kita mengungkapkan informasi diri.

3


(28)

b. Valensi Pengungkapan Diri (Valence)

Valensi pengungkapan diri dapat dibagi menjadi 2, yaitu: positif dan negatif. Valensi positif adalah penyingkapan informasi diri yang dikemas dengan menyenangkan, penuh humor, dan menarik. Sebaliknya valensi negatif adalah mengungkapkan informasi pribadi dengan penuh kritik, sindiran, maupun sifat tidak menyenangkan.

c. Kecermatan dan Kejujuran (Accuracy/Honesty)

Kecermatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat dimana individu mengetahui dirinya sendiri. Apabila kita mengenal dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan pengungkapan diri dengan cermat. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran. Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan bagian penting atau berbohong. Untuk hal-hal yang bersifat pribadi, banyak orang memilih untuk berbohong atau melebih-lebihkan. Namun keterbukaan diri yang kita lakukan amat bergantung pada kejujuran kita. d. Maksud dan Tujuan (Intention)

Dalam setiap pengungkapan diri pasti ada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Tidak mungkin sesorang membeberkan informasi yang amat pribadi mengenai dirinya sendiri apabila tidak memiliki maksud dan tujuan. Dengan menyadari maksud dan tujuan yang ingin dicapai maka seseorang dapat melakukan kontrol atas pengungkapan yang dilakukan..


(29)

Melebih-lebihkan atau berbohong bisa dipandang sebagai salah satu bentuk kontrol agar tujuan dari pengungkapan diri bisa tercapai.

e. Keakraban (Intimacy)

Keakraban memiliki kaitan erat dengan pengungkapan diri. Pengungkapan yang dilakukan bisa saja bersifat sangat pribadi misalnya, mengenai ideologi, perasaan, keuangan, maupun hal yang umum.4

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengungkapan Diri

Menurut Devito sebagaimana dikutip Yosal Iriantara ada beberapa faktor yang memengaruhi pengungkapan diri yaitu:

a. Efek Diadik

Secara umum pengungkapan diri adalah hubungan timbal balik.

Dyadic effect menyatakan secara bahwa dalam proses ini terdapat efek

4

Yosal Iriantara,Komunikasi Antarpribadi(Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 3.27.


(30)

spiral (saling berhubungan), di mana setiap pengungkapan diri individu memberikan stimulus untuk pengungkapan diri dari orang yang lain.

Dalam hal ini, pengungkapan diri antar kedua individu akan semakin baik jika pendengar bersikap positif dan menguatkan. Secara umum, individu cenderung menyukai orang lain yang mengungkapkan cerita rahasianya pada jumlah yang kira-kira sama.

b. Ukuran Khalayak

Pengungkapan diri lebih besar kemungkinan terjadi dalam komunikasi dengan khalayak kecil, seperti komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok kecil. Dengan khalayak yang besar maka feedback

yang diciptakan akan beraneka ragam sehingga sulit mengontrol situasi. Berbeda dengan pengungkapan diri dengan khalayak yang kecil, kita dapat mengontrol situasi komunikasi dan melihat umpan balik dengan cermat.

c. Topik Bahasan

Dalam Struktur Kepribadian yang dikembangkan Irwin Altman dan Dalmas Taylor dengan Teori Penetrasi Sosial-nya sebagaimana dikutip Ristiana Kadarsih digambarkan bahwa kepribadian manusia itu seperti bawang, yang memiliki lapisan-lapisan.5 Pada awalnya individu akan lebih menyukai topik yang berhubungan dengan pekerjaan atau hobi untuk

5

Ristiana Kadarsih,Teori Penetrasi Sosial dan Hubungan Interpersonal(Jurnal Dakwah Vol. X No 1, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2009), h. 54.


(31)

dibagi daripada topik terkait kehidupan seks atau kesulitan keuangan pada orang yang baru saja kita kenal atau orang yang tidak kita akrabi betul. d. Valensi

Umumnya manusia cenderung lebih menyukai pengungkapan diri positif daripada pengungkapan diri negatif. Terlebih lagi kepada seseorang yang belum kita kenal secara baik. Namun, apabila kita sudah mengenal orang yang kita ajak berkomunikasi secara lebih personal maka pengungkapan diri negatif bisa saja dilakukan.

e. Jenis Kelamin

Umumnya, pria lebih kurang terbuka daripada wanita. Meskipun bisa dipandang sebagai ungkapan stereotipikal namun, beberapa riset sudah menunjukkan bahwa wanita dinilai lebih terbuka dibandingkan laki-laki. Namun, bukan berarti bahwa pria tidak melakukan pengungkapan diri sama sekali.

f. Ras, Nasionalitas, dan Usia

Hal ini pun bisa dipandang sebagai bentuk stereotip dari ras, nasionalitas, dan usia. Namun, pada kenyataannya memang terdapat ras tertentu yang lebih sering melakukan pengungkapan diri bila dibandingkan dengan ras lainnya. Selain itu juga terdapat perbedaan frekuensi pengungkapan diri dalam kelompok usia. Pengungkapan diri pada teman dengan gender berbeda meningkat dari usia 17-50 tahun dan menurun kembali.


(32)

g. Mitra dalam Hubungan

Kita akan melakukan pengungkapan diri kepada mereka yang kita anggap sebagai orang yang memiliki kedekatan dengan kita misalnya suami/istri, teman dekat, atau sesama anggota keluarga. Di samping itu, kita juga akan memandang bagaimana respon mereka. Apabila kita pandang mereka sebagai orang yang hangat dan penuh perhatian maka kita akan terus melakukan keterbukaan diri, apabila feedback yang diterima tidak sesuai espektasi kita maka kita akan lebih menutup diri.6

4. Fungsi Pengungkapan Diri

Selain untuk meningkatkan komunikasi, pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi lainnya. Menurut Derlega dan Grzelak ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu:

a. Ekspresi(expression)

Senang, sedih, kecewa maupun bahagia merupakan emosi yang sering sekali terjadi dalam kehidupan setiap manusia, baik menyangkut pekerjaan ataupun hal lainnya. Dengan berbagi perasaan kepada orang yang dipercaya dapat membuang semua kekesalan. Dengan mengungkapkan diri semacam ini, manusia dapat mengekspresikan perasaannya.

