Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap komitmen organisasi dan sensitivitas etika auditor

PENGARUH BUDAYA ETIS ORGANISASI DAN ORIENTASI
ETIKA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN
SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR
(Studi pada Aparatur Inspektorat Kabupaten Bogor)

Oleh:
LIA NURFARIDA
NIM: 207082000790

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
1. Nama

: Lia Nurfarida


2. Tempat & Tanggal lahir

: Jakarta, 04 Juni 1987

3. Agama

: Islam

4. Alamat

: Jl. Mirah Raya Rt 005/02 No. 35 Vila
Mutiara Sawah Baru Ciputat Tangerang

5. Telepon

: 085695712894

6. Email


: lianda_87@yahoo.com

II. Pendidikan Formal
1. SD

(1994-2000)

: MI Darussalam Jakarta

2. SMP (2000-2003)

: SMPN 177 Jakarta

3. SMA (2003-2006)

: SMK Islamiyah Ciputat

4. S1

: Universitas Islam Negeri Syarif


(2007-2011)

Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah

: Nursam

2. Ibu

: Muliana

3. Alamat

: Jl. Mirah Raya Rt 005/02 No. 35 Vila

Mutiara Sawah Baru Ciputat Tangerang
4.


Telepon

: 081319026084

v

The Influence of Organizational Ethical Culture and Ethical Orientation on
Commitment of Organization and Ethical Sensitivity of Auditor
By:
Lia Nurfarida
ABSTRACT

This research aimed to identify and to test that influence of organizational ethical
culture and ethical orientation (idealism - relativism) on commitment of organization
and ethical sensitivity of Auditor. The research has been done in Bogor with internal
auditor respondent who working in Local Government of Bogor. Determination of
sample conducted by using method of purposive sample. The data were analysis for
hypotesis tester was done with path analysis

The result of research indicated that organizational ethical culture and ethical

orientation (relativism) have significantly influence to commitment of organization,
and organizational ethical culture, ethical orientation (idealism - relativism) and
commitment of organization have significantly influence to ethical sensitivity of
auditor.
Keywords : ethic, organizational ethical culture, ethical orientation (idealism–
relativism), organizational commitment and ethical sensitivity

vi

Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika terhadap
Komitmen Organisasi dan Sensitivitas Etika auditor
Oleh:
Lia Nurfarida

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Budaya Etis
Organisasi dan Orientasi Etika (Idealisme - Relativisme) terhadap Komitmen
Organisasi dan Sensitivitas Etika Auditor. Pada penelitian ini digunakan data primer
dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Inspektorat Kabupaten Bogor
dengan responden auditor internal Pemda yang bekerja pada Inspektorat Kabupaten

Bogor. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
jalur (Path Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel budaya etis organisasi dan
orientasi etika (relativisme) berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi
dan sensitivitas etika Auditor, sedangkan orientasi etika (idealisme) hanya
berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika tetapi tidak berpengaruh signifikan
terhadap komitmen organisasi.
Kata kunci: Etika, Budaya Etis Organisasi, Orientasi Etika (idealism - relativisme),
Komitmen Organisasi dan Sensitivitas Etika Auditor.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ’Alamin, segala puji dan syukur hanya milik
Allah SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Budaya etis Organisasi
dan Orientasi Etika Terhadap Komitmen Organisasi dan Sensitivitas Etika

Auditor”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan
dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai masalah
dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan sematamata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan
dan pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1.

Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Yang tersayang kedua orang tua, bapak dan ibu yang memberikan masukan,
motivasi, sandaran dari setiap permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta
kasih sayangnya sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih
sayangnya serta pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu
yang didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar
nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga

bapak dan ibu kelak, amin.
3. Terima kasih kepada kakak dan adikku (Mas Yetno dan Kurniawan) atas
segala kebaikannya selama ini memberikan bantuan dan menyemangati
viii

penulis, semoga kebaikannya selama ini diberikan balasan yang berlipat,
semoga keluarganya diberikan anugerah oleh Allah SWT.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I (satu) serta sebagai dosen
pembimbing I yang memberikan banyak masukan mengenai pengembangan
judul skripsi ini serta memberikan arahan dalam penggunaan metode yang
tepat terhadap penelitian yang dilakukan, semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, kasih sayang serta perlindungan terhadap bapak dan
keluarga, amin. Terima kasih pak.
5. Ibu Rahmawati, SE., MM, selaku Kajur (Kepala Jurusan) Auntansi serta dosen
pembimbing II (dua) yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan
dari setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan skripsi. semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan,
kasih sayang serta perlindungan terhadap ibu dan keluarga, amin. Terima
kasih bu.
6.


Bapak Prof. Dr. Abdul hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7.

Ibu Yessi Fitri, SE, AK, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.

8.

Bapak Suhendra S.Ag., MM selaku Koordinator Teknis Jurusan Akuntansi.

9.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
11. Sahabat- sahabatku tersayang (Echa, Arini, Tyas, Widya, Putri, dan Wulan)

yang selalu memberikan motivasi dan telah mewarnai hari-hari penulis
selama ini.
12. Teman-temanku (Mba Muliah, Sarah, Dian Bastian, Firmanda dan Ibenk)
yang menjadi tempat bertanya dan tukar pendapat.
13. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi B dan Akuntansi Audit, yang
membantu dan memberikan semangat.
14. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Akuntansi Angkatan 2007 yang telah
memberi saran-saran yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.
ix

15. Para responden (Aparatur Inspektorat Kabupaten Bogor) yang telah bersedia
membantu peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.
16. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penulisan
skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi dunia Akuntansi dan Audit.

