31
Berbeda halnya dengan US yang menggunakan strategi agresif dalam menyelesaikan krisis organisasi.
Isu yang diangkat dalam kasus ini adalah isu kesehatan pangan dari dua negara yang berbeda. Media massa melakukan
bingkai yang berbeda terhadap dua kasus tersebut. Hasil dari penelitian itu berbeda antara frame yang dilakukan oleh media satu
dengan media lain. Dalam penelitian insiden kecelakaan pesawat SSJ-100,
peneliti ingin melihat agenda media dalam bingkai media massa nasional. Keunikannya adalah pihak yang mengalami krisis
merupakan pihak internasional, yaitu Sukhoi yang berasal dari Rusia. Dalam kasus ini peneliti meneliti satu kasus yang sama
dalam dua media massa nasional yang berbeda.
4. Kerangka Konsep
Krisis dapat dialami oleh organisasi karena berbagai macam sebab, baik penyebab yang disengaja intentional crisis ataupun yang tidak
disengaja unintentional crisis.Ketika mengalami krisis, organisasi akan masuk kedalam crisis life cycle. Ada lima tahapan dalam siklus krisis
organisasi, yaitu prodromal or signal detection, preparation or probing, acute or containment, chronic or learning, dan resolution or recovery.
Pada situasi kecelakaan di Indonesia, Sukhoi Civil Aircraft dengan produknya pesawat SSJ-100 komersial mengalami situasi krisis. Hal itu
32
ditandai dengan intensitas permasalahan yang meningkat, yaitu desakan kerabat korban untuk mencari tahu kepastian status penumpang,
penanganan evakuasi, pencarian kotak hitam. Selain itu, media massa juga turut mengulas dugaan penyebab jatuhnya Sukhoi dengan mewawancari
narasumber yang berkapasitas dalam bidang penerbangan.Terlebih, organisasi terintervensi oleh pemerintah, baik pemerintah Indonesia
ataupun Rusia ketika melakukan penanganan kecelakaan. Dalam kondisi demikian, organisasi memerlukan saluran
komunikasi krisis demi menetralkan keadaan sehingga kegiatan organisasi kembali normal. Salah satu bentuk komunikasi krisis yang dilakukan oleh
organisasi adalah klarifikasi melalui berita dalam media massa. Klarifikasi informasi bertujuan untuk mengurangi ambiguitas terhadap isu yang dapat
memperparah krisis.Pemberitaan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh media massa ketika organisasi mengalami situasi
krisis. Dengan kata lain, media menjadi salah satu bentuk komunikasi krisis organisasi.
Media massa memiliki karakteristik dalam mengulas situasi krisis sesuai dengan crisis life cycle yang dialami oleh perusahaan. Pada tahapan
awal prodromal or signal detection, media massa tidak melakukan pengulasan secara mendalam. Media massa akan mulai melakukan
pengulasan secara mendalam pada tahap preparation or probing hingga acute or containment. Pada tahapan chronic or learning hingga resolution
or recoverymedia sudah tidak mengulas terlalu dalam. Jika kasus yang
33
dialami oleh organisasi tidak mencapai titik temu, maka kasus tersebut akan menjadi kasus laten. Kasus itu akan diulas dalam media massa jika
ada isu pemicu di kemudian hari. Meskipun media massa berperan dalam komunikasi krisis
organisasi, nyatanya media massa bukanlah saluran yang netral dalam melakukan suatu pemberitaan. Setiap media massa memiliki berbagai
macam kepentingan yang akan memengaruhi agenda media. Agenda media tersebut akan terlihat dari perbedaan antara media satu dengan yang
lain melalui berita yang dihasilkan. Begitu pula peneliti akan melihat agenda media yang dimiliki oleh
dua media massa nasional, yaitu Koran Tempo dan Kompas dalam memberitakan krisis yang dialami Sukhoi Civil Aircraft dalam tur
penerbangan Welcome Asia di Indonesia. Kedua surat kabar ini merupakan surat kabar nasional di Indonesia yang memegang prinsip independen. Di
sisi lain, kedua media ini juga memiliki kepedulian terhadap peristiwa Sukhoi. Hal itu terlihat dari kedalaman ulasan pemberitaan yang
dilakukan. Perbedaannya adalah Koran Tempo mengedepankan liputan investigasi, sedangkan Kompas tidak. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
melihat cara kedua media tersebut dalam memberitakan komunikasi krisis yang dialami oleh Sukhoi Civil Aircraft. Berikut ini adalah kerangka
konsep dalam penelitian ini.
Sumber : Olaha
Media m perbedaan nilai
melihat media da
5. Metodologi Pene