6


(33)

b. Penjernihan diri(self-clarification)

Setelah menceritakan masalah dan perasaan yang dialami kepada orang yang dipercaya, manusia berharap agar diberikan penjelasan dan pemahaman orang lain atas masalah yang dihadapi sehingga kita akan lebih baik dalam melihat suatu perkara.

c. Keabsahan sosial(social validation)

Setelah selesai mengungkapkan perasaan maupun masalah yang dihadapi kepada orang lain, pendengar biasanya akan memberikan pendapat, saran, ataupun masukan yang membantu dalam proses penyelesaian masalah. Sehingga dengan demikian, akan mendapatkan informasi yang bermanfaat.

d. Kendali sosial(social control)

Setiap individu memiliki pilihan untuk mengungkapkan atau menyembunyikan informasi mengenai dirinya. Individu pun dapat menekan topik, kepercayaan atau ide sehingga membentuk pesan yang baik pada pendengar terhadap dirinya. Dengan demikian pandangan pendengar akan baik terhadap dirinya.


(34)

e. Perkembangan hubungan(relationship development)

Dengan berbagi permasalahan maupun informasi penting kepada orang lain dapat meningkatkan kepercayaan dalam suatu hubungan sehingga semakin meningkatkan derajat keakraban.7

5. Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri

Seperti yang kita ketahui pengungkapan diri dalam prosesnya bersifat timbal balik. Artinya, keterbukaan kita akan diimbangi juga oleh lawan komunikasi kita. Berdasarkan pandangan ini maka pengungkapan diri tidak akan terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam komunikasi menunjukkan ketertutupan dirinya. Dengan demikian, apabila kita ingin melangsungkan komunikasi antarpribadi yang mengembangkan relasi pribadi yang baik maka diperlukan pengungkapan diri dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, Tubbs dan Moss menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan bagian penting dari komunikasi di antara dua orang sekaligus menjadi ciri dari komunikasi antarpribadi.8

Keterbukaan dalam menjalin hubungan interpersonal berfungsi meminimalisir kesalahpahaman dan kecurangan. Dengan demikian hubungan interpersonal akan semakin erat. Keakraban hubungan interpersonal dapat

7

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, & L. Anne Peplau,Psikologi SosialJilid Pertama Edisi Kelima. Terjemahan Michael Adryanto & Saviti Soekrisno (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 254.

8


(35)

ditandai dengan saling percaya, terbuka, dan tidak takut mengungkapkan persoalan pribadi.9

Keakraban dan saling percaya merupakan hal penting dalam membangun komunikasi antarpribadi yang saling mendukung dan memberikan manfaat positif bagi pihak-pihak yang berkomunikasi. Oleh karena itu, self-disclosure

yang positif diperlukan sehingga komunikasi antarpribadi yang bertujuan untuk pengembangan diri masing-masing dapat berlangsung dengan baik.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Kemudian istilah tersebut berkembang dan mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.10

WHO pun memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi: a. Perkembangan individu dari awal menunjukkan tanda-tanda seksual

sampai sudah mencapai kematangan.

9

Suranto Aw,Komunikasi Interpersonal(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 31.

10

Elfi Yuliani Rochmah,Psikologi Perkembangan(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), h. 178.


(36)

b. Mengalami perkembangan psikologis, berupa pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi perubahan terhadap ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.11

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan dari segi biologis, psikologis, dan sosial ekonomi agar tercapainya kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

2. Ciri Khas Remaja

WHO membagi kurun usia remaja ke dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-24 tahun. Terdapat perbedaan ciri khas/karakteristik yang signifikan dari kedua kelompok remaja tersebut, yaitu:

Tabel 2.1

Karakterisrik/Ciri Khas Remaja12

Remaja Awal (10-14 tahun) Remaja Akhir (15-24 tahun)

• Status tidak menentu • Emosional

• Tidak stabil keadaannya • Mempunyai banyak masalah • Masa yang kritis

• Kestabilan bertambah

• Lebih matang dalam menghadapi masalah

• Campur tangan dari orang lain berkurang

• Ketenangan emosional bertambah • Realistis bertambah

Pada kategori mahasiswa sebagai remaja akhir, dianggap sudah lebih realistis dalam menghadapi masalah, hal ini dikarenakan bertambahnya

11

Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja(Jakarta; RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9.

12

Elfi Yuliani Rochmah,Psikologi Perkembangan(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), h. 186.


(37)

pengalaman dan kemampuan berpikir yang semakin baik lagi. Letupan-letupan emosi pun sudah mulai dapat diredam. Hal itu tentu saja baik dalam menghadapi permasalahan pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi. Tentunya hal ini tidak lepas dari bimbingan dan motivasi dari lingkungan di mana tumbuh dan berkembang seperti keluarga maupun kelompok persahabatan.

3. Pengungkapan Diri Remaja dengan Keluarga

Komunikasi keluarga sangatlah penting dalam perkembangan remaja menuju tahap kedewasaan. Remaja sangat membutuhkan pendampingan keluarga terutama orang tua untuk menghadapi tuntutan, baik dari dalam dirinya maupun lingkungan. Remaja membutuhkan jalinan komunikasi yang baik yang dapat bebas mengutarakan isi hatinya dengan jujur. Salah satu aspek penting dalam komunikasi keluarga adalah pengungkapan diri (self-disclosure).13

Pengungkapn diri dirasa penting untuk mengetahui pikiran, perasaan remaja akan sesuatu dengan jujur dan kemudian pikiran dan perasaan tersebut akan diterima dengan bebas oleh anggota keluarga lain. oleh karena itu dibutuhkan hubungan interpersonal yang baik antar anggota keluarga.