Jakarta, Juni 2011


Lia Nurfarida

x

xi

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Skripsi .......................................................................... i
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................ ii
Halaman Ujian Komprehensif ......................................................................... iii
Halaman Surat Pernyataan ............................................................................ iv
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... v
Abstract .............................................................................................................. vi
Abstrak............................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................. viii
Daftar Isi ............................................................................................................ xi
Daftar Tabel ...................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11
A. Teori Tentang Variabel ........................................................................... 11
1. Etika .................................................................................................. 11
2. Budaya Etis Organisasi ..................................................................... 12
3. Orientasi Etika ................................................................................... 14
4. Komitmen Organisasi ........................................................................ 16
5. Sensitivitas Etika ............................................................................... 17
B. Penelitian sebelumnya ............................................................................ 19
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 21
D. Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 23

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 27
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 27
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 27
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 28
1. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 28
2. Sumber Data ....................................................................................... 29
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 29
1. Statistik Deskriptif .............................................................................. 29
2. Uji Kualitas Data ............................................................................... 30
3. Uji Hipotesis ....................................................................................... 31
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 43
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian............................................ 43
1. Sejarah Umum Perusahaan ................................................................. 43
2. Visi dan Misi ..................................................................................... 44
3. Tujuan, Sasaran dan Kebijakan .......................................................... 44
4. Tugas pokok dan fungsi inspektorat ................................................... 45
5. Struktur Organisasi…………………………………………………. 46
6. Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 47
7. Deskriptif Responden ........................................................................ 47
B. Análisis Data ........................................................................................... 50
1. Uji Validitas ...................................................................................... 50
2. Uji Reliabilitas .................................................................................... 54
C. Pengujian Kesesuain Model (goodness of fit) ......................................... 56
D. Hasil Uji Hipotesis…………………………………………………….. 59
1. Hasil Uji sub Struktur 1…………………………………………… 59
a) Hasil uji individual sub Struktur 1………………………… 59
b) Hasil uji korelasi sub Struktur 1…………………………… 63
c) Hasil uji simultan sub struktur 1…………………………… 65

xii

d) Penerapan metode trimming……………………………….. 69
2. Hasil Uji sub Struktur 2…………………………………………… 74
a) Hasil uji individual sub Struktur 2………………………… 74
b) Hasil uji korelasi sub Struktur 2…………………………… 79
c) Hasil uji simultan sub struktur 1…………………………… 82
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................... 89
A. Kesimpulan ................................................................................................ 89
B. Implikasi .................................................................................................... 90
C. Saran .......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93
LAMPIRAN ...................................................................................................... 97

xiii

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Hal.

2.1

Klasifikasi Orientasi etika ...............................................

15

2.2

Rekapitulasi hasil penelitian terdahulu ...........................

20

3.1

Operasional Variabel Penelitian......................................

42

4.1

Distribusi Kuesioner ......................................................

47

4.2

Deskriptif responden ......................................................

48

4.3

Uji Validitas Variabel Budaya Etis Organisasi................

50

4.4

Uji Validitas Variabel Idealisme……………………….

51

4.5

Uji Validitas Variabel Relativisme…………………….

52

4.6

Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasi………….

53

4.7

Uji Validitas Variabel Sensitivitas Etika………………

54

4.8

Hasil Uji Reabilitas ........................................................

55

4.9

Hasil Uji individual struktur 1 ........................................

59

4.10

Hasil Uji korelasi sub struktur 1 .....................................

63

4.11

Uji simultan sub struktur 1 ..............................................

65

4.12

Hasil Uji determinasi sub struktur 1 ...............................

66

4.13

Hasil Ujuindividual struktur 1- Trimming........................

72

4.14

Hasil Uji korelasi sub struktur 1- Trimming ...................

71

4.15

Uji simultan sub struktur 1- rimming..............................

71

4.16

Hasil Uji determinasi-Trimming .....................................

72

4.17

Hasil Uji individual struktur 2 ........................................

74

4.18

Hasil Uji korelasi sub struktur 2 .....................................

80

4.19

Uji simultan sub struktur 2 ..............................................

82

4.20

Hasil Uji determinasi sub struktur 2 ...............................

83

4.21

Rekapitulasi hasil olah data struktur 2............................

88

xiv

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

Hal.

2.1

Kerangka pemikiran ........................................................

22

3.1

Hubungan Struktur I Variabel X1 dan X2 terhadap Y.....

34

3.2

Hubungan Struktur II Variabel X1, X2, dan Y terhadap Z

35

4.1

Struktur Organisasi .........................................................

46

4.2

Hubungan Kausal Sub Struktur 1 Variabel X1, X2 , dan X3
terhadap Y.........................................................................

68

4.3

Diagram jalur Sub Struktur 1 Trimming ........................

70

4.4

Hubungan Kausal Sub Struktur 1- Trimming...................

73

4.5

Hubungan Kausal Sub Struktur 2 Variabel X1, X2 dan Y
terhadap Z ......................................................................

xv

86

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Keterangan

Hal.

1

Kuesioner Penelitian .......................................................

97

2

Daftar Jawaban Responden ............................................

104

3

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ..................................

108

4

Hasil Uji Hipotesis .........................................................

