Kisah Si Dul Anak Lamongan

Kisah Si Dul Anak Lamongan
Written by Administrator
Saturday, 17 April 2010 07:40 -

.......Aku benar-benar tersadar bahwa telah lama sekali meninggalkan kampung halamanku.
Aku rindu dusunku.....aku rindu gunung menjulang.....aku rindu desir angin pesisir.....aku harus
pulang untuk membayar semua kerinduanku ini. Aku selalu ingat Bapak dan Emak. Aku
merindukan mereka. Karena merekalah aku bisa seperti ini. Karena kerja keras mereka aku
bisa melihat isi dunia....... (Sang Penakluk Ombak, halaman 314) 
Penggalan cerita di atas seolah mampu mewakili pesan dari novel Sang Penakluk Ombak
karya Pradana Boy ZTF yang menyindir orang Indonesia yang hidup berhasil di luar negeri, lalu
tidak mau kembali ke negerinya sendiri. Justru si Dul, tokoh utama dalam novel ini, meski
menjabat diplomat karir dan kerap melanglang buana, hatinya tetap tinggal di kampung
halamannya. Pesona alam pedesaan dan ingatan tentang pengorbanan kedua orangtuanya
telah mengurung si Dul dalam tempurung kenangan yang tak terlupakan..
Tapi apakah selamanya hidup si Dul hanya berisi hal-hal indah saja? Coba simak kisah demi
kisah dalam novel ini. Dari judulnya saja, pembaca akan segera menebak betapa kehidupan si
Dul penuh terjangan ombak. Tak jarang ombak itu menghempaskannya ke alam derita. Ombak
di sini bisa bermakna kutukan. Tapi ombak juga bisa berarti perlawanan melawan
ketidakberdayaan. 
Novel ini diawali dari kisah masa kecil si Dul, seorang anak dusun terpencil di Lamongan Jawa

Timur, yang acap mengalami hinaan hanya karena terlahir dari keluarga miskin. Sekian kali ia
terpaksa gigit jari sebab tidak mampu memasuki sekolah atau fakultas yang diinginkan. Si Dul
bisanya meratap pilu, menatap kawan-kawannya yang menikmati sekolah unggulan atau
jurusan favorit. Sementara si Dul kecil harus terdampar di sekolah renta yang akrab dengan
cemoohan. Masa kuliah pun ia lalui di jurusan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM) yang, oleh teman-temannya dari jurusan lain, diejek sebagai jurusan akhirat karena
SPP-nya yang murah meriah.
Sejak kuliah di jurusan akhirat itulah si Dul menemukan bakatnya dalam dunia tulis-menulis.
Beberapa kali si Dul menjuarai lomba karya tulis ilmiah, baik di tingkat kampus maupun tingkat
nasional. Kebiasaan menulis surat ke orang tua, termasuk surat ekstra mesra ke pacarnya,

1/2

Kisah Si Dul Anak Lamongan
Written by Administrator
Saturday, 17 April 2010 07:40 -

kelak juga mengantarkan si Dul menjadi penulis andal yang cukup diperhitungkan berbagai
media cetak di tanah air.  
Novel ini pun mengeksplorasi sisi percintaan. Meski tema cinta sudah umum ditulis dalam

karya-karya novel, namun Mas Boy, demikian sapaan akrabnya, mampu mengemas tema
tersebut menjadi unik. Mas Boy membebaskan cinta dari perangkap penuturan yang
merendahkan dan memuja seksualitas layaknya sebuah spiritualitas yang harus
diagung-agungkan. Pembaca juga akan dikejutkan oleh akhir cerita yang mengharu-biru dan
menguras airmata.
Pada bab-bab terakhir, misalnya, Mas Boy menyuguhkan romansa percintaan antara si Dul dan
seorang gadis, juga asal Lamongan, bernama Lafra Kardia. Lafra dilukiskan sebagai gadis
kemayu khas Jawa. Menariknya, Mas Boy mengembangkan imajinasi jalinan asmara dua
pasang insan itu dalam balutan mitos. Tuah Tanjung Kodok di pesisir utara Lamongan yang
pernah menjadi saksi kebersamaan mereka, dipercaya mengandaskan segalanya. Terbukti
Lafra tak berdaya menghadapi paksaan orangtuanya ketika dicalonkan dengan laki-laki lain.
Kabar pencalonan itu datang tepat di hari wisuda si Dul. Kontan saja, momen wisuda yang
harusnya membuat hati si Dul berbunga-bunga, hancur berkeping-keping.
Namun, ganasnya ombak kehidupan tidak lantas menguras habis energi si Dul dalam
kekecewaan. Bak karang di laut, semangat si Dul semakin kokoh di tengah gempuran ombak
derita. Akan tetapi, seperti ombak pula, si Dul tidak pernah lelah mengayuh cita dan mengais
asa. Walaupun hidup dalam serba keterbatasan si Dul senantiasa mendobrak keterbatasan itu
menjadi peluang yang menganga. Baginya, di dunia ini tidak ada yang mustahil untuk diubah
kecuali perubahan itu sendiri.
Meski tampak ada modifikasi di sana-sini, kisah dalam novel ini seolah menggambarkan

perjalanan hidup penulisnya. Banyak hal yang sulit dipisahkan dari pengalaman Mas Boy
sendiri yang memang asli BangLaDes alias Bangsa Lamongan nDeso. Dengan latar budaya
pesisir, pantai yang gemulai, dan pernik-pernik cinta berselimut mitos, sajian Mas Boy dalam
novel perdananya ini cukup menggugah semangat kita agar tetap tegar menghadapi bengisnya
ombak dunia dan sadisnya laut kehidupan.          
Ahmad Fatoni
Penggiat Pusat Studi Islam dan Filsafat UMM

Judul Buku    : Sang Penakluk Ombak
Penulis    : Pradana Boy ZTF
Penerbit    : Resist Literacy, Malang
Cetakan    : I, Februari 2010
Tebal        : 322 halaman
Peresensi    : Ahmad Fatoni*)

2/2