13

Singgih dan Yulia D. Gunarsa,Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga(Jakarta: Gunung Mulia, 2004), h. 48.


(38)

Menurut Jalaluddin Rakhmat terdapat faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik yaitu:

a. Percaya(trust)

“Percaya” akan meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikasi untuk mencapai maksudnya. Tanpa adanya percaya tidak akan ada pengertian, tanpa pengertian terjadi kegagalan komunikasi. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.

b. Sikap Suportif

Sikap sportif dapat mengurangi sikap defensif dalam berkomunikasi. Seseorang yang memiliki sikap defensif akan sulit menerima orang lain, tidak jujur, dan pada akhirnya mendangkalkan hubungan interpersonal. Sikap defensif yaitu, melindungi diri dari segala ancaman yang mengakibatkan pesan tidak tersampaikan secara utuh.

c. Sikap Terbuka

Sikap terbuka adalah lawan dari dogmatisme. Dengan adanya sikap terbuka dapat menilai pesan secara objektif, melihat dari beberapa sisi, bahkan kesediaan mengubah kepercayaannya.14

14


(39)

Dijelaskan lebih dalam oleh Suranto Aw, bahwa sikap terbuka (open -mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya keterbukaan kita dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain.15

Melalui keterbukaan orang tua dapat berbagi pengalaman secara luas dan terbuka kepada remaja dan nantinya remaja akan menentukan sikap maupun mengambil keputusan dengan tepat. Namun, apabila dalam keluarga tidak diberlakukan proses pengungkapan diri antara remaja dan orang tua, maka remaja akan mencari figur lain supaya dapat membuka diri dengan bebas dan mendapatkan timbal balik.

4. Pengungkapan Diri Remaja dengan Kelompok Sebaya

Kelompok teman sebaya adalah suatu komunitas berisi individu-individu yang memiliki banyaknya kesamaan dibidang usia, kebutuhan, perasaan, minat, tujuan, dan lain-lain. Dengan kesamaan itu semakin menguatkan individu di dalam kelompok ketika menjalankan hubungan.

Untuk lebih menjelaskan makna dari kelompok sebaya maka peneliti memaparkan hakikat kelompok sebaya, yaitu:

15


(40)

a) Kelompok sebaya terbentuk dari kelompok informal menjadi organisasi. Semula individu bukan merupakan anggota kelompok sekarang membentuk suatu kelompok dan bertumbuh di dalamnya.

b) Kelompok sebaya memiliki aturan-aturan yang dibuat sendiri, baik ke dalam maupun ke luar.

c) Kelompok sebaya menunjukkan tradisi, kebiasaan, nilai, norma. Bahkan bahasa mereka. Adapun contohnya dalam kelompok itu ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.

d) Pembentukan kelompok sebaya sepenuhnya disetujui oleh orang dewasa. Dengan adanya kelompok sebaya maka, orang tua akan lebih mudah mengawasi anaknya ataupun disetujui oleh guru sebagai sarana pembelajaran bersosialisasi di dalam kelompok.

e) Kelompok sebaya pun bisa dijadikan lembaga kedua yang utama untuk sosialisasi. Di mana dunia sosial anak meluas dari lingkungan keluarga menuju lingkungan sosial.16

Suatu kebutuhan yang nyata sekali pada anak adalah dukungan dari teman-teman sebaya. Remaja ingin sekali menjadi populer dan disenangi di kalangan teman-teman. Terjadi perubahan sikap pada remaja, ia lebih mengikuti norma kelompok dan mulai membebaskan dari ketergantungan

16


(41)

pada orang tua.17 Di dalam kelompok sebaya, individu merasa menemukan dirinya serta dapat mengembangkan rasa sosial sesuai dengan kepribadiannya. Dalam kelompok seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya biasanya yang lebih mengerti persoalan yang dihadapi. Mereka saling menumpahkan segala perasaan dan permasalahan hidup yang tidak dapat mereka ceritakan pada orang tua maupun guru. Kebersamaan inilah yang menyebabkan tali persahabatan antar anggota makin kuat. Mereka tidak segan untuk memceritakan hal-hal seperti percintaan, persahabatan sampai dengan permasalahan keluarga.

C. Pengambilan Keputusan

1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Terdapat beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh beberapa pakar. Robin sebagaimana dikutip dalam Syafaruddin, berpendapat bahwa pengambilan keputusan ialah proses memilih dua alternatif atau lebih untuk diimplementasikan dalam suatu tindakan tertentu.18

Demikian pula Drummond berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha menciptakan dan membentuk masa depan (peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya). Mondy dan Premeaux

17

Elfi Yuliani Rochmah,Psikologi Perkembangan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2005), h.188.

18

Syafaruddin & Anzizah,Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan(Jakarta; Gramedia, 2004), h. 45.


(42)

menjelaskan bahwa “decision making is the process of generating and evaluating alternatives and making choices among them”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan adalah proses menghasilkan dan mengevaluasi alternatif untuk membuat keputusan dari alternatif di antaranya.19

Sejalan dengan pendapat di atas, Prajudi mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses dari suatu sistem tindakan yang memiliki beberapa komponen di dalamnya.20

Bertolak dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses (langkah-langkah) pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif (bukan satu alternatif) untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan (disengaja).

