Konstruksi Realitas dalam Agenda Media Massa

24 status krisis menjadi status latent dalam media massa karena dapat memicu krisis yang baru. It is in the organisation’s interests that trigger themes not be allowed to move to the latent stage, as the potential for a new cycle of damage to the organisation remains. Howell Miller, 2006 :6

5. Konstruksi Realitas dalam Agenda Media Massa

Dalam pandangan konstruktionis, media massa dilihat sebagai subyek yang mengonstruksi realitas. Di dalam konstruksi realitas, media menyampaian pandangan, bias dan pemihakannya. Media massa membentuk realitas melalui pemberitaannya karena memiliki kewenangan untuk mengambil realitas mana yang diambil dan tidak diambil dalam pembuatan berita. Dalam pandangan konstruksionis, berita menggambarkan potret pertarungan antara satu pihak dengan pihak lain yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Hal itu menyebabkan perbedaan dalam pemberitaan yang dihasilkan oleh media satu dengan yang lain. “Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada cara melihat yang berbeda” Eriyanto, 2002 :29. Disisi lain, pemberitaan media juga dapat menimbulkan bias. Kadangkala opini media lebih besar dari fakta yang terjadi Nova, 2010 : 170 Teori penyusunan agenda menyatakan bahwa media memiliki agenda-agenda yang akan diberikan melalui pemberitaannya. Tujuan dari penyusunan agenda adalah menyeleksi informasi yang akan dijadikan sebagai berita. Media 25 massa merupakan penjaga gerbang informasi, yaitu memilah berita yang harus dilaporkan dan bagaimana cara melaporkan berita tersebut. Maka dari itu, apa yang masyarakat ketahui merupakan informasi yang muncul dari penjagaan gerbang tersebut. Dalam situasi krisis, terdapat pola yang dimiliki media dalam memberitakan suatu isu. Media massa mengarahkan pemberitaan melalui isu-isu yang akan diangkat. Bagaimanapun juga, media massa memiliki tujuan yang berbeda-beda ketika mengungkapkan sebuah kasus kepada pembacanya Wasesa dan Macnamara, 2010 : 81. Perbedaan tersebut terjadi karena media massa memiliki budaya organisasi yang memengaruhi pembentukan teks berita. Berita merupakan produk budaya dari sebuah organisasi. Maka dari itu, isu yang berkembang di media akan berbeda sesuai dengan kepentingan media yang bersangkutan. Sesuai dengan prinsip dasar yang tertulis di National Association for Media Literacy Education’s, yaitu : Pesan dalam media merupakan pesan yang dibangun, media memiliki karakteristik, kekuatan dan keunikan untuk ‘membangun bahasa’, media memiliki tujuan dalam memproduksi pesan, semua pesan media berisi penanaman nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Pesan berupa berita, liputan khusus dan sebagainya merupakan sesuatu yang dibangun dan dibentuk oleh media untuk suatu tujuan tertentu Tamburaka, 2012 : 85 Konstruksi media bekerja dari dua hal, yaitu wartawan dan eksekutif media massa. Eksekutif media massa merupakan pihak yang mampu memengaruhi kebijakan-kebijakan yang berlaku di 26 organisasi, termasuk produk berita yang dihasilkan. “Kebijakan di sini adalah orientasi yang diperlihatkan oleh surat kabar dalam editorialnya, kolom beritanya, dan berita utamanya berkenaan dengan kejadian atau permasalahan tertentu “ Tamburaka, 2012: 91-92. Lebih lanjut lagi, praktik itu dapat terlihat dari produk media massa. Pandangan surat kabar tak akan menimbulkan pembohongan, melainkan “penghilangan, pemilihan diferensial, dan penempatan preferensial, seperti ‘menampilkan di halaman depan’ berita yang pro kebijakan, ‘mengubur’ berita yang anti kebijakan dan sebagainya” Tamburaka, 2012 : 92 Media massa memiliki ideologi atau visi dan misi dalam menerapkan pemberitaannya. Wartawan sebagai pencari berita sekaligus gatekeeper akan melakukan penyaringan informasi sesuai dengan visi dan misi yang dianut oleh organisasi. Visi dan misi media massa satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal itulah yang menimbulkan perbedaan antara agenda media satu dengan yang lain. Pada hakikatnya visi dan misi media massa pasti diarahkan pada nilai-nilai humanis yang universal, namun sering kali ada kepentingan yang berkaitan dengan situasi dan kondisi yang menyangkut kepentingan ‘menyelamatkan’ atau menaikkan ‘popularitas’ media Tamburaka, 2012 :93. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa media massa menyampaikan nilai-nilai tertentu dalam pesan yang disampaikan. Tentu saja, isu yang ditonjolkan tersebut memiliki maksud tertentu. 27 Terdapat dua tingkatan dalam penyusunan agenda media. Pertama, media akan menentukan isu-isu umum yang dianggap penting. Setelah itu media akan menentukan aspek dari isu-isu penting tersebut. Media massa akan melakukan pembuatan kerangka isu yang akan disampaikan kepada masyarakat. Salah satu istilah yang dikenal dalam penentuan agenda media adalah priming. Menurut Severin dan Tankard, Jr Tamburaka, 2012: 39 priming adalah proses di mana media berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Iyengar dan Kinder, terdapat beberapa hasil yang memengaruhi agenda media, yaitu agenda setting, kekuatan presentasi, penempatan kisah, dan priming. Agenda setting menunjukkan bahwa media ‘memaksa’ orang untuk memerhatikan masalah tertentu. Isu yang diangkat oleh agenda media menjadi salah satu isu masalah yang penting. Penempatan kisah terkait dengan penempatan berita. Berita utama memiliki efek agenda setting yang lebih besar Tamburaka, 2012 : 41. Berdasarkan kesimpulan dari Iyengar dan Kinder menyatakan dua hal, yaitu orang lebih memerhatikan cerita yang dipasang di awal dan terdapat pesan implisit yang menyatakan bahwa berita utama merupakan berita utama adalah berita yang paling penting. 28 Selain itu, dalam pembuatan berita, seperti yang dicatat oleh Tuchman Eriyanto, 2002 : 126-130, wartawan menggunakan lima kategori berita, yaitu : 1. Hard news, yaitu berita mengenai peristiwa yang terjadi pada saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas. Ukuran keberhasilan dari pemberitaan ini adalah dari kecepatan watktu pemberitaan. 2. Soft news, yaitu kategori berita yang berhubungan dengan kisah manusiawi human interest. Soft news bisa diberitakan kapan saja. Ukuran keberhasilan dari pemberitaan ini adalah apakah informasi yang disajikan menyentuh emosi dan perasaan khalayak. 3. Spot news, merupakan subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news. Peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan. 4. Developing news, merupakan subklasifikasi dari hard news. Kategori berita ini umumnya berhubungan dengan peristiwa tidak terduga. Terdapat elemen lain dalam developing news, yaitu peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya. Pada kategori ini, berita diteruskan oleh berita lain, atau malah dikoreksi oleh berita selanjutnya. 29 5. Continuing news merupakan subklasifikasi dari hard news. Dalam kategori berita ini, peristiwa dapat diprediksidan direncanakan. Terdapat berbagai macam hal yang memengaruhi agenda media. Agenda media ditentukan oleh beberapa kombinasi pemrograman internal, keputusan manajerial dan editorial, dan pengaruh eksternal dari sumber-sumber non media, seperti individu yang berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, dukungan iklan dan sebagainya Littlejohn, 2009 : 418.Berdasarkan teori ini, media memiliki kemampuan untuk mengarahkan masyarakat pembaca media terhadap suatu gagasan atau isu tertentu. Penelitian yang berhubungan dengan situasi krisis dan agenda media juga telah dilakukan oleh Wertz dan Kim dalam artikel ilmiah yang berjudul Cultural Issues in Crisis Communication : A comparative study of messages chosen by South Korea and US Print Media. Pada tanggal 14 September 2006, Food and Drug Administration FDA mengingatkan masyarakat terhadap penyakit yang berhubungan dengan E.coli. Bakteri itu berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit serta kematian. Berkaitan dengan bakteri itu, Center for Disesase Control and Prevention melaporkan bahwa bayam menjadi penyebab sakitnya 199 orang di 26 negara bagian di USA Wertz Kim, 2010 :82. Wabah tersebut menyebabkan kematian seorang 30 perempuan di Maryland, Nebraska,Wisconsin, serta seorang anak berumur dua tahun. Kasus yang lain adalah kasus yang terjadi di Korea Selatan. Pada tanggal 6 Juni 2004, Korea Food and Drug Administration KFDA mengumumkan bahwa pangsit beku produksi perusahaan mengandung bahan tercemar. Salah satu bahan untuk membuat pangsit itu adalah lobak. Perusahaan memanfaatkan lobak yang sudah tak layak konsumsi dan seharusnya dibuang dengan cara mencuci, mencincang, dan merendam air yang dipenuhi oleh kuman. Pemberitaan yang muncul dalam media massa terhadap kasus itu adalah Garbage Dumpling Scandal. KFDA membeberkan 12 nama perusahaan makanan yang bertanggungjawab dalam pembuatan pangsit. Meskipun tidak ada korban, dampak dari permasalahan ini adalah pembuatan kebijakan oleh pemerintah tentang makanan. Wertz dan Kim melakukan penelitian terhadap pemberitaan media massa yang berada di kedua negara ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi surat kabar. Terdapat delapan surat kabar nasional dari korea, lima surat kabar dari USA, dan delapan surat kabar lokal yang berasal dari USA yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah pemberitaan di Korea lebih condong mengungkapkan penolakan, alasan, dan pembenaran dari pihak organisasi selama krisis berlangsung. 31 Berbeda halnya dengan US yang menggunakan strategi agresif dalam menyelesaikan krisis organisasi. Isu yang diangkat dalam kasus ini adalah isu kesehatan pangan dari dua negara yang berbeda. Media massa melakukan bingkai yang berbeda terhadap dua kasus tersebut. Hasil dari penelitian itu berbeda antara frame yang dilakukan oleh media satu dengan media lain. Dalam penelitian insiden kecelakaan pesawat SSJ-100, peneliti ingin melihat agenda media dalam bingkai media massa nasional. Keunikannya adalah pihak yang mengalami krisis merupakan pihak internasional, yaitu Sukhoi yang berasal dari Rusia. Dalam kasus ini peneliti meneliti satu kasus yang sama dalam dua media massa nasional yang berbeda.

4. Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Perbandingan Komunikasi Krisis Oleh Media Massa dalam Insiden Kecelakaan Tur Penerbangan Sukhoi Superjet 200 di Indonesia (Analisis Framing dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo dan Kompas).

0 4 15

PERBANDINGAN KOMUNIKASI KRISIS OLEH MEDIA MASSA DALAM INSIDEN KECELAKAAN TUR PERBANDINGAN KOMUNIKASI KRISIS OLEH MEDIA MASSA DALAM INSIDEN KECELAKAAN TUR PENERBANGAN SUKHOI SUPERJET 100 DI INDONESIA (Analisis Framing Berita dalam Surat Kabar Harian Koran

0 3 14

PENUTUP PERBANDINGAN KOMUNIKASI KRISIS OLEH MEDIA MASSA DALAM INSIDEN KECELAKAAN TUR PENERBANGAN SUKHOI SUPERJET 100 DI INDONESIA (Analisis Framing Berita dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo dan Kompas Bulan Mei 2012).

0 3 8

PENDAHULUAN BERITA KASUS SYIAH DI SAMPANG MADURA DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Studi Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Jurnalisme Damai Pemberitaan Kasus Syiah di Sampang Madura dalam Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo Periode

0 3 21

KESIMPULAN DAN SARAN BERITA KASUS SYIAH DI SAMPANG MADURA DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Studi Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Jurnalisme Damai Pemberitaan Kasus Syiah di Sampang Madura dalam Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo

0 3 4

DAFTAR PUSTAKA BERITA KASUS SYIAH DI SAMPANG MADURA DALAM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Studi Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Jurnalisme Damai Pemberitaan Kasus Syiah di Sampang Madura dalam Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo Perio

0 4 4

BAB I KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat Kabar Kompas dan Koran Tempo Periode Agustus 2012-Oktober 2012).

0 2 30

PENUTUP KONFLIK KPK DAN POLRI DALAM PEMBERITAAN DI SURAT KABAR KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Kecenderungan Ketidakberpihakan Media Konflik KPK dan POLRI Dalam Pemberitaan Surat Kabar Kompas dan Koran Tempo Periode Agustus 2012-Oktober 2012).

0 4 59

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SURAT KABAR NASIONAL(KOMPAS DAN KORAN TEMPO) DALAM MENGEMAS BERITA ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SURAT KABAR NASIONAL (KOMPAS DAN KORAN TEMPO) DALAM MENGEMAS BERITA LEDAKAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG (10 & 18 AGUSTUS 2010).

0 3 11

PENDAHULUAN KASUS MAFIA PAJAK GAYUS HALOMOAN P TAMBUNAN DALAM PEMBERITAAN SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO (Analisis Isi Berita Kasus Mafia Pajak Gayus Halomoan P Tambunan Ditinjau dari Kualitas Isi Berita pada Surat Kabar Harian Kompas dan Koran

0 4 33