117

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia kini menjadi semakin
pesat ini sejalan dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah (Mardiasmo,
2002:24). Undang-undang tersebut kemudian direvisi dengan UU No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Bastian,
2006:334).
Misi utama kedua Undang-Undang tersebut adalah dilaksanakannya
desentralisasi. Desentralisasi merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah yang lebih rendah. Ada beberapa asas penting dalam
Undang-Undang Otonomi Daerah yang perlu dipahami.

Pertama, asas

desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada Daerah Otonom dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kedua, asas desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah. Ketiga,
tugas pemberian bantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan
1

desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabbkannya kepada yang
menugaskan.

Keempat, perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara
Kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antar pemerintah pusat dan
daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, serta kebutuhan daerah
sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara
penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan
pengelolaan (Bastian, 2006:338).
Undang-Undang otonomi daerah ini memberikan implikasi terhadap
akuntansi sektor publik, dalam pelaksanaan otonomi daerah pemerintah daerah
dituntut untuk mampu memberikan informasi keuangan terhadap publik, DPRD,
dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah (Mardiasmo,
2002:26). Oleh karena itu pemerintah daerah diharapkan memiliki sistem
akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang memadai dan
melakukan

perbaikan

mekanisme

audit

terhadap

instansi

pemerintah.

Pengembangan terhadap sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan suatu
tantangan karena lingkungan sektor publik yang sangat kompleks sehingga
membutuhkan kompetensi tersendiri untuk mendesain sistem akuntansi yang akan
diterapkan (Mardiasmo, 2002:26).

2

Bukan merupakan rahasia lagi bahwa sektor publik di Indonesia sering
mendapat penilaian negatif dari beberapa pihak, sektor publik dianggap sebagai
sarang inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana dan institusi yang selalu
merugi (Mardiasmo, 2002:26). Di Indonesia telah terjadi banyak kasus yang
menjerat aparatur pemerintahan daerah, salah satunya adalah kasus yang menjerat
Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota Bekasi Tjandra Utama Effendi, Ia
dijatuhi hukuman penjara tiga tahun. Ia terbukti melakukan suap pada auditor
BPK Jabar agar memberikan pendapat dengan penilaian Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) pada laporan hasil pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Kota Bekasi tahun 2009 (Muhammad, 2010). Dalam kasus
yang sama, dua PNS Kota Bekasi yakni Kepala Inspektorat Kota Bekasi Herry
Luk-mantohari mendapat hukuman 2,5 tahun penjara. Sedangkan Herry Supar-jan
yang menjabat sebagai kepala bidang aset dan akuntansi dinas pendapatan dan
pengelolaan keuangan dan aset daerah Bekasi divonis dua tahun (Yudhistira,
2010). Berbagai kasus pelanggaran terhadap etika yang dilakukan oleh Aparatur
Pemda tidak terlepas dari lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh berbagai
pihak yang berwenang.
Inspektorat sebagai pihak yang diharapkan dapat menjadi ujung tombak
untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan
di daerah. Namun, sampai sekarang ini peran Inspektorat belum terlihat, peran
Inspektorat ini menjadi sangat penting karena kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi menempatkan kabupaten dan kota sebagai pelaksana terdepan

3

pembangunan (Falah, 2006:2). Peran Inspektorat belum terlihat terlebih lagi
dalam kasus korupsi yang terjadi di Pemkot Bekasi pada tahun 2010 turut
menyeret pula kepala Inspektorat kota Bekasi. Hal ini tentu saja menjadi catatan
buruk kinerja Inspektorat Pemda terutama Pemda Bekasi.
Sebagai salah satu fungsi vital dalam pemerintahan daerah, Inspektorat
mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum Pemda dan
tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya Inspektorat
sama dengan internal auditor (Falah, 2006:2).

Karena kesamaan peran

Inspektorat dengan Profesi auditor internal maka diharapkan Inspektorat juga
memiliki etika yang dijalankan secara konsekuen dan konsisten sesuai dengan
standar dan kode etik profesi auditor internal.
Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal Pemda adalah kesediaan
menerima tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak
yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif, auditor
perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan memiliki standar praktik
pelaksanaan pekerjaan yang handal (SPAI, 2004:6). Agar dapat mealakukan
pekerjaanya sesuai dengan kode etik profesi, seorang auditor internal pemda
(Aparatur Inspektorat) perlu memiliki sensitivitas etika, hal ini diharapkan dapat
mempermudah auditor dalam pengambilan keputusan ketika berada pada situasi
dilema etika. Untuk dapat melatih sensitivitasnya dalam hal pertimbangan etika,
aparatur Inspektorat harus dapat mengakui ada masalah etika dalam pekerjaannya,

