Pengertian Model dan Teknik Bimbingan Konseling Model - Model Bimbingan Konseling

BAB II PEMBAHASAN Model dan Teknik Bimbingan Konseling

A. Pengertian Model dan Teknik Bimbingan Konseling

Model dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah pola contoh, acuan, ragam, dan sebagainya dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. 1 Teknik adalah cara, langkah atau metode yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan ialah mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir. Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bantuan atau pertolongan. Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor ke klien. Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli dapat memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya. Jadi, teknik bimbingan dan konseling adalah cara atau metode yang dilakukan untuk membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau kelompok orang agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil keputusan dan menetukaan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau tatap muka. 2

B. Model - Model Bimbingan Konseling

Model-model bimbingan konseling bermula dari gerakan bimbingan konseling di 1 http:kbbi.web.idmodel 2 http:aquuhlizha.blogspot.com201403teknik-teknik-bimbingan-konseling.html 1 Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah. Istilah model menurut Shertzer dan Stone 1981 yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk mengahadapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan sekolah di Amerika Serikat. 1. Model Parsonian Upaya ini Frank Parson menjodohkan karakteristik yang meliputi, kemampuan, minat, dan tempramen individu dengan sayrat-syarat yang dituntun suatu pekerjaan. Maksudnya, ketika individu bekerja pada pekerjaan yang sesuai dengan karakteristiknya, maka ia akan menguntungkan dirinya dan juga masyarakat atau tempat ia bekerja. Ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasialan memilih pekerjaan menurut Parson, yaitu : a. Man Analysis Dalam hal ini konselor dan klien bekerjasama untuk memahami apa minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki klien. b. Job Analysis Individu mempelajari tetang berbagai lini pekerjaan, apa persyaratannya, bagaimana peluangnya, dan bagaimana prospek pekerjaan tersebut. c. Joint and Cooperative Comparision of These Two Sets of Analysis Dengan manganalisis individu itu sendiri dan pekerjaan yang akan dipilih, hasil dari kedua analisis tadi digabungkan untuk membuat keputusan mengenai pekerjaan yang akan diambil. Model ini memberikan kontribusi dalam perkembangan bimbingan, terutama dalam membantu individu memilih pekerjaan. 2. Model Bimbingan dan Konseling Identik dengan Pendidikan Melalui buku Education as Guidance, Brewer mengemukakan bahwa konsep bimbingan identik dengan pendidikan. Istilah bimbingan dan pendidikan sering digunakan secara bergantian oleh Brewer. Brewer mengemukakan beberapa kriteria bimbingan sebagai 2 berikut : a. Individu dibimbing dalam rangka menyelesaikan suatu masah, tugas, atau mencapai tujuan. b. Individu dibimbing biasanya berdasarkan inisiatifnya. c. Bimbingan bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman. d. Pembimbing harus memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kebijakan. e. Bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh pengalaman dan wawasan baru. f. Individu dibimbing secara progresif dan mengambil keputusan sendiri. g. Bimbingan memberika bantuan kepada individu agar dapat membimbing diri sendiri dan lebih baik. 1 Bimbingan Sebagai Distribusi dan Penyesuaian Pertengahan tahun 1920-an, William M. Proctor mengemukakan fungsi bimbingan sangat terkait dengan proses distribusi dan penyesuaian. Selanjutnya, tahun 1930-an Koos dan Kefauver memperkuat pendapat Proctor dan menekankan bahwa bimbingan harus menekankan pada dua fungsi pokok sebagai berikut: a Distribusi; Konselor membantu individu untuk menentukan apa tujuannya dan diharapkan dapat memahami tentang dirinya dan juga lingkungannya. Dalam hal ini, individu dibantu untuk menemukan peluang-peluang dalam pendidikan dan pekerjaan. b Penyesuaian; Dalam hal ini siswa dibantu untuk menyesuaikan diri. Bimbingan yang berfungsi distributif dan penyaluran bertujuan sebagai berikut: I. Membantu siswa meperoleh tingkat efisiensi dan kepuasan yang tinggi sesuai dengan tujuannya. II. Membantu memilih kegiatan di luar sekolah yang membuat dirirnya bahagia. III. Membantu merencanakan tujuan yang ingin dicapai. IV. Membantu sisa memperoleh informasi mengenai perencanaan dan peluang-peluangnya sesuai dengan kemampuan dan minat. 