KESIMPULAN DAN SARAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA DINAMIS DI KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 20 MEDAN T.P 2015/2016.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Ikhtisar dan Perbandingan Model-model 15 Pembelajaran Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 19 Tabel 2.3 Hasil Penelitian yang Relevan 42 Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Pretest-Postest 47 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 51 Tabel 4.1 Data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 58 Tabel 4.2 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Pretes 59 Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60 Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60 Tabel 4.5 Uji Hipotesis Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 61 Tabel 4.6 Perkembangan Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 62 Tabel 4.7 Perkembangan Sikap Siswa Kelas Eksperimen 63 Tabel 4.8 Perkembangan Keterampilan Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen 64 Tabel 4.9 Perkembangan Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 65 Tabel 4.10 Perkembangan Sikap Siswa Kelas Kontrol 66 Tabel 4.11 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 67 Tabel 4.12 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Postes 68 Tabel 4.13 Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 69 Tabel 4.14 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 69 Tabel 4.15 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Postes 70 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Hasil dari Pembelajaran Berbasis Masalah 24 Gambar 2.2 Aliran Fluida pada Pipa 35 Gambar 2.3 Fluida Melalui Penampang 36 Gambar 2.4 Hukum Bernoulli 37 Gambar 2.5 Venturimeter tanpa Manometer 39 Gambar 2.6 Tangki Berlubang 41 Gambar 3.1 Skema Penelitian 49 Gambar 4.1 Diagram Data pretes Kelas Ekperimen dan Kontrol 59 Gambar 4.2 Diagram perkembangan aktivitas siswa kelas eksperimen 63 Gambar. 4.3 Diagram perkembangan sikap siswa kelas ekspermen 64 Gambar 4.4 Gambar diagram perkembangan keterampilan siswa 65 Gambar 4.5 Perkembangan aktivitas siswa kelas kontrol 66 Gambar 4.6 Diagram perkembangan sikap siswa kelas kontrol 67 Gambar 4.7 Diagram postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 68 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 76 Lampiran 2 Lembar Kegiatan Siswa LKS 160 Lampiran 3 Tes Hasil Belajar 169 Lampiran 4 Pedoman Penilaian Kognitif 171 Lampiran 5 Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 172 Lampiran 6 Lembar Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 173 Lampiran 7 Pedoman Penilaian Observasi Sikap Siswa 174 Lampiran 8 Lembar Penilaian Observasi Sikap Siswa 175 Lampiran 9 Pedoman Penilaian Observasi Keterampilan Siswa 176 Lampiran 10 Lembar Penilaian Observasi Keterampilan Siswa 177 Lampiran 11 Kisi – kisi Tes Hasil Belajar 178 Lampiran 12 Angket Siswa 196 Lampiran 13 Angket Pembelajaran Guru 199 Lampiran 14 Daftar Nilai Pretes Kelas Eksperimen 203 Lampiran 15 Daftar Nilai Postes Kelas Eksperimen 204 Lampiran 16 Daftar Nilai Pretes Kelas Kontrol 205 Lampiran 17 Daftar Nilai Postes Kelas Kontrol 206 Lampiran 18 Distribusi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 207 Lampiran 19 Distribusi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 213 Lampiran 20 Distribusi Sikap Siswa Kelas Eksperimen 219 Lampiran 21 Distribusi Sikap Siswa Kelas Kontrol 225 Lampiran 22 Distribusi Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen 231 Lampiran 23 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 237 Lampiran 24 Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 238 Lampiran 25 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians 239 Lampiran 26 Perhitungan Normalitas Data 242 Lampiran 27 Perhitungan Homogenitas Data 246 Lampiran 28 Perhitungan Uji Hipotesis Data 249 Lampiran 29 Dokumentasi Penelitian 254 Lampiran 30 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 258 Lampiran 31 Tabel Luas Wilayah Dibawah Kurva Normal 259 Lampiran 32 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 260 Lampiran 33 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 262