2. Jenis Keputusan

a. Keputusan yang diprogramkan(program decision)

Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada masalah yang diketahui secara baik (well-structured problems). Informasi juga tersedia secara mencukupi untuk digunakan dalam mengambil keputusan. Masalah yang hendak dipecahkan pun bersifat teknis, biasanya

19

Syafaruddin & Anzizah,Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan(Jakarta; Gramedia, 2004), h. 46.

20


(43)

prosedur dan langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam suatu pedoman.21

b. Keputusan yang tidak diprogramkan(non-programmed decision)

Keputusan ini adalah keputusan yang diambil atau dibuat berdasarkan masalah yang tidak diketahui secara jelas (ill-structured problems).

Merupakan usaha dalam memecahkan masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, sukar mengenali bentuk, informasi kurang tersedia, dan belum mengetahui dampak yang akan dihadapi.22

Pengambilan keputusan dalam memilih perguruan tinggi merupakan jenis Keputusan yang tidak diprogramkan meskipun informasi yang diterima bisa cukup banyak dari berbagai sumber, namun tidak ada pedoman baku yang mengatur dalam pengambilan keputusan ini. Lagipula ini merupakan usaha memecahkan kasus baru yang belum pernah dialami oleh remaja akhir sebelumnya, sehingga membutuhkan daya nalar yang tinggi digabungkan dengan tindakan yang berorientasi pada efektivitas pemecahan.

21

Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 25.

22

Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 26 - 27.


(44)

3. Proses Pengambilan Keputusan

Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan dapat dilihat pada gambar berikut:

Dari gambar tersebut bisa dijelaskan bahwa proses yang perlu dilewati dalam mencapai pengambilan keputusan yang efektif melewati lima tahap, yaitu: a. Identifikasi masalah

Mempelajari atau mengenali masalah yang dihadapi. Oleh karena itu faktor-faktor yang menjadi peluang (kekuatan dan kelemahan) harus diidentifikasi sedemikian rupa melalui analisis rasional dan sistematis. Dalam tahap ini pun penting dilakukan perumusan masalah, yang berfungsi sebagai penentu tindakan yang akan diambil. Kalau masalah tidak dirumuskan dengan benar, bisa mengakibatkan tindakan yang salah bahkan menciptakan masalah baru. Masalah itu harus memberikan tekanan untuk bertindak. Karena masalah tanpa tekanan untuk bertindak menjadi masalah yang dapat ditunda.23

23

Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 150.

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan

Sumber: Syafaruddin (2004: 55-57) Identifikasi

Masalah

Membuat Alternatif

Evaluasi Alternatif

Implementasi Alternatif

Evaluasi Keputusan


(45)

Tekanan dalam memilih perguruan tinggi dapat berupa harapan maupun berupa batas waktu dalam memilih perguruan tinggi, harapan orang tua untuk masuk ke perguruan tinggi favorit, maupun peluang perguruan tinggi yang sedikit sehingga memacu untuk belajar semakin giat lagi.

b. Membuat alternatif-alternatif

Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat menjadi jawaban dalam pemecahan masalah adalah sangat penting. Sebab berbagai alternatif yang dibuat akan dipilih mana yang paling menguntungkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif itu, hanya mendaftar saja.24

Untuk mempermudah dan memperkaya dalam pembuatan alternatif maka dibutuhkan informasi-informasi yang sesuai dengan permasalahan. Syarat dari informasi yang efektif, yaitu: mutakhir, lengkap, dapat dipercaya, bersumber dari data yang terolah dengan baik, dan disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami.25

Terdapat beberapa sumber informasi yang dapat digunakan dalam membuat alternatif yaitu, sumber pribadi, komersial, publik, maupun

24

Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 151.

25

Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 81.


(46)

pengalaman.26 Sumber informasi tersebut bisa digunakan dalam memilih perguruan tinggi seperti:

 Sumber pribadi : keluarga, teman, guru, tetangga, kenalan

 Sumber komersial : iklan

 Sumber publik : brosur, pamflet, dan internet

 Sumber pengalaman : pengalaman dan masukan dari orang lain yang sudah memilih perguruan tinggi

c. Mengevaluasi alternatif

Dalam proses ini individu harus dapat menilai keuntungan dan kerugian atau kelemahan dan kekuatan dari masing-masing alternatif. Salah satu upaya yang dapat membantu adalah pembuatan kriteria tertentu berdasar standar yang dimiliki atau pun yang diharapkan individu.

Pemberian bobot dalam tiap-tiap alternatif berdasarkan kriteria yang paling penting pun dapat membantu secara nyata dalam pengevaluasian alternatif.27 Misalnya kriteria dari perguruan tinggi yang diharapkan adalah; sesuai dengan minat, biaya yang murah, peluang pekerjaan yang terbuka lebar, akreditasi yang baik, banyaknya beasiswa, dll. Maka kita dapat memberikan bobot berkisar 1-10 berdasarkan preferensi pribadi.

26

Noer, “Sumber Informasi Konsumen Produksi Rotan”,

http://noerdblog.wordpress.com/2012/06/18/sumber-informasi-konsumen-produk-kursi-rotan/diakses pada 16 September 2013.

27

Stephen P. Robbins & Mary Coulter,ManajemenJilid Pertama Edisi Ketujuh. Terjemahan T. Hermayana & Harry Slamet (Jakarta: PT INDEKS, 2004), h. 152.


(47)

Dengan begitu dapat terlihat peguruan tinggi mana yang mewakili kriteria kita dan “paling baik” untuk kita pilih.

d. Mengimplementasi alternatif

Meskipun proses pemilihan telah terjadi dalam langkah sebelumnya, keputusan tersebut masih dianggap gagal apabila belum direalisasikan dalam bentuk tindakan. Tentu saja yang keputusan yang diaplikasikan adalah alternatif terbaik yang mendatangkan manfaat paling besar atau membuahkan kerugian yang paling kecil dari sejumlah alternatif yang telah melewati tahapan evaluasi.