3 2 Bimbingan Sebagai Proses Klinis Bimbingan model klinis ini pertama kali diperkenalkan oleh M.S. Viteles, Donald G. Paterson, dan E.G Williamson. Bimbingan model ini mucul karena pendekatan bimbingan di sekolah dianggap tidak ilmiah. Dalam model klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenai konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik. Sehingga dengan model klinis ini kegiatan bimbingan menjadi lebih efektif, lebih objektif, lebih ilmiah dalam mengumpulkan data klien. 3 Bimbingan Sebagai Pengambil Keputusan Bimbingan sebagai pengambil keputusan ini pertama kali dikemukakan oleh Jones dan Myer. Model bimbingan ini berasumsi bahwa keragaman antara individu cukup berarti, baik dalam aspek abilitas maupun interes dan permasalahan tidak dapat diselesaikan oleh individu itu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam hal ini konselor bertugas untuk mendorong individu memahami pilihannya dalam mengambil keputusan serta memberikan informasi kepada klien tentang peluang-peluang dari setiap alternatif pilihan yang ada. 3. Model Bimbingan Kontemporer a. Bimbingan Sebagai Konstelasi Layanan Kenneth B. Hoyt mengemukakan bahwa program bimbingan bukan hanya tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung jawab dari komponen sekolah, ini berarti konselor tidak bekerja sendiri. Selain itu Hoyt mengemukakan bahwa konselor adalah figur kunci dalam program bimbingan dan pekerjaan konselor lebih utama menjalin hubungan dengan komponen sekolah, seperti dengan guru dan kepala sekolah daripada dengan psikolog, pekerja sosial, dan sebagainya. Pada intinya Hoyt meyakini bahwa layanan bimbingan akan tercapai dengan maksimal jika diintegrasikan atau diselaraskan dengan tujuan sekolah. b. Bimbingan Perkembangan 4 Para ahli pengembang model ini adalah Wilson Little dan A.L Chapman penyusun buku Developmental Guidance in the Secondary School, Herman . Peters dan Gail Farwell penyusun buku Guidance: A Developmental Approach, dan Robert Mathewson penyusun buku Guidance Policy and Practice. Pada model ini, bimbingan dan konseling dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang menekankan pada upaya membantu semua individu dalam fase perkembangannya agar dapat tumbuh secara optimal. Layanan bimbingan pengembangan bersifar komperhensif, meliputi semua rentang kehidupan. Perhatian utama model ini adalah perkembangan positif semua aspek perkembangan individu yang dalam penyelenggaraannya bekerjasama dengan semua pihak. c. Bimbingan Sebagai Ilmu Pengetahuan Tentang Kegiatan Yang Bertujuan Model bimbingan ini diajukan sejak tahun 1962 oleh Tiedeman dan Field. Tiedeman dan Field mendefinisikan bimbingan sebagai kegiatan professional yang menggunakan suatu ilmu pengetahuan tentang kegiatan bertujuan dalam struktur pendidikan yang spesifik. Mereka menekankan bahwa bimbingan harus eksis dalam proses pendidikan, sehingga posisi konselor tidak dipandang berada di samping pendidikan, tetapi ada di dalam pendidikan itu sendiri, serta pencapaian aplikasi bimbingan ini akan lebih efektif. d. Bimbingan Sebagai Rekonstruksi Sosial Edward J. Shoben mengembangkan model ini pada tahun 1962. Ia berpendapan bahwa konselor adalah pemimpin dalam merekonstruksi atau memperbaiki keadaan sosial di sekolah. Tugas utama bimbingan adalah membantu mengembangkan potensi inividu dan menemukan cara-cara mengekspesikan diri individu itu sesuai dengan norma yang ada. e. Bimbingan Sebagai Perkembangan Pribadi Pada akhir tahun 1960-an Chis D. Kehas mengembangkan model ini. Perhatian 5 utama model ini adalah perkembangan pribadi individu yang juga merupaka tujuan dari pendidikan. Model ini merupakan tahap awal dalam membangun kerangka kerja konseling di sekolah. Kehas berpendapat bahwa teaching dan counseling merupakan dua pendekatan yang berhubungan siswa, yang bersifat komplementer dan kolaboratif. Dan dua pendekatan ini sama-sama penting dalam mecapai tujuan pendidikan. 3

C. Teknik- Teknik Bimbingan Konseling