Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi Mui di Tabloid Suara Islam)

DOMINASI IDELOGI ISLAM DI MEDIA
(STUDI KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI
MUI DI TABLOID SUARA ISLAM)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh
Andy Syaiful Fahmi
NIM: 1110051100105

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.

DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA

(STUDI KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI
MUI DI TABLOID SUARA ISLAM)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh
Andy Syaiful Fahmi
NIM: 1110051100105

Pembimbing

Dr. Tantan Hermansah, S.Ag, M.Si
NIP. 19760617 200501 1 006

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2014 M.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 05 Januari 2015


Andy Syaiful Fahmi

ABSTRAK
Andy Syaiful Fahmi
Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu Suap Sertifikasi
MUI di Tabloid Suara Islam)
Tabloid Suara Islam merupakan media cetak dwimingguan yang
menurunkan berita yang dekat dengan permasalahan Ummat Islam. Media ini
berusaha membangun isu atau citra mengenai kebaikan-kebaikan Islam, dan juga
mengcounter isu-isu yang merugikan umat Islam. Salah satunya dari isu yang
dipandang menjelekkan Islam adalah isu suap sertifikasi halal yang dikeluarkan
oleh MUI, yang disorot oleh Majalah Tempo. Sebagai counter atas pemberitaan
tersebut, Suara Islam mengangkat isu ini pada edisi 176 14-28 Maret 2014.
Penelitian ini berupaya mengetahui bagaimana tabloid Suara Islam
mengonstruksi berita isu suap sertifikasi MUI?, bagaimana proses produksi dan
konsumsi berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM? dan
bagaimana sosio-kultural teks berita isu suap sertifikasi MUI di tabloid Suara
Islam?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian analisis wacana kritis oleh Norman Fairclough. Fairclough membagi

analisis wacana ke dalam tiga bagian yaitu text, discourse practice dan
sociocultural practice. Kerangka analisis teks wacana yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan analisisi framing oleh Gamson dan Modigliani.
Analisis discourse practice merupakan proses produksi dan konsumsi teks.
Sedangkan analisis sociocultural practice merupakan konteks sosial yang berada
di luar media yang memengaruhi wacana yang muncul dalam teks.
Tabloid Suara Islam mengonstruksikan berita isu suap sertifikasi MUI
sebagai perbuatan anti Islam. Dalam pemberitaan mengenai isu suap sertifikasi
MUI, tabloid Suara Islam merepresentasikan MUI sebagai korban atas laporan
majalah Tempo. Laporan majalah Tempo ini dilabeli dengan kata-kata yang buruk
seperti “sangatlah serius dan berbahaya”. Kata-kata ini seolah mengasosiasikan
laporan Tempo sebagai laporan yang mengancam kepercayaan masyarakat kepada
MUI. Proses produksi dan konsumsi teks Suara Islam ini sangat dipengaruhi oleh
ideologinya, yang dipraktikkan dalam bentuk keberpihakan kepada umat Islam.
Pada sosio-kultural konteks yang memengaruhi wacana ini muncul karena reaksi
dari laporan majalah Tempo mengenai suap sertifikat MUI. Tabloid Suara Islam
berusaha mengcounter informasi dari media lain yang merugikan umat Islam.
Karena bagi Suara Islam, MUI adalah representasi dari Ummat Islam.
Kata kunci: Tabloid Suara Islam, MUI, Isu, Suap, Sertifikasi, Tempo,


i

KATA PENGANTAR
Assalamualaikim Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji serta syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan karunia yang telah diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Dominasi Ideologi Islam di Media (Studi Kritis Berita Isu
Suap Sertifikasi MUI di Tabloid Suara Islam). Shalawat dan salam selalu tertuju
kepada manusia pembawa berita kebenaran yakni Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu peneliti ingin mengucapkan terimaksih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs.
Jumroni, M.Si, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan
Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag., selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si. dan Sekretaris
Konsetrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

4. Dosen Pembimbing Dr. Tantan Hermansah, S.Ag, M.Si., yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan perhatian kepada peneliti.

ii

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
khususnya kepada Fita Fathurokhmah, SS, M.Si, atas ilmu dan dedikasi
yang diberikan kepada peneliti.
6. Kedua orangtua tercinta, Abdul Mukti Nur (Alm.) dan Nur Khotimah
(Almh.) atas kasih sayang dan didikannya selama ini dan saudaraku Laila
Faridah, Taufik, Rahmat Mukti, Neneng Marlina, Husammudin, dan
Ahmad Zacky atas perhatiannya kepada peneliti.
7.

Sri Adyanti Sudharmono, atas doa dan sumbangsihnya kepada peneliti.

8.

Kekasih tersayang Dira Astirindi, yang selalu memberi motivasi dan doa
kepada peneliti.