4

dan sensitivitas tersebut merupakan tahap awal dalam proses pengambilan
keputusan etika (Aziza dan Salim, 2008:2).
Dalam melaksanakan pekerjaannya seorang auditor internal kadang
menghadapi permasalahan dalam budaya kerja, permasalahan tersebut adalah
terabaikannya nilai-nilai etika dan budaya kerja dalam perusahaan sehingga
melemahkan disiplin, etos kerja dan produktivitas kerja (Tamin, 2004). Maka
penting bagi aparatur Inspektorat untuk peka terhadap masalah etika. Penelitian
ini menguji faktor lingkungan dan personal yang mempengaruhi sensitivitas
aparatur Inspektorat terhadap situasi yang mempunyai nilai moralitas.
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah budaya etis organisasi yang
berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai moral (Falah, 2006:5). Budaya
etis organisasi akan mempengaruhi orientasi etika aparatur Inspektorat dalam
melaksanakan tugasnya dan juga akan berpengaruh pada sensitivitas etika.
Menurut Forsyth Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu
idealisme dan relativisme (Douglas et al, 2001:102). Selanjutnya faktor personal
yang dimaksud adalah komitmen organisasional seorang aparatur Inspektorat.
Seorang aparatur Inspektorat yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi
diharapkan mempunyai sensitivitas yang tinggi pula.
Terkait dengan penelitian ini, Volker menemukan bahwa para profesional
cenderung mengabaikan masalah etika ketika mereka terfokus pada masalah etika
dalam Aziza dan Salim (2008:2). Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali

5

fenomena yang sama dari penelitian tersebut dalam profesi auditor internal
pemerintah daerah (Aparatur Inspektorat) di Inspektorat Kabupaten Bogor, dan
model dikembangkan untuk menjelaskan faktor personal dan lingkungan, yang
mempengaruhi sensitivitas Aparatur Inspektorat Kabupaten Bogor pada situsasi
etika.
Westra menyatakan bahwa masalah etika merupakan masalah yang selalu
di hadapi dalam profesi akuntan karena akuntan memiliki dua tuan yang harus di
layani, yaitu klien dan masyarakat atau publik (Westra, 1986:120). Selain harus
patuh pada pimpinan tempat bekerja, juga harus menghadapi tuntutan dari
masyarakat untuk memberikan laporan yang jujur.

Meskipun demikian,

kemampuan untuk membuat pertimbangan etis dan bertindak secara etis
merupakan syarat bagi auditor untuk mengenali suatu isu etis (Shaub, 1993).
Hunt dan Vitell

menyebutkan kemampuan seorang profesional untuk

dapat mengerti dan sensitif akan adanya masalah-masalah etika dalam profesinya
dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau masyarakat di mana profesi itu berada,
lingkungan profesi, lingkungan organisasi dan pengalaman pribadi (Hunt dan
Vitell, 1986:10). Shaub et al., Khomsiyah dan Indriyantoro mengembangkan
persepsi komponen etika pada penelitan Hunt dan Vitell dimana faktor-faktor
yang mempengaruhi sensitivitas etika adalah lingkungan budaya dan pengalaman
pribadi yang membentuk orientasi etika, lingkungan organisasi yang membentuk
komitmen pada organisasi dan lingkungan profesi merupakan pembentuk
komitmen pada profesinya (Falah, 2006:4).
6

Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh komitmen organisasi
dan sensitivitas etika mendapatkan hasil yang berbeda. Dalam Aziza dan Salim
disebutkan beberapa penelitian terdahulu, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sorensen dan Sorensen, hasil penelitiannya menyatakan bahwa
karyawan dengan tingkat komitmen organisasi yang tinggi akan kurang sensitiv
untuk situasi dimana tujuan organisasi berbeda dengan profesinya. Sebaliknya,
dalam pnelitian Aranya dan Feris memberikan bukti pengaruh positif antara
kedua varaibel tersebut yaitu tidak adanya konflik antara tujuan organisasi dan
profesional dimana terdapat kesesuaian antara tujuan perusahaan dan profesi
akuntan dalam Aziza dan Salim (2008:11).
Penelitian ini merupakan rujukan pada penelitian yang telah dilakukan
oleh Aziza dan Salim dengan judul: pengaruh orientasi etika pada komitmen dan
sensitivitas etika auditor, yang menguji pengaruh sensitivitas etika auditor
(didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika pada situasi
profesional auditor) dari: (1) orientasi etika personal dibentuk oleh lingkungan
budaya dan pengalaman personal, (2) komitmen organisasi, dan (3) komitmen
profesional. Juga menguji pengaruh orientasi etika dan komitmen profesional
pada komitmen organisasiona. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
Orientasi

etika

auditor

berpengaruh

pada

komitmen

(profesional

dan

organisasional) dan terdapat pengaruh antara orientasi etika dengan sensitivitas
etika. Auditor relativisme cenderung mengabaikan masalah etika dan idealisme

7

mampu mengakuii masalah etika serta setia pada profesi dan KAPnya. Adapun
yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut antara lain:
1. Perbedaan Objek Penelitian.
Pada penelitian ini objek yang akan digunakan adalah aparatur
Inspektorat Kabupaten Bogor. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, objek
penelitian yang digunakan adalah auditor yang bekerja di KAP di Bengkulu
dan Sumatra Selatan.
2. Perbedaan Variabel Penelitian.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya
etis organisasi, orientasi etika, komitmen organisasi dan sensitivitas etika.
Dengan menambahkan variabel budaya etis organisasi peneliti mengharapkan
akan dapat diketahui seberapa besar peran budaya etis organisasi dalam
meningkatkan sensitivitas etika auditor internal Pemda.
Kelebihan penelitian ini adalah bukan hanya melihat pengaruh secara
langsung dari budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap sensitivitas etika
aparatur Inspektorat namun juga melihat pengaruh tidak langsungnya melalui
komitmen organisasi terhadap sensitivitas etika auditor.
Bertitik tolak pada latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dan karya tulis yang berjudul: ”Pengaruh Budaya Etis Organisasi
dan Orientasi Etika Terhadap Komitmen Organisasi dan Sensitivitas Etika
Auditor”. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai

8

pihak. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
penelitian selanjutnya.

B. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang dan motivasi yang telah dipaparkan
sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut:
1. Apakah budaya etis organisasi dan orientasi etika berpengaruh signifikan
terhadap komitmen organisasi?
2. Apakah budaya
berpengaruh

etis organisasi, orientasi etika dan komitmen organisasi

signifikan

terhadap

tingkat

sensitivitas

etika

aparatur

Inspektorat?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis tingkat signifikansi pengaruh budaya etis organisasi
dan orientasi etika terhadap komitmen organisasi.
b. Untuk menganalis tingkat signifikansi pengaruh budaya etis organisasi,
orientasi etika dan komitmen organisasi terhadap tingkat sensitivitas etika
aparatur Inspektorat.
9

2. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka manfaat penelitian
ini adalah:
a. Bagi Audit Internal Pemerintah Daerah (Aparatur Inspektorat)
Agar audit internal dapat lebih memahami mengenai masalah
etika dalam profesinya dan agar mereka dapat lebih sensitif ketika
mereka berada pada masalah dilema etika.
b. Bagi Peneliti
Untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang yang
sangat berarti terutama tentang pengaruh dari budaya etis organisasi
dan orientasi etika terhadap komitmen organisasi dan sensitivitas etika
aparatur Inspektorat.

10

BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Teori Tentang Variabel
1. Etika
Etika, dalam bahasa latin "ethica", berarti falsafah moral. Etika
merupaka pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang
budaya, susila serta agama. Istilah etika jika dilihat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, memiliki tiga arti, yang salah satunya adalah nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari
penjelasan mengenai definisi etika di atas dapat disimpulkan bahwa etika
merupakan seperangkat aturan/norma/pedoman yang mengatur perilaku
manusia, baik prilaku yang baik maupun buruk yang dianut oleh
sekelompok/segolongan manusia/masyarakat/profesi.
Dalam kode etik profesi akuntan diatur berbagai masalah, baik masalah
prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis
pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga
pihak melakukan komunikasi atau interaksi (Falah, 2006:10). Dinyatakan
dalam kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus
menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas,
seperti bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak

11

secara objektif (objectivity) dan menjaga

independensinya terhadap

kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan
profesi (due care) (Syarifuddin, 2005:6).

2. Budaya Etis Organisasi
Budaya organisasi adalah sistem makna dan keyakinan bersama yang
dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan sebagian besar cara
mereka bertindak, budaya tersebut mewakili persepsi bersama yang dianut
oleh para anggota organisasi tersebut (Robbins, 2003:58). Budaya organisasi
pada intinya merupakan sebuah sistem dari nilai-nilai yang bersifat umum.
Adapun nilai-nilai personal mulai dikembangkan pada saat awal kehidupan,
seperti halnya kepercayaan pada umumnya, tersusun dalam sistem hirarki
dengan sifat-sifat yang dapat dijelaskan dan diukur, serta konsekuensikonsekuensi perilaku yang dapat diamati (Douglas et al, 2001:103).
Sistem nilai umum yang dijelaskan oleh Ouchi adalah Organisasi ini
harus bergantung pada clan control atau operasi dari nilai umum yang kuat
untuk mengendalikan sifat oportunis dan ketidakefisienan yang disebabkan
oleh ketidaksesuaian antara tujuan individu dan organisasi, ini adalah bagian
dari keseluruhan budaya organisasi (Douglas et al, 2001:103). Nilai-nilai
tersebut merupakan inti dari budaya organisasi yang tercermin dalam praktek
organisasi.

12

Robbins menyatakan bahwa proses penciptaan budaya organisasi terjadi
dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya memperkerjakan dan
mempertahankan karyawan yang memiliki pola pikir sama dan sependapat
dengan cara-cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka mengindoktrinasikan
dan mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara berpikir dan cara
berperasaan mereka. Bila organisasi berhasil, maka visi pendiri menjadi
terlihat sebagai penentu utama keberhasilan. Pada titik ini, keseluruhan
kepribadian pendiri menjadi tertanam ke dalam budaya organisasi (Robbins,
2003:315).
Robbins membedakan budaya yang kuat dan budaya yang lemah.
Budaya yang kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku
karyawan dan lebih langsung terkait dengan pengutangan turn-over karyawan.
Dalam budaya yang kuat, nilai inti organisasi dipegang secara mendalam dan
dianut bersama secara meluas (Robbins, 2003:309). Makin banyak anggota
yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilainilai tersebut, maka makin kuat budaya tersebut. Budaya yang kuat juga
memperlihatkan kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota mengenai apa
yang dipertahankan oleh organisasi. Kebulatan maksud tersebut selanjutnya
membina keakraban, kesetiaan, dan komitmen organisasi

(Robbins,

2003:309).

13

3. Orientasi Etika
Menurut Forsyth (1980)

yang juga didukung oleh penelitian-

penelitian sebelumnya dalam bidang psikologi membuktikan bahwa orientasi
etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme.
ldealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan
konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai
moral, Sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilainilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis dalam Falah
(2006:18). Sikap idealis juga diartikan sebagai sikap tidak memihak dan
terhindar dari berbagai kepentingan. Seorang akuntan yang tidak bersikap
idealis hanya mementingkan dirinya sendiri agar mendapat fee yang tinggi
dengan meninggalkan sikap independensi. Di sisi lain, sikap relativisme
secara implisit menolak moral absolut pada perilakunya. Kedua konsep
tersebut bukan merupakan dua hal yang berlawanan tetapi lebih merupakan
skala yang terpisah, yang dapat dikategorikan menjadi empat klasifikasi sikap
orientasi etika : (1) Situasionisme, (2) Absolutisme, (3) Subyektif dan (4)
Eksepsionis. Penjelasan mengenai empat klasifikasi sikap dalam orientasi
tersebut dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

14

Tabel 2.1
Klasifikasi Orientasi Etika
Relativisme Tinggi
Idealisme Tinggi

Situasionis
Menolak aturan moral,
membela analisis

Relativisme Rendah
Absolutisme
Mengasumsikan bahwa
hasil yang terbaik hanya

individual atas setiap

dicapai dengan mengikuti

tindakan dalam setiap

aturan moral secara

situasi

universal

Idealisme Rendah

Subyektif

Eksepsionis

Penghargaan lebih

Moral secara mutlak

didasarkan pada nilai

digunakan sebagai

personal dibandingkan

pedoman pengambilan

prinsip moral secara

keputusan namun secara

universal

pragmatis terbuka untuk
melakukan pengecualian
terhadap standar yang
berlaku.

Sumber: Forsyth (1980)
Penelitian Hunt dan Vitell yang dilakukan pada manajemen pemasaran
mendukung adanya hubungan orientasi etika dengan faktor eksternal seperti
lingkungan budaya, lingkungan industri atau perusahaan, lingkungan
organisasi dan pengalaman pribadi yang merupakan faktor internal individu
tersebut (Falah, 2006:19).

15

4. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana
seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam oganisasi itu
(Wijayanti, 2008:2).

Menurut Aranya dan Feris komitmen organisasi dapat

didefinisikan sebagai: (1) sebuah kepercayaan dan dukungan terhadap tujuan
dan nilai organisasi, (2) sebuah keinginan untuk menggunakan usaha yang
sungguh-sungguh guna kepentingan organisasi, (3) keinginan untuk
memelihara keanggotaan dalam organisasi.
Selanjutnya dalam penelitian ini, komitmen organisasi terdiri dari tiga
indikator sejalan dengan penelitian Meyer et al (1990:1-18). Penelitian
tersebut mengembagkan konsep multitidimensi komitmen organisasi yang
membagi komitmen kedalam dimensi-dimensi sebagai berikut:
a. Komitmen Afektif (Affective Commitment).
Komitmen Afektif merupakan dimensi dari komitmen organisasi yang
lebih menekankan pada emosional individu. Pada dimensi komitmen
organisasi ini, anggota organisasi lebih tertarik masuk organisasi/perusahaan
disebabkan oleh dorongan afektifnya daripada kognitifnya.

b. Komitmen Kontinuan (Continuance Commitment).
Merupakan biaya yang dirasakan yaitu berkaitan dengan biaya-biaya
yang terjadi jika meninggalkan organisasi.

16

c. Komitmen Normatif (Normative Commitment).
Komponen normatif dari komitmen ditekankan pada perasaan loyaliti
terhadap organisasi tertentu yang terbentuk dari pendalaman tekanan-tekanan
normatif yang mendesak dari seseorang. Menurut Setiawan dan Ghozali hal
yang umum bagi ketiga dimensi tersebut adalah:

Pandangan bahwa komitmen merupakan kondisi psikologis yang mencirikan
hubungan antara pegawai dengan organisasi dan memiliki implikasi pada
keputusan untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi. Namun sifat dari
kondisi psikologis untuk setiap bentuk komitmen sangat berbeda. Seorang
pegawai dengan komitmen afektif yang kuat akan tetap berada dalam
organisasi karena pegawai tersebut menginginkannya, pegawai dengan
komitmen kontinuan yang kuat akan tetap berada dalam organisasi karena
membutuhkan organisasi tersebut, dan pegawai dengan komitmen normatif
yang kuat tetap berada dalam organisasi karena mereka harus melakukannnya
(Setiawan dan Ghozali, 2006:194).
5. Sensitivitas Etika Auditor
Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu
organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang
sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance (SPAI, 2004:5).
Dalam SPAI juga disebutkan bahwa:
Sebagai sebuah Profesi Auditor Internal, ciri utama auditor internal adalah
kesediaan menerima tanggungjawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang
dilayani. Agar dapat mengemban tanggungjawab ini secara efektif, auditor
internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi. Oleh karenanya,
Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal dengan ini menetapkan Kode
Etik bagi para auditor internal. Kode Etik ini memuat standar perilaku sebagai
17

pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk
prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal. Para auditor
internal wajib menjalankan tanggungjawab profesinya dengan bijaksana,
penuh martabat, dan kehormatan. Dalam menerapkan Kode Etik ini auditor
internal harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelanggaran terhadap standar perilaku yang ditetapkan dalam Kode Etik ini
dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dari organisasi
profesinya (SPAI, 2004:6).
Kemampuan seorang profesional untuk

berperilaku etis sangat

dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut. Sensitivitas etika dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika dari
sebuah keputusan (Aziza dna Salim, 2008:3). Faktor yang penting dalam
menilai perilaku etis adalah adanya kesadaran para individu bahwa mereka
adalah agen moral atau pihak yang harus melakukan tindakan sesuai dengan
ketentuan moral yang berlaku universal.
Rest (1983) dalam Falah (2006:19) mengajukan model atau rerangka
analisis empat komponenkerangka kerja untuk meneliti pengembangan proses
berpikir moral individual dan perilaku individu dalam mengambil keputusan
dimana tiap komponen tersebut mempengaruhi perilaku moral dan kegagalan
pada komponen dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis. Komponen
tersebut dicirikan sebagai berikut:
a. Pengenalan individu akan keberadaan masalah etis dan pengevaluasian
pengaruh pilihan perilaku potensial pada kesejahteraan pihak yang
terimbas.
b. Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi.

18

c. Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai hasil
yang dinilai dan implikasi moralnya.
d. Pelaksanaan perilaku yang dimaksud tersebut.

Hunt dan Vitell mengembangkan sebuah model untuk menjelaskan
proses pengambilan keputusan etika, dimana langkah awal individual
menerima masalah etika, sampai pada pertimbangan etika (ethical judgment),
berkembang pada niat, dan akhirnya terbawa pada perilaku. Faktor-faktor
dimana Hunt dan Vitell memprediksi pengaruh kemampuan seseorang untuk
mempersiapkan masalah etika meliputi lingkungan budaya, lingkungan
industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman personal (Hunt dan Vitell,
1986:8).
Teori dalam penelitian ini untuk menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi sensitivitas etika akuntan berdasarkan teori Hunt dan Vitell.
Secara khusus, pengalaman personal, lingkungan budaya, dan lingkungan
organisasional (perusahaan) dihipotesiskan untuk mempengaruhi kemampuan
mereka dalam mengenal situasi yang memuat etika.

B. Penelitian Sebelumnya
Berikut ini

dalam tabel 2.2 dijelaskan mengenai rangkuman penelitian-

penelitian terdahulu yang mendasari peneliti dalam melakukan penelitian ini:

19

Table 2.2
Rekapitulasi Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No

Peneliti

Variable

1.

Aziza dan
Salim (2008)

2.

Falah (2006)

Orientasi etika,
Komitmen dan
sensitivitas etika
Budaya etis
organisasi,
Orientasi etika
dan sensitivitas
etika

3.

Hunt et al
(1989)

4.

5.

Nilai etika
perusahaan dan
komitmen
organisasi
Renyowijoyo Budaya
(2003)
Organisasi,
Komitmen
organisasi,
Kepuasan kerja,
dan
Prestasi kerja
Patricia
etika, penilaian
Casey
etika,
etika
Douglas
orientasi,
Ronald A.
intensitas moral,
Davidson
etika organisasi
Bill N. Sch
budaya,
nilai(2001)
nilai pribadi

Alat
Analisis
Path
Analysis
Path
Analysis

ANOVA

Path
Analysis

Temuan
Orientasi etika auditor
berpengaruh pada
komitmen
Budaya etis organisasi
berpengaruh positif
terhadap idealisme,
relativisme berpengaruh
negatif terhadap
sensitivitas etika.
Nilai etis perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap komitmen
organisasi
Budaya organisasi
berpengaruh positif
terhadap komitmen
organisasi, kepuasan
kerja dan prestasi kerja
karyawan.

ANCOVA Orientasi etika
dan analisis berhubungan dengan
jalur
keputusan etika dalam
intensitas situasi moral,
etika organisasi secara
tidak langsung
berpengaruh terhadap
keputusan etika
6.
Wijayanti
Komitmen,
Regresi
Komitmen organisasional
(2008)
kepuasan kerja Berganda
dan Profesional tidak
dan Motivasi
memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap
kepuasan kerja auditor
internal,
Sumber: Dikembangkan untuk skripsi ini

20

C. Kerangka Pemikiran
Sebagaimana

dijelaskan

sebelumnya,

bahwa

kemampuan

seorang

Profesional untuk dapat mengerti dan sensitif akan adanya masalah-masalah etika
dalam profesinya dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor lingkungan

budaya, lingkungan profesi, lingkungan organisasi dan pengalaman pribadi.
Faktor lingkungan budaya dan pengalaman pribadi adalah yang membentuk
orientasi etika, sedangkan lingkungan organisasi adalah yang membentuk
komitmen organisasional. Orientasi etika dikendalika oleh dua karakteristik yaitu
idealisme dan relativisme, Orientasi etika seorang auditor internal mempengaruhi
tingkat

komitmen

organisasional

auditor

internal

tersebut.

Komitmen

organisaional seorang auditor internal juga dipengaruhi oleh budaya etis
organisasi. Budaya etis organisasi akan mempengaruhi orientasi etika auditor
internal ketika sedang melaksanakan pekerjaanya dan pada akhirnya akan
mempengaruhi sensitivitas etika auditor internal ketika mereka berada pada
situasi yang berkaitan dengan masalah etika.
Berdasarkan beberapa telaah teoritis yang diuraikan dalam penelitianpenelitian terdahulu, maka diajukan bentuk modal penelitian seperti gambar 2.1
yang merupakan kerangka konseptual dan sekaligus sebagai alur pikir perumusan
hipotesis.

21

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bogor

Auditor Internal
Pemerintah Daerah

Budaya Etis
Organisasi (X1)

Idealisme
(X2)

Relativisme
(X3)

Komitmen
Organisasi (Y)

Sensitivitas Etika
(Z)
Analisis Jalur
Trimming

Uji t

Uji F

Interpretasi

22

D. Pengembangan Hipotesis
Hunt dan Vitell memprediksi pengaruh kemampuan seseorang untuk
mempersiapkan masalah etika meliputi lingkungan budaya, lingkungan industri,
pengalaman personal, dan lingkungan organisasional (perusahaan). Faktor
lingkungan budaya dan pengalaman pribadi adalah membentuk orientasi etika,
lingkungan organisasi adalah yang membentuk komitmen organisasional.
Berdasarkan teori Hunt dan Vitell diketahui bahwa komitmen organisasi
dibentuk oleh lingkungan organisasional. Penelitian Hunt et al membuktikan
bahwa budaya etis organisasi (perusahaan) berpengaruh signifikan terhadap
komitmen organisasi (Hunt et al, 1989:79-90). Selain budaya etis organisasi
komitmen organisasi juga dipengaruhi oleh orientasi etika, penelitian Shaub et al
membuktikan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen organisasi
(Falah, 2006:22). Oleh sebab itu peneliti membuat hipotesis yang pertama untuk
melihat pengaruh secara simultan antara budaya etis organisasi dan orientasi etika
terhadap komitmen organisasi.
Ha1 = Budaya etis organisasi dan orientasi etika berpengaruh secara
signifikan dan simultan terhadap komitmen organisasional.
Selanjutnya hipotesis kedua, ketiga dan keempat dibuat untuk melihat
pengaruh secara parsial antara budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap
komitmen organisasi.
Ha2 = Budaya etis organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
komitmen organisasi.

23

Ha3 =

Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh secara

signifikan terhadap komitmen organisasi.
Ha4 = Relativisme dari orientasi etika auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap komitmen organisasi.
Sebagaimana teori dan penelitian yang diungkapkan peneliti untuk
mendukung dibuatnya hipotesis di atas, diketahui bahwa budaya etis organisasi
dan orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Seperti telah
dikemukakan sebelumnya dalam teori Hunt dan Vitel bahwa faktor- faktor yang
dapat membuat seorang profesional dapat lebih sensitif terhadap masalah-masalah
etika adalah lingkungan budaya dan pengalaman yang membentuk orientasi etika
dan

lingkungan

organisasional

yang

membentuk

komitmen

organisasi.

Berdasarkan teori tersebut peneliti membuat hipotesis yang kelima untuk melihat
pengaruh secara simultan antara budaya etis

organisasi, orientasi etika dan

komitmen organisasi terhadap tingkat sensitivitas etika auditor internal, yaitu:
Ha5= Budaya etis organisasi, orientasi etika dan komitmen organisasi
berpengaruh secara signifikan dan simultan terhadap tingkat
sensitivitas etika auditor internal.
Teori Hunt dan Vitell menyebutkan kemampuan seorang profesional untuk
dapat mengerti dan sensitif akan adanya masalah-masalah etika dalam profesinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor lingkungan budaya
atau masyarakat di mana profesi itu berada. Sejalan dengan hal itu penelitian
Douglas et al

juga membuktika bahwa budaya etis organisasi berpengaruh

24

terhadap penilaian etis (Douglas et al, 2001:111). Berdasarkan teori tersebut
peneliti membuat hipotesis yang keenam untuk melihat pengaruh secara parsial
antara budaya etis organisasi terhadap tingkat sensitivitas etika auditor internal,
yaitu:
Ha6 = Budaya etis organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat sensitivitas etika auditor.
Dua hipotesis selanjutnya didesain untuk menguji pengaruh antara idealisme
dan relativisme dari orientasi etika auditor. Beberapa penelitian sebelumnya
menunjukan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap sensitivitas etika,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Shaub, et.al dan Khomsiyah
dan Indryantoro Seorang auditor yang absolutis (relativisme rendah, idealisme
tinggi) akan taat pada standar moral dan akan menunjukkan tingkat sensitivitas
etika yang tinggi sedangkan relativisme rendah lebih sensitif terhadap situasi yang
melanggar norma atau peraturan (Aziza dan Salim, 2008:9). Oleh karena itu,
hipotesis ketujuh dan ke delapan memprediksi pengaruh secara parsial antara
variabel orientasi etika terhadap tingkat sensitivitas etika auditor internal.
Ha7 = Idealisme dari orientasi etika auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat sensitivitas etika

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengalaman,Komitmen Profesional,Etika Organisasi Dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor

1 6 90

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS INTERNAL AUDITOR.

0 2 12

PENDAHULUAN PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS INTERNAL AUDITOR.

0 3 8

KOMITMEN PROFESIONAL, NILAI ETIKA ORGANISASI, PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS INTERNAL AUDITOR.

0 5 22

PENUTUP PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS INTERNAL AUDITOR.

0 3 4

PENGARUH PENGALAMAN, KOMITMEN PROFESSIONAL, KOMITMEN ORGANISASI, DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP SENSIVITAS ETIKA AUDITOR.

0 3 35

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

0 1 17

PENGARUH ORIENTASI ETIKA DAN KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR Pengaruh Orientasi Etika Dan Komitmen Profesional Terhadap Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris Pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Surakarta).

2 7 14

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPRITUAL, ORIENTASI ETIKA DAN NILAI ETIKA ORGANISASI TERHADAP PERILAKU ETIS AKUNTAN.

0 0 6

AMKP11. PENGARUH BUDAYA ETIS ORGANISASI DAN ORIENTASI ETIKA TERHADAP SENSITIVITAS ETIKA

0 0 24