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Struktur manusia dan situasi di dunia membuat proses belajar mengajar tidak terhindarkan. Belajar dan diajar merupakan benang-benang dalam tenunan eksistensi manusia yang tidak dapat disingkirkan dan dihancurkan. Manusia merupakan makhluk yang penuh ketidaktahuan, sama sekali tidak mengerti dan tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada hari kemudian. Karenanya, mereka belajar. Berbeda dengan serangga dan bebatuan, manusia mempelajari banyak hal pada alam semesta ini. Manusia selalu ingin tahu tentang dunia di sekitarnya. Sejak dimulainya penuangan gagasan dalam tulisan, manusia telah berupaya mencari cara untuk menerapkan keteraturan pada keanekaragaman yang luar biasa dari kejadian-kejadian yang diamatinya. Pencarian keteraturan ini terwujud dalam berbagai bentuk: pertama agama, kedua seni, ketiga sains. Dari semua tindakan yang dilakukan manusia, orang pasti akan berharap bahwa mengajar adalah tindakan yang dilakukan dengan pemikiran yang paling mendalam dan dengan pengertian yang paling jelas akan sasaran-sasarannya. Namun ternyata pengharapan ini sangat salah arah sebab sejumlah besar guru hanya sekedar mengajar, mengajar sebagaimana mereka dulu diajar, menerapkan kebiasaan yang sudah mendarah daging tanpa direnungkan, tanpa memutuskan apa yang akan diajarkan dan apa yang akan ditekankan. Jelas tidak dapat disangkal bahwa hal ini tidak dapat dibenarkan dan tidak bertanggung jawab. Sementara tuntutan zaman yang semakin berkembang saat ini, siswa harus berperan aktif dalam membangun sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu saat ini pemerintah menggerakkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa student centred. Sistem ini juga diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran fisika. Pembelajaran fisika di sekolah saat ini masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Fenomena ini juga terjadi pada guru mata pelajaran fisika di sekolah-sekolah. Kebanyakan dari guru tersebut masih menggunakan cara mengajar yang bersifat konvensional dan tidak inovatif. Pembelajaran fisika pada umumnya masih berorientasi pada guru. Siswa cenderung menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru tanpa harus mengetahui makna dari pelajaran tersebut. Siswa juga cenderung menghafal pengertian dan rumus, pendekatan pembelajarannya kurang berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan perkembangan teknologi. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang termotivasi dalam belajar, siswa menganggap bahwa fisika itu sulit dan membosankan, sehingga siswa mengalami kesulitan belajar dan menyebabkan prestasi belajar fisika rendah. Hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada beberapa pokok bahasan fisika diperoleh bahwa nilai rata-rata setiap pokok bahasan tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah. Ketidaktercapaian KKM tersebut mengindikasikan bahwa tingkat penguasaan konsep siswa belum tercapai. Padahal ketercapain standar kompetensi menurut PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 6 menyatakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 20 Medan dengan melakukan wawancara kepada guru bidang studi fisika bapak Teguh Prasetya, bahwa hasil ulangan harian fisika belum memuaskan, dimana nilai rata-rata siswa hanya berkisar antara 40-50. Jika dilihat dari nilai kriteria ketuntasan minimal KKM yaitu 60 yang ditetapkan oleh sekolah untuk menyatakan siswa tuntas dalam belajar fisika. Ketika diwawancara lebih lanjut, ternyata setiap nilai siswa yang dilaporkan merupakan penilaian tugas pribadi, kehadiran siswa, dan disiplin siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata siswa pada pembelajaran fisika masih tergolong rendah. Hal ini relevan dengan data yang diperoleh dari instrumen angket yang disebarkan kepada 39 siswa diperoleh bahwa 51,28 siswa mengatakan fisika sulit, 17,59 siswa mengatakan fisika tidak terlalu sulit, 28,20 siswa menyatakan bahwa fisika menyenangkan, dan 2,56 siswa mengatakan fisika mudah. Jika dilihat