Perlu adanya keyakinan diri sendiri, bahwa keputusan yang dipilih merupakan keputusan yang tepat dan benar, yang apabila dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat yang diharapkan.28 Diperlukan pula komitmen dan konsistensi dari individu dalam menjalankan keputusan yang telah diambil.

e. Mengevaluasi keputusan

Keputusan yang ditetapkan dan telah dilaksanakan haruslah dievaluasi apakah hasil yang diharapkan sebelumnya dengan hasil yang nyatanya dicapai berbanding lurus atau bahkan terbalik. Tiap pengambil keputusan akan langsung merasakan manfaat maupun akibat dari keputusan yang dia ambil. Jika keputusan belum sesuai maka, tindakan

28

Siagian,Teori dan Praktik Pengambilan Keputusan(Jakarta: CV Haji Masagung, 1990), h. 248.


(48)

perlu diperbaiki dan kembali melihat alternatif yang diajukan atau menambah kembali daftar alternatif untuk keputusan yang akan diambil berikutnya.

Pengambilan keputusan dapat terjadi di mana-mana dan dilakukan oleh setiap orang dalam setiap harinya. Pengambilan keputusan sesungguhnya bersifat dinamis dan siklikal, yaitu bila individu sudah memilih, menjalankan, dan merasakan konsekuensi dari pilihan yang sebelumnya dia buat maka dia akan mengulang kembali proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan manfaat yang paling optimal dan membuahkan pilihan yang paling minimal. Begitu seterusnya.

4. Komunikasi Antarpribadi dan Pengambilan Keputusan

Fungsi komunikasi antarpribadi/interpersoanl berhubungan dengan perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu atau kelompok untuk mengambil keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.

Komunikasi antarpribadi pun berfungsi sebagai sarana untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media). Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan


(49)

menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapatkan pengaruh yang menungkinkan terjadinya perubahan sikap.29

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan melalui fungsinya sebagai pemberi informasi maupun sarana mengubah sikap, pendapat, atau perilaku dari individu yang melakukan pengambilan keputusan.

D. Kerangka Berpikir

Keterangan:

1) Pengungkapan diri kepada keluarga (X1) merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh dengan memilih perguruang tinggi.

2) Pengungkapan diri kepada kelompok sebaya (X2) merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh dengan memilih perguruan tinggi.

29

Suranto Aw,Komunikasi Interpersonal, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) h.21.

Bagan 2.2 Kerangka Berpikir

X1

Y

X2

Pengungkapan diri kepada Keluarga

Pengungkapan diri kepada kelompok sebaya

Memilih Perguruan Tinggi


(50)

3) Pengungkapan diri kepada keluarga (X1) dan kelompok sebaya (X2) merupakan variabel bebas yang secara bersama-sama memiliki pengaruh dengan memilih perguruan tinggi


(51)

38 A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Telp (62-21) 740152, Fax (62-21) 7402982.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel, yaitu keluarga dan kelompok sebaya. Menurut Burhan Bungin, penelitian eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh suatu variabel dengan variabel lain. Karena itu penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis.1

Dalam pelaksanaannya, explanatory research ini menggunakan metode penelitian survei. Pada format eksplanasi survei, peneliti diwajibkan membangun hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan melalui kuesioner sebagai alat pengumpul data.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Prosesnya berawal dari teori, selanjutnya diturunkan menjadi hipotesis penelitian

1


(52)

yang disertai pengukuran dan operasional konsep, kemudian generalisasi empiris yang bersandar pada statistik, sehingga dapat disimpulkan sebagai temuan penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 penentuan populasi ini menjadi sangat penting karena melalui penentuan populasi seluruh kegiatan penelitian dapat terarah.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan 2012, pemilihan subjek tersebut dilakukan dengan pertimbangan:

1. Mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 merupakan kategori dari remaja akhir, karena memiliki kisaran umur antara 15-24 tahun.

2. Mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 merupakan angkatan yang baru saja memilih perguruan tinggi pada saat penelitian ini berlangsung, pada tahun 2013, sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi secara baik.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 438 mahasiswa yang terdiri dari 164 mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 56 mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, 30 mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, 35 mahasiswa

2

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 80.


(53)

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 58 mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah, 55 mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial, dan 40 mahasiswa Jurusan Manajemen Haji dan Umroh.

Tabel 3.1

Gambaran Populasi Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012

No Jurusan/Konsentrasi Pria Wanita Jumlah

1. Komunikasi dan Penyiaran Islam 80 84 164

2. Jurnalistik 26 30 56

3. Pengembangan Masyarakat Islam 18 12 30

4. Bimbingan dan Penyuluhan Islam 12 23 35

5. Manajemen Dakwah 41 17 58

6. Kesejahteraan Sosial 26 29 55

7. Manajemen Haji dan Umroh 25 15 40

Jumlah 228 210 438

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kesimpulan dari sampel akan digeneralisasikan pada populasi.3 Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proportional random sampling. Proportional dimaksudkan agar komposisi sampel yang diambil dari tiap bidang memiliki prosentase yang seimbang, sedangkan random dimaksudkan agar setiap anggota populasi yang ada di tiap bidang dan memenuhi karakteristik subjek penelitian, akan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 209 orang. Pengambilan jumlah sampel didasarkan atas perhitungan menggunakan rumus Slovin dengan taraf kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95% atau taraf kesalahan 5%.

3

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 80.