9. Shodiq Ramadhan, selaku Sekretaris Redaksi tabloid Suara Islam yang
sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
10. Teman seperjuangan Jurnalistik C 2010 Kenwal Lamanda, Ali Rahman
Mutajalli, Annisa Putri H, Isye Naisila Zulmi, Devi Suhailiah, Rosalia
Nilam Sentika Sari, Irma Voni Parlina Widya Mardhotillah, Regita
Rafinna, Achamd Fauzi, Kaka Silmy Kaafah, Meylisa Agustina, Ririn
Sefrina, Nisa Chaerani Hisan, Aji Sasongko, Muhamad Nandri Prilatama,
Ambar Putra Wandani, Megawati Agustini, Fitrianingsih, Fakhri
Hermansyah, Siti Ufi Nurlutfiyah, Arsitta Aghniya Mursalati, Muhammad
Irwan, Ardiansyah Pratama, Iqbal Putra, Ravi Verdian RY, Ernawati
Kurniawan, Muhammad Rahimi, Nour Zainab, dan Ahmad Syahyunas
Harya.

iii

11. Teman SMP Plus Babussalam, Yana Mad Yana, Restu Pradika, Fawwaz
Ibrahim, Alief Akbar Musaddad, dan Fitri.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi berbagai
pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 05 Januari 2015
Peneliti

Andy Syaiful Fahmi

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….….. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… viii

BAB I


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………...... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ……………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………... 5
E. Metodologi Penelitian ……………………………………………….. 6
1. Paradigma Penelitian ………………………………………..…... 6
2. Pendekatan Penelitian …………………………………………… 6
3. Metode Penelitian ...……………………………………………... 7
4. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………….. 8
5. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….... 8
6. Teknik Analisis Data …………………………………………... 10
7. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………...... 11
v

8. Pedoman Penulisan …………………………………………….. 11
F. Tinjauan Pustaka …………………………………………………… 12
G. Sistematika Penelitian ……………………………………………… 13

BAB II


LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana ………………………………... 15
1. Pengertian Wacana …………………………………………...... 15
2. Analisis Wacana Kritis ………………………………………… 20
3. Karakteristik Wacana Kritis ………………………………….... 21
4. Varian Analisis Wacana ……………………………………….. 23
5. Model Analisis Wacana Norman Fairclough ………………….. 25
B. Analisis Framing ………………………………………………….... 30
1. Pengertian Analisis Framing …………..……………………...... 30
2. Framing model William A. Gamson …………………………... 32
C. Ruang Lingkup Tentang Media Cetak …………………………....... 34
1. Pengertian Media Cetak ………………………………………... 34
2. Majalah …………………………………………………............ 36
3. Tabloid …………………………………………………............. 38
4. Berita …………………………………………………................ 40
D. Ideologi Media ……………………………………........................... 45

vi


BAB III

GAMBARAN UMUM
A. Profil Tabloid Suara Islam ................................................................ 47
1. Sejarah Berdirinya Tabloid Suara Islam ..................................... 47
2. Visi dan Misi Tabloid Suara Islam .............................................. 49
3. Struktur Redaksional ................................................................... 50

BAB IV

ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Analisis Teks ......…………………………………………………... 54
B. Analisis Discourse Practice ……………………………………….. 85
C. Analisis Sociocultural Practice ……………………………………. 91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 95
B. Saran ……………………………………………………………….. 96

vii

DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Kerangka Analisis Norman Fairclough .................................... 10
2. Tabel 2.1 Definisi Wacana ....................................................................... 17
3. Tabel 2.2 Analisis Teks Norman Fairclough ........................................... 27
4. Tabel 2.3 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 33
5. Tabel 4.1 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 65
6. Tabel 4.2 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 72
7. Tabel 4.3 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 80
8. Tabel 4.4 Perangkat Framing dan Penalaran ............................................ 85

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sejak munculnya media elektronik (televisi) ada ramalan yang
mengatakan bahwa media cetak (koran, tabloid, majalah) akan mati atau
gulung tikar karena kalah persaingan oleh televisi. Televisi memberikan hal
yang baru yakni audio dan visual. Dibanding koran yang memberikan visual
saja dan radio yang memberikan audio saja. Namun ramalan ini belum
terbukti sepenuhnya di Indonesia, meski televisi sudah banyak dimiliki
masyarakat namun koran, majalah, dan tabloid masih terbit. Masyarakat
masih mengonsumsi berita dari media cetak meski telah memiliki televisi
dirumahnmya. Para pengiklan pun masih memasang bisnisnya di media
cetak.1
Tak hanya di situ saja memasuki media baru yakni media siber di
mana masyarakat dapat mengakses informasi yang dibutuhkan dengan cepat
melalui internet.2 Semua informasi yang dicari akan langsung keluar, bahkan
peristiwa yang baru saja terjadi bisa langsung dikirim ke internet dan
1

Bila dilihat pertumbuhan menurut jenis media, di kuartal pertama tahun ini belanja iklan
televisi tumbuh sebesar 19%, surat kabar tumbuh sebesar 9% - dengan kontribusi terbesar juga dari
organisasi politik dan pemerintahan - sementara majalah dan tabloid justru mengalami penurunan
sebesar 1%. Artikel diakses pada November 2014 dari http://www.nielsen.com/id/en/pressroom/2014/nielsen-pertumbuhan-belanja-iklan-berjalan-perlahan.html
2
“Internet merupakan sekumpulan jaringan yang berskala global”, dalam Jonathan Sarwono.
Strategi Penelitian di Internet. Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006 h. 1.