(54)

Rumus perhitungan besaran sampel:

Keterangan:

n :Jumlah sampel yang dicari N : Jumlah populasi

e :Batas toleransi kesalahan(error tolerence)dalam penelitian ini sebesar 0,05.4

Tabel 3.2

Gambaran Sampel Mahasiswa FIDKOM angkatan 2012

No Jurusan/Konsentrasi Pria Wanita Jumlah

1. Komunikasi dan Penyiaran Islam 36 42 78

2. Jurnalistik 12 15 27

3. Pengembangan Masyarakat Islam 8 6 14

4. Bimbingan dan Penyuluhan Islam 6 11 17

5. Manajemen Dakwah 19 9 28

6. Kesejahteraan Sosial 12 14 26

7. Manajemen Haji dan Umroh 12 7 19

Jumlah 105 104 209

D. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian adalah subyek dimana data dapat diperoleh.5 Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer.

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.6 Dalam penelitian ini data primer menggunakan kuesioner, dan sumber data diperoleh dari responden, yaitu orang yang

4

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kuantitatif( Jakarta: Kencana, 2009), h. 105.

5

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129.

6


(55)

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Responden dalam penelitian ini, diambil dari mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.7

Dalam penelitian ini, jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner akan diberikan kepada mahasiswa FIDKOM UIN angkatan 2012 yang diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti.

F. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)

1. Variabel bebas (independen)

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat. Variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel terikat.8Adapun yang menjadi variabel bebas adalah:

7

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 142.

8


(56)

Pengungkapan Diri (X)

Pengungkapan diri adalah bentuk komunikasi interpersonal yang didalamnya terdapat pengungkapan ide, gagasan, informasi mengenai diri sendiri yang bersifat rahasia dan belum pernah diungkapkan kepada orang lain secara jujur.

Pengungkapan diri pada subjek diukur melalui Skala Pengungkapan Diri yang disusun berdasarkan aspek-aspek menurut De Vito. Adapun aspek-aspek tersebut adalah: ukuran/jumlah (amount), valensi (valency), kecermatan dan kejujuran

(accuracy and honesty), maksud dan tujuan(intention), dan keakraban (intimacy).9 Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dan membandingkan variabel bebas mana yang lebih berpengaruh, sehingga variabel bebas dibagi menjadi: Pengungkapan diri mahasiswa dengan Keluarga (X1)danPengungkapan diri mahasiswa denganPeer group(X2)

Tinggi rendahnya pengungkapan diri dapat diketahui berdasarkan skor yang diperoleh dari skala pengungkapan diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan bahwa pengungkapan dirinya semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah pulapengungkapan dirinya.

9


(57)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Pengungkapan Diri

Variabel Dimensi Indikator Deskriptor

Self-disclosure (X) 1) Amount (kuantitas) a) Frekuensi b) Durasi

a. Mampu menemukan

tempat berbagi ketika menghadapi masalah

b. Mampu mengatur

seberapa lama dalam berbagi cerita

2) Valensi

(Kualitas positif/negatif)

a) Valensi positif b) Valensi negatif

a. Mampu mengutarakan kenyataan yang baik b. Mampu mengutarakan

kenyataan yang buruk

3) Accurancy/Honesty

(Kecermatan/Kejujuran)

a) Cermat b) Jujur

a. Memahami kapasitasi diri b. Menyatakan sesuatu

dengan jujur tanpa kebohongan ataupun melebihkan bagian yang dianggap penting

4) Intention

(maksud & tujuan)

a) Kesediaan membagi informasi b) Kesadaran mengontrol informasi

a. Mampu mengambil sikap dan perilaku yang sesuai b. Mampu mempertimbangkan konsekuensi atas keputusan yang dilakukan 5) Intimacy (keintiman) a) Mengungkap detail paling intim

a. Mampu

memilih/menentukan individu tempat berbagi b. Mampu menjalin

keakraban dengan orang lain


(58)

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.10 Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

Pengambilan Keputusan (Y)

Pengambilan keputusan adalah proses (langkah-langkah) pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif (bukan satu alternatif) untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan (disengaja).

Terdapat langkah-langkah dalam pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi yang dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux. Adapun langkah-langkahnya, adalah: mengidentifikasi masalah, membuat alternatif-alternatif, mengevaluasi alternatif, mengimplementasikan alternatif, dan mengevaluasi keputusan.11

Tinggi rendahnya efektivitas pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi dapat diketahui berdasarkan skor yang diperoleh dari skala langkah-langkah pengambilan keputusan. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan bahwa pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi semakin efektif, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin tidak efektif pula pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi.

10

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kuantitatif( Jakarta: Kencana, 2009), h. 62.

11

Syafaruddin & Anzizah,Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan(Jakarta: Gramedia, 2004), h. 55.


(59)

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Pengambilan Keputusan

Variabel Langkah-langkah Indikator Deskriptor

Pengambilan Keputusan

1) Identifikasi Masalah a) Mengenali masalah b) Melihat kekuatan dan kelemahan masalah c) Membuat perumusan masalah

a. Individu harus sadar akan masalah yang dihadapinya

b. Melihat kelebihan dan kekurangan untuk melihat peluang atas keputusan

c. Perumusan masalah sebagai pedoman akan tindakan yang diambil 2) Membuat Alternatif a) Mendiskusikan

masalah

b) Mengumpulkan informasi c) Mendaftar

alternatif

a. Menerima masukan dari orang lain

b. Informasi yang diterima dapat membantu

mengambil berbagai langkah

c. Mendata sejumlah alternatif agar memiliki berbagai opsi dalam mengambil keputusan 3) Evaluasi Alternatif a) Mengevaluasi

kelebihan dan kelemahan alternatif b) Membuat

kriteria/prioritas tertentu

a. Menilai keputusan yang menghasilkan manfaat paling besar dan kekurangan paling minimal

b. Membuat kriteria

berdasar prefensi pribadi. 4) Implementasi Alternatif a) Memilih keputusan b) Melaksanakan alternatif/keputu san

a. Yakin bahwa memilih keputusan yang terbaik b. Konsisten dalam

menjalankan hasil keputusan

5) Evaluasi Keputusan a) Bertanggung jawab

a. Menilai hasil keputusan apakah sesuai dengan yang diharapkan b. Menerima konsekuensi

maupun manfaatdari keputusan yang diambil


(60)

G. Skala Pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval. Metode pengukuran menggunakan skala Likert yang telah dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban tengah. Dengan demikian, pada setiap skala yang disusun terdapat enam alternatif jawaban yang ditawarkan. Upaya menghilangkan jawaban tengah tersebut berpijak pada tiga alasan, yaitu:

a. Jawaban tengah memiliki arti ganda sebab responden belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban yang pasti sehingga ia memberikan jawaban netral atau ragu-ragu.

b. Adanya alternatif jawaban tengah dapat menimbulkan kecenderungan untuk memilih jawaban tersebut (Central Tendency), terutama pada responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

c. Penghilangan alternatif jawaban tengah memberikan kesempatan untuk melihat kecenderungan jawaban responden ke arah positif atau negatif.12 Dalam hal ini skala yang digunakan adalah 1 sampai 6 dengan keterangan sebagai berikut:

STS = JikaSangat Tidak Setujudengan pernyataan

TS = JikaTidak Setujudengan pernyataan

12

Hadi, Metodologi Research, Jilid 1 (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1989), h. 19-20.


(61)

ATS = JikaAgak Tidak Setujudengan pernyataan

AS = JikaAgak Setujudengan pernyataan

S = JikaSetujudengan pernyataan

SS = JikaSangat Setujudengan pernyataan

Penyusunan aitem pengungkapan diri mahasiswa dengan keluarga dan kelompok sebaya serta pengambilan keputusan memilih perguruan tinggi disusun berdasarkan aitem-aitem yang berbentuk positif (favorable) dan aitem yang berbentuk negatif

(unfavorable).

Tabel 3.5Blue Print Self-disclosureMahasiswa dengan Keluarga

No Aspek

Nomor Aitem

Jumlah

Bobot (%)

Fav Unfav

1 Ukuran/jumlah 2 2 4 20 %

2 Valensi 2 2 4 20 %

3 Kecermatan/Kejujuran 2 2 4 20 %

4 Maksud 2 2 4 20 %

5 Keintiman 2 2 4 20 %

T o t a l 10 10 20 100%

Tabel 3.6Blue Print Self-disclosureMahasiswa dengan Kelompok Sebaya

No Aspek

Nomor Aitem

Jumlah

Bobot (%)

Fav Unfav

1 Ukuran/jumlah 2 2 4 20 %

2 Valensi 2 2 4 20 %

3 Kecermatan/Kejujuran 2 2 4 20 %

4 Maksud 2 2 4 20 %

5 Keintiman 2 2 4 20 %


(62)

Tabel 3.7Blue PrintPengambilan Keputusan memilih perguruan tinggi

No Aspek

Nomor Aitem

Jumlah

Bobot (%)

Fav Unfav

1 Identifikasi Masalah 3 3 6 20 %

2 Membuat Alternatif 3 3 6 20 %

3 Mengevaluasi Alternatif 3 3 6 20 %

4 Implementasi 3 3 6 20 %

5 Evaluasi Keputusan 3 3 6 20 %

T o t a l 15 15 30 100%

Penilaian dari 5 kategori jawaban dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 3.8 Bobot Nilai

Pilihan

Pernyataan Favorable Unfavorable

STS (Sangat Tidak Setuju) 0 5

TS (Tidak Setuju) 1 4

ATS (Agak Tidak Setuju) 2 3

AS (Agak Setuju) 3 2

S (Setuju) 4 1

SS (Sangat Setuju) 5 0

H. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan melihat sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.13 Sementara Arikunto menjelaskan bahwa

13

Masri Singaribun & Sofian Effendi (Editor),Metode Penelitian Survai(Jakarta: LP3S, 1995), hal. 122.


(63)

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.14

Terdapat tiga kategori besar validitas, yaitu • content validity(validitas isi)

construct validity(validitas konstrak)

criterion-related validity(validitas berdasarkan kriteria).

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan yaitu validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian isi tes atau aitem pada alat ukur dengan analisis rasional atau melalui professional judgement. Pertanyaan yang dicari jawabannya adalah sejauh mana aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen yang hendak diukur dan sejauh mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur.

Untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan rumus korelasi

Pearson Product Moment,yaitu dengan rumus:

(

) ( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− − − = y y N x x N y x xy N rxy Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara item dengan total item ∑xy : jumlah penelitian item dengan total item ∑x : jumlah skor masing-masing item

14

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 163-169.


(1)

Putaran II Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.771 15

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 39.60 112.349 .311 .766

item2 39.93 112.481 .388 .758

item3 40.18 110.456 .421 .755

item4 39.50 110.462 .337 .764

item5 39.75 114.397 .422 .756

item6 40.30 109.446 .501 .748

item7 39.70 111.600 .397 .757

item9 40.20 114.318 .407 .757

item10 40.60 112.554 .361 .760

item12 40.13 112.574 .371 .759

item13 39.83 108.148 .440 .753

item14 39.93 116.379 .253 .770

item18 39.35 114.644 .388 .758

item19 38.53 117.333 .378 .760

item20 38.90 119.169 .319 .764

Putaran III Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.770 14

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 36.93 101.353 .318 .764

item2 37.25 100.295 .437 .751

item3 37.50 100.154 .410 .754

item4 36.83 99.533 .344 .762

item5 37.08 103.610 .422 .754

item6 37.63 98.804 .504 .745

item7 37.03 100.846 .399 .755

item9 37.53 103.435 .411 .754

item10 37.93 102.379 .343 .760

item12 37.45 101.638 .377 .757

item13 37.15 98.387 .416 .753


(2)

item19 35.85 106.797 .360 .759

item20 36.23 108.076 .323 .762

Validitas dan Reliabilitas Pengambilan Keputusan Putaran I

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.712 30

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 97.28 146.922 -.024 .721

item2 99.93 154.122 -.231 .743

item3 98.23 132.487 .330 .697

item4 98.00 137.744 .319 .699

item5 97.68 137.199 .328 .699

item6 97.13 138.779 .369 .698

item7 98.20 148.728 -.090 .729

item8 97.10 139.990 .306 .701

item9 98.78 139.666 .149 .712

item10 97.75 133.474 .344 .696

item11 97.50 135.795 .337 .697

item12 99.20 143.292 .052 .720

item13 96.98 136.487 .472 .693

item14 96.90 137.528 .440 .695

item15 97.55 134.767 .371 .695

item16 96.98 142.692 .391 .703

item17 97.58 137.430 .305 .700

item18 97.08 136.276 .529 .691

item19 99.88 151.804 -.194 .731

item20 97.18 139.840 .319 .701

item21 98.93 148.122 -.072 .727

item22 97.80 132.985 .377 .693

item23 97.15 142.951 .259 .705

item24 97.95 135.638 .331 .697

item25 97.75 133.885 .311 .698

item26 96.98 145.410 .056 .714

item27 97.35 134.541 .579 .688

item28 97.53 137.999 .308 .700

item29 97.45 134.767 .354 .696


(3)

Putaran II Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.813 21

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item3 74.18 120.302 .366 .808

item4 73.95 126.767 .313 .809

item5 73.63 125.676 .344 .807

item6 73.08 126.789 .411 .805

item8 73.05 128.459 .322 .808

item10 73.70 125.087 .263 .813

item11 73.45 126.972 .258 .812

item13 72.93 124.276 .530 .800

item14 72.85 126.131 .456 .803

item15 73.50 123.231 .390 .805

item16 72.93 131.251 .405 .809

item17 73.53 125.076 .352 .807

item18 73.03 124.538 .567 .799

item20 73.13 128.317 .335 .808

item22 73.75 120.756 .420 .803

item24 73.90 125.169 .311 .809

item25 73.70 121.754 .346 .809

item27 73.30 121.856 .669 .795

item28 73.48 125.692 .355 .807

item29 73.40 122.451 .400 .804

item30 73.58 116.866 .459 .801

Putaran III Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.816 19

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item3 67.13 101.599 .407 .808

item4 66.90 108.964 .312 .811

item5 66.58 107.994 .342 .810

item6 66.03 108.333 .447 .805

item8 66.00 111.231 .287 .812


(4)

item14 65.80 108.882 .429 .806

item15 66.45 103.997 .456 .803

item16 65.88 113.753 .350 .812

item17 66.48 105.999 .409 .806

item18 65.98 106.999 .563 .801

item20 66.08 109.558 .381 .808

item22 66.70 106.318 .314 .813

item24 66.85 107.926 .293 .813

item25 66.65 103.926 .356 .811

item27 66.25 103.526 .722 .793

item28 66.43 107.020 .396 .807

item29 66.35 104.695 .409 .806

item30 66.53 100.204 .443 .805

LAMPIRAN V

Correlations

Pengambilan Keputusan

SD Peer

Group SD Keluarga Pengambilan Keputusan Pearson Correlation 1 .303(**) .412(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 209 209 209

SD Peer Group Pearson Correlation .303(**) 1 .290(**)

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 209 209 209

SD Keluarga Pearson Correlation .412(**) .290(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 209 209 209


(5)

LAMPIRAN VI

Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 SD

Keluarga, SD Peer Group(a)

. Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Pengambilan Keputusan Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .454(a) .206 .199 9.674 1.594

a Predictors: (Constant), SD Keluarga, SD Peer Group b Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5013.020 2 2506.510 26.780 .000(a)

Residual 19280.492 206 93.595

Total 24293.512 208

a Predictors: (Constant), SD Keluarga, SD Peer Group b Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 35.513 4.770 7.446 .000

SD Peer Group .323 .105 .200 3.081 .002 .916 1.092

SD Keluarga .454 .083 .354 5.457 .000 .916 1.092

a Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Collinearity Diagnostics(a) Model

Dimension

Eigenvalue

Condition

Index Variance Proportions

(Constant) SD Peer Group SD Keluarga

1 1 2.964 1.000 .00 .00 .00

2 .024 11.153 .06 .28 .93

3 .012 15.427 .94 .72 .06


(6)

4 3

2 1

0 -1

-2 -3

Regression Standardized Predicted Value

4

2

0

-2

-4

R

eg

ressi

on

S

tu

den

tiz

ed

R

esi

du

al

Dependent Variable: Pengambilan Keputusan Scatterplot

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 57.18 85.99 68.13 4.909 209

Std. Predicted Value -2.230 3.639 .000 1.000 209

Standard Error of

Predicted Value .671 2.609 1.103 .357 209

Adjusted Predicted Value 57.01 86.07 68.12 4.913 209

Residual -29.014 21.580 .000 9.628 209

Std. Residual -2.999 2.231 .000 .995 209

Stud. Residual -3.018 2.250 .000 1.002 209

Deleted Residual -29.390 21.947 .010 9.761 209

Stud. Deleted Residual -3.080 2.272 .000 1.006 209

Mahal. Distance .005 14.132 1.990 2.207 209

Cook's Distance .000 .059 .005 .008 209

Centered Leverage Value .000 .068 .010 .011 209

a Dependent Variable: Pengambilan Keputusan