1

2

masyarakat pun dapat melihatnya. Dari kelebihan media siber tersebut media
cetak tetap eksis sampai saat ini.
Tabloid produk media cetak yang masih terbit sampai saat ini. Bentuk
tabloid memang hampir sama dengan surat kabar harian/koran, namun yang
membedakannya tabloid biasanya terbit seminggu sekali atau dua minggu
sekali bahkan sebulan sekali. Berita yang diturunkan tabloid lebih mendalam
dibanding surat kabar harian.
Tabloid merupakan surat kabar yang terbit seminggu sekali atau dua
minggu sekali bukan harian. Berita tabloid berbeda dengan koran harian,
biasanya tabloid mengulas berita lebih dalam dibanding berita harian. Karena
terbit seminggu sekali atau dua minggu sekali perkembangan berita dapat
diinformasikan secara tuntas. Tabloid mengandung konotasi rendahan untuk
koran yang menampilkan judul-judul yang mentereng dan menarik, tetapi
orang-orang koran menggunakan kata itu dalam pengertian netral untuk
menyebut koran separuh ukuran yang nyaman untuk dipegang.3
Terkadang kita menyaksikan peristiwa yang sama namun kita
memperoleh informasi yang berbeda. Hal ini dikarenakan media berbeda pula
dalam melihat peristiwa yang terjadi. Misalnya mahasiswa demo atas
kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),

3

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, ed. 8 penerjemah TrioWibowo B.S (Jakarta: Kencana,
2008) h. 73-74.

3

dapat kita peroleh informasi yang berbeda pula seperti kerusuhan demo, macet
akibat demo, dan kontra dengan kenaikan BBM.
Tabloid Suara Islam salah satu media cetak yang bernuasa Islam di
Indonesia. Tabloid Suara Islam rutin terbit dalam dua pekan sekali pada hari
Jumat atau sebulan dua kali di pekan pertama dan ketiga, terbit sejak tahun
2006. Tabloid ini berdiri dibawah Yayasan Amal Media Suara Islam, dengan
pemimpin umumnya oleh Muhammad Al-Khaththath. Tabloid Suara Islam
banyak memberitakan pembelaan terhadap umat Islam atas ketidak
berimbangan media lain.
Salah satu contohnya pada edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal
1435 H / 14-28 Maret 2014 Tabloid Suara Islam memberitakan soal laporan
majalah TEMPO yang mengatakan kalau Majelis Ulama Indonesia (MUI)
terima suap 820 Miliar. Tabloid Suara ISLAM menanggapi laporan tersebut
dengan menurunkan berita dengan judul cover ‘TEMPO Anti Islam:
MEMBUSUKKAN MUI MENYERANG ISLAM’ berita tersebut diangkat oleh
tabloid Suara Islam atas pemberitaan majalah TEMPO edisi 24 Februari-2
Maret 2014 dengan judul cover „ASTAGA! LABEL HALAL‟ serta gambar
kaleng bertuliskan „Halal‟ dan ada gambar babi serta logo MUI.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil dengan
judul skripsi DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI

4

KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA
ISLAM).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
peneliti membatasi penelitian ini pada berita isu sertifikasi MUI di rubrik
suara utama Tabloid Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal
1435 H / 14-28 Maret 2014.
2. Rumusan Masalah
Dari batasan tersebut, maka masalah pada penilitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.

Bagaimana Tabloid Suara Islam mengonstruksi wacana di level teks
yang terdapat dalam pemberitaan isu suap sertifikasi MUI di Tabloid
Suara ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28
Maret 2014?

2.

Bagaimana proses produksi dan konsumsi teks berita isu suap
sertifikasi MUI di Tabloid Suara ISLAM?

3.

Bagaimana sosio-kultural teks berita isu suap sertifikasi MUI di
tabloid Suara Islam?

5

C. Tujuan Penelitian
Dengan

mengacu

kepada

permasalahan

sebagaimana

peneliti

rumuskan di sebelumnya, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana di level teks yang
terdapat dalam pemberitaan isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara
ISLAM edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret
2014.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses produksi, konsumsi teks dan
sosio-kultural pada teks berita isu suap sertifikasi MUI di Tabloid
Suara ISLAM”.
3. Untuk mengetahui sosio-kultural pada teks berita isu suap sertifikasi
MUI di Tabloid Suara ISLAM”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan
tambahan untuk mengkaji teori-teori yang sudah ada dan bermanfaat untuk
memberikan kontribusi pada disiplin ilmu jurnalistik, khususnya analisis
wacana kritis pada Tabloid Suara Islam.
2. Secara Praktis
Adapun manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah:

6

1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi praktisi Komunikasi,
terlebih mahasiswa jurusan Jurnalistik baik yang berada di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta maupun di universitas lain.
2) Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelusuran koleksi
skripsi pada perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma bisa diartikan sebagai cara pandang atau sistem yang
menjadi pedoman peneliti. Menurut Thomas Kuhn dalam buku Mixed
Methodology: Mengombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
karya Tashakkori, konsep paradigma selalu ada dalam ilmu apa saja, muncul
secara simultan, terlebih dalam ilmu yang masih belum matang. 4 Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma ini melihat
bahwa media bukanlah saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki
oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang
tidak dominan.5
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yakni
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitataif bertujuan
4

Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology: Mengombinasikan Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 3-4.
5
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS,2011), h. 48.

7

untuk

menjelaskan

pengumpulan

data

fenomena

dengan

sedalam-dalamnya.6

sedalam-dalamnya
Pendekatan

kualitatif

melalui
lebih

menekankan persoalan kedalaman data bukan banyaknya data.
Metotde kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
berperilaku yang dapat diamati.7 Penelitian kualitatif bersifat dinamis (mudah
berubah), karena disusun sesuai dengan kenyataan di lapangan.
3. Metode Penelitian
Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan
dalam proses penelitian.8 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis/CDA), wacana disini tidak dipahami semata sebagai studi
bahasa. Bahasa dianalisis disini agak berbeda dengan studi bahasa dalam
pengertian linguistik tradisional. Bahasa dianalisis dari aspek kebahasaan dan
juga menghubungkan dengan konteks.9

6

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 56.
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian: dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 37.
8
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.
24.
9
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 7.
7

8

4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Tabloid Suara Islam. Sedangkan
yang menjadi objek penelitian ini adalah teks berita isu suap sertifikasi MUI
di rubrik suara utama tabloid Suara Islam dan redaksi tabloid Suara Islam.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi,
wawancara mendalam (depth interview) dan dokumentasi.
a. Observasi
Menurut Karl Weick dalam buku Metode Penelitian Komunikasi10
mendefinisikan

observasi

sebagai

“pemilihan,

pengubahan,

pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang
berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan
empiris”. Dari definisi itu kita melihat tujuh karakteristik
observasi: pemilihan (selection), pengubahan (provocation),
pencatatan (recording), pengodean (encoding), rangkaian perilaku
dan suasana (tests of behaviors and setting), in situ, dan untuk
tujuan empiris.Secara sederhana observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan.

Dari

observasi

atau

pengamatan

itulah

kita

mendapatkan informasi dari yang kita amati. Fungsi dari observasi
adalah
10

deskripsi,

maksudnya

berguna

untuk

menjelaskan,

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007). h. 83

9

memeriksa dan merinci gejala yang terjadi. Mengisi data
maksudnya observasi dilakukan untuk memperoleh data yang
dapat

diperoleh

dengan

teknik-teknik

penelitian

lainnya.

Memberikan data yang lebih dapat digeneralisasikan maksudnya
ancaman terhadap validitas eksternal. Ancaman ini paling sering
dialamatkan pada penelitian eksperimental. Berbagai penelitian
membuktikan bahwa dalam penelitian, orang bereaksi pada
peneliti.11
b. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap
seorang nik dalam responden dengan menggunakan model
“probing (pembuktian)” oleh seorang pewawancara.12 Tujuan dari
depth interview ini mengetahui berbagai hal yang belum terungkap
oleh

responden

seperti

gerak

gerik,

perilaku,

motivasi,

kepercayaan, perasaan mengenai topik tertentu sehingga diperoleh
data untuk di analisis. Menurut Rahmat Kriyantono dalam
bukunya

Teknik

Praktis:

Riset

Komunikasi13

mengatakan

wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informasi
agar mendapatkan data lengkap dan medalam.Wawancara itu
11

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007). h. 84-85.
12
M. Aziz Firdaus, Metode Penelitian, (Tanggerang: Jelajah Nusa, 2012), h. 37.
13
Rakhmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media
Group, 2007). h. 100.

10

sendiri merupakan kegiatan mendapatkan informasi dari sumber
yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering
digunakan

dalam

berbagai

metode

pengumpulan

data.

Dokumentasi bertujuan untuk menggali data-data masa lampau
secara sistematis dan objektif dan untuk mendapatkan informasi
yang mendukung analisis dan interpretasi data.14 Dokumentasi
perlu dilakukan untuk memperkuat analisis yang dilakukan,
dengan

adanya

dokumen

memperkuat

pengumpulan

data.

Pengumpulan data observasi dan wawancara biasanya dilengkapi
dengan dokumentasi.
6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana kritis model
Norman Fairclough, yakni bagaimana menghubungkan teks yang mikro
dengan konteks masyarakat yang makro. Bahasa secara sosial dan historis
adalah bentuk tindakan, dalam hubungan dialektik dengan struktur sosial.
Oleh karena itu, analisis harus dipusatkan pada bagaimana bahasa itu
terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks tertentu.15

14

Rakhmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media
Group, 2007). h. 120.
15
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 285.

11

Tabel 1.1
Kerangka analisis Norman Fairclough:16
TINGKATAN
METODE
Teks
Critical linguistics
Discourse practice
Wawancara mendalam dan news room
Sosiocultural
Studi pustaka, penelusuran sejarah
Pada tingkatan teks Peneliti akan memperhatikan teks-teks berita isu
suap sertifikasi di tabloid Suara Islam dan di majalah Tempo kemudian akan
ditafsirkan oleh peneliti menggunakan analisis framing model Gamson. Pada
tingkatan produksi dan konsumsi teks (discourse practice) peneliti akan
mewawancarai wartawan. Dan pada tingkatan sosio-kultural peneliti akan
menelurusi penyebab teks tersebut muncul. Hal ini sesuai dengan kerangka
analisis wacana kritis model Norman Fairclough.
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Kantor redaksi Tabloid Suara Islam: Jalan Kalibata Tengah No. 3A
Jakarta Selatan. Telepon/fax: 021-7942240. Website: www.suara-islam.com
E-mail: redaksi_suaraislam.yahoo.com. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai
dari Maret 2014 sampai penelitian ini selesai.
8. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman
penulisan karya Ilmiah (Skripsi, Tesisi dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi
dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and

16

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS,2011), h. 326.

12

Assurance) Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2007.
F. Tinjauan Pustaka
Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan bukubuku yang membahas tentang wacana kritis. Ada beberapa penulisan skripsi
terdahulu, yang pembahasannya terkait dengan penulisan dan sebagai
referensi penulis, ini adalah:
Skripsi karya Ruslan, mahasisa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Analisis Wacana Islam
Liberal dalam Majalah Syir‟ah Edisi Oktober 2005”. Skripsi yang ditulis
Ruslan membahas tentang pengaruh Islam Liberal pada majalah Syir‟ah.
Peneliti

memilih

skripsi

tersebut

untuk

dijadikan rujukan maupun

perbandingan karena adanya kesamaan dalam teknis data dan teori yang
digunakan. Tentunya terdapat perbedaan antara skripsi tersebut dengan skripsi
peneliti, yakni mengenai kasus yang diangkat, media massa yang dijadikan
objek penelitian, konsep yang digunakan, dan temuan analisa data.
Skripsi karya Haiatul Umam, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dengan judul “Analisis Wacana Teun Van
Dijk terhadap scenario film „Perempuan Punya Cerita”. Skripsi karya Haiatul

13

Umam ini juga membahas mengenai analisis wacana, hal ini tentunya juga
bisa menjadi bahan rujukan peneliti. Perbedaanya terletak pada kasus yang
diangkat, media massa yang dijadikan objek penelitian, konsep yang
digunakan,dan temuan dana analisa data.
Skripsi karya Ida Nurul Huda, mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2010 dengan judul
“Bangunan Wacana Menghadapi Musibah Di Media Cetak (Analisis Wacana
Kritis dalam Rubrik Renungan Tabloid Robithoh Edisi 1-30 Safar 1431 H).
Skripsi tersebut juga membahas mengenai analisis wacana, hal ini tentunya
juga bisa dijadikan rujukan peneliti. Perbedaanya terletak pada kasus yang
diangkat, konsep yang digunakan dan temuan analisis data.
Dari tinjauan di atas, maka belum ditemukan adanya penelitian yang
membahas tentang DOMINASI IDEOLOGI ISLAM DI MEDIA (STUDI
KRITIS BERITA ISU SUAP SERTIFIKASI MUI DI TABLOID SUARA
ISLAM). Inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti hal ini.
G. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tunjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

14

BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai wacana kritis,
analisis wacana kritis model Norman Fairlough, teori ideologi media, media
cetak, tabloid, dan berita.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai tabloid Suara
Islam, Sejarah serta perkembangannya, Visi dan Misi serta Tujuan didirikan
Tabloid Suara Islam, dan Struktur Redaksional Tabloid Suara Islam.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang temuan dan analisa mengenai konstruksi
wacana yang terdapat dalam teks isu suap sertifikasi MUI di Tabloid Suara
Islam edisi 176 tanggal 12-26 Jumadil Awwal 1435 H / 14-28 Maret 2014,
proses pra produksi dan konsumsi dan konsep sociocultural practice yang
diterapkan Suara Islam.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari keseluruhan penelitian dan
saran dari peneliti.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Analisis Wacana
1. Pengertian Wacana
Dalam kamus Inggris-Indonesia karya Echols dan Shadily yang
diterbitkan pertama kali oleh Cornell University Press tahun 1975,
penjelasan untuk entri kata discourse (wacana) adalah sebagai berikut:
(kata benda) pidato atau tulisan, percakapan, ceramah; scientific
discourse: wacana ilmiah; (kata kerja intransitif) to discourse on:
bercakap-cakap

mengenai.1

Dari

pengertian

ini

menggambarkan

pengertian umum tentang wacana yang sekarang dipahami kebanyakan
masyarakat di Indonesia.
Menurut Faucault dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi
karya Kriyantono mengatakan wacana sebagai bidang dari semua
pernyataan (statement), kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok
pernyataan, dan kadang sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari
sejumlah pernyataan.2 Pemerintah, masyarakat, media, kelomok yang
memberikan pernyataan terhadap suatu isu atau fenomena disebut wacana.

1

Herudjati Purwoko, Discourse Analysis: kajian Wacana Bagi Semua Orang, (Jakarta: Indeks,
2008), h. 1.
2
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 262.

15

16

Sedangkan menurut Riyono Praktikto dalam buku Analisis Teks
Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan
Analisis Framing, karya Sobur 2009, merupakan proses berpikir seseorang
sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam
tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang,
pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.3
Sebuah tulisan adalah wacana, namun wacana tak hanya sebuah tulisan
saja sebuah pidato pun merupakan wacana juga. Jadi ada wacana tulis dan
wacana lisan. Ini sesuai dengan pernyataan Henry Guntur Tarigan bahwa
istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan
atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta upaya
formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon.4
“Dari pendapat di atas Alex Sobur merangkum pengertian wacana
menjadi rangkaian ujar atau rangkaian tindakan tutur yang
mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,
sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur
segmental maupun nonsegmental bahasa.”5

Senada dengan yang lain menurut Cook wacana adalah suatu
penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.6
Pada dasarnya semua setuju bahwa wacana berbentuk lisan maupun
tulisan.

3

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 10.
4
Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 10.
5
Alex Sobur, Analisis Teks Media ..., h. 11.
6
Aris badara, Analisi Wacana: Teori, metode, dan Penerapannya pada Wacana media, (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 16-17.

17

Namun terdapat perbedaan definisi mengenai wacana, perbedaan
ini dikarenakan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memaknai
istilah wacana tersebut. Berikut tabel yang menjelaskan perbedaan definisi
wacana:
Tabel 2.1
Definisi wacana7
Wacana: 1. Komunikasi verbal, ucapan, percakapan; 2. Sebuah perlakuan
formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan; 3. Sebuah unit teks yang
digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat.
(Collins Concise English Dictionary, 1988)
Wacana: 1. Sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan
pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan; 2.
Pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan sebagainya;
sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan.
(Longman Dictionary of the English Language, 1984)
Wacana: 1. Rentan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu
kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang lainnya, membentuk satu
kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimatkalimat itu; 2. Kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar
di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan atau tertulis.
(J. S. Badudu 200)
Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat
pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti
percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.
(Cristal 1987)
Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah
pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas
personal di mana dibentuknya oleh tujuan sosialnya.
(Hawthorn 1992)
Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik
pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya;
kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau
representasi dari pengalaman.
(Roger Fowler 1977)
7

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 2.

18

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua setuju kalau
wacana berbentuk lisan dan tulisan. Tetapi di sisi lain ada perbedaan
penekanannya menurut Collins Concise English Dictionary menekankan
kalau wacana sebuah unit teks untuk menganalisis satuan lebih dari
kalimat.

Sementara

Longman

Dictionary

menekankannya

pada

pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan. J.S. Badudu
lebih menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya
membentuk satu kesatuan. Cristal memfokuskan pada struktur yang secara
alamiah terdapat pada lisan. Hawthorn memfokuskan pada sebuah
aktivitas dibentuknya oleh tujuan sosialnya. Roger Fowler memusatkan
pada komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari pandangan
kepercayaan.
Perbedaan ini terlihat dari disiplin ilmu; dalam lapangan sosiologi,
wacana mengarah pada hubungan antara konteks sosial dari pemakaian
bahasa. Dalam pengertian linguistik wacana merupakan unit bahasa yang
lebih besar dari kalimat. Analisis wacana memusatkan perhatian pada
level di atas kalimat seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada
level yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam lapangan
psikologi sosial diartikan pembicaraan. Sementara dalam lapangan politik
analisis wacana adalah praktik pemakaian bahasa, terutama politik bahasa.

19

Karena bahasa aspek sentral dari pendeskripsian subjek, dan lewat bahasa
ideologi terserap didalamnya.8
Analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau
pemakaian bahasa. Menurut A. S. Hikam dalam buku Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media, Eriyanto, 2012, mengatakan ada tiga
pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yakni positivismempiris, konstruktivisme, dan kritis.9
Positivism-empiris, memandang bahasa sebagai jembatan antara
manusia dengan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari pemikiran ini
adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Analisis wacana disini
dimaksudkan untuk mengambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan
pengertian bersama. Sementara konstruktivisme bahasa dipandang tidak
lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka
dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Analisis
wacana disini dimaksud sebagai suatu analisis untuk membongkar
maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana suatu upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari yang subjek mengemukakan
suatu pernyataan. Sedangkan kritis memandang bahasa dipahami sebagai
representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema
wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu

8

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 3.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 4.

9

20

analisis wacana bertujuan untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap
proses bahasa. Dengan kata lain wacana melihat bahasa selalu terlibat
dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek, dan
tindakan representasi dalam masyarakat. Pandangan ini mengoreksi
pandangn konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan
reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional.10
2. Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa
digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan
anatara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domaindomain sosial yang berbeda.11 Pendekatan kritis memandang bahasa selalu
terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam membentuk subjek
serta berbagai tindakan representasi yang terdapat di masyarakat. Oleh
sebab itu analisis wacana kritis yang juga menggunakan pendekatan kritis
menganalisis bahasa tidak dari aspek kebahasaan saja tapi juga
menghubungkan dengan konteks.12
Dari pemaparan tersebut dapat dirumuskan suatu pengertian
analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara

10

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 3-6.
Merianne W. Jorgensen dan Louse J. Philips, Analisis Wacana: Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 114.
12
Aris Badara, Analisi wacana: Teori, Metode, dan penerapannya pada Wacana media,
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 25-26.
11

21

mendalam yang berusaha mengungkapkan kegiatan, pandangan, dan
identitas berdasarkan bahasa yang digunakan wacana.
3. Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis, wacana tidak dipahami semata sebagai
studi bahasa. Sebab, analisis wacana memang menggunakan bahasa dalam
teks untuk dianalisis. Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan
semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan
konteks13. Konteks tersebut dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu,
termasuk praktik kekuasaan.
“Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana
sebagai bentuk dari praktik sosial. Hal ini menyebabkan sebuah
hubungan dialektis di antara diskursif tertentu dengan situasi, institusi,
dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi
menampilkan efek ideologi: ia dapat memproduksi dan mereproduksi
hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan
wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui perbedaan itu
direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan.”14

Berikut ini karakteristik analisis wacana kritis menurut Van Dijk,
Fairclough, dan Wadok:15
a. Tindakan
Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk
berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Dari
pemahaman ini muncul konsekuensi bagaimana wacana di
13

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 7.
Aris Badara, Analisi wacana: Teori, Metode, dan penerapannya pada Wacana media,
(Jakarta: Kencana, 2012), h. 28-29.
15
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar …, h. 7-13
14

22

pandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang
bertujuan, apakah untuk mendebat, membujuk, menyangga,
dan berinteraksi. Kedua wacana dipahami sesuatu yang
diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu di luar
kesadaran.
b. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari
wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Titik
perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan
konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi.
c. Historis
Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah
dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis
tertentu. Misal kita melakukan analisis wacana teks selembaran
mahasiswa menentang Soeharto. Pemahaman teks ini diperoleh
dari konteks historis teks itu diciptakan. Saat melakukan
analisis ini perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana
yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa
bahasa yang dipakai seperti itu.
d. Kekuasaan
Setiap wacana yang muncul tidak dipandang sebagai sesuatu
yang begitu saja, alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan

23

bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan salah satu
kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.
e. Ideologi
Ideologi konsep yang sentral dalam analisis wacana yang
bersifat kritis. Ideologi dibangun kelompok yang dominan
dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitimasi dominasi
mereka. Pendekatan ini dipandang sebagai medium kelompok
yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada
khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka
miliki, sehingga tampak absah dan benar.
4. Varian Analisis Wacana
Analisis wacana dalam perkembangannya terdapat beberapa model dengan
berbeda pendekatan:
a. Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew
pendekatan mereka terkenal dengan critical linguistics. critical
linguistics memandang bahasa sebagai praktik sosial, melalui mana
suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya.16
Mereka menganggap bahwa ideologi dapat memengaruhi tata bahasa
atau grammar yang digunakan.
b. Theo Van Leeuwen terkenal dengan model analisis wacana untuk
mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang
16

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 133.

24

dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.17 Biasanya kelompok
yang

dominan

lebih

memegang

kendali

kekuasaan

terhadap

pemaknaan suatu peristiwa, sementara kelompok yang posisinya
rendah cenderung menjadi objek pemaknaan yang buruk. Disini
ditekankan antara wacana dan kekuasaan. Kekuasaan berperan penting
dalam suatu wacana.
c. Sara Mills titik perhatiannya pada wacana mengenai feminism atau
perspektif feminis. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks, baik
novel, gambar, foto ataupun berita.18 Wanita sering dimunculkan
sebagai objek pemberitaan buruk seperti berita pemerkosaan,
pelecehan, perselikuhan. Titik perhatian dari analisis ini adalah
bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks berita
dan bagaimana bentuk dan pola pemarjinalan itu.
d. Teun A. Van Dijk, model yang dipakainya sering disebut “kognisi
sosial”. Menurutnya penelitian atas wacana tidak cukup hanya
didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari
suatu praktik produksi yang juga harus diamati. Tetapi dilihat juga
suatu teks diproduksi.19 Contoh bila ada teks yang memarjinalkan
buruh, dibutuhkan penelitian yang melihat bagaimana produksi teks
itu bekerja, kenapa teks tersebut memarjinalkan buruh. Proses
produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut kognisi sosial.
17

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 171.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 199.
19
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 221.
18

25

e. Norman Fairclough, model yang dikemukakannya disebut sebagai
model perubahan sosial (social change). Analisisnya memusatkan
pada bahasa, bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi
sosial dan konteks sosial tertentu.20 Titik perhatiannya adalah melihat
bahasa sebagai praktik kekuasaan. Pada penelitian ini menggunakan
wacana model Norman Fairclough karena Fairclough lebih tertarik
dengan faktor struktur dan praktik kerja dari media yang di dalamnya
menyertakan kepentingan ekonomi dan politik pengelolanya.
5. Model Analisis Wacana Norman Fairclough
Analisis Norman Fairclough didasarkan pada pertanyaan besar,
bagaimana menghubungkan teks yang mikro dengan konteks masyarakat
yang makro. Fairclough berusaha membangun suatu model analisis
wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya,
sehingga mengkombinasikan tradisi analisis tekstual yang selalu melihat
bahasa dalam ruang tertutup dengan konteks masyarakat yang lebih luas.21
Untuk Mengetahui pamakai bahasa membawa nilai ideologis tertentu
dibutuhkan analisis yang menyeluruh.
Fairclough membagi analisis wacananya ke dalam tiga dimensi:
teks, discourse practice, dan sociocultural practice.

20
21

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 285-286.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 285.

26

a. Teks
Teks dianalisis secara linguistik, dengan melihat kosa kata,
semantik, tata kalimat, koherensi dan kohesivitas. Bagaimana antarkata
atau kalimat tersebut digabung sehingga membentuk pengertian.
Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan
hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga
bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar
dalam model Fairclough, setiap teks dapat diuraikan dan dianalisis dari
ketiga unsur tersebut.22
Tabel 2.2
Analisis Teks Model Norman Fairclough
UNSUR
Representasi

Relasi

Identitas

YANG INGIN DILIHAT
Bagaimana peristiwa, orang,
kelompok, situasi, keadaan atau apa
pun ditampilkan dan digambarkan
dalam teks.
Bagaimana hubungan antara
wartawan, khalayak, dan partisipan
berita ditampilkan dan digambarkan
dalam teks.
Bagaimana identitas wartawan,
khalayak, dan partisipan berita
ditampilkan dan digambarkan dalam
teks.

“Representasi pada dasarnya ingin melihat bagaimana sesorang,
kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks. Fairclough
membagi representasi menjadi dua hal, yakni bagaimana sesorang,
kelompok, dan gagasan ditampilkan dalam anak kalimat,
22

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 289.

27

kombinasi anak
antarkalimat.”23

kalimat,

dan

gabungan

atau

rangkaian

Representasi dalam anak kalimat, menurut Fairclough pada
dasarnya pemakai bahasa dihadapkan pada paling tidak dua pilihan.
Pertama pada tingkat kosakata (vocabulary): kosakata apa yang dipakai
untuk menampilkan dan menggambarkan sesuatu, yang menunjukkan
bagaimana sesuatu tersebut dimasukkan dalam satu set kategori. Kedua
pada tingkatan tata bahasa (grammar).24
Representasi dalam kombinasi anak kalimat, gabungan antara satu
kalimat dengan anak kalimat yang lain dapat membentuk suatu pengertian
yang dimaknai. Pada dasarnya realitas pun terbentuk dari gabungan anak
kalimat tersebut. Gabungan anatara anak kalimat juga akan membentuk
koherensi lokal, yakni pengertian yang didapat dari gabungan anak
kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti.25
Representasi dalam rangkaian antarkalimat, bagaimana dua
kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini berhubungan
dengan bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan
dengan bagian yang lain.salah satu aspek penting adalah apakah partisipan

23

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 290.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar …, h. 290.
25
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 294.

24

28

dianggap mandiri ataukah ditampilkan memberikan reaksi dalam teks
berita.26
Relasi, berhubungan dengan bagaimana partisipan dalam media
berhubungan dengan bagaimaana partisipan dalam media berhubungan
dan ditampilkan dalam teks. Media disini dipandang sebagai suatu arena
sosial, di semua kelompok, golongan, dan khalayak yang ada dalam
masyarakat saling berhubungan dan menyampaikan versi pendapat dan
gagasannya.27
Identitas, bagi Fairclough aspek ini melihat bagaimana identitas
wartawan ditampilkan dan dikonstruksi dalam teks pemberitaan. Yang
menarik menurut Fairclough bagaimana wartawan menempatkan dan
mengidentifikasi dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang
terlkibat: ia mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelompok mana?
Apakah sebagai khalayak ataukah menampilkan dirinya secara mandiri?.28
b. Discourse Practice
Discourse practice, berhubungan dengan proses produksi dan
konsumsi teks.29 Setiap media memiliki pola kerja, bagan kerja, dan rutin
dalam menghasilkan berita yang berbeda, sehingga teks yang dihasilkan
berbeda juga. Praktik wacana inilah yang menentukan bagaimana teks
26

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta: LKIS, 2011), h. 296.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 300.
28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 304.
29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar ..., h. 287.

27

29

terbentuk. Pada tingkatan ini terdapat tiga faktor aspek penting. Pertama,
sisi individu wartawan. Faktor ini berhubungan dengan latar belakang
pendidikan wartwan tersebut, perkembangan profesionalitasnya, dan
keterampilan wartawan dalam menghasilkan berita yang akurat. Kedua,
hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media. Dan ketiga,
praktik kerja/rutin kerja mulai dari pencarian berita, penulisan, editing
sampai siap cetak.30
c. Sosiocultural Practice
Sosiocultural practice, berhubungan dengan konteks di luar teks.
Konteks disini memasukkan banyak hal, seperti konteks situasi, lebih luas
adalah konteks dari praktik institusi dari media sendiri dalam
hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik tertentu.
Mislanya politik media, ekonomi media, atau budaya media tertentu yang
berpengaruh terhadap teks yang dihasilkannya. Fairclough membuat tiga
level analisis pada sociocultural practice: level situsional, institusional,
dan social.31
Situsional, tingkatan ini teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau
suasana ang khas, unik, sehingga satu teks